Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi

karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam

bulan pertama kehidupan bayi. Seorang ibu sering mengalami masalah

dalam pemberian ASI eksklusif, salah satu kendala utamanya yakni produksi

ASI yang tidak lancar. Hal ini akan menjadi faktor penyebab rendahnya

cakupan pemberian ASI eksklusif kepada bayi baru lahir (Handayani, 2015).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling baik untuk bayi yang

langsung diproduksi dari payudara ibu kepada bayi yang baru dilahirkannya,

karena komposisinya sesuai pada setiap tumbuh kembang bayi. World

Health Organization (WHO), United Nation Internasional Children’s

Emergency Fund dan Kementerian Kesehatan merekomendasikan inisiasi

menyusui dalam satu jam pertama kehidupan bayi, ASI eksklusif selama 6

bulan, hingga 2 tahun, ASI harus tetap diberikan bersama dengan makanan

pendamping ASI yang aman dan bergizi (UNICEF, 2016).

WHO juga menambahkan bahwa selama pemberian ASI eksklusif

ada beberapa cairan yang dapat dikonsumsi oleh bayi pada keadaan tertentu,

cairan tersebut ialah beberapa tetes sirup yang terdiri dari vitamin, suplemen

mineral atau obat-obatan. Karena produksi ASI setelah 6 bulan semakin

menurun sedangkan bayi terus mengalami pertumbuhan. Sehingga,

kebutuhan gizi pada bayi tidak mencukupi hanya dari ASI saja, oleh karena

itu diberikan makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI (MP


2

ASI) adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah usia 6

bulan sampai usia 24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. ASI

pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan.

Peranan makanan tambahan bukan sebagai pengganti ASI tetapi untuk

melengkapi atau mendampingi ASI (Surininah, 2015).

Menurut data WHO (2016), cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia

hanya sekitar 36% selama periode 2007-2014. Data Riset Kesehatan Dasar

(Riskedas) 2014 menunjukkan cakupan ASI eksklusif di Indonesia yakni

sekitar 54,3%. Angka ini masih dibawah angka yang telah ditetapkan oleh

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yakni target cakupan pemberian ASI

Eksklusif per 2014 sebesar 80%, sedangkan cakupan inisiasi menyusu dini

nasional hanya sebesar 34,5%. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2018

menunjukkan cakupan ASI eksklusif di Indonesia yakni sekitar 56,7%.

Angka ini masih dibawah angka yang telah ditetapkan oleh Kementerian

Kesehatan (Kemenkes) yakni target cakupan pemberian ASI Eksklusif per

2017 sebesar 80%, sedangkan cakupan inisiasi menyusu dini nasional hanya

sebesar 34,5%.

Berdasarkan data dari Kabupaten/Kota diketahui bahwa cakupan

bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 74 %.

Cakupan tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejak tahun

2011 (61,5%). Secara keseluruhan pencapaian di JawaTimur (74%) belum

memenuhi target yang telah ditetapkan (77%). Ada 15 kabupaten/kota yang

sudah memenuhi target, sedangkan 23 kabupaten/kota lainnya belum

mencapai target (Dinkes Jatim, 2016). Berdasarkan data dari Dinkes


3

Kabupaten Jombang pada tahun 2017 Cakupan ASI eksklusif tertinggi di

Puskesmas Pulorejo (99,04%) dan terendah ada di Puskesmas Tambakrejo

(51,54%) (Dinkes Jombang, 2017).

Produksi ASI yang tidak lancar menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI secara eksklusif, Hal tersebut

sesuai dengan penelitian Chan (2016), dari 44 ibu post partum, sebanyak

44% berhenti menyusui sebelum bayi berusia 3 bulan karena ASI yang

kurang, 31% karena masalah payudara, 25% merasa kelelahan. Salah satu

usaha untuk memperbanyak ASI adalah dengan menyusui anak secara

teratur.

Semakin meningkat frekuensi menyusui, maka akan terjadi

peningkatan produksi ASI dan sebaliknya jika anak berhenti menyusu maka

terjadi penurunan ASI. Saat bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua

reflek yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat pula, yaitu

reflek pembentukan produksi ASI atau reflek prolaktin yang dirangsang oleh

hormon prolaktin dan refleks pengaliran pelepasan ASI (let down reflex).

Bila bayi mengisap puting payudara, maka akan diproduksi suatu hormon

yang disebut prolaktin, yang mengatur sel dalam alveoli agar memproduksi

air susu. Air susu tersebut dikumpulkan ke dalam saluran air susu. Kedua,

reflek mengeluarkan (let down reflex). Isapan bayi juga akan merangsang

produksi hormon lain yaitu oksitosin, yang membuat sel otot disekitar

alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara.

Jadi semakin bayi mengisap, maka semakin banyak air susu yang dihasilkan

(Perinasia, 2017).
4

Dari berbagai provinsi di Indonesia, gagalnya pemberian ASI

eksklusif dipengaruhi oleh faktor ASI tidak lancar sehingga tidak dapat

menyusui bayinya. Berdasarkan surve yang dilakukan oleh badan penelitian

dan pengembangan di bidang kesehatan, pada tahun 2012 didapat 66%

ketidak lancaran ASI terjadi frekuensi menyusui yang kurang dari 8x/hari,

34% akibat tidak melakukan IMD, dan 30% akibat kurangnya asipan gizi

selama menyusui (Muktamar, 2015). Ketidaklancaran produksi yang terjadi

dapat diketahui dari tanda-tanda ASI yang tidak lancar, seperti : ASI tidak

dapat keluar secara spontan dan memerlukan alat bantu, sebelum disusui

payudara terasa lembek, bayi kencing kurang dari 8x/hari. Makanan yang

dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI,

apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan teratur

makan pengeluaran ASI akan berjalan dengan lancara. Pada faktor isapan

bayi ata frekuensi penyusuan ini makan paling sedikit bayi disusui 8x/hari,

karena semakin sering bayi menyusui pada payudara ibu maka pengeluaran

ASI akan semakin lancar (Kristiyansari, 2016).

Menurut Supriyadi (2016) 8,9% jumlah ibu yang mengeluh ketidak

lancaran pengeluaran ASI mengakibatkan ibu berinisiatif memberikan

makanan tambahan selain ASI seperti susu formula upaya ibu bermakasud

mencegah terjadinya penyakit pada bayi. Bayi yang hanya mendapatkan

susu formula akan lebih besar terkena infeksi saluran pencernaan dan infeksi

telinga tengah (otitis media). Bayi yang mengkonsumsi ASI sedini mungkin

akan lebih jarang menderita infeksi telinga dan infeksi saluran pernafasan

atas, diare dan penyakit saluran cerna lain (Bobak, 2015).


5

Teori Mercer (2004) mengemukakan mengenai pencapaian peranan

ibu, Pencapaian peranan ibu dalam hal ini adalah peningkatan frekuensi

menyusui terutama pada bayi 0-6 bulan dengan menyusui akan secara teratur

akan membuat kelancaran produksi ASI. Bagi yang ibu yang produksi ASI

nya lancar akan memiliki banyak manfaat terutama bagi kesehatan ibu dan

bayinya, kesehatan bayi seperti akan memiliki kekebalan tubuh,

pertumbuhan badan meningkat, bayi mengalami gizi yang cukup dan

meningkatkan kecerdasan otak.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Frekuensi Menyusui dengan

kelancaran ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Sidowarek Kecamatan

Ngoro Kabupaten Jombang”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Semakin meningkat frekuensi menyusui, maka akan terjadi peningkatan

produksi ASI dan sebaliknya jika anak berhenti menyusu maka terjadi

penurunan ASI.

2. Seorang ibu sering mengalami masalah dalam pemberian ASI eksklusif,

salah satu kendala utamanya yakni produksi ASI yang tidak lancar.

3. Produksi ASI tidak lancar menyebabkan kegagalan pemberian ASI

secara eksklusif.
6

1.3 Batasan masalah

Pada penelitian dibatasi pada:

1. Bayi usia 0-6 bulan.

2. Ibu yang menyusui bayi.

1.4 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka rumusan masalahnya

adalah : “Apakah ada Hubungan Frekuensi Menyusui dengan kelancaran

ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro

Kabupaten Jombang ?”

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan umum

Mengetahui Hubungan Frekuensi Menyusui dengan kelancaran ASI

pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro

Kabupaten Jombang.

1.5.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi frekuensi menyusui bayi umur 0-6 bulan di Desa

Sidowarek Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang .

b. Mengidentifikasi kelancaran ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Desa

Sidowarek Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang .

c. Menganalisis Hubungan Frekuensi Menyusui dengan kelancaran ASI

pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro

Kabupaten Jombang.
7

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Teoritis

a. Bagi Pengembangan ilmu keperawatan

Dapat memperluas pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam

menggali tentang kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data awal

penelitian berikutnya mengenai kelancaran pengeluaran ASI pada ibu

menyusui.

1.6.2 Praktis

a. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan indikator

untuk mengontrol kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui

b. Bagi ibu

Sebagai bahan masukan bagi keluarga agar bisa memantau pe

kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui.

c. Bagi Tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penyuluhan

bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan kelancaran pengeluaran

ASI pada ibu menyusui.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8

2.1 Konsep Menyusui

2.1.1 Pengertian menyusui

Menyusui adalah proses yang sangat alami, terkadang apa hal-hal

tertentu yang belum dimengerti oleh ibu, terutama ibu yang baru pertama

kali memiliki buah hati (Nadine, 2016).

2.1.2 Manfaat Menyusui

a. Manfaat menyusui bagi bayi

Bayi akan mendapat enam manfaat terpenting dari menyusui, yaitu

1. Memperoleh nutrisi terbaik

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ASI

mengandung nutrisi lengkap dibutuhkan oleh bayi. Tidak ada

satu pun susu formula yang dapat menggantinya.

2. Daya tahan tubuh lebih baik

Kolostrum yang terdapat pada ASI mengandung zat

kekebalan, terutama Immunoglobulin A untuk melindungi bayi

dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. ASI juga

mengandung latoferin, yaitu sejenis protein yang merupakan

komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran

pencernaan.

3. Pertumbuhan otak optimal

Komposisi taurin, DHA dan AA pada ASI sangat

mendukung pertumbuhan optimal otak bayi. Taurin adalah

sejenis asam amino kedua terbanyak dalam ASI yang berfungsi

sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses


8
9

maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan

bahwa defisiensi taurin mengakibatkan terjadinya gangguan

pada retina mata.

4. Lebih cerdas

Interaksi ibu bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat

dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat

meningkatkan kecerdasan bayi.

5. Memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi

Menyusu pada ibu memberikan rasa aman dan nyaman

pada bayi sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan

spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan

manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih

mudah untuk menyayangi orang lain.

b. Manfaat menyusui bagi ibu

Bayi akan mendapat enam manfaat terpenting dari menyusui, yaitu

1. Menghentikan perdarahan pascapersalinan

Salah satu hormon yang berperan dalam proses

produksi ASI adalah hormon oksitosin. Oksitosin berpengaruh

dalam proses pengeluaran ASI dari kelenjar susu. Hormon ini

membuat otot saluran ASI berkontraksi sehingga ASI dalam

kelenjar susu bisa keluar ke ujung saluran untuk kemudian di

isap bayi dengan mudah.

2. Menurunkan risiko kanker


10

Ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif terbukti

mengalami penurunan risiko terkena kanker. Bagaimana

mekanisme pemberian ASI ini bisa sampai mengurangi risiko

kanker memang belum bisa dipahami secara pasti, tetapi dari

penelitian yang dilakukan, didapat kenyataan yang jelas

bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki

risiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25%

lebih rendah dibanding yang tidak menyusui secara eksklusif.

3. Alat kontrasepsi alamiah

Keberhasilan menyusui anak mencegah kehamilan

bisa mencapai 99%. Syaratnya, ibu harus betul-betul

memberikan ASI-nya secara eksklusif 6 bulan dan selama

memberikan ASI eksklusif ibu belum mengalami menstruasi.

Hal ini karena saat kedua persyaratan itu terpenuhi akan

berlangsung mekanisme perubahan hormon reproduksi pada

ibu yang mengakibatkan terhentinya proses ovulasi atau

pelepasan sel telur ke arah rahim.

4. Cepat kembali ke berat badan semula

Ibu yang menyusui secara eksklusif ternyata lebih

mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti

sebelum hamil. Ini karena timbunan lemak yang ada pada

tubuh akibat kehamilan digunakan sebagai sumber tenaga

dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui, tubuh akan

menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan


11

lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.

Logikanya, jika timbunan lemak menyusui berat badan ibu

akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.

5. Kembali memesrakan hubungan antara suami istri

Dengan menyusui rahim akan lebih cepat kembali ke

posisi semula. Tentu saja, hal ini menandakan pemulihan fisik

ibu yang nyata. Jika fisik ibu sudah pulih, tentu saja

hubungan seksual bisa cepat kembali seperti sebelum hamil.

Dengan begitu, hubungan antara suami-istri dapat kembali

mesra (Nadine, 2016).

2.1.3 Cara Menyusui

Berikut adalah beberapa tips untuk membantu anda berhasil dalam

menyusui sejak awal.

1. Susui bayi anda sesegera mungkin langsung setelah persalinan bila

anda dan bayi dalam keadaan baik.

2. Dapatkan bantuan untuk memosisikan bayi anda bila terasa sakit,

berarti ada masalah. Rasa sakit di awal itu wajar, tetapi rasa sakit atau

dilingkungan anda bisa membantu anda sehingga menjadi tidak terlalu

sakit.

3. Dekap bayi ke tubuh anda. Bila mungkin, kontak kulit bayi dekat

dengan anda membuat bayi merasa nyaman dan membantu anda

merespon tanda-tanda yang dibuatnya ketika dia ingin menyusu.

4. Sering menyusu di hari-hari pertama itu normal-jangan berusaha

menetapkan jadwal untuk bayi anda.


12

5. Tawarkan kedua payudara setiap kali menyusui. Tidak masalah apabila

bayi anda menyusu dari satu payudara.

6. Ingatlah bahwa menyusui adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh

anda dan bayi anda serta dibutuhkan waktu sampai kegiatan ini terasa

normal dan alami. Apa yang terjadi dihari-hari dan minggu-minggu

pertama berubah dengan berjalannya waktu.

7. Jangan berikan cairan apa pun dengan botol ketika anda sedang

membiasakan menyusui. Bahkan apabila di kemudian hari anda

mempertimbangkannya, di saat bayi sedang belajar ini, penggunaan

botol dapat mempengaruhi penanganan.

8. Lupakan jam ketika anda menyusui. Lamanya bayi berada di payudara

tidaklah relevan terhadap menyusui.

9. Akan, tetapi menyusui dalam waktu yang lama (misalnya di atas satu

jam) yang tepat tidak bisa membuat bayi sedang dan membuatnya

gelisah adalah tanda bahwa ada sesuatu yang salah.

10. Gantilah breast pada anda secara berkala. Breast pad yang lembab

akan menjadi tempat berkembang biak bakteri.

11. Lepaskan bayi anda dari puting secara lembut dengan melepaskan

isapan yang dibuatnya. Dengan lembut pula, sisipkan jari anda ke

ujung mulut bayi dan kemudian tariklah.

12. Perah sedikit ASI dan pijatkan ke puting setelah menyusui. Bila

mungkin, biarkah puting anda mengering di udara terbuka (Nadine,

2016).

2.1.4 Frekuensi menyusui


13

Frekuensi menyusui adalah Kebutuhan bayi terpenuhi dengan

menyusui tiap 2-3 jam. Setiap menyusui lakukan pada kedua payudara

secara bergantian (Mulyani, 2013).

