Demam Tifoid-Nadiya Rahmi
Demam Tifoid-Nadiya Rahmi
NIM : 111813300000076
DEMAM TIFOID
Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi dan
Salmonella paratyphi.
EPIDEMIOLOGI
PATOGENESIS
S.typhi dan S. paratyphi masuk ke manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman-
> masuk ke usus dan berkembang biak-> respons imunitas humoral mukosa (Ig A) tidak
bisa melawan kuman-> kuman menembus epitel, lalu ke lamina propia-> kuman
berkembang biak difagosit oleh makrofag-> kuman hidup dan berkembang biak di
makrofag-> menuju plague peyeri ileum-> KGB mesenterika-> melalui ductus torasikus
kuman masuk ke sirkulasi darah-> bakteremia pertama yang asimtomatik->masuk ke
organ retikuloendotelial-> kuman meninggalkan fagosit, lalu berkembang biak di luar sel-
> masuk sirrkulasi darah lagi-> bakteremia 2 bersifat simtomatik
Hati-> kuman masuk kandung empedu-> berkembang biak-> Bersama cairan empedu
diekskresikan ke lumen usus-> sebagian kuman dikeluarkan Bersama feses, sebagian
masuk lagi ke sirkulasi.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Rutin
Sering ditemukan leukopenia, dapat juuga normal atau leukositosis. Ditemukan juga
anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit->
aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah->meningkat
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, dan tidak memerlukan penanganan khusus (?)
Tes Widal
Deteksi antibody terhadap S. typhi
Pada tes widal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. typhi dengan antibody yg
disebut aglutinin.
Tes widal ini untuk menentukan adanya aglutini dalam serum penderita tersangka
demam tifoid yaitu:
1. Aglutinin O (dari tubuh kuman)
2. Aglutinin H (flagella kuman)
3. Aglutinin Vi (simpai kuman)
Pembentukan agglutinin di akhir minggu 1 demam -> meningkat dan mencapai puncak di
minggu 4. Mula-mula aglutitnin O timbul, lalu di ikuti oleh agglutinin H, sehingga untuk diagnosis
biasanya yg di test agglutinin O dan H.
Kultur Darah
Hasil biakan yang positif-> demam tifoid. Jika negative, bisa disebabkan beberapa hal:
1. Telah mendapat terapi antibiotic
2. Volume darah kurang
3. Riwayat vaksinasi
TATA LAKSANA
1. Istirahat dan perawatan
2. Diet terapi penunjang (simtomatik dan suportif)
3. Pemberian anti mikrona
Kloramfenikol, dosis 4x500 mg/hari dinerikan per oral atau intravena. Diberikan sampai
dengan 7 hari bebas panas
Tiamfenikol dosis 4x500 mg, demam rata2 menurun pada hari ke 5-6. Komplikasi
hematologic seperti kemungkinan anemia anaplastic lebih rendah dripada kloramfenikol
Kotrimoksazol efektivitas sama dengan kloramfenikol. Dosis dewasa 2x2 tablet. Diberikan
selama 2 mg
Ampisilin dan amoksisilin kemampuannya lebih rendah daripada kloramfenikol. Dosis 50-
150 mg/kgBB digunakan selama 2 minggu
Sefalosporin generasi ketiga, terbukti efektif. Dosis 3-4gr dalam dekstrosa 100 cc
diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3-5 haarai
Golongan Fluorokuinolon
Norfloksasin dosis 2x400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin dosis 2x500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin dosis 2x400 mg/hari selama 7 hari
Perfloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari