Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmalogi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun


untuk seorang dokter ilmu ini di batasi tujuannya yaitu agar dapat
menggunakan obat untuk maksud pencegahan,diagnosis,dan pengobatan
penyakit.Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai penyakit.

Antibiotika ialah zat yang di hasilkan oleh mikroba terutama fungsi,


yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis
lain.Antibiotika juga dapat di buat secara sintesis.Antimikroba di artikan
sebagai obat pembasmi mikroba khususnya yang merugikan manusia.
Infeksi yang terjadi selama masa kehamilan dan pascapersalinan
dapat disebabkan oleh kombinasi berbagai mikroorganisme, termasuk
basilus dan kokus jenis aerob dan anaerob. Antibiotika haruslah dimulai
berdasarkan tahapan terhadap ibu tersebut. Jika tidak ditemui adanya respon
klinis, perlu dilakukan kultur cairan vagina atau uterus, pus ataupun urin,
sehingga dapat membantu memilih jenis antibiotika lainnya. Sebagai
tambahan, kultur darah dapat dilakukan jika terdapat septikimia (invasi
mikroorganisme ke aliran darah).
Infeksi uterus dapat terjadi setelah suatu abortus atau persalinan dan
salah satu penyebab utama kematian ibu. Antibiotika spektrum luas kadang
dibutuhkan untuk mengatasi infeksi ini. Pada kasus-kasus abortus tidak
aman dan persalinan yang tidak dilakukan pada fasilitas kesehatan, perlu
diberikan profilaksis anti tetanus.
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional
karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.Anemia
pada ibu hamil disebut “potensial danger to mother and child”(potensial
membahayakan ibu dan anak ).Oleh karena itulah anemia memerlukan
perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan(manuaba,2007).
Data world health organization (WHO)2010,40% kematian ibu di
negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi dan
pendarahan akut,bahkan jarak keduanya saling berinteraksi.Anemia dalam
kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di negara berkembang
dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang

1
di sebabkan karena anemia di Asia di perkirakan sebesar 72,6%.Tingginya
pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah di
hadapi pemerintah indonesia(Adawiyani,2013)
Data survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) pada tahun
2010 menyebutkan bahwa angkakematian ibu (AKI) di indonesia sebesar
220 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauhdari target
rancangan pembangunan jangka menengah (RPJMN) tahun 2014 sebesar
118 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 ( kemenkes RI,2011).
Pravalensi anemia ibu hamil di indonesia adalah 70% atau 7 dari
10wanita hamil menderita anemia.Anemia difiensi besi di jumpai pada ibu
hamil 40%. Angka kejadian anemia kehamilan di surakarta pada tahun2009
adalah 9,39%.Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 ibu hamil
yang mengalami anemia kehamilan(Dinkes surakarta 2010).
Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi HB sesuai
dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester I,konsentrasi Hb
tampak menurun kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb
rendah.Konsentrasi Hb paling rendah di dapatkan pada trimester II yaitu
pada usia kehamilan 30 minggu.Pada trimester ke III terjadi sedikit
peningkatan Hb,kecuali pada perempuan yang memang mempunyai kadar
Hb tinggi.
Ikatan bidan indonesia (2000) untuk mendeteksi anemia pada
kehamilan di lakukan pemeriksaan kadar Hb ibu hamil. Pemeriksaan di
lakukan pertama sebelum minggu ke 12 dalam kehamilan minggu ke 28.
Bila kadar Hb kurang dari 11 gr% pada kehamilan di namakan anemia dan
harus di beri suplemen tablet zat besi (Fe) secara teratur 1 tablet/hari selama
90 hari.
Dari data studi pendahuluan tanggal 6 november 2013,di dapatkan
data dari wilayah kerja puskesmas kartasura dari januari-oktober 2013
jumlah ibu hamil yang anemia sebanyak 48 orang.
Pentingnya tablet Fe yang di butuhkan dalam kehamilandi gunakan
untuk pertumbuhan janin dan placenta serta untuk meningkatkan masa sel
darah merah ibu selama kehamilan. Sehingga peneliti tertarik untuk
mengangkat masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “gambaran
pola kebiasaan cara minum tablet Fe pada ibu hamil Anemia di wilayah
kerja puskesmas kartasura”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan antibiotik?


2. Apa saja makanisme kerja antibiotika?
3. Bagaimana caranya pemberian antibiotika?

2
4. Apa yang dimaksud dengan anemia?
5. Apa saja yang dapat menyebabkan anemia?
6. Bagaimana perawatan, pengobatan, dan pencegahan anemia?

C. Tujuan

1. Agar para pembaca dapat mengetahui maksud dari antibiotik


2. Agar para pembaca dapat mengetahui dan memahami mekanisme kerja
antibiotika
3. Agar para pembaca dapat mengetahui dan memahami caar pemberian
antibiotika
4. Diharapkan para pembaca dapat mengetahui maksud dari anemia
5. Diharapkan para pembaca dapat mengetahui penyebab-penyebab
terjadinya anemia
6. Diharapakan para pembaca dapat mengetahui dan memahami perawatan,
pengobatan, dan pencegahan anemia

D. Manfaat
Manfaatnya adalah agar para pembaca tidak hanya sebatas dapat
mengetahui maksud dari antibiotik dan anemia, tetapi juga dapat memahami
mekanisme antibiotik dan perawatan, pengobatan, dan pencegahan anemia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Antibiotika

Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik
juga dapat dibuat secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi
mikroba khususnya yang merugikan manusia.
Infeksi yang terjadi selama masa kehamilan dan pascapersalinan dapat
disebabkan oleh kombinasi berbagai mikroorganisme, termasuk basilus dan
kokus jenis aerob dan anaerob. Antibiotika haruslah dimulai berdasarkan
tahapan terhadap ibu tersebut. Jika tidak ditemui adanya respon klinis, perlu
dilakukan kultur cairan vagina atau uterus, pus ataupun urin, sehingga dapat
membantu memilih jenis antibiotika lainnya. Sebagai tambahan, kultur darah
dapat dilakukan jika terdapat septikimia (invasi mikroorganisme ke aliran
darah).
Infeksi uterus dapat terjadi setelah suatu abortus atau persalinan dan salah
satu penyebab utama kematian ibu. Antibiotika spektrum luas kadang
dibutuhkan untuk mengatasi infeksi ini. Pada kasus-kasus abortus tidak aman
dan persalinan yang tidak dilakukan pada fasilitas kesehatan, perlu diberikan
profilaksis anti tetanus.