2.3 Konsep Dasar ASI Eksklusif

2.3.1 Pengertian ASI

ASI adalah karunia luar biasa yang telah Tuhan anugerahkan kepada

manusia dengan segala manfaat yang terkandung di dalamnya (Riksani,

2012).

2.3.2 Pengertian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja tanpa

tambahan cairan lain atau makanan padat, bayi harus sering disusui serta

tanpa batasan waktu (Roesli, 2008).

ASI eksklusif menurut WHO (dalam Riksani, 2016) adalah hanya

memberikan ASI kepada bayi Anda, tidak memberikan tambahan dalam

bentuk apapun dari usia 0-6 bulan.

2.3.3 Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi (Kristiyansari, 2016).

a. Kolostrum

ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai ke tiga

b. Air Susu Masa Peralihan

ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.

c. Air Susu Matur

ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari

kesepuluh.
14

Untuk lebih jelas perbedaan kadar Gizi yang dihasikan

kolostrum, ASI transisi, dan Asi mature dapat dilihat pada table

berikut:
Tabel 2.1 Komposisi Kandungan ASI
Kandungan Kolostrum transisi ASI mature

Energy ( Kg Kla) 57,0 63,0 65,0


Laktosa ( gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak ( gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
imunoglobulin :
IgA (mg/ 100 ml ) 335,9 - 119,6
IgG (mg/ 100 ml ) 5,9 - 2,9
IgM(mg/ 100 ml ) 17,1 - 2,9
Lisosum(mg/ 100 ml ) 14,2- 16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 421-520 250-270

Sumber : (Kristiyansari, 2016)

Tabel 2.2 Perbedaan komposisi ASI, susu sapi, dan susu formula
Komposisi / 100 ml ASI mature Susu sapi Susu formula
Kalori 75 69 67
Protein 1,2 3,5 1,5
Lactalbumin (%) 80 18 60
Kasein 20 82 60
Air 87,1 87,3 40
Lemak (gr) 4,5 3,5 90
Karbohidrat 7,1 4,9 6,9
Ash (gr) 0,21 0,72 0,34
Sumber : (Kristiyansari, 2016)

Tabel 2.3 Mineral


Na 16 50 21
K 53 144 69
Ca 33 128 46
P 14 93 32
Mg 4 13 5,3
Fe 0,05 trace 1,3
15

Zn 0,15 0,04 0,42


Sumber : (Kristiyanasari, 2016)

Tabel 2.3 Vitamin


A ( iu) 182 140 210
C ( mg) 5 1 5,3
D ( iu) 2,2 42 42
E ( iu) 0,08 0,04 0,04
Thiamin ( mg) 0,01 0,04 0,04
Riboflavin ( mg) 0,04 0,03 0,06
Niacin ( mg) 0,2 0,17 0,7
Ph Alkaline Acid Acid
Bacteria iontent Sterile Nonsteril sterile
Sumber : Kristiyansari, (2016)

2.3.4 Manfaat Pemberian ASI

a. Manfaat ASI

Menurut Kristiyansari (2016) ASI bermanfaat bukan hanya

untuk bayi saja, tetapi juga untuk ibu, keluarga dan negara serta

lingkungan.

1. Manfaat ASI untuk bayi adalah :

a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

b) Mengandung antibodi.

c) ASI mengandung komposisi yang tepat.

d) Mengurangi kejadian karies dentis.

e) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan

antara ibu dan bayi.

f) Terhindar dari alergi.

g) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.

h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang

pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada

payudara.
16

2. Manfaat ASI untuk ibu :

a) Aspek kontrasepsi.

Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf

sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan

prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi

estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

b) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

oksitosin kelenjar hipofisis.

c) Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih

cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil.

d) Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,

tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,

rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

3. Manfaat ASI untuk keluarga

a) Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya

digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk

keperluan lain.

b) Aspek psikologis
17

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih

jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat

mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

c) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saya

dan kapan saja.

4) Manfaat ASI untuk negara

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

b) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

c) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula

d) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.

Sedangkan menurut Prasetyono (2012) manfaat ASI adalah :

a. Ketika bayi berusia 6-12 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama

bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.

b. ASI memang terbaik untuk bayi manusia, sebagaimana susu sapi yang

terbaik untuk bayi sapi.

c. ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi.

d. Para dokter menyepakati bahwa pemberian ASI dapat mengurangi

risiko infeksi lambung dan susu, sembelit serta alergi.

e. Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi

yang tidak memperoleh ASI. Ketika ibu tertular penyakit melalui

makanan, seperti gastroentritis atau polio, maka antibodi ibu terhadap

penyakit akan diberikan kepada bayi melalui ASI.


18

f. Bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning.

Jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring

diberikannya kolostrum yang dapat mengatasi kekuningan, asalkan

bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tidak diberi pengganti ASI.

g. ASI selalu siap sedia ketika bayi menginginkannya. ASI pun selalu

dalam keadaan steril dan suhunya juga cocok.

h. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI semakin

mendekatkan hubungan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman,

nyaman dan terlindungi. Hal ini mempengaruhi kemapanan emosinya

di masa depan.

i. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan

kepadanya, karena ASI sangat mudah dicerna. Dengan mengonsumsi

ASI, bayi semakin cepat sembuh.

j. Bayi yang lahir prematur lebih cepat tumbuh jika diberi ASI.

k. Beberapa penyakit yang jarang menyerang bayi yang diberi ASI antara

lain kolik, kematian bayi secara mendadak.

l. IQ pada bayi yang memperoleh ASI lebih tinggi 7-9 poin ketimbang

bayi yang tidak diberi ASI.

m. Menyusui bukanlah sekedar memberi makan, tetapi juga mendidik

anak.

2.3.5 Kelancaran ASI

Dalam kondisi normal, jumlah produksi ASI yang dihasilkan ibu

selalu mengikuti kebutuhan bayi. Produksi ASI optimal tercapai setelah

hari ke 10-14 setelah kelahiran. Pada hari-hari pertama setelah kelahiran


19

produksi ASI sekitar 10–100 ml sehari, produksi ASI yang efektif akan

terus meningkat sampai 6 bulan dengan rata-rata produksi 700-800 ml

setiap hari, selanjutnya poduksi ASI menurun menjadi 500-700 ml setelah

6 bulan pertama (Mulyani, 2013).

2.3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran pemberian ASI

(produksi ASI) antara lain :

a. Faktor makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan

ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi

yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar

pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan

yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu

harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta

mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak

kurang lebih 8-12 gelas/hari.

Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui :

1. Yang merangsang, seperti : cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.

2. Yang membuat kembung, seperti : ubi, singkong kool, sawi dan

daun bawang.

3. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.

b. Faktor ketenangan jiwa dan fikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu

yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan
20

berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI

bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang

baik harus dalam keadaan tenang.

c. Faktor penggunaan alat kontrasepsi

Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi

hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat

dapat mempengaruhi produksi ASI.

d. Faktor perawatan payudara

Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise

untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak

lagi dan hormon oxytocin.

e. Faktor anatomis buah dada

Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun

berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-

sel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan

berkurang.

f. Faktor fisiologi

Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini

merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan

dan mempertahankan sekresi air susu.

g. Faktor istirahat

Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam

menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan

pengeluaran ASI berkurang.


21

h. Faktor isapan anak

Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar

maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI

berkurang.

i. Faktor obat-obatan

Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon

mempengaruhi hormon prolaktin dan oxytocin yang berfungsi dalam

tpembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini

terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan

pengeluaran ASI

(Kristiyansari, 2016).

2.3.7 Cara pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja

a. Memerah ASI dengan tangan

Teknik memerah ASI dengan tangan yang saat ini popular di

kalangan ibu-ibu adalah teknik marmet. Memerah ASI dengan teknik

awalnya diciptakan oleh seorang ibu yang harus mengeluarkan ASI-

nya karena alasan medis. Awalnya ia kesulitan mengeluarkan ASI

dengan refleks yang tidak sesuai dengan refleks keluarnya ASI saat

bayi menyusu. Hingga akhirnya ia menemukan satu metode memijat

dan menstimulasi agar refleks keluarnya ASI optimal. Kunci sukses

dari teknik ini adalah kombinasi dari cara memerah ASI dan cara

memijat.

Langkah-langkah teknik Marmet


22

1. Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya (telunjuk dan jari tengah)

sekitar 1 cm hingga 1,5 cm dari areola.

2. Tempatkan ibu jari di atas areola pada posisi jam 12 dan jari

lainnya di posisi jam 6.

3. Perhatikan bahwa jari-jari tersebut terletak di atas gudang ASI

sehingga proses pengeluaran ASI optimal.

4. Hindari melingkari jari pada areola. Posisi jari seharusnya tidak

berada di jam 12 dan jam 4.

5. Dorong ke arah dada, hindari meregangkan jari. Bagi yang

berpayudara besar, angkat dan dorong ke arah dada.

6. Gulung menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara bersamaan.

Gerakkan ibu jari dan jari lainnya sehingga menekan gudang ASI

hingga kosong. Jika dilakukan dengan tepat, maka ibu tidak akan

kesakitan saat memerah.

7. Ulangi secara teratur sehingga gudang ASI kosong. Posisikan jari

secara tepat, dorong, gulung.

8. Putar ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI lainnya.

Demikian juga saat memerah payudara lainnya, gunakan kedua

tangan. Misalkan, saat memerah payudara kiri, gunakan tangan

kiri. Juga saat memerah payudara kanan, gunakan tangan kanan.

Saat memerah ASI, jari-jari berputar seiring jarum jam ataupun

berlawanan agar semua gudang ASI kosong. Pindahkan ibu jari dan

jari lainnya pada posisi jam 6 dan jam 12, kemudian posisi jam 11

dan jam 5, kemudian jam 2 dan jam 8, kemudian jam 3 dan jam 9.
23

b. Memerah ASI dengan teknik botol hangat

Anda juga dapat memerah ASI menggunakan teknik botol hangat. Ini

merupakan teknik yang bermanfaat untuk menghilangkan bendungan,

terutama bila payudara nyeri dan puting susu tegang.

Caranya :

1. Cara botol kaca berukuran lumayan besar.

2. Mintalah keluarga untuk memanaskan sejumlah air dan isilah botol

dengan air panas. Biarkan beberapa menit untuk menghangatkan

kaca botol.

3. Bungkus botol dengan kair dan buang air panas.

4. Dinginkan leher botol dan masukkan ke dalam puting susu sampai

menyentuh kulit di sekelilingnya dengan ketat.

5. Pegang kuat botol tersebut, setelah beberapa menit botol

mendingin dan menimbulkan isapan lembut maka akan menarik

puting susu.

6. Rasa hangat membantu refleks pengeluaran dan ASI mulai

mengalir dan mengisap botol.

7. Setelah beberapa saat, nyeri pada payudara berkurang dan

memerah dengan tangan atau isapan sudah bisa dilakukan.

(Nadine, 2016).

c. Cara mengeluarkan ASI dengan pompa

Ada 2 macam bentuk pompa

Ada beberapa tipe pompa manual antara lain:

1. Tipe silindris
24

Pompa ini efektif dan mudah dipakai. Kekuatan tekanan isapan

mudah dikontrol, baik kedua silinder maupun gerakan memompa

berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastik yang tempat

penampungan ASI di bagian bawah silinder.

2. Tipe silindris bersudut

Dengan gerakan piston yang ditarik ke bawah akan lebih mudah

mengontrol kekuatan tekanan isapan. ASI akan ditampung di botol

yang ditempelkan di pompa.

3. Tipe kerucut/plastik dan bola karet /tipe terompat

Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat menyakitkan

dan dapat menyebabakn kerusakan puting susu serta jaringan

payudara.

Pompa elektrik

Beberapa macam pompa listrik sudah ada di beberapa kota besar.

Karena umumnya harganya sangat mahal sehingga penggunaannya

terbatas di rumah sakit besar (Kristiyansari, 2016).

2.3.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

a. Aspek pemahaman dan pola pikir

Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan,

terbukti bahwa ASI eksklusif memang lebih unggul dibandingkan susu

formula. Sebab, ASI mengandung zat-zat kekebalan yang tidak

dimiliki oleh susu formula. Zat kekebalan ini sangat dibutuhkan oleh

bayi pada bulan-bulan pertama setelah kelahirannya.

b. Aspek gizi
25

ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi

hingga 6 bulan pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan

kepada bayi, yang sering disebut kolostrum, banyak mengandung zat

kekebalan, terutama IgA yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi seperti diare.

c. Pendidikan

Sesungguhnya Tuhan menganugerahi payudara memang untuk

menyusui bayi, karena dapat menghasilkan ASI. Maka, hendaknya

para ibu memanfaatkannya dengan menyusui bayi. Meskipun bersifat

alamiah dan naluriah, para ibu tetap memerlukan informasi dan

pengetahuan yang terkait penyusunan.

d. Aspek imunologik

Para ahli berpendapat bahwa ASI mengandung zat anti infeksi

yang berish dan bebas kontaminasi. Kadar immunoglobin A (IgA)

dalam kolostrum cukup tinggi. Meskipun sekretori IgA tidak diserap

oleh tubuh bayi, tetapi zat ini berfungsi melumpuhkan bakteri

pathogen E coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

e. Aspek psikologis

Aktivitas menyusui dapat membentuk ikatan batin yang kuat

antara ibu dan bayi, menghadirkan perasaan aman dan tenang,

merangsang produksi ASI, serta memperlancar ASI, sehingga bayi

bisa lebih terpuaskan.

f. Aspek kecerdasan
26

ASI mengandung DHA dan AA yang dibutuhkan bagi

perkembangan otak. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

pertama setelah kelahiran bayi mempunyai dua dampak positif.

g. Aspek neurologist

Dengan meminum ASI, koordinasi saraf pada bayi yang terkait

aktivitas menelan, mengisap dan bernapas semakin sempurna.

h. Aspek biaya

Ditinjau dari sudut biaya, maka dapat disimpulkan bahwa

menyusui secara eksklusif dapat mengurangi biaya tambahan, yang

diperlukan untuk membeli susu formula beserta peralatannya.

i. Aspek penundaan kehamilan

Menyusui secara eksklusif dapat menunda datang bulan dan

kehamilan, sehingga dapat digunakan alat kontrasepsi alamiah yang

dikenal dengan metode amenore laktasi (MAL).

(Prasetyono, 2016).

