Anemia
Anemia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
di sebabkan karena anemia di Asia di perkirakan sebesar 72,6%.Tingginya
pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah di
hadapi pemerintah indonesia(Adawiyani,2013)
Data survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) pada tahun
2010 menyebutkan bahwa angkakematian ibu (AKI) di indonesia sebesar
220 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauhdari target
rancangan pembangunan jangka menengah (RPJMN) tahun 2014 sebesar
118 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 ( kemenkes RI,2011).
Pravalensi anemia ibu hamil di indonesia adalah 70% atau 7 dari
10wanita hamil menderita anemia.Anemia difiensi besi di jumpai pada ibu
hamil 40%. Angka kejadian anemia kehamilan di surakarta pada tahun2009
adalah 9,39%.Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 ibu hamil
yang mengalami anemia kehamilan(Dinkes surakarta 2010).
Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi HB sesuai
dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester I,konsentrasi Hb
tampak menurun kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb
rendah.Konsentrasi Hb paling rendah di dapatkan pada trimester II yaitu
pada usia kehamilan 30 minggu.Pada trimester ke III terjadi sedikit
peningkatan Hb,kecuali pada perempuan yang memang mempunyai kadar
Hb tinggi.
Ikatan bidan indonesia (2000) untuk mendeteksi anemia pada
kehamilan di lakukan pemeriksaan kadar Hb ibu hamil. Pemeriksaan di
lakukan pertama sebelum minggu ke 12 dalam kehamilan minggu ke 28.
Bila kadar Hb kurang dari 11 gr% pada kehamilan di namakan anemia dan
harus di beri suplemen tablet zat besi (Fe) secara teratur 1 tablet/hari selama
90 hari.
Dari data studi pendahuluan tanggal 6 november 2013,di dapatkan
data dari wilayah kerja puskesmas kartasura dari januari-oktober 2013
jumlah ibu hamil yang anemia sebanyak 48 orang.
Pentingnya tablet Fe yang di butuhkan dalam kehamilandi gunakan
untuk pertumbuhan janin dan placenta serta untuk meningkatkan masa sel
darah merah ibu selama kehamilan. Sehingga peneliti tertarik untuk
mengangkat masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “gambaran
pola kebiasaan cara minum tablet Fe pada ibu hamil Anemia di wilayah
kerja puskesmas kartasura”.
B. Rumusan Masalah
2
4. Apa yang dimaksud dengan anemia?
5. Apa saja yang dapat menyebabkan anemia?
6. Bagaimana perawatan, pengobatan, dan pencegahan anemia?
C. Tujuan
D. Manfaat
Manfaatnya adalah agar para pembaca tidak hanya sebatas dapat
mengetahui maksud dari antibiotik dan anemia, tetapi juga dapat memahami
mekanisme antibiotik dan perawatan, pengobatan, dan pencegahan anemia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Antibiotika
Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik
juga dapat dibuat secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi
mikroba khususnya yang merugikan manusia.
Infeksi yang terjadi selama masa kehamilan dan pascapersalinan dapat
disebabkan oleh kombinasi berbagai mikroorganisme, termasuk basilus dan
kokus jenis aerob dan anaerob. Antibiotika haruslah dimulai berdasarkan
tahapan terhadap ibu tersebut. Jika tidak ditemui adanya respon klinis, perlu
dilakukan kultur cairan vagina atau uterus, pus ataupun urin, sehingga dapat
membantu memilih jenis antibiotika lainnya. Sebagai tambahan, kultur darah
dapat dilakukan jika terdapat septikimia (invasi mikroorganisme ke aliran
darah).
Infeksi uterus dapat terjadi setelah suatu abortus atau persalinan dan salah
satu penyebab utama kematian ibu. Antibiotika spektrum luas kadang
dibutuhkan untuk mengatasi infeksi ini. Pada kasus-kasus abortus tidak aman
dan persalinan yang tidak dilakukan pada fasilitas kesehatan, perlu diberikan
profilaksis anti tetanus.
2) Antibiotika : Sulbenisilin
Dosis : 1 g dosis tunggal
Keterangan : Antibiotika spektrum luas untuk kuman aerob dan
anaerob
4
3) Antibiotik : Kloramfenikol
Dosis : 1 g I.V setiap 6 jam
Keterangan : Dapat diandalkan dan harganya murah untuk
sepsis, tetap harus dipantau reaksi depresif pada
sumsum tulang
4) Antibiotik : Gentamisin
Dosis : 1,5 mg/kg BB/dosis I.V atau I.M, diberikan setiap
8 jam.