1. Mekanisme Kerja Antibiotika


a. Mengubah struktur dan fungsi dinding sel bakteri
b. Merintangi replikasi genetik
c. Melemahkan sintesis protein
d. Membatasi fungsi sel membran
e. Mencegah sintesis asam folat
2. Pemberian Antibiotika
a. Terapi dengan Antibiotika Tunggal
(Antibiotika tunggal untuk infeksi)
1) Antibiotika : Ampisilin
Dosis : Dosis awal 2 g/ I.V dan 1 g setiap 6 jam (oral) atau
500 mg (parenteral) setiap 6 jam
Keterangan : Antibiotika spektrum luas dan relatif tidak mahal

2) Antibiotika : Sulbenisilin
Dosis : 1 g dosis tunggal
Keterangan : Antibiotika spektrum luas untuk kuman aerob dan
anaerob

4
3) Antibiotik : Kloramfenikol
Dosis : 1 g I.V setiap 6 jam
Keterangan : Dapat diandalkan dan harganya murah untuk
sepsis, tetap harus dipantau reaksi depresif pada
sumsum tulang

4) Antibiotik : Gentamisin
Dosis : 1,5 mg/kg BB/dosis I.V atau I.M, diberikan setiap
8 jam.
Keterangan : Cukup efektif terhadap bakteri Gram (-) dan flora
saluran cerna

5) Antibiotik : Doksisiklin
Dosis : 100 mg setiap 12 jam (jangan diberikan bersamaan
dengan susu dan antasida)
Keterangan : Adekuat untuk Gram (+), Gram (-), termasuk
klamidia; dapat menggantikan atau digunakan
bersamaan dengan ampisilin; juga meningkatkan
spektrum cakupan bila dikombinasi dengan
metronidazol.

6) Antibiotik : Metronidazol
Dosis : 1 g I.V. atau per rektal setiap 12 jam atau 500 mg
(oral) setiap 6 jam.
Keterangan ; Baik untuk bakteri Gram (-) dan anaerob; dapat
digunakan dalam kombinasi dengan ampisilin dan
doksisiklin; dan sebagai alternatif untuk
klindamisin; relatif terjangkau dan mudah
diperoleh; pemberian per oral mendekati kadar
serum pemberian secara I.V

Catatan :
a) Penisilin, gentamisin, dan metronidazol merupakan antibiotika
yang efektif secara tunggal dan mempunyai efek aditif apabila
digunakan secara kombinasi untuk mengobati sepsis atau
infeksi berat yang disebabkan infeksi yang masuk melalui jalan
lahir atau pelvik.
b) Kloramfenikol merupakan antibiotika yang selalu tersedia
dimana antibiotika lain sulit untuk diperoleh. Antibiotika jenis
ini sangat efektif bila dikombinasi dengan penisilin/ampisilin.

5
c) Begitu dimulia, antibiotika intravena harus dilanjutkan hingga
pasien bebas demam paling sedikit 24-48 jam. Bila terapi
antibiotika tidak menampakkan hasil 48 jam pertama, segera
ganti dengan antibiotika atau gabung dengan antibiotika yang
dianggap lebih efektif.
d) Bila pemulihan berlangsung, terapi antibiotika I.V dapat
dilanjutkan dengan antibiotika oral. Umumnya tetrasiklin 500
mg q.i.d (oral) atau doksisiklin 100 mg b.i.d (oral) untuk 10-14
hari. Hati-hati reaksi alergi.

Pada kondisi yang sesuai dan tepat, antibiotika tunggal dianggap


cukup efektif untuk mengendalikan dan menghilangkan
mikroorganisme penyebab infeksi. Apabila jenis dan tingkat
resistensi mikroorganisme penyebab belum diketahui, umumnya
digunakan antibiotika tunggal yang mempunyai spektrum luas.
Antibiotika generasi baru, umumnya mempunyai cakupan
bakteriostatik-bakterisid yang sangat luas, sehingga dapat
diandalkan untuk mengatasi infeksi yang diakibatkan oleh beberapa
mikroorganisme penyebab.
1) Golongan Penisilin (Penisilin G, Metilpenisilin, Ampisilin,
Amoksilin, Sulbenisilin).
2) Golongan Sefalosporin (Sefadroksil, Seftriakson, Sefazolin,
Selfizoksime).
3) Golongan Aminoglikosida (Amikasin, Tobramisin, Dibekasin,
Gentamisin, Netilmisin).
4) Golongan Kloramfenikol (Kloramfenikol, Tiamfenikol).
5) Golongan Makrolida (Spiramisin, Klaritromisin, Roksitromisin,
Eritromisin).
6) Golongan Kinolon (Pefloksasin, Ofloksasin, Siprofloksasin,
Norfloksasin).
7) Golongan Tentrasiklin (Tetrasiklin, Oksitetrasiklin,
Doksisiklin).
8) Golongan Klindamisin (Dalasin, Linkomisin).
9) Golongan Metronidazol.

b. Terapi dengan Antibiotika Kombinasi


Digunakan apabila mikroorganisme penyebab infeksi belum
diketahui, sedangkan kondisi penderita menunjukkan perlunya
tindakan penyelamatan dengan segera. Hendaknya dipilih
antibiotika yang aman bagi ibu hamil dan sedikit sekali atau tidak
menyebabkan kelainan pada janin.

6
Keuntungan :
1) Pengobatan segera
Sebagai terapi inisial pada infeksi berat sebelum penyebab infeksi
dapat ditentutkan melalui biakan mikroorganisme atau karena
penyebab infeksi tidak dapat di pastikan segera.
2) Mengobati infeksi ganda
3) Mencegah resistensi
Campuran antibiotika berpengaruh dalam mencegah perkembangan
suatu bakteri menjadi resisten.
4) Sinergisme
Misalnya :
a) Trimetoprim + sulfametoksazol
b) Karbenisilin + gentamisin
c) Karbenisilin + tobramisin
d) Penisilin + streptomisin
e) Penisilin + gentamisin + klindamisin
f) Sefalosporin + gentamisin
g) Penisilin semisintetik + aminoglikosida