2.3.9 Hambatan pemberian ASI ekslusif

menurut Riksani (2012) hambatan dalam pemberian ASI eksklusif

adalah:

a.ASI keluar sedikit

Anggapan yang paling sering berkembang di masyarakat adalah

tidak keluarnya ASI atau jumlah ASI yang dianggap kurang. Jumlah

produksi ASI memang sedikit pada hari-hari pertama pascakelahiran.

b. Khawatir badan menjadi gemuk


27

Banyak pula ibu yang menolak menyusui dengan alasan takut

badannya menjadi gemuk selama menyusui. Hingga kini, anggapan itu

tidak pernah dibuktikan kebenarannya karena yang terjadi justru

sebaliknya.

c.Takut payudara turun

Anggapan ini juga sering ditemukan dimasyarakat. Namun ini

tentu saja merupakan anggapan yang salah kaprah. Terdapat banyak

faktor yang menyebabkan payudara tak sekencang saat masih gadis.

d. Bayi terserang diare saat diberi ASI

Banyak ibu beranggapan bayinya mencret atau diare karena

konsistensi BAB yang cair. Kebanyakan orang menganggap BAB bayi

akan serupa dengan bentuk dan konsistensi BAB anak atau orang

dewasa. Maka, ibu pun khawatir dan menganggap bayinya terserang

diare karena BAB-nya cair. Karena hanya diberi ASI, tentu ASI-lah yang

dianggap sebagai penyebab diare pada bayi.

e.Bayi ASI terlihat kurang montok, sementara bayi yang diberi susu formula

terlihat lebih montok

Secara kasar, kadang memang benar bahwa bayi yang diberi susu

formula terlihat lebih gemuk dibanding bayi yang hanya diberi ASI. Hal

ini terjadi karena susu formula lebih cepat membuat bayi merasa

kenyang dan susu sapi memang dirancang untuk membuat badan bayi

menjadi besar.

f. Informasi yang kurang atau salah


28

Tidak jarang, ada klinik, rumah sakit ataupun tempat pelayanan

kesehatan lain, yang langsung menyarankan ibu untuk memberikan susu

formula kepada bayi.

g. Pengaruh orang terdekat atau orang tua

Orang tua tentu orang yang lebih lama hidup di dunia dan

mempunyai banyak pengalaman, terutama dalam hal perawatan dan

pengasuhan anak. Oleh karena itu, dengan pengalamannya, orangtua

dianggap lebih tahu cara terbaik mengurus anak.

h. Ibu bekerja sehingga repot jika harus memberikan ASI

Inilah alasan yang paling sering dikemukakan oleh ibu yang tidak

menyusui bayinya. Alasan paling populer, paling kuat, dan paling

dimaklumi.

2.4 Hubungan Frekuensi Menyusui dengan kelancaran ASI pada bayi umur

0-6 bulan

Produksi ASI yang tidak lancar menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI secara eksklusif, Hal tersebut

sesuai dengan penelitian Chan (2006), dari 44 ibu post partum, sebanyak

44% berhenti menyusui sebelum bayi berusia 3 bulan karena ASI yang

kurang, 31% karena masalah payudara, 25% merasa kelelahan. Salah satu

usaha untuk memperbanyak ASI adalah dengan menyusui anak secara

teratur. Semakin sering anak menghisap puting susu ibu, maka akan terjadi

peningkatan produksi ASI dan sebaliknya jika anak berhenti menyusu maka

terjadi penurunan ASI. Saat bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua

reflek yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat pula, yaitu
29

reflek pembentukan/produksi ASI atau reflek prolaktin yang dirangsang oleh

hormon prolaktin dan refleks pengaliran/pelepasan ASI (let down reflex).

Bila bayi mengisap puting payudara, maka akan diproduksisuatu hormon

yang disebut prolaktin, yang mengatur sel dalam alveoli agar memproduksi

air susu. Air susu tersebut dikumpulkan ke dalam saluran air susu. Kedua,

reflek mengeluarkan (let down reflex). Isapan bayi juga akan merangsang

produksi hormon lain yaitu oksitosin, yang membuat sel otot disekitar

alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara.

Jadi semakin bayi mengisap, maka semakin banyak air susu yang dihasilkan

(Perinasia, 2015).

2.4 Teori Keperawatan Ramona T Mercer

2.4.1 Pengertian

Teori Mercer (2004) mengemukakan mengenai pencapaian peranan

ibu,yang ditempatkan dengan lingkaran sarang Bronfenbrenner (1979)

mengenai mikro sistem, ekosistem dan makro sistem.

1. Lingkungan yang mana pencapaian peranan ibu adalah mikro sistem

yang meliputi keluarga,dan faktor-faktor seperti fungsi

keluarga,hubungan ayah-ibu,dukungan sosial,dan tekanan. Variabel-

variabel yang ada dalam mikrosistem berinteraksi satu atau lebih pada

variabel-variabel yang lain yang akan mempengaruhi peranan ibu.

Bayi sebagai sebuah individu dimasukkan dalam sistem keluarga.

Keluarga adalah dipandang sebagai sebuah sistem semiclosed yang

menjaga batasan-batasan dan mengkontrol perubahan yang terjadi di

dalam antara sistem keluarga dan sistem sosial.


30

2. Ekosistem, pengaruh, dan membatasi mikrosistem, tetapi ekosistem

menentukan dalam bagian apa yang terjadi pada perkembangan

peranan ibu dan anak

3. Makrosistem mengacu pada prototype umum yang ada dalam sebuah

budaya yang dipindahkan dalam konsistensi budaya.

Pencapaian peranan ibu adlah sebuah proses yang mengikuti empat

tahapan pada akuisisi peranan (diadaptasi dari Thorn dan Nardi,1975)

1. Anticipatory-memulai dengan penialaian sosial dan psikologikal pada

peranan dengan mempelajari pengalaman-pengalaman pada peranan.

Ibu berfantasi mengenai peranan, berhubungan dengan janin dalam

rahim dan memulai memerankan peranan.

2. Formal-memulai dengan asumsi pada peranan pada saat

melahirkan;perilaku peranan dipandu oleh formal,harapan konsensual

pada yang lain dalam sistem sosial ibu.

3. Informal-memulai sebagai ibu mengembangkan cara unik

berhubungan dengan peranan yang tidak diyakini oleh sistem sosial.

4. Personal-pengalaman ibu akan harmoni,kepercayaan diri, dan

kompetensi dalam cara ia melakukan peranan,peranan keibuan yang

dicapai.

Awal penelitian Mecer,ia mengambil teori interaksi Mead mengenai

diri dan teori sistem umum Bertalanffy. Seperti dalam penelitiannya yang

dikembangkan ke dalam pencapaian pada peranan ibu, ia juga

menggabungkan penelitian Werner dan Erikson dengan Burr dan teori-

teori yang berhubungan untuk mengembangkan sebuah kerangka toerikal


31

pada teori peranan dari sebuah pendekatan interaksi. Penelitian Reva

Rubin pada pencapaian peranan ibu dan penelitian Mercer yang dilakukan

pada variabel-variabel yang berbeda akan mempengaruhi peranan ibu dan

juga menjadi sumber-sumber literatur teori utama.

Dasar-dasar Mercer dalam teorinya untuk pencapaian peranan ibu

pada faktor-faktor berikut ini:

1. Pencapaian peranan ibu sebuah interaksional dan proses perkembangan

yang terjadi selama periode tertentu, yang mana ibu menjadi lebih

dekat dengan bayinya, ini akan membutuhkan kompetensi dalam tugas

keperawatan yang memerlukan peranannya dan mengekspresikan

kesenangan dan gratifikasi dalam peranannya. Pergerakan personal

yang mana ibu mengalammi sebuah harmoni, kepercayaan diri dan

kompetensi bagaimana ia melakukan peranannya adalah poin akhir

pada pencapaian peranan ibu identitas keibuan

2. Usia ibu kronologikal dan perkembangan.

3. Persepsi pada pengalaman melahirkan sebuah persepsi wanita pada

performanya selama mengandung dan melahirkan

4. Pemisahan awal ibu dan bayi, pemisahan ibu setelah melahirkan

dikarenakan sakit dan atau prematur.

5. Penghargaan diri”sebuah persepsi individu pada bagaimana pandangan

yang lain dan penerimaan diri pada persepsi.

6. Konsep diri “Keseluruhan persepsi pada diri yang meliputi kepuasan

diri, penrimaan diri ,menghargai diri dan kecocokan dan ketidak

cocokan antara diri yang ideal.


32

7. Fleksibilitas peranan tidak digabungkan bagaimanapun siapa yang

mengisi peranan adalah tidak penting. “fleksibilitas pada sikap

melahirkan anak meningkatakan dengan perkembangan. Ibu yang lebih

tua memiliki potensial untuk merespon sedikit kaku pada bayi dan

untuk melihat tiap situasi yang berhubungan dengan nuansa unik.

8. Sikap childearing sikap ibu atau kepercayaan mengenai childearing.

9. Status kesehatan “persepsi ibu dan ayah pada kesehatan mereka

sebelumnya, kesehatan mereka sekarang, kesehatan mereka dimasa

akan datang, kekebalan terhadap penyakit, kecemasan akan kesehatan,

orientasi sakit dan penolakan pada peranan sakit.

10. Kecemasan “sebuah sifat yang mana terdapat kecenderungan untuk

menerima situasi penuh tekanan sebagai sesuatu yang berbahaya dan

mengancam dan seperti situasi khusus

11. Depresi “memiliki sejumlah gejala depresi dan khususnya komponen

affective pada pikiran depresi

12. Peranan sifat konflik dan kesulitan untuk merasakan oleh wanita dalam

memenuhi kewajiban peranan sebagai seorang ibu

13. Kasih sayang sebuah komponen pada peranan orang tua dan

identifikasi. Kasih sayang dipandang sebagai sebuah proses yang

meningkatkan kasih sayang dan komitmen emosional pada seorang

individu yang terbentuk.

14. Temperamen bayi sebuah temperamen mudah versus temperamen sulit

itu berhubungan apakah bayi mengirimkan sulit untuk membaca


33

petunjuk memunculkan peranan ketidak kompetensian dan frustasi

pada ibu.

15. Status kesehatan bayi sakit disebabkan pemisahan ibu dan bayi

interfensi dengan proses kasih saying

16. Karakteristik bayi temperamen,penampilan, dan status kesehatan

17. Keluarga “sebuah sistem dinamis yang meliputi sub sistem-

individual(ibu,ayah,janin) dan (ibu-ayah,ibu-bayi/janin, dan ayah-

janin/bayi) yang mana secara keseluruhan merupakan sistem keluarga.

18. Fungsi keluarga pandangan individu pada aktifitas dan hubungan

antara keluarga dan sub sistemnya dan unit sosial yang lebih luas.

19. Stess/tekanan secara positif dan negara menganggap kehidupan

kejadian dan variabel lingkungan

20. Dukungan sosial “jumlah bantuan yang diterima, kepuasan dengan

bantuan yang didapatkan dan seseorang (jaringan) dalam menyediakan

bantuan.

Empat area dukungan sosial sebagai berikut:

1. Dukungan emosional “perasaan dicintai,diperhatikan,dipercaya,dan

dimengerti

2. Dukungan informasional “membantu individual dengan memberikan

informasi yang berhubungan dengan permasalahan dan atau situasi

3. Dukungan fisik “sebuah hal yang baik dalam bantuan

4. Penilaian dukungan “sebuah dukungan yang menceritakan peranan

yang diambil bagaimana ia akan melakukan peranan itu,itu akan dapat


34

membuat individu untuk mengevaluasi dirinya yang berhubungan

dengan performa lain dalam peranan.

5. Hubungan ibu dan ayah persepsi pada hubungan pasangan yang

meliputi nilai –nilai yang ada tujuan dan persetujuan antara dua

tersebut.

6. Budaya cara total dalam mempelajari kehidupan dan melaluinya dari

generasi ke generasi

2.4.2 Fokus

Fokus utama dari teori mercer (maternal role Attainment-becoming a

mother) adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi

seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya. Model ini juga

menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan pengkajian pada bayi

dan lingkungannya,digunakan untuk mengidentifikasi tujuan bayi,

memberikan bantuan terhadap bayi dengan pendidikan dan dukungan,

memberikan pelayanan pada bayi yang tidak mampu untuk melakukan

perawatan secara mandiri dan mampu berinteraksi dengan bayi dan

lingkungannya.

2.4.3 Implikasi

Ibu yang baru melahirkan perlu mempersiapkan diri untuk

memberikan ASInya pada bayi yang baru dilahirkan, persiapan secara

psikologis diperlukan karena ibu mengalami perubahan peran.

Berdasarkan teori keperawatan Maternal Role attainment-becoming a

Mather yang dikembangkan oleh Ramona T. Mecer, yang mengemukakan

bahwa focus utamadari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran
35

ibu dan proses menjadi seorang ibu. Pencapaian peran ibu bisa berhasil

bila ibu menjadi dekat dengan bayinya dan mendapatkan dukungan dari

pasangan (suami) termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan

peran selanjutnya setelah melahirkan (Alligood 2002).

Faktor ayah dijelaskan oleh dua indikator yaitu dukungan ayah dan

interaksi ayah-ibu. Hasil penelitian menunjukan mayoritas ayah

memberikan dukungan cukup terhadap ibu yang melahirkan secara SC.

Hampir semua ayah-ibu memiliki interaksi yang baik. Faktor dukungan

ayah membuktikan mampu menurunkan kecemasan pada ibu bersalin

secara SC.

Suami atau pasangan intim (father or intimate partnert), berdasarkan

teori keperawatan Mercer berkontribusi pada proses pencapaian peran ibu

yang pada pelaksanaannya tidak bisa digantikan oleh orang lain. Interaksi

ayah membantu mengurangi tekanan dan memfasilitasi pencapaian peran

ibu (Nursalam 2013).

Mercer, R. T., & Ferkehch (1990) mengidentifikasi bahwa dukungan

emosional dan penghargaan yang dimaksud adalah perasaan mencintai,

penuh perhatian, percaya dan mengerti, tentang peran pelaksanaan, dan

bagaimana ia menampilkan perannya. Dukungan instrumental sebagai

pertolongan yang langsung seperti membantu merawat bayi serta

dukungan informasional untuk membantu individu menolong dirinya

sendiri dengan memberikan informasi yang berguna dan berhubungan

dengan masalah dan atau situasi.

Pada tahun 2003, Mercer merevisi model maternal role attainment


36

menjadi a becoming mother. Pada model ini ditempatkan interaksi antara

ibu, bayi dan ayah sebagai sentral interaksi yang tinggal dalam satu

lingkungan.

Makrosistem

Mesosistem

Mikrosiste
m
Hubungan Ibu dan Ayah

Ibu
Empati/peka pada isyarat bayi Anak
Harga diri/konsep diri pengasuhan Tempramen/perangai
Kedewasaan dan fleksibilitas Kemampuan untuk
P Sikap memberikan isyarat
e Kehamilan & pengalaman s h
Penampilan
r kelahiran t
karakteristik
a
a Kesehatan secara keseluruhan dan r
Daya tanggap
l
w konflik peran/ketegangan kesehatan
e o
a s k
t s e
a Komponen Peran Ibu Hasil Pada Anak
S
n Kompetensi dalam perilaku
ibu Kognitif/mental
Mengekspresikan kepuasan Pengembangan
Keterkaitan pada bayi Prilaku
Kesehatan
kompetensi
Dukungan Sosial

Fungsi
Keluarga
Pengaturan kerja
orang tua

Konsistensi pengaruh
budaya

Gambar 2.2 Becoming a mother : A Revised Model (From R. T. Mercer, Personal


communication, September 3, 2003; Tomey, MA & Aligood, 2006
hal.615 )

Dalam model ini dijelaskan Sikap dan perilaku baik ibu maupun

bayi dapat mempengaruhi identitas masing-masing. Sikap dan perilaku ibu

pada teori Mercer ini meliputi empati, sensitivitas terhadap isyarat bayi,
37

harga diri, konsep diri, sikap orang tua dalam menerima bayi, kedewasaan

dan fleksibilitas, sifat kehamilan dan pengalaman melahirkan, kesehatan,

depresi, dan konflik peran. Respon perkembangan bayi yang berhubungan

dengan perkembangan identitas peran ibu berupa kontak mata bayi dengan

ibu, refleks menggenggam, refleks tersenyum dan sikap tenang ibu dalam

menjalankan perawatan, perilaku interaktif bayi dengan ibu. Adapun sifat

bayi yang dapat mempengaruhi identitas peran ibu berupa temperamen,

kemampuan mengirimkan isyarat, penampilan, karakteristik umum,

tanggung jawab, dan kesehatan (Mercer, 1991 dalam Alligood dan Tomey,

2006).