Keterangan : Cukup efektif terhadap bakteri Gram (-) dan flora
saluran cerna
5) Antibiotik : Doksisiklin
Dosis : 100 mg setiap 12 jam (jangan diberikan bersamaan
dengan susu dan antasida)
Keterangan : Adekuat untuk Gram (+), Gram (-), termasuk
klamidia; dapat menggantikan atau digunakan
bersamaan dengan ampisilin; juga meningkatkan
spektrum cakupan bila dikombinasi dengan
metronidazol.
6) Antibiotik : Metronidazol
Dosis : 1 g I.V. atau per rektal setiap 12 jam atau 500 mg
(oral) setiap 6 jam.
Keterangan ; Baik untuk bakteri Gram (-) dan anaerob; dapat
digunakan dalam kombinasi dengan ampisilin dan
doksisiklin; dan sebagai alternatif untuk
klindamisin; relatif terjangkau dan mudah
diperoleh; pemberian per oral mendekati kadar
serum pemberian secara I.V
Catatan :
a) Penisilin, gentamisin, dan metronidazol merupakan antibiotika
yang efektif secara tunggal dan mempunyai efek aditif apabila
digunakan secara kombinasi untuk mengobati sepsis atau
infeksi berat yang disebabkan infeksi yang masuk melalui jalan
lahir atau pelvik.
b) Kloramfenikol merupakan antibiotika yang selalu tersedia
dimana antibiotika lain sulit untuk diperoleh. Antibiotika jenis
ini sangat efektif bila dikombinasi dengan penisilin/ampisilin.
5
c) Begitu dimulia, antibiotika intravena harus dilanjutkan hingga
pasien bebas demam paling sedikit 24-48 jam. Bila terapi
antibiotika tidak menampakkan hasil 48 jam pertama, segera
ganti dengan antibiotika atau gabung dengan antibiotika yang
dianggap lebih efektif.
d) Bila pemulihan berlangsung, terapi antibiotika I.V dapat
dilanjutkan dengan antibiotika oral. Umumnya tetrasiklin 500
mg q.i.d (oral) atau doksisiklin 100 mg b.i.d (oral) untuk 10-14
hari. Hati-hati reaksi alergi.
6
Keuntungan :
1) Pengobatan segera
Sebagai terapi inisial pada infeksi berat sebelum penyebab infeksi
dapat ditentutkan melalui biakan mikroorganisme atau karena
penyebab infeksi tidak dapat di pastikan segera.
2) Mengobati infeksi ganda
3) Mencegah resistensi
Campuran antibiotika berpengaruh dalam mencegah perkembangan
suatu bakteri menjadi resisten.
4) Sinergisme
Misalnya :
a) Trimetoprim + sulfametoksazol
b) Karbenisilin + gentamisin
c) Karbenisilin + tobramisin
d) Penisilin + streptomisin
e) Penisilin + gentamisin + klindamisin
f) Sefalosporin + gentamisin
g) Penisilin semisintetik + aminoglikosida
Kerugian :
1) Antagonisme
Aktivitas campuran antibiotika kurang sebanding dengan aktivitas
antibiotika yang digunakan masing-masing secara tunggal.
Misalnya :
a) Penisilin dan klortetrasiklin
b) Ampisilin, kloramfenikol, dan streptomisin
c) Penisilin dan eritromisin
2) Sembuh semu
Antibiotika kombinasi sering memberi kesan bahwa semua bakteri
dapat diatasi, tetapi ternyata hanya menekan infeksi untuk
sementara waktu.
3) Toksisitas obat meningkat
Antibiotika kombinasi meningkatkan reaksi toksik dan sulit untuk
menentukan antibiotika penyebab reaksi tersebut.
4) Suprainfeksi
Perubahan populasi mikroorganisme normal menyebabkan
pertumbuhan yang berlebihan dari spesies resisten terhadap
antibiotika.
5) Menambah biaya pengobatan
c. Antibiotika Profilaksis
7
Munculnya kuman resisten dapat terjadi karena proses “natural
selection”. Proses ini berawal ketika populasi mikroba dalam tubuh
manusia terpapar oleh antibiotika, maka mikroba yang peka dari
populasi tersebut akan mati terbunuh, sedangkan sebagian akan
bertahan hidup bahkan dapat berkembang dan menjadi mikroba yang
resisten. Penyebaran kuman resisten dari seseorang kepada orang lain
pada umumnya terjadi dirumah sakit dengan car transmisi baik melalu
petugas perawat (pembantu) maupun dokter yang kurang
memperhatikan kaidah aseptik; juga dapat secara kontak langsung
antarpasien dalam unit pelayanan. Penggunaan antibiotika profilaksis
dan “general precaution” dapat meminimalkan kemungkinan
munculnya mikroba resisten.
1) Batasan
Antibiotika diberikan sebelum operasi atau segera saat
operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda
nyata adanya infeksi. Diharapkan saat operasi jaringan target sudah
mengandung kadar antibiotika tertentu yang efektik untuk
menhambat pertumbuhan kuman atau membunuh kuman.
Suatu tindakan obstetrik (seperti risiko sesarea atau pengeluaran
plasenta secara manual) dapat meningkatkan risiko seorang ibu
terkena infeksi. Risiko ini dapat diturunkan dengan :
a) Mengikuti petunjuk pencegahan infeksi yang dianjurkan
b) Menyediakan antibiotika profilaksis pada saat tindakan
3) Pemilihan Antibiotika
Dasar pemilihan jenis antibiotika untuk tujuan profilaksis
adalah sebagai berikut :
a) Sesuai dengan peta medan mikroba patogen terbanyak pada
kasus yang bersangkutan.
b) Antibiotika yang dipilih memiliki spektrum sempit untuk
mengurangi risiko resistensi kuman.
c) Memiliki toksisitas rendah.
d) Memiliki potensi sebagai bakteriosidal.
e) Harga terjangkau.
4) Cara
8
Konsentrasi puncak harus segera dicapai dalam waktu singkat
sehingga pemberian intravena merupakan pilihan yang tepat.
a) Golongan betalaktam diberikan secara intravena perlahan-
lahan atau dilakukan dilusi dalam larutan infus.
b) Klindamisin dilarutkan dalam 50 ml dan diberikan dalam
waktu 10 menit. Pemberian cepat akan mengakibatkan
penurunan tekanan darah, mual, muntah, dan aritmia.
5) Waktu
Saat pemberian antibiotika profilaksis pada umumnya 30-60
menit sebelum operasi, secara praktis umumnya diberikan pada
saat induksi anestesi. Pada seksio sesarea, untuk menghindari
masuknya antibiotika pada janin, antibiotika dapat diberikan segera
setelah penjepitan tali pusat.
6) Lama penggunaan
Antibiotika yang digunakan untuk keperluan profilaksis
pada umumnya memiliki waktu paruh yang pendek (1-2 jam). Oleh
karena itu, pemakaian antibiotika harus diulang apabila operasi
telah berlangsung 1 jam atau lebih. Namun, pada penelitian lain
didapatkan “slow clearance” antibiotika pada saat operasi.
Sefuroksim yang memiliki waktu paruh 1-2 jam, dapat bertahan
sampai 2-4 jam sehingga dengan pemberian tunggal tampaknya
konsentrasi antibiotika dalam jaringan masih tetap terpelihara.
8) Dosis
Untuk mencapai konsentrasi puncak, antibiotika harus
diberikan dalam dosis cukup tinggi serta dapat berdifusi dalam
jaringan dengan baik. Pada jaringan operasi konsentrasi terapi
harus mencapai 3-4 kali konsentrasi hambatan minimal,
sedangkakn pada profilaksis harus mencapainya sedikitnya 2 kali
lipat konsentrasi terapi.
9
Pemberian antibiotika pada seksio sesarea dianjurkan segera
setelah penjepitan tali pusat untuk menghindari masuknya
antibiotika pada janin. Namun, sebagai konsekuensi nya harus
digunakan dosis 2 kali lipat jika dibandingkan dengan apabila
diberikan sebelum operasi. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut
:
a) Diperlukan segera tercapai operasi antibiotika yang cukup
untuk menghambat pertumbuhan kuman di jaringan operasi.
b) Pada saat seksio terjadi perdarahan yang cukup banyak
sehingga konsentrasi antibiotika akan cepat turun.
c) Pemberian dosis ulangan hanya atas indikasi perdarahan >
1500 ml atau operasi berlangsung lebih dari 3 jam.
d. Antibiotika Terapeutik
1) Sebagai pertahanan pertama terhadap infeksi serius, berikan
kombinasi antibiotika :
a) Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam;
10
b) DITAMBAH gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 24
jam;
c) DITAMBAH mentronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam;
Catatan : Jika infeksi tidak seberapa parah, amoksilin 500 mg per
oral setiap 8 jam dapat digunakan sebagai pengganti ampisilin dan
metronidazol dapat diberikan per oral juga.
2) Jika respons klinis terlihat buruk setelah 48 jam, pastikan apakah
dosis antibiotika yang diberikan cukup, evaluasi sumber-sumber
infeksi lainnya secara menyeluruh atau pikirkan untuk mengganti
pilihan pengobatan berdasarkan laporan sensitivitas mikroba (atau
tambahkan obat lainnya untuk mengobati bakteri anaerob, jika
belum diberikan).
3) Jika fasilitas klutur tidak tersedia,periksa ulang sampel pus,
khususnya dari daerah pelvis, dan untuk penyebab noninfeksi,
seperti trombosis bena dalam dan vena pelvis. Pertimbangkan
kemungkinan infeksi akibat organisme yang resisten terhadap
kombinasi obat diatas.
a) Jika dicurigai adanya infeksi stafilokokus tambahkan;
- Kloksasilin 1 g I.V. setiap 4 jam;
- Atau vankomisin 1 g I.V. setiap 12 jam melalui infus selama
1 jam.
b) Jika dicurigai infeksi klostridial atau streptokokus hemolitik grup
A, tambahkan penisilin 2 juta unit I.V. setiap 4 jam;
c) Jika bukan salah satu kemungkinan diatas, tambahkan
seftriakson 2 g I.V. setiap 24 jam.
Catatan : untuk menghindari terjadinya plebitis, tempat infus
sebaiknya diganti setiap 3 hari atau jika terdapat tanda
peradangan.
d) Jika masih infeksi, evaluasi sumber infeksi.
11
3) Siprofloksasin 3 x 500 mg (oral) + Metronidazol 2 x 1 g (I.V.)
4) Ampisilin 3 x 1 g (I.V.) + Gentamisin 2 x 80 mg (I.V.) +
Klindamisin 3 x 600 mg (I.V.)
12
Antibiotika Untuk Profilaksis Dan Terapi Pada Kondisi Tertentu
13
Pielonefriti Gentamisin 2 x 80 I.V. atau Hingga 14
s Amoksisiklin mg I.M. hari
+ Klavulanic 3 x 500 I.V. atau
acid mg oral
Mastitis Tiamfenikol 3 x 500 Oral 7 – 10 hari Drainase bila
mg terjadi abses
Selulitis Sefaleksin 4 x 500 Oral 7 – 10 hari Debridemen
mg atau irigasi
B. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah merah
atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglibin normal umumnya
berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan
pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml. Definisi ini
mungkin sedikit berbeda tergantung pada sumber dan referensi
laboratorium yang digunakan.
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi
ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah.
Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan
stress pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan
mencegah anemia membutuhkan kerjasama antara ginjal, sumsum tulang,
nutrisi dalam tubuh. Jika ginjal atau sumsum tulang tidak befungsi, atau
tubuh kurang gizi, maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin
sulit untuk dipertahankan.
Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari proses penyakit bukan
penyakit itu sendiri. Hal ini biasanya digolongkan baik kronis atau akut.
Anemia kronis terjadi selama jangka waktu yang panjang. Anemia akut
terjadi dengan cepat. Menentukan apakah anemia telah terjadi untuk waktu
yang lama atau apakah itu adalah suatu yang baru, memabantu dokter dalam
mencari penyebabnya. Hal ini juga membantu memprediksi seberapa parah
gejala anemia mungkin. Pada anemia kronis, gejala biasanya dimulai secara
perlahan dan bertahap, sedangkan pada gejala anemia akut dapat mendadak
dan lebih berat.
Sel darah merah dapat bertahan hidup sekitar 120 hari, sehingga
tubuh selalu mencoba untuk menggantikan mereka. Pada orang dewasa
produksi sel darah merah terjadi di sumsum tulang. Dokter berusaha untuk
menentukan apakah jumlah sel darah merah yang rendah disebabkan oleh
14
kehilangan darah meningkat dari sel-sel darah merah atau dari penurunan
produksi mereka di sumsum tulang. Mengetahui apakah jumlah sel darah
putih dan / atau platelets telah berubah juga membantu menentukan
penyebab anemia.
Di Amerika Serikat, orang yang mengalami anemia sebanyak 2%
sampai 10%. Negara-negara lain memiliki tingkat anemia lebih tinggi. Pada
perempuan muda terdapat dua kali lebih mungkin untuk mengalami anemia
dibandingkan laki-laki muda karena pendarahan menstruasi yang teratur.
Anemia terjadi pada kedua orang muda dan orang tua, tetapi anemia pada
orang tua lebih mungkin menyebabkan gejala karena mereka biasanya
memiliki masalah medis tambahan.
Anemia menggambarkan kondisi di mana jumlah sel darah merah
dalam darah rendah. Darah terdiri dari dua bagian, sebuah bagian cair yang
disebut plasma dan sebagian yang padat disebut sel darah. Bagian seluler
barisi beberapa jenis sel yang berbeda. Salah satu tipe paling penting dan
jenis sel yang paling banyak adalah sel darah merah. Jenis sel lainnya adalah
sel-sel darah putih dan trombosit. Tujuan dari sel darah merah adalah untuk
mengantarkan oksigen dari patu-paru ke bagian lain dari tubuh.
Sel darah merah diprodiksi melalui serangkaian tahapan yang
kompleks dan spesifik. Sel ini dibuat dalam sumsum tulang (bagian dalam
dari beberapa tulang yang membuat sebagian besar sel-sel dalam darah),
dan ketika semua tahap yang tepat dalam pematangan sel selesai, maka sel
darah dilepaskan ke dalam aliran darah. Molekul hemoglobin adalah unit
fungsional dari sel-sel darah merah dan merupakan struktur protein
kompleks yang berada di dalam sel darah merah. Berlawanan dengan
kebanyakan sel dalam tubuh manusia, sel darah merah tidak memiliki inti
(pusat metabolisme sel).
Meskipun sel-sel darah merah (eritrosit) dibuat di dalam sumsum
tulang, banyak faktor lain yang terlibat dalam produksinya. Misalnya, besi
merupakan komponen yang sangat penting dari molekul hemoglobin, dan
hormon erythropoeitin, hormon yang dikeluarkan oleh ginjal, merangsang
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah sel darah
merah(erotrosit) dan/ atau jumlah hemoglobin yang ditemukan dalam sel-
sel darah merah menurun di bawah normal. Sel darah merah dan
hemoglobin yang terkandung di dalamnya diperlukan untuk transportasi dan
pengiriman oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Tanpa kecukupan
pasokan oksigen, banyak jaringan dan organ seluruh tubuh terganggu.
Anemia dapat ringan, sedang atau berat tergantung pada sejauh mana
menghitung RBC dan/atau tingkat hemoglobin yang menurun. Ini adalah
kondisi yang cukup umum, mempengaruhi baik pria maupun wanita dari
segala usia, ras, dan kelmpok etnis. Namun, orang-orang tertentu berada
15
pada peningkatan risiko berkembangnya anemia. Ini termasuk orang dengan
diet rendah zat besi dan vitamin, penyakit kronis seperti penyakit ginjal,
diabetes, kanker, penyakit inflamasi usus, riwayat keluarga mewarisi
anemia, infeksi kronis seperti TB atau HIV, dan mereka yang telah
kehilangan darah yang signifikan dari cedera atau pembelahan.
1. Jenis-jenis anemia
a. Jika sel darah merah lebih kecil dari biasanya, ini disebut anemia
mikrositik. Penyebab utama dari jenis ini defisiensi besi (besi
tingkat rendah) anemia dan thalassemia (kelainan bawaan
hemoglobin).
b. Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah
dalam jumlah), ini disebut anemia normositik, seperti anemia yang
menyertai penyakit kronis atau anemia yang berhubungan dengan
penyakit ginjal.
c. Jika sel darah merah lebih besar dari normal, maka disebut anemia
makrositik. Penyebab utama dari jenis ini adalah anemia pernisiosa
dan anemia yang berhubungan dengan alkoholisme.