Kerugian :
1) Antagonisme
Aktivitas campuran antibiotika kurang sebanding dengan aktivitas
antibiotika yang digunakan masing-masing secara tunggal.
Misalnya :
a) Penisilin dan klortetrasiklin
b) Ampisilin, kloramfenikol, dan streptomisin
c) Penisilin dan eritromisin
2) Sembuh semu
Antibiotika kombinasi sering memberi kesan bahwa semua bakteri
dapat diatasi, tetapi ternyata hanya menekan infeksi untuk
sementara waktu.
3) Toksisitas obat meningkat
Antibiotika kombinasi meningkatkan reaksi toksik dan sulit untuk
menentukan antibiotika penyebab reaksi tersebut.
4) Suprainfeksi
Perubahan populasi mikroorganisme normal menyebabkan
pertumbuhan yang berlebihan dari spesies resisten terhadap
antibiotika.
5) Menambah biaya pengobatan

c. Antibiotika Profilaksis

7
Munculnya kuman resisten dapat terjadi karena proses “natural
selection”. Proses ini berawal ketika populasi mikroba dalam tubuh
manusia terpapar oleh antibiotika, maka mikroba yang peka dari
populasi tersebut akan mati terbunuh, sedangkan sebagian akan
bertahan hidup bahkan dapat berkembang dan menjadi mikroba yang
resisten. Penyebaran kuman resisten dari seseorang kepada orang lain
pada umumnya terjadi dirumah sakit dengan car transmisi baik melalu
petugas perawat (pembantu) maupun dokter yang kurang
memperhatikan kaidah aseptik; juga dapat secara kontak langsung
antarpasien dalam unit pelayanan. Penggunaan antibiotika profilaksis
dan “general precaution” dapat meminimalkan kemungkinan
munculnya mikroba resisten.
1) Batasan
Antibiotika diberikan sebelum operasi atau segera saat
operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda
nyata adanya infeksi. Diharapkan saat operasi jaringan target sudah
mengandung kadar antibiotika tertentu yang efektik untuk
menhambat pertumbuhan kuman atau membunuh kuman.
Suatu tindakan obstetrik (seperti risiko sesarea atau pengeluaran
plasenta secara manual) dapat meningkatkan risiko seorang ibu
terkena infeksi. Risiko ini dapat diturunkan dengan :
a) Mengikuti petunjuk pencegahan infeksi yang dianjurkan
b) Menyediakan antibiotika profilaksis pada saat tindakan

2) Cara Penggunaan Antibiotika :Profilaksis


Beberapa prinsip penggunaan antibiotika profilaksis adalah
pemilihan antibiotika yang tepat dan didapatkan konsentrasi
antibiotika cukup dalam jaringan pada saat mulai dan selama
operasi berlangsung.

3) Pemilihan Antibiotika
Dasar pemilihan jenis antibiotika untuk tujuan profilaksis
adalah sebagai berikut :
a) Sesuai dengan peta medan mikroba patogen terbanyak pada
kasus yang bersangkutan.
b) Antibiotika yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk
mengurangi risiko resistensi kuman.
c) Memiliki toksisitas rendah.
d) Memiliki potensi sebagai bakteriosidal.
e) Harga terjangkau.

4) Cara

8
Konsentrasi puncak harus segera dicapai dalam waktu singkat
sehingga pemberian intravena merupakan pilihan yang tepat.
a) Golongan betalaktam diberikan secara intravena perlahan-
lahan atau dilakukan dilusi dalam larutan infus.
b) Klindamisin dilarutkan dalam 50 ml dan diberikan dalam
waktu 10 menit. Pemberian cepat akan mengakibatkan
penurunan tekanan darah, mual, muntah, dan aritmia.

5) Waktu
Saat pemberian antibiotika profilaksis pada umumnya 30-60
menit sebelum operasi, secara praktis umumnya diberikan pada
saat induksi anestesi. Pada seksio sesarea, untuk menghindari
masuknya antibiotika pada janin, antibiotika dapat diberikan segera
setelah penjepitan tali pusat.

6) Lama penggunaan
Antibiotika yang digunakan untuk keperluan profilaksis
pada umumnya memiliki waktu paruh yang pendek (1-2 jam). Oleh
karena itu, pemakaian antibiotika harus diulang apabila operasi
telah berlangsung 1 jam atau lebih. Namun, pada penelitian lain
didapatkan “slow clearance” antibiotika pada saat operasi.
Sefuroksim yang memiliki waktu paruh 1-2 jam, dapat bertahan
sampai 2-4 jam sehingga dengan pemberian tunggal tampaknya
konsentrasi antibiotika dalam jaringan masih tetap terpelihara.

7) Pemberian antibiotika tambahan setelah operasi


Pemberian antibiotika setelah operasi untuk kepentingan
profilaksis tampaknya tidak memberikan arti yang bermakna.
Dosis tambahan pascaoperasi akan menimbulkan banyak kerugian
(risiko efek samping meningkat, merangsang timbulnya kuman
resisten, dan beban biaya tambahan untuk pasien).

8) Dosis
Untuk mencapai konsentrasi puncak, antibiotika harus
diberikan dalam dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam
jaringan dengan baik. Pada jaringan operasi konsentrasi terapi
harus mencapai 3-4 kali konsentrasi hambatan minimal,
sedangkakn pada profilaksis harus mencapainya sedikitnya 2 kali
lipat konsentrasi terapi.

9
Pemberian antibiotika pada seksio sesarea dianjurkan segera
setelah penjepitan tali pusat untuk menghindari masuknya
antibiotika pada janin. Namun, sebagai konsekuensi nya harus
digunakan dosis 2 kali lipat jika dibandingkan dengan apabila
diberikan sebelum operasi. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut
:
a) Diperlukan segera tercapai operasi antibiotika yang cukup
untuk menghambat pertumbuhan kuman di jaringan operasi.
b) Pada saat seksio terjadi perdarahan yang cukup banyak
sehingga konsentrasi antibiotika akan cepat turun.
c) Pemberian dosis ulangan hanya atas indikasi perdarahan >
1500 ml atau operasi berlangsung lebih dari 3 jam.

9) Kelas operasi dan antibiotika yang digunakan


a) Kategori : Operasi bersih (terencana)
Jenis antibiotika : -
Dosis :-
Cara :-
Waktu :-
Frek :-
b) Kategori : Operasi bersih (indeks risiko lebih dari 1)
Jenis antibiotika : Amoksilin + as. Klavulanat Sefazolin
Dosis : 1.000 mg
Cara : I.V.
Waktu : Dalam jangka waktu 30 menit pra-op
Frek : 1 kali
c) Kategori : Operasi bersih - kontaminasi
Jenis antibiotika : Amoksilin + as. Klavulanat Sefazolin
Dosis : 1.000 mg
Cara : I.V.
Waktu : Dalam jangka waktu 30 menit pra-op
Frek : 1 kali
Untuk kategori kontaminasi, diberlakukan ketentuan
pemberian antibiotika terapi (bukan profilaksis). Apabila alergi
terhadap golongan betalaktam, pilihan pengganti adalah
Klindamisin 600 mg/I.V./dosis tunggal.

d. Antibiotika Terapeutik
1) Sebagai pertahanan pertama terhadap infeksi serius, berikan
kombinasi antibiotika :
a) Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam;

