Anda di halaman 1dari 12

MODUL MANAJEMEN PATIENT SAFETY DI TINGKAT RUMAH SAKIT

PROVINSI, RUMAH SAKIT KABUPATEN DAN PUSKESMAS

Oleh :

Nama : Sondang Sianipar

NIM : P07520119230

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan Berkat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tepat waktunya
yang berjudul ”Modul Manajemen Patient Safety Di Tingkat Rumah Sakit Provinsi ,
Rumah sakit Kabupaten dan Puskesmas” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Manajement Patient Safety.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi penulisan, bahasan ataupun penyusunannya. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khusunya dari guru
mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
dimasa yang akan datang.

Medan , Oktober 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar belakang....................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................3
C. Sistematika penulisan.........................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................... 3

A. Pengertian patient safety.................................................................... .4


B. Tujuan patient safety.......................................................................... .4
C. Langkah-langkah pelaksanaan patient safety.......................................4

BAB III PENUTUP..........................................................................................9


DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis
obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit
yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis
(medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error
didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended
(i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of
planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan
tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang
diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk
mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event
(Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis
lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum
obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu


kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
1
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.

Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunaka

cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil
pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur
pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan
merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap preventive seperti
tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak
adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi,
kegagalan alat atau system yang lain.

Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan


kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya
adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang
lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita
semua.

Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of


Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient
safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-
capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target
utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS
HUMAN, Building a Safer Health System” melaporkan bahwa dalam pelayanan
pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD/Adverse Event). Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO
mencanangkan World Alliance for Patient Safety, program bersama dengan

2
berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.

Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor


496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang
tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit
yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien.
Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua
stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah
sakit.

Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu


memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan
rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari
penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient
Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada

B. Tujuan Penulisan
Kami membuat makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana langkah-
langkah pasien safety di Rs Provinsi, Kabupaten, dan Puskesmas

C. Sistematika Penulisan

Terdiri dari 3 bab. Bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang
tinjauan teoritis. Bab III berisi tentang penutup terdiri dari kesimpulan dan saran

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN PATIENT SAFETY

Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat
asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

B. TUJUAN PATIENT SAFETY

Tujuan “Patient safety” adalah

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS


b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan) di RS
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD

C. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PATIENT SAFETY

a. Pelaksanaan “Patient safety” meliputi sembilan solusi keselamatan


Pasien di RS Provinsi (WHO Collaborating Centre for Patient Safety,
2 May 2007), yaitu:
i. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-
alike medication names)
ii. Pastikan identifikasi pasien
iii. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien

4
iv. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
v. Kendalikan cairan elektrolit pekat
vi. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
vii. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
viii. Gunakan alat injeksi sekali pakai
ix. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi
nosokomial

b. Langkah–langkah kegiatan pelaksanaan patient safety di RS Kabupaten :


i. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-
rumah sakit di wilayahnya
ii. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya
dukungan anggaran terkait dengan program keselamatan pasien
rumah sakit.
iii. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit

c. Langkah-langkah kegiatan pelaksanaan patient safety di Puskesmas


1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana (KB)
3. Pemberantasan penyakit penular
4. Peningkatan gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengobatan
7. Penyuluhan kesehatan masyarakat
8. Laboraturium
9. Kesehatan sekolah
10. Perawatan kesehatan masyarakat
11. Kesehatan jiwa

5
12. Kesehatan gigi

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Tujuan Umum :

i. Menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit ( morbility) di


kalangan ibu. Kegiatan program ini ditunjukan untuk menjaga
kesehatan ibu selama kehamilan, pada saat bersalin dan saat ibu
menyusui.

Meningkatkan derajat kesehatan anak, melalui pemantauan status gizi dan


pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang bisa di cegah dengan
imunisasi dasar sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

1. Keluarga Berencana (KB)

Tujuan :
Untuk jangka panjang program KB bertujuan menurunkan angka
kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga akan berkembang
Normal Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)

2. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

Tujuan :
Menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, dan mengurangi
berbagai risiko lingkungan masyarakat yang memudahkan terjadinya
penyebaran suatu penyakit menular

3. Upaya Peningkatan Gizi

Tujuan :

6
Meningkatkan status gizi masyarakat melalui usaha pemantauan status
gizi kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi (Ibu
hamil dan balita), pemberian makanan tambahan (PMT) baik yang bersifat
penyuluhan maupun pemulihan

4. Usaha Kesehatan Lingkungan

Tujuan :
Menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan
sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor risiko
timbulnya penyakit di masyarakat

5. Pengobatan

Tujuan :
Memberi pengobatan dan perawatan di Puskesmas (khusus untuk
Puskesmas perawatan)

6. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)

Tujuan :
Meningkatkan kesadaran penduduk akan nilai kesehatan, melalui upaya
promosi kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah perilaku
nya menjadi perilaku sehat

2. Laboratorium

Tujuan :
Memeriksa sediaan ( spicement) darah, sputum, feses, urine untuk
membantu menegakkan diagnosa penyakit. Kegiatan laboratorium merupakan
kegiatan penunjang program lain seperti program pengobatan, KIA,KB dan
P2M.

3. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


7
Tujuan :
Meningkatkan derajat kesehatan anak dan lingkungan sekolah.

4. Perawatan Kesehatan Masyarakat/Public Health Nursing (PHN)

Tujuan :
a. Memberikan pelayanan perawatan secara menyeluruh ( comprehensive
helath care) kepada pasien atau keluarganya dirumah pasien dengan
mengikutsertakan keluarga dan kelompok masyarakat disekitarnya.
b. Membantu keluarga dan masyarakat mengenal kebutuhan kesehatan nya
sendiri dan cara cara penanggulangan nya di sesuai kan dengan batas- batas
kemampuan mereka.

c. Menunjang program kesehatan lainnya dalam usaha pencegahan penyakit,


peningkatan dan pemulihan kesehatan individu dan keluarga nya

11. Usaha Kesehatan Jiwa (UKJ)


Tujuan :
Untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal
12. Usaha Kesehatan Gigi (UKG)

Tujuan :
Menghilangkan atau mengurangi gangguan kesehatan gigi dan
mempertinggi kesadaran kelompok-kelompok masyarakat tentang pentingnya
pemeliharaan gigi

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penatalaksanaan patient safety dalam rumah sakit, puskesmas, pusat,
kabupaten, dan provinsi, dilakukan secara optimal hal ini dapat diketahui dari
masih adanya indicator pelaksana patient safety yang dilakukan
Hambatan yang dirasakan dalam pelaksanaan patient safety adalah kurangnya
pengetahuan terhadap pentingnya patient safety serta kuantitas baik sumber daya
manusia maupun sarana dan prasarananya.

B. Saran
Harapan agar dalam penatalaksaannya dapat lebih baik adalah diadakanya
fungsi sosialisasi mengenai pentingnya patient safety berdasarkan langkah langkah
yang telah tertera, sehigga kualitas mutu pelayanan dapat meningkatkat

Anda mungkin juga menyukai