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah model konseptual yang berkaitan

dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan

secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah

Mes2014).
(Hidayat,

Mik

Mikrosistem
Faktor Ibu
1. Empati
2. Harga diri
3. Kedewasaan
4. Sikap
5. Kehamilan &
Pengalaman
6. Kesehatan
38

Maternal Role/
identity :
Ayah 1. Makanan ibu
1. Peran
2. Interaksi 2. Isapan bayi
Mak 3. Lama menyusui
4.4.Frekuensi
Frekuensi
menyusui
menyusui
Mak
Bayi
1. Temperamen
2. Status kesehatan
3. Isyarat bayi /responsif kelancaran pengeluaran
4. Karakteristik ASI pada ibu menyusui

Tidak lancar
Lancar

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: mempengaruhi

Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Frekuensi Menyusui


dengan kelancaran ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Sidowarek
Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang

2.6 Hipotesis
39

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2010).

Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

H0 : Tidak Ada Hubungan Frekuensi Menyusui dengan kelancaran ASI

pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro

Kabupaten Jombang

H1 : Ada Hubungan Frekuensi Menyusui dengan kelancaran ASI pada bayi

umur 0-6 bulan di Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro Kabupaten

Jombang

BAB 3
40

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam

penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang

bisa mempengaruhi akurasi hasil. Istilah desain penelitian digunakan dalam

dua hal; pertama, desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian

dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir

pengumpulan data (Nursalam, 2013).

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah analitik

korelasional yang mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat

mencari, menjelaskan suatu hubungan antara variabel. Sampel perlu

mewakili seluruh rentang nilai yang ada. Penelitian korelasional bertujuan

mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel. Dengan demikian pada

rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal dua variabel

(Nursalam, 2013).

Rancangan penelitian yang digunakan analitik dengan metode

pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu

kali pada satu saat (Hidayat, 2014).

3.2 Kerangka Kerja (frame work)

Kerangka kerja adalah bagian kerja terhadap rancangan kegiatan

penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2014). Kerangka kerja dalam

penelitian ini adalah:


35
Desain penelitian
Analitik korelasional dengan metode pendekatan cross sectional

25
41

Populasi
Semua ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa Sidowarek
Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang sejumlah 165 bayi dari bulan
september - maret

Sampel
Sebagian ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan sesuai kriteria inklusi di
Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang sejumlah 116
bayi dari bulan september - maret

Sampling
Cluster proporsional sampling

Pengumpulan data
Observasi dan kuesioner

Pengolahan dan analisa data


Editing, Coding,, Scoring, Tabulating

Analisa Data
Uji chi square

Hasil penelitian

Kesimpulan

Gambar 3.1. Kerangka kerja Hubungan Frekuensi Menyusui dengan kelancaran


ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro
Kabupaten Jombang
42

3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah

ditentukan (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini populasi yang

digunakan Semua ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa

Sidowarek Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang sejumlah 165

responden

3.3.2 Sampel

Sampel meupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat 2014).

Mencari proporsional sampel menggunakan rumus, (Sugiyono, 2012).

Proporsi populasi
n= X total sampel (S)
Populasi total (N)

Keterangan :

n = jumlah sampel

S = total sampel

N = populasi total

21
Posyandu Anggrek I = x 165  15 bayi
116

27
Posyandu Anggrek II = x 165  19 bayi
116

20
Posyandu Melati I = x 165  14 bayi
116

14
Posyandu Melati II = x 165  10 bayi
116
43

18
Posyandu Sri Rejeki = x 165  13 bayi
116

22
Posyandu Cempaka = x 165  15 bayi
116

26
Posyandu Cendana = x 165  18 bayi
116

17
Posyandu Bugenfil = x 165  12 bayi
116

Sampel dalam penelitian adalah sebagian ibu yang memiliki bayi usia 0-6

bulan di Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang

sejumlah 116.

3.3.3 Sampling

Sampling penelitian adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan

mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2014). Teknik

sampling, yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability

sampling dengan metode cluster sampling yaitu pengambilan sampel

secara berkelompok (Hidayat, 2014).

3.4 Kriteria sampel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada

populasi target dan populasi terjangkau (Nursalam, 2013). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Ibu yang bersedia

menjadi responden.
44

2. Ibu yang menyusui

bayinya.

3. Bayi yang di beri ASI

eksklusif.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan sebagian subyek yang

memenuhi inklusi dari penelitian karena berbagai sebab (Nursalam,

2013). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Ibu yang memberikan susu formula pada bayi nya

3.5 Identifikasi Variabel

3.5.1 Variabel independent (bebas)

Variabel bebas adalah stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh penelitian

untuk menciptakan suatu dampak (Nursalam, 2013). Variabel independent

pada penelitian ini adalah frekuensi menyusui.

3.5.2 Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

(Notoatmodjo, 2010). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2013).


45

Tabel 3.1 Definisi operasional penelitian Hubungan Frekuensi Menyusui


dengan kelancaran ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Desa
Sidowarek Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang

Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor /


Operasional Ukur kriteria
Variabel Jumlah Normal 8-12 lembar Nominal 1. normal
Independent normal ibu kali/hari cheklis 2. tidak
Frekuensi menyusui Tidak normal < normal
menyusui bayi 8-12 8 kali per hari
kali per hari

Variabel Pemberian Ciri-ciri ASI Kuesio Nominal 1. Lancar


dependent : ASI lancar yang mencukupi ner ≥75%
kelancaran ASI tanpa bayi adalah 2. Tidak
pada bayi umur mengalami bilamana si lancar <
0-6 bulan masalah saat kecil : 75%
menyusui 1.Menyusu
dengan lahap
minimal 8-12
kali dalam
waktu 24 jam.
2.Dalam waktu
24 jam kencing
> 6 kali, dan
BAB lunak > 2
kali.
(Anggarani,
2015).

Menyusu dengan lahap minimal 8-12 dalam waktu 24 jam.


Dalam waktu 24 jam kencing > 6 kali, dan BAB lunak > 2 kali.
(Anggarani, 2015).

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian


46

Penelitian ini dilakukan di Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro Kabupaten

Jombang.

3.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari sampai April 2019.

3.8 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

3.8.1 Pengumpulan Data

a. Peneliti mengajukan surat rekomendasi penelitian kepada institusi

pendidikan STIKES Pemkab Jombang yang ditujukan kepada Kaprodi

S1 Keperawatan.

b. Menyerahkan surat rekomendasi penelitian kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten Jombang

c. Menyerahkan surat rekomendasi penelitian kepada Kepala Puskesmas

Pulorejo Ngoro Jombang.

d. Mengelompokkan semua jumlah populasi responden berdasarkan desa

Tempat tinggal paisen.

e. Meminta data bayi 0-6 bulan ke Bidan desa Sidowarek

f. Mengundi pasien sesuai sampel yang di hitung.

g. Melakukan pendekatan terhadap responden dan kader untuk

menjelaskan maksud dan tujuan serta memberikan informed consent

h. Peneliti memulai melakukan pengumpulan data

i. Memberikan kuesioner untuk kelancaran menyusui

j. Memberi checklist kepada ibu agar mengetahui berapa frekuensi

menyusui bayinya setelah itu di catat waktunya

k. Setelah semua data di observasi, peneliti kemudian melakukan analisa


47

data.

l. Menyusun hasil penelitian.

3.8.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun

dengan hajat untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif

maupun data kuantitatif (Nursalam, 2013). Untuk mengetahui frekuensi

menyusui dan kelancaran pemberian ASI menggunakan lembar observasi

atau lembar check list.