10
b) DITAMBAH gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 24
jam;
c) DITAMBAH mentronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam;
Catatan : Jika infeksi tidak seberapa parah, amoksilin 500 mg per
oral setiap 8 jam dapat digunakan sebagai pengganti ampisilin dan
metronidazol dapat diberikan per oral juga.
2) Jika respons klinis terlihat buruk setelah 48 jam, pastikan apakah
dosis antibiotika yang diberikan cukup, evaluasi sumber-sumber
infeksi lainnya secara menyeluruh atau pikirkan untuk mengganti
pilihan pengobatan berdasarkan laporan sensitivitas mikroba (atau
tambahkan obat lainnya untuk mengobati bakteri anaerob, jika
belum diberikan).
3) Jika fasilitas klutur tidak tersedia,periksa ulang sampel pus,
khususnya dari daerah pelvis, dan untuk penyebab noninfeksi,
seperti trombosis bena dalam dan vena pelvis. Pertimbangkan
kemungkinan infeksi akibat organisme yang resisten terhadap
kombinasi obat diatas.
a) Jika dicurigai adanya infeksi stafilokokus tambahkan;
- Kloksasilin 1 g I.V. setiap 4 jam;
- Atau vankomisin 1 g I.V. setiap 12 jam melalui infus selama
1 jam.
b) Jika dicurigai infeksi klostridial atau streptokokus hemolitik grup
A, tambahkan penisilin 2 juta unit I.V. setiap 4 jam;
c) Jika bukan salah satu kemungkinan diatas, tambahkan
seftriakson 2 g I.V. setiap 24 jam.
Catatan : untuk menghindari terjadinya plebitis, tempat infus
sebaiknya diganti setiap 3 hari atau jika terdapat tanda
peradangan.
d) Jika masih infeksi, evaluasi sumber infeksi.

Untuk pengobatan metritis, kombinasi antibiotika


biasanya dilanjutkan sampai ibu tersebut bebas demam selama
48 jam. Tidak perlu ditambahkan antibiotika oral karena belum
terbukti adanya keuntungan tambahan. Ibu dengan sepsis akan
membutuhkan antibiotika paling suntik untuk 7 hari.

e. Antibiotika Kombinasi Untuk Pasien Gawat Darurat (Dengan Skala


Pilihan)
1) Seftriakson 250-500 mg dosis tunggal atau Siprofloksasin 3 x
500 mg atau Spektinomisin 2 g dosis tunggal.
2) Seftriakson 1 g (I.V.) dosis tunggal + Metronidazol 2 x 1 g (I.V.)

11
3) Siprofloksasin 3 x 500 mg (oral) + Metronidazol 2 x 1 g (I.V.)
4) Ampisilin 3 x 1 g (I.V.) + Gentamisin 2 x 80 mg (I.V.) +
Klindamisin 3 x 600 mg (I.V.)

Antibiotika Dosis Keterangan


Mencakup gonokokus dan
Seftriakson 250 mg (oral) dosis tunggal mempunyai spektrum yang
luas
Siprofloksasin + 2 x 250 mg (oral) + 3 x 500 Tidak untuk ibu hamil dan
Metronidazol mg (oral) menyusui
Mencakup kokus Gram (-)
Spektinomisin 2 g (oral) dosis tunggal
dan gonorea
3 x 500 mg (oral) untuk 7-10 Spektrum luas dan relatif
Tiamfenikol
hari tidak mahal
Tidak mahal, spektrum cukup
4 x 500 mg (oral) untuk 10-14
Tetrasiklin luas tetapi tidak boleh
hari
diberikan untuk ibu hamil
Spektrum luas, terjangkau,
Kotrimoksazol 2 x (160 mg + 800 mg) jangan diberikan pada ibu
hamil

12
Antibiotika Untuk Profilaksis Dan Terapi Pada Kondisi Tertentu

Kondisi Antibiotika Dosis Pemberian Durasi Keterangan


Seksio Sulbenisilin 2g I.V. Dosis Saat operasi
sesarea atau tunggal
Sefazolin 2g I.V. Dosis
tunggal
Hamil Ampisilin Dosis I.V. Hingga Profilaksis
aterm dan awal 2 g selesai terhadap grup
KPD > 12 lanjutkan persalinan streptokokus
jam 1 g setiap atau B (GBS)
persalinan 6 jam evaluasi yang
ulangan menyebabkan
sepsis
Prematur Sulbenisilin 1 g setiap I.M. - -
dan KPD 6 jam
Kehamilan Eritromisin 4 x 500 Oral 7 hari Profilaksis
37 minggu mg
dan KPD
Vitium Ampsilin + 2 g I.V. Persalinan Reduksi
kordis Gentamisin 80 mg I.V. hingga 48 endokarditis
jam bakterial
pascasalin
Plasenta Sulbenisilin, 2g I.V. Dosis Pantau risiko
manual atau Gentamisin 80 mg I.V. tunggal metritis
reposisi atau
inversi Seftriakson 250 mg I.M. Dosis
tunggal
Korioamnio Ampsilin + 4x1g+ I.V. Hingga 24- -
tis Gentamisin 80 mg 48 jam
atau Triple Lihat Lihat bebas
Drugs petunjuk petunjuk demam
Metritis Ampisilin + 4x1g+ I.V. Hingga 24- Segera kaji
Gentamisin + 2 x 80 48 jam ulang apabila
Metronidazol mg + bebas tidak terjadi
3 x 500 demam perbaikan
mg setelah 48
jam
Abses Sama dengan Sama I.V. Sama Antibiotika
pelvis diatas dengan dengan sebelum
diatas diatas drainase

13
Pielonefriti Gentamisin 2 x 80 I.V. atau Hingga 14
s Amoksisiklin mg I.M. hari
+ Klavulanic 3 x 500 I.V. atau
acid mg oral
Mastitis Tiamfenikol 3 x 500 Oral 7 – 10 hari Drainase bila
mg terjadi abses
Selulitis Sefaleksin 4 x 500 Oral 7 – 10 hari Debridemen
mg atau irigasi