2. Penyebab Anemia pada Umumnya
a. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan
Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan
beredar melalui darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel darah
yang belum matur (muda) dapat juga disekresi ke dalam darah. Sel
darah yang usianya muda biasanya gampang pecah atau lisis
sehingga terjadi anemai. Penghancuran sel darah yang berlebihan
dapat disebabkan oleh:
1) Masalah dengan sumsum tulang seperti limfoma, leukimia,
atau multiple myeloma
2) Masalah dengan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan
kerusakan sel-sel darah (anemia hemolitik)
3) Kemoterapi
4) Penyakit kronis: AIDS
16
dalam tulang yang membuat sel darah baru) tidak bisa
memenuhi permintaan tubuh untuk sel-sel baru. Hal ini
dapat terjadi karena berbagai alasan, misalnya infeksi atau
obat-obat tertentu seperti antibiotik atau obet anti kejang.
Pada anemia hemolitik autoimun, sistem kesalahan sel
darah merah menyerbu kekebalan tubuh dan mulai
menghancurkannya. Anak-anak lain mewarisi cacat pada
sel-sel darah merah yang menyebabkan anemia, bentuk
umum dari anemia hemolitik warisan termasuk anemia sel
sabit, talasemia, kekurangan glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G6PD), dan spherocytosis turun temurun.
b) Anemia sel sabit adalah bentuk berat dari anemia yang
ditemukan paling sering pada orang-orang keturunan
Arika, meskipun dapat mempengaruhi orang-orang
Kaukasia, Arab Saudi, India, dan keturunan Mediterania.
Dalam kondisi ini, hemoglobin berbentuk batang yang
lama ketika melepas oksigen, sel-sel darah merah
abnormal menjadi berbentuk bulan sabit. Hal ini
menyebabkan kerusakan dini sel darah merah, rendahnya
tingkat hemoglobin, dan episode rasa sakit berulang, serta
masalah yang dapat mempengaruhi hampir setiap sistem
organ lain di dalam tubuh. Sekitar 1 dari setiap 625 anak-
anak Afrika-Amerika lahir dengan bebagai bentuk
anemia.
c) Thalassemia, yang biasanya mempengaruhi orang
Mediterania, Afrika, dan keturunan Asia Tenggara, yang
ditandai dengan sel darah merah abnormal dan berumur
pendek. Talasemia Mayor, juga disebut anemia Cooley,
adalah bentuk parah anemia di mana sel darah merah
dengan cepat dihancurkan dan besi disimpan dalam kulit
dan organ-organ vital. Thalassemia minor hanya
melibatkan anemia ringan dan perubahan sel darah merah
yang minimal.
d) Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) kekurangan
yang paling sering mempengaruhi laki-laki dari warisan
Afrika, meskipun telah ditemukan di kelompok banyak
orang lainnya. Dengan kondisi ini sel darah merah tidak
membuat cukup enzim G6PD atau enzim yang dihasilkan
tidak normal dan tidak bekerja dengan baik. Ketika
seseorang lahir dengan kekurangan ini dan memiliki
infeksi, mengambil obat-obatan tertentu, atau terkena zat
tertentu, maka sel darah merah tubuh akan menderita stres
17
tambahan. Tanpa G6PD memadai untuk melindungi
mereka, banyak sel darah merah yang hancur sebelumnya
waktunya.
e) Spherocytosis herediter adalah kelainan genetik membran
sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia,
penyakit kuning(kulit kuning-kebiruan), dan pembesaran
limpa. Sel darah merah memiliki luas permukaan yang
lebih kecil dari sel darah merah biasanya, yang dapat
menyebabkan sel darah mudah untuk patah. Sebuah
sejarah keluarga meningkatkan risiko gangguan ini, yang
paling umum pada orang keturunan Eropa utara tetapi
dapat mempengaruhi semua ras.
b. Kehilangan Darah
Kehilangan darah dapat disebabkan oleh:
1) Perdarahan: menstruasi, persalinan
2) Penyakit: malaria
3) Penyakit kronis seperti kanker, kolitis ulserative, atau
rheumatoid arthritis
4) Kehilangan darah (misalnya, dari periode menstruasi berat
atau borok lambung)
18
2) diet yang rendah, vegetarian ketat
3) gagal ginjal
4) genetik – beberapa bentuk anemia, seperti talasemia,
5) kehamilan
6) operasi untuk lambung atau usus yang mengurangi penyerapan
zat besi, vitamin B12, atau asam folat
19
darah lengkap (complete blood count = CBC), khusunya MCV,
maka bisa mengumpulkan petunjuk tentang apa yang mungkin
menjadi alasan yang paling umum untuk anemia.