3.9 Analisa Data dan Pengolahan Data

Setelah angket dari responden terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan

data dengan cara sebagai berikut :

3.9.1 Editing

Editing adalah memeriksa kembali semua data yang telah peneliti

kumpulkan melalui pembagian kuesioner dengan tujuan mengecek

kembali apakah hasilnya sudah sesuai dengan rencana atau tujuan yang

hendak peneliti capai. Apabila ada beberapa kuesioner yang belum diisi

atau pengisian tidak sesuai dengan petunjuk sebaiknya diperbaiki dengan

jalan meminta mengisi kembali kuesioner yang masih kosong ke

responden semula.

3.9.2 Coding

Coding adalah tahap dimana peneliti memberi kode pada setiap kategori

yang ada dalam setiap variabel.


48

a. Responden

Responden 1 = R1

Responden 2 = R2

Responden 3 = R3

b. Umur

Umur < 20 tahun = U1

Umur 20-35 tahun = U2

Umur > 35 tahun = U3

c. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dasar (SD-SMP) = T1

Pendidikan Menengah(SMA) = T2

Pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) = T3

d. Frekuensi menyusui

Normal 8-12 kali/hari = F1


Tidak normal < 8 kali per hari = F2

3.9.3 Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel tertentu

menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah

diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang telah

dirancang. (Nursalam, 2013).

Hal ini diinterpretasikan dengan skala :

1. 0 % : Tidak ada

2. 1 – 25 % : Sebagian Kecil

3. 26 – 49 % : Hampir setengahnya

4. 50% : Setengahnya
49

5. 51 – 75 % : Sebagian Besar

6. 76 – 99 % : Hampir seluruhnya

7. 100% : Seluruhnya (Arikunto, 2010)

3.9.4 Skoring

Skoring adalah melakukan penilaian untuk jawaban dari responden

untuk mengukur frekuensi menyusui dan kelancaran pemberian ASI

dengan bantuan kuesioner skala gutman ya skor 1 dan tidak skor 0 untuk

pertanyaan positif dan ya skor 0 dan tidak skor 1 untuk pertanyaan negatif.

3.9.5 Analisa Data

a. Analisis Univariate

Analisis univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010) yaitu

variabel frekuensi menyusui dan kelancaran ASI pada bayi umur 0-6

bulan.

Untuk mengukur frekuensi menyusui menggunakan observasi

dengan kriteria:

Normal 8-12 kali/hari


Tidak normal < 8 kali per hari

Sedangkan mengukur kelancaran pemberian ASI dengan kuesioner.

Untuk mengetahui kelancaran pemberian ASI dianalisis dengan rumus:

f
p= x 100
N

Keterangan :

p = Nilai yang didapat.


50

F = Skor yang didapat.

N = Skor maksimal

Kriteria :

1. Lancar ≥75%

2. Tidak lancar < 75%

b. Analisis bivariate

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010), yaitu kriteria

frekuensi menyusui dan kelancaran pemberian ASI pada bayi umur 0-6

bulan.

Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel apakah signifikansi

atau tidak dengan kemaknaan 0,05 dengan menggunakan chi square

dengan software statistik, dimana  < 0,05 maka ada Hubungan

Frekuensi Menyusui dengan kelancaran ASI pada bayi umur 0-6 bulan

di Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang, sedangkan

 > 0,05 tidak ada Hubungan Frekuensi Menyusui dengan kelancaran

ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro

Kabupaten Jombang

Tabel 3.2 Interpretasi Korelasi

Besarnya Nilai R Interpretasi


Antara 0,800-1,000 Sangat kuat
Antara 0,600-0,799 kuat
Antara 0,400-0,599 Sedang
Antara 0,200-0,399 Rendah
Antara 0,000-0,199 Sangat rendah
(Arikunto, 2010)
51

3.10 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini mendapat rekomendasi dari Program Studi

S-I Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PEMKAB Jombang dan

permintaan ijin Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, Puskesmas Pulorejo

Ngoro Jombang dan Kepala Desa Sidowarek Ngoro Jombang. Setelah

mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan

masalah etika, meliputi :

a. Nonmaleficience
Peneliti berkewajiban untuk meyakinkan bahwa kegiatan penelitian

yang dilakukan tidak menimbulkan suatu resiko bahaya, baik bahaya

secara fisik maupun bahaya secara psikologis (Afiyanti &

Rachmawati, 2014). Penelitian ini diyakini tidak menimbulkan

bahaya bagi partisipan, karena metode yang digunakan adalah

observasi. Selama proses observasi tidak terjadi hal-hal yang dapat

membahayakan bagi partisipan dan sebelum dilakukan observasi dan

kuesioner, peneliti memberikan informasi bahwa jika dalam kegiatan

penelitian yang dilakukan menyebabkan ketidaknyaman partisipan,

maka partisipan memiliki hak untuk tidak melanjutkannya.


b. Beneficence
Prinsip ini mewajibkan peneliti untuk meminimalkan resiko dan

memaksimalkan manfaat, yang mana penelitian terhadap manusia

dihaeapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan manusia

baik secara individu maupun masyarakat secara keseluruhan

(Setiawan & Saryono, 2011). Penelitian ini akan memberikan


52

informasi bagaimana keluarga menanggapi kejadian Lama Menyusui

Dengan Perubahan Berat Badan Bayi yang mana hasilnya dapat

memberikan informasi kepada pemberi layanan kesehatan untuk

memberikan penyuluhan tentang Lama Menyusui Dengan Perubahan

Berat Badan Bayi.


c. Autonomy
Partisipan memilika hak untuk menentukan keputusannya

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian setelah diberikan penjelasan

oleh peneliti dan memahami bentuk partisipasinya dalam penelitian

(Afiyanti & Rachmawati, 2014). Penelitian ini dilakukan setelah

mendapat persetujuan dari partisipan yang mana sebelum dilakukan

kegiatan observasi pasrtisipan diberikan penjelasan tentang tujuan,

manfaat, dan proses penelitian yang akan dilakukan. Penelitian akan

dihentikan ketika partisipan memutuskan untuk tidak melanjutkan

keikutsertaannya dalam penelitian.


d. Anonymity
Kerahasian partispan dilakukan dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil peneltian

yang akan disajikan (Hidayat, 2014). Peneliti menjaga kerahasiaan

dengan memberikan kode peserta mengenai identitasnya. Penulisan

transkrip data akan diberikan inisial P1, P2, P3 dan seterusnya.


e. Justice
Prinsip memberikan keadilan dan kesetaraan dalam penelitian,

dengan menghargai hak-hak dalam memberikan perawatan secara

adil, dan hak untuk menjaga privasi partisipan (Setiawan & Saryono,

2011). Setiap partisipansebelum dilakukan kegiatan penelitian


53

diberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan proses

penelitian yang akan dilakukan. Peneliti menghormati dan

menghargai partisipan apa adanya tanpa membedakan latar belakang

budaya maupun ekonomi.


f. Veracity
Kejujuran merupakan suatu darasar penelitian yang harus dimiliki

peneliti untuk kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga ilmu

pengetahuan tersebut dapat diterima dan tidak diragukan validitasnya

(Sarosa, 2017). Peneliti dalam penelitian ini melakukan penelitan

dengan partisipan di Desa Sidowarek Ngoro Jombang dan

menuliskan hasil penelitian berdasarkan temuan yang ada dan

disusun secara sistematis.


g. Confidentiality
Prinsip memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

inforasi maupun masalah-masalah (Hidayat, 2014). Peneliti

menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar

persetujuan mengikuti penelitian, biodata, hasil rekaman dan hasil

observasi dalam tempat husus yang hanya bisa diakses oleh peneliti.
h. Inform consent
Inform consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

partispan peneltian dengan memberikan lembar persetujuan yang

diberikan sebelum peneltian dilakukan dengan tujuan agar partispan

mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya

(Hidayat, 2014). Setelah partispan bersedia, maka diminta untuk

menandatangani inform consent. Setelah inform consent

ditandatangani peneliti memiliki tanggung jawab terhadap partisipan.

Anda mungkin juga menyukai