B. Anemia

Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah merah
atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglibin normal umumnya
berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan
pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml. Definisi ini
mungkin sedikit berbeda tergantung pada sumber dan referensi
laboratorium yang digunakan.
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi
ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah.
Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan
stress pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan
mencegah anemia membutuhkan kerjasama antara ginjal, sumsum tulang,
nutrisi dalam tubuh. Jika ginjal atau sumsum tulang tidak befungsi, atau
tubuh kurang gizi, maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin
sulit untuk dipertahankan.
Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari proses penyakit bukan
penyakit itu sendiri. Hal ini biasanya digolongkan baik kronis atau akut.
Anemia kronis terjadi selama jangka waktu yang panjang. Anemia akut
terjadi dengan cepat. Menentukan apakah anemia telah terjadi untuk waktu
yang lama atau apakah itu adalah suatu yang baru, memabantu dokter dalam
mencari penyebabnya. Hal ini juga membantu memprediksi seberapa parah
gejala anemia mungkin. Pada anemia kronis, gejala biasanya dimulai secara
perlahan dan bertahap, sedangkan pada gejala anemia akut dapat mendadak
dan lebih berat.
Sel darah merah dapat bertahan hidup sekitar 120 hari, sehingga
tubuh selalu mencoba untuk menggantikan mereka. Pada orang dewasa
produksi sel darah merah terjadi di sumsum tulang. Dokter berusaha untuk
menentukan apakah jumlah sel darah merah yang rendah disebabkan oleh

14
kehilangan darah meningkat dari sel-sel darah merah atau dari penurunan
produksi mereka di sumsum tulang. Mengetahui apakah jumlah sel darah
putih dan / atau platelets telah berubah juga membantu menentukan
penyebab anemia.
Di Amerika Serikat, orang yang mengalami anemia sebanyak 2%
sampai 10%. Negara-negara lain memiliki tingkat anemia lebih tinggi. Pada
perempuan muda terdapat dua kali lebih mungkin untuk mengalami anemia
dibandingkan laki-laki muda karena pendarahan menstruasi yang teratur.
Anemia terjadi pada kedua orang muda dan orang tua, tetapi anemia pada
orang tua lebih mungkin menyebabkan gejala karena mereka biasanya
memiliki masalah medis tambahan.
Anemia menggambarkan kondisi di mana jumlah sel darah merah
dalam darah rendah. Darah terdiri dari dua bagian, sebuah bagian cair yang
disebut plasma dan sebagian yang padat disebut sel darah. Bagian seluler
barisi beberapa jenis sel yang berbeda. Salah satu tipe paling penting dan
jenis sel yang paling banyak adalah sel darah merah. Jenis sel lainnya adalah
sel-sel darah putih dan trombosit. Tujuan dari sel darah merah adalah untuk
mengantarkan oksigen dari patu-paru ke bagian lain dari tubuh.
Sel darah merah diprodiksi melalui serangkaian tahapan yang
kompleks dan spesifik. Sel ini dibuat dalam sumsum tulang (bagian dalam
dari beberapa tulang yang membuat sebagian besar sel-sel dalam darah),
dan ketika semua tahap yang tepat dalam pematangan sel selesai, maka sel
darah dilepaskan ke dalam aliran darah. Molekul hemoglobin adalah unit
fungsional dari sel-sel darah merah dan merupakan struktur protein
kompleks yang berada di dalam sel darah merah. Berlawanan dengan
kebanyakan sel dalam tubuh manusia, sel darah merah tidak memiliki inti
(pusat metabolisme sel).
Meskipun sel-sel darah merah (eritrosit) dibuat di dalam sumsum
tulang, banyak faktor lain yang terlibat dalam produksinya. Misalnya, besi
merupakan komponen yang sangat penting dari molekul hemoglobin, dan
hormon erythropoeitin, hormon yang dikeluarkan oleh ginjal, merangsang
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah sel darah
merah(erotrosit) dan/ atau jumlah hemoglobin yang ditemukan dalam sel-
sel darah merah menurun di bawah normal. Sel darah merah dan
hemoglobin yang terkandung di dalamnya diperlukan untuk transportasi dan
pengiriman oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Tanpa kecukupan
pasokan oksigen, banyak jaringan dan organ seluruh tubuh terganggu.
Anemia dapat ringan, sedang atau berat tergantung pada sejauh mana
menghitung RBC dan/atau tingkat hemoglobin yang menurun. Ini adalah
kondisi yang cukup umum, mempengaruhi baik pria maupun wanita dari
segala usia, ras, dan kelmpok etnis. Namun, orang-orang tertentu berada

15
pada peningkatan risiko berkembangnya anemia. Ini termasuk orang dengan
diet rendah zat besi dan vitamin, penyakit kronis seperti penyakit ginjal,
diabetes, kanker, penyakit inflamasi usus, riwayat keluarga mewarisi
anemia, infeksi kronis seperti TB atau HIV, dan mereka yang telah
kehilangan darah yang signifikan dari cedera atau pembelahan.

1. Jenis-jenis anemia

Secara umum, ada tiga jenis utama anemia, diklasifikasikan


menurut ukuran sel darah merah:

a. Jika sel darah merah lebih kecil dari biasanya, ini disebut anemia
mikrositik. Penyebab utama dari jenis ini defisiensi besi (besi
tingkat rendah) anemia dan thalassemia (kelainan bawaan
hemoglobin).
b. Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah
dalam jumlah), ini disebut anemia normositik, seperti anemia yang
menyertai penyakit kronis atau anemia yang berhubungan dengan
penyakit ginjal.
c. Jika sel darah merah lebih besar dari normal, maka disebut anemia
makrositik. Penyebab utama dari jenis ini adalah anemia pernisiosa
dan anemia yang berhubungan dengan alkoholisme.
2. Penyebab Anemia pada Umumnya
a. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan
Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan
beredar melalui darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel darah
yang belum matur (muda) dapat juga disekresi ke dalam darah. Sel
darah yang usianya muda biasanya gampang pecah atau lisis
sehingga terjadi anemai. Penghancuran sel darah yang berlebihan
dapat disebabkan oleh:
1) Masalah dengan sumsum tulang seperti limfoma, leukimia,
atau multiple myeloma
2) Masalah dengan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan
kerusakan sel-sel darah (anemia hemolitik)
3) Kemoterapi
4) Penyakit kronis: AIDS

Macam-macam anemia yang disebabkan oleh penghancuran


sel darah merah, yaitu:

a) Anemia hemolitik terjadi ketika sel-sel darah merah telah


dihancurkan sebelum waktunya. Umur normal sel darah
merah adalah 120 hari: pada anemia hemolitik, umur sel
jauh lebih pendek. Sumsum tulang (jaringan lunak spons

16
dalam tulang yang membuat sel darah baru) tidak bisa
memenuhi permintaan tubuh untuk sel-sel baru. Hal ini
dapat terjadi karena berbagai alasan, misalnya infeksi atau
obat-obat tertentu seperti antibiotik atau obet anti kejang.
Pada anemia hemolitik autoimun, sistem kesalahan sel
darah merah menyerbu kekebalan tubuh dan mulai
menghancurkannya. Anak-anak lain mewarisi cacat pada
sel-sel darah merah yang menyebabkan anemia, bentuk
umum dari anemia hemolitik warisan termasuk anemia sel
sabit, talasemia, kekurangan glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G6PD), dan spherocytosis turun temurun.
b) Anemia sel sabit adalah bentuk berat dari anemia yang
ditemukan paling sering pada orang-orang keturunan
Arika, meskipun dapat mempengaruhi orang-orang
Kaukasia, Arab Saudi, India, dan keturunan Mediterania.
Dalam kondisi ini, hemoglobin berbentuk batang yang
lama ketika melepas oksigen, sel-sel darah merah
abnormal menjadi berbentuk bulan sabit. Hal ini
menyebabkan kerusakan dini sel darah merah, rendahnya
tingkat hemoglobin, dan episode rasa sakit berulang, serta
masalah yang dapat mempengaruhi hampir setiap sistem
organ lain di dalam tubuh. Sekitar 1 dari setiap 625 anak-
anak Afrika-Amerika lahir dengan bebagai bentuk
anemia.
c) Thalassemia, yang biasanya mempengaruhi orang
Mediterania, Afrika, dan keturunan Asia Tenggara, yang
ditandai dengan sel darah merah abnormal dan berumur
pendek. Talasemia Mayor, juga disebut anemia Cooley,
adalah bentuk parah anemia di mana sel darah merah
dengan cepat dihancurkan dan besi disimpan dalam kulit
dan organ-organ vital. Thalassemia minor hanya
melibatkan anemia ringan dan perubahan sel darah merah
yang minimal.
d) Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) kekurangan
yang paling sering mempengaruhi laki-laki dari warisan
Afrika, meskipun telah ditemukan di kelompok banyak
orang lainnya. Dengan kondisi ini sel darah merah tidak
membuat cukup enzim G6PD atau enzim yang dihasilkan
tidak normal dan tidak bekerja dengan baik. Ketika
seseorang lahir dengan kekurangan ini dan memiliki
infeksi, mengambil obat-obatan tertentu, atau terkena zat
tertentu, maka sel darah merah tubuh akan menderita stres

17
tambahan. Tanpa G6PD memadai untuk melindungi
mereka, banyak sel darah merah yang hancur sebelumnya
waktunya.
e) Spherocytosis herediter adalah kelainan genetik membran
sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia,
penyakit kuning(kulit kuning-kebiruan), dan pembesaran
limpa. Sel darah merah memiliki luas permukaan yang
lebih kecil dari sel darah merah biasanya, yang dapat
menyebabkan sel darah mudah untuk patah. Sebuah
sejarah keluarga meningkatkan risiko gangguan ini, yang
paling umum pada orang keturunan Eropa utara tetapi
dapat mempengaruhi semua ras.
b. Kehilangan Darah
Kehilangan darah dapat disebabkan oleh:
1) Perdarahan: menstruasi, persalinan
2) Penyakit: malaria
3) Penyakit kronis seperti kanker, kolitis ulserative, atau
rheumatoid arthritis
4) Kehilangan darah (misalnya, dari periode menstruasi berat
atau borok lambung)

Pecahnya sel darah merah (anemia hemolitik) karena


antibodi menempel ke permukaan sel-sel darah merah (misalnya,
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir dan dalam kondisi lainnya).
Beraneka ragam penyakit sumsum tulang dapat menyebabkan
anemia. Sebagai contoh, kanker yang menyebar (metastis) ke
sumsum tulang, atau kanker dari sumsum tulang (seperti leukemia
atau multiple myeloma) dapat menyebabkan sumsum tulang tidak
cukup memproduksi sel darah merah, sehingga terjadi anemia.
Kemoterapi tertentu untuk kanker juga dapat menyebabkan
kerusakan pada sumsum tulang dan menurunkan produksi sel darah
merah, sehingga terjadi anemia. Infeksi tertentu yang mungkin
melibatkan sumsum tulang dan mengakibatkan penurunan sumsum
tulang dan anemia.
c. Penurunan Produksi Sel Darah

Jumlah sel darah merah yang diproduksi dapat menurun


ketika terjadi kerusakan pada daerah sumsum tulang, atau bahan
dasar produksi tidak tersedia. Penurunan produksi sel darah merah
dapat terjadi akibat:
1) obat-obatan/racun (obat peneken sumsum tulang:
kortikosteroid, alcohol)

18
2) diet yang rendah, vegetarian ketat
3) gagal ginjal
4) genetik – beberapa bentuk anemia, seperti talasemia,
5) kehamilan
6) operasi untuk lambung atau usus yang mengurangi penyerapan
zat besi, vitamin B12, atau asam folat

kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan


anemia pernisiosa. Jenis anemia inibisa terjadi pada orang
yang tidak mampu menyerap vitamin B12 dari usus mereka
karena beberapa alasan yaitu diet vegetarian ketat yang
mungkin tidak mengkonsumsi suplemen vitamin yang cukup,
atau pencadu alcohol dalam waktu lama. Hal ini biasanya
menyebabkan anemia makrositik (volume sel besar).

Vitamin B12, bersama dengan folat, adalah terlibat


dalam membuat molekul heme yang merupakan bagian
integral dari hemoglobin. Kekurangn folat bisa menjadi
penyebab anemia. Ini juga bisa disebabkan oleh penyerapan
yang tidak memadai, konsumsi sayuran hijau yang rendah, dan
juga menggunakan Alkohol dalam jangka panjang dan berat.
Pasien dengan gagal ginjal mengakibatkan kekurangan
hormonbyang diperlukan untuk merangsang produksi sel
darah merah yang normal oleh sumsum tulang. Penyebab
umum anemia lainnya yang yang disebut anemia penyakit
kronis. Ini biasanya dapat terjadi pada individu dengan
penyakit kronis. Beberapa obat dapat menyebabkan anemia
dalam berbagai cara. Human immunodeficiency virus (HIV)
dan sindrom defisiensi imun yang diperoleh (AIDS) dapat
menyebabkan anemia.
Setiap proses yang dapat mengganggu masa hidup
normal sel darah merah dapat menyebabkan anemia.
Klasifikasi anemia (hemoglobin rendah) didasarkan pada
Mean Corpuscular Volume (MCV), atau volume individu sel
darah merah.
a) Jika MCV rendah (kurang dari 80), anemia dikategorikan
sebagai anemia mikrositik (volume sel yang rendah)
b) Jika MCV adalah dalam kisaran normal (80-100), disebut
anemia normositik (volume sel normal).
c) Jika MCV tinggi, maka disebut anemia makrositik
(volume sel besar)

Melihat masing-masing komponen penghitungan

19
darah lengkap (complete blood count = CBC), khusunya MCV,
maka bisa mengumpulkan petunjuk tentang apa yang mungkin
menjadi alasan yang paling umum untuk anemia.

3. Perawatan, Pengobatan dan Pencegahan Anemia

Perawatan anemia sangat bervariasi dan tergantung pada penyebab


dan beratnya anemia. Jika anemia ringan dan berhubungan dengan tanpa
gejala atau gejala minimal, penyelidikan menyeluruh oleh dokter akan
dilakukan di luar pasien (kantor dokter). Jika penyebab telah ditemukan,
maka perawat yang tepat akan dimulai. Misalny jika anemia ringan dan
ditemukan dengan kadar zat besi rendah, maka suplemen zat besi dapat
diberikan saat penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan penyebab
kekurangan zat besi dilakukan. Jika anemia berhubungan dengan
kehilangan darah secara tiba-tiba dari cedera atau pendarahan tukak
lambung, kemudian rawat inap dan transfusi sel darah merah mungkin
diperlukan untuk meringankan gejala dan mengganti darah yang hilang.
Pengobatan harus ditujukan pada penyebab anemia, dan mungkin
termasuk:
a. Transfusi darah
b. Kortikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekankan sistem
kekebalan tubuh
c. Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat sel-sel
darah
d. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineral
lainnya

1) Anemia defisiensi vitamin B12


a) pengertian
Anemia defisiensi B12 adalah jumlah sel darah merah yang
rendah yang disebabkan karena kekurangan Vitamin B12.
b) Pengobatan
Pengobatan tergantung pada penyebab anemia kekurangan
vitamin B12. Anemia pernisiosa memerlukan penggantian
vitamin B12 seumur hidup, paling sering menggunakan
suntikan. Beberapa bisa mendapatkan suplementasi cukup
dengan tablet dosis tinggi vitamin B12 oral. Pengobatan bisa
dimulai dengan suntikan vitamin B12. Anemia yang disebabkan
oleh pencernaan yang buruk dan penyerapan diperlukan dengan
suntikan vitamin B12 sampai kondisi membaik. Suntikan ini
diberikan setiap hari dan kemudian setiap minggu pada
awalnya, dan kemudian setiap bulan.

20
2) Anemia defisiensi folat
a) Pengertian
Anemia Defisiensi folat adalah penurunan jumlah sel-sel darah
merah (anemia) karena kekuranagn folat.
b) Pengobatan
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan mengobati
penyebab dari defisiensi folat. Suplemen asam folat dapat
diberikan melalui mulut (oral) atau melalui pembukuh darah
(intravena) secara jangka pendek sampai anemia telah
diperbaiki. Dalam hal penyerapan yang rwndah oleh usu, terapi
pengganti mungkin diperlukan seumur hidup. Diet terdiri dari
peningkatan asupan hijau, sayuran dan buah jeruk

3) Anemia difisensi besi


a) Pengertian
Anemia defisiensi zat besi adalah penurunan jumlah sel darah
merah dalam darah yang disebabkan oleh zat besi yang terlalu
sedikit. Besi meruapakan komponen utama dari hemoglobin dan
penting untuk fungsi yang tepat. Anemia yang disebabkan oleh
rendahnya zat besi disebut anemia defisiensi besi.
b) Pengobatan
Pada pasien lansia yang menghadapi resiko terbesar untuk
kanker pencernaan. Telah tersedia suplemen besi (ferro sulfat).
Untuk penyerapan zat besi terbaik, minum suplemen ini dwngan
perut kosong. Namun, banyak orang yang tidak dapat
mentoleransi keadaan ini dan mungkin perlu mengkinsumsi
suplemen dengan makan.
Pasien yang tidak bisa mentolerir besi melalui mulut dapat
menerima melalui injeksi vena atau dengan suntikan kedalam
otot. Susu dan antasida dapat mengganggubpenyerapan zat besi
dan tidak harus diambil pada waktu yang sama sebagai
suplemen zat besi. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan
dan sangat penting dalam reprooduksi hemoglibin. Kondisi
hamil dan wanita menyusui perlu mendapat zat besi ekstra
karena diet normal biasanaya tidak akan mencukupi jumlah
yang diperlukan. Hematokrit harus kembali normal setelah
2bulan terapi besi, namun zat besi harus dilakukan swlama 6-12
bulan untuk mengisi impanan zat besi tubuh dalam sumsum
tulang.

21
4) Anemia penyakit kronis
a) pengertian
Anemia penyakit kronis adalah gangguan darah yang dihasilkan
dari sebuah kondisi (kronis) jangka panjang medis yang
mempengaruhi produksi dan umur sel darah merah
Beberapa keadaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
penurunan produksi sel darah merah seperti penyakit ginjal,
diabetes, TBC, atau HIV. Anemia dapat bersifat akut maupun
kronis.
b) Pengobatan
Untuk beberapa kondisi, seperti penyakit ginjal kronis, obat yang
disebut eritropoietin dapat diberikan. Obat ini merangsang sumsum
tulang untuk membuat sel-sel darah. Pengobatan anemia karena
kondisi kronis biasanya melibatkan menentukan dan mengatasi
penyakit yang mendasarinya.

5) Anemia hemolitik
a) Pengertian
Anemia hemolitik adalah suatu kondisi dimana tidak ada cukup
sel darah merah dalam darah, karena kerusakan dini sel-sel darah
merah. perbedaan penyebab anemia hemolitik dibedakan dalam 2
kategori utama:
Bentuk warisan (genetic) dimana suatu
gen diwariskan dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
Bentuk di dapat (Acquired) dimana beberapa faktor selain dari
hasil diwariskan pada awal kehancuran sel darah merah.
b) Pengobatan
Pengobatan tergantung pada jenis dan penyebab anemia
hemolitik. Asam folat, pengganti zat beai, dan kortikosteroid
dapat di gunakan. Dalam keadaan darurat, transfusi darah atau
pengangkatan limpa (splenektomi) mungkin diperlukan.
- Obat digunakan untuk mengurangi produksi autoantibodies
yang menghancurkan sel darah merah
- Transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah merah
sehat
- Transplantasi sumsum tulang untuk meningkatkan produksi sel
darah merah normal
- Menghibdari pemicu yang menyebabkan anemia seperti dingin
dalam beberapa bentuk anemia hemolitik autoimun, atau kacang
fava bagi mereka dengan defisiensi G6PD

22
6) Anemia aplastik idiopatik
a)Pengertian
Anemia aplastik idiopatik adalah suatu kondisi dimana sumsum
tulang gagal membuat sel sel darah secara normal. Sumsum
tulang adalah jaringan lembut, mengandung lemak dipusat tulang.
b) Pengobatan
Dalan kasus moderat, transfusi darah dan transfusi trombosit akan
membantu memperbaiki anemia dan resiko perdarahan. Anemia
aplastik parah terjadi bila jumlah sel darah sangat rendah, dan
merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Transplantasi sumsum
tulang atau transplantasi sel induk di anjurkan untuk penyakit
yang parah pada pasien yang lebih muda. Namun, mareka harus
Memiliki donor yang merupakan saudara kandung (adik atau
kaka) dan pasangan yang baik. Hal ini disebut donor saudara
kandung yang cocok.

7) Anemia megaloblastik
a) pengertian
Anemia megaliblastik adalah gangguan darah dimna ukuram sel
lebih besar dari sel darah merah normal.
b) Pengobatan
Tujuan pertama adalah mendiagnosa penyebab anemia.
Pengobatan tergantung pada penyebab.

8) Anemia pernisiosa
a) Pengertian
Anemia pernisiosa adalah penurunan sel darah merah yang terjadi
ketika tubuh tidak dapat dengan baik menyerap Vitamin B12 dari
saluran pencernaan.
b) Pengobatan
Suntik vitamin B12 setiap bulandiresepkan untuk memperbaiki
kekurangan vitamin B12.Terapi ini mamperlakukan anemia dan
dapat memperbaiki komlplikasi neorologis jika diambil cukup
ini. Pada orang tingkat defisiensi yang parah, suntikan diberikan
lebih sering pada awalny. Beberapa dokter menyarankan bahwa
pasien tua dengan atrofi lambung mengkonsumsi suplemen
vitamin B12 melalui mulut disamping suntikan bulanan. Ada juga
persiapan vitamin B12 yang dapt diberikan melalui hidung. Bagi
sebagian orang mengkonsumsi tablet vitamin B12 mwlalui mulut
dalam dosis sangat tinggi dapat menjadi pengobatan yang efektif.

23
9) Anemia aplastik sekunder
a) Pengertian
Anemia aplastik sekunder adalah kegagalan sumsum tulang
untuk membuat sel-sel darah yang cukup.
b) Pengobatan
Kasus anemia aplastik ringan dapat diobati dengan perawatan
suportif. Anemia aplastik berat, yang menyebabkan jumlah darah
sel yang sangat rendah, adalah kindisi yang mengancam jiwa.
Pasien yang lebih muda daengan kasus yang parah penyakit itu
akan membutuhkan transplantasi sumsum tulang jika sebuah
donor yang cocok dapat ditemukan. Pasien yang tua atau mereka
yag tidak memiliki sumsum tulang donor yang cocok, dapat
diobati dengan obat-obat yang menekan sistem kekebalan tubuh.
Obat ini termasuk anti-thymocyte globulin (AGT), tacrolimus,
atau siklosporin.

10) Anemia sel sabit


a) Pengertian
Anemia sel sabit adalah merupakan penyakit keturunan dimana
sel darah merah berbentuk sabit abnormal.
b) Pengobatan
Pasien dengan penyakit sel sabit membutuhkan perawatan
berkelajutan, bahkan ketika tidak mengalami krisi yang yang
menyakitkan. Mereka harus mengkonsumsi suplemen asam
folat (penting untuk memproduksi sel darah merah) karena sel-
sel darah merah yang ada begitu cepat dikeluarkan. Tujuan
pengobatan adalah untuk mengelola dan mengendalikan gejala,
dan untuk membatasi frekuensi krisis. Episode menyakitkan
diobati dengan obat nyeri dan minum banyak cairan. Adalah
penting untuk mengobati rasa sakit. Obat non narkotik mungkin
efektif, tetapi beberapa pasien akan memerlukan narkotika dosis
besar. HU (hydrea) adalah obat yang digunakan oleh beberapa
pasien untuk mengurangi jumlah episode sakit (termasuk sakit
dada dan kesulitan bernafas), namun obat ini tidak bekerja untuk
semua orang. Antibiotik dan vaksin diberikan untuk mencagah
infeksi bakteri, yang umum pada anak dengan penyakit sel sabit.
Transfusi darah digunakan untuk mengobati krisis sel sabit.
Mereka juga dapat digunakan secara rutin untuk membantu
mencegah strok. Pengobatan lain untuk komplikasi dapat
mencakup:
- Dialisis atau transplantasi ginjal untuk penyakit ginjal
- Obat rehabilitasi dan konseling bagi komplikasi psikologis

24
- Empedu penghapusan (jika ada memiliki penyakit batu
empedu)
- Hip pengganti nekrosis avaskular pinggul
- Irigasi atau operasi untuk persiaten, ereksi yang menyakitkan
(priapism)
- Pembedahan untuk maslah mata
- Luka perawatan, oksidasi seng, atau operasi untuk luka kaki

11) Anemia dalam kehamilan


a) Pengertian
Biasanya selama kehamilan, terjadi hiperplasia erythroid dari
sumsum tulang, dan menigkatkan masa RBC. Selama
kehamilan, anemia didefisiensikan sebagai hb 10 g</ dL (Ht
<30%).

b) Pengobatan
Transfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap snemia jika
gejala yang dialami cukup parah (misalnya, sakit kepala ringan,
kelemahan, kelelahan) atau terdapat gejala atau tanda-tanda
gangguan kardiopulmonal (misalnya, dyspnea, takikardi,
tachypnea), maka keputusan tidak di dasarkan pada kadar Hct
tersebut.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi yang terjadi selama masa kehamilan dan


pascapersalinan dapat disebabkan oleh kombinasi berbagai
mikroorganisme, termasuk basilus dan kokus jenis aerob dan
anaerob. Antibiotika haruslah dimulai berdasarkan tahapan terhadap
ibu tersebut.
Mekanisme Kerja Antibiotika

1. Mengubah struktur dan fungsi dinding sel bakteri


2. Merintangi replikasi genetik
3. Melemahkan sintesis protein
4. Membatasi fungsi sel membran
5. Mencegah sintesis asam folat

Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah


merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglibin
normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria,
anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang
dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang
dari 12,0 gram/100ml. Definisi ini mungkin sedikit berbeda
tergantung pada sumber dan referensi laboratorium yang digunakan.

B. Saran

Diharapkan tenaga bidan memahami tentang antibiotik dan


anemia, sehingga dengan mudah menyerap dan memahami
bagaimana mekanisme dan proses kerja antibiotik dan penyebab
anemia. Sehingga perawatan, pengobatan, dan pencegahan dalam
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tidak mengecewakan
dan tidak ada pihak yang dirugikan.

26
27

Anda mungkin juga menyukai