20
2) Anemia defisiensi folat
a) Pengertian
Anemia Defisiensi folat adalah penurunan jumlah sel-sel darah
merah (anemia) karena kekuranagn folat.
b) Pengobatan
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan mengobati
penyebab dari defisiensi folat. Suplemen asam folat dapat
diberikan melalui mulut (oral) atau melalui pembukuh darah
(intravena) secara jangka pendek sampai anemia telah
diperbaiki. Dalam hal penyerapan yang rwndah oleh usu, terapi
pengganti mungkin diperlukan seumur hidup. Diet terdiri dari
peningkatan asupan hijau, sayuran dan buah jeruk
21
4) Anemia penyakit kronis
a) pengertian
Anemia penyakit kronis adalah gangguan darah yang dihasilkan
dari sebuah kondisi (kronis) jangka panjang medis yang
mempengaruhi produksi dan umur sel darah merah
Beberapa keadaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
penurunan produksi sel darah merah seperti penyakit ginjal,
diabetes, TBC, atau HIV. Anemia dapat bersifat akut maupun
kronis.
b) Pengobatan
Untuk beberapa kondisi, seperti penyakit ginjal kronis, obat yang
disebut eritropoietin dapat diberikan. Obat ini merangsang sumsum
tulang untuk membuat sel-sel darah. Pengobatan anemia karena
kondisi kronis biasanya melibatkan menentukan dan mengatasi
penyakit yang mendasarinya.
5) Anemia hemolitik
a) Pengertian
Anemia hemolitik adalah suatu kondisi dimana tidak ada cukup
sel darah merah dalam darah, karena kerusakan dini sel-sel darah
merah. perbedaan penyebab anemia hemolitik dibedakan dalam 2
kategori utama:
Bentuk warisan (genetic) dimana suatu
gen diwariskan dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
Bentuk di dapat (Acquired) dimana beberapa faktor selain dari
hasil diwariskan pada awal kehancuran sel darah merah.
b) Pengobatan
Pengobatan tergantung pada jenis dan penyebab anemia
hemolitik. Asam folat, pengganti zat beai, dan kortikosteroid
dapat di gunakan. Dalam keadaan darurat, transfusi darah atau
pengangkatan limpa (splenektomi) mungkin diperlukan.
- Obat digunakan untuk mengurangi produksi autoantibodies
yang menghancurkan sel darah merah
- Transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah merah
sehat
- Transplantasi sumsum tulang untuk meningkatkan produksi sel
darah merah normal
- Menghibdari pemicu yang menyebabkan anemia seperti dingin
dalam beberapa bentuk anemia hemolitik autoimun, atau kacang
fava bagi mereka dengan defisiensi G6PD
22
6) Anemia aplastik idiopatik
a)Pengertian
Anemia aplastik idiopatik adalah suatu kondisi dimana sumsum
tulang gagal membuat sel sel darah secara normal. Sumsum
tulang adalah jaringan lembut, mengandung lemak dipusat tulang.
b) Pengobatan
Dalan kasus moderat, transfusi darah dan transfusi trombosit akan
membantu memperbaiki anemia dan resiko perdarahan. Anemia
aplastik parah terjadi bila jumlah sel darah sangat rendah, dan
merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Transplantasi sumsum
tulang atau transplantasi sel induk di anjurkan untuk penyakit
yang parah pada pasien yang lebih muda. Namun, mareka harus
Memiliki donor yang merupakan saudara kandung (adik atau
kaka) dan pasangan yang baik. Hal ini disebut donor saudara
kandung yang cocok.
7) Anemia megaloblastik
a) pengertian
Anemia megaliblastik adalah gangguan darah dimna ukuram sel
lebih besar dari sel darah merah normal.
b) Pengobatan
Tujuan pertama adalah mendiagnosa penyebab anemia.
Pengobatan tergantung pada penyebab.
8) Anemia pernisiosa
a) Pengertian
Anemia pernisiosa adalah penurunan sel darah merah yang terjadi
ketika tubuh tidak dapat dengan baik menyerap Vitamin B12 dari
saluran pencernaan.
b) Pengobatan
Suntik vitamin B12 setiap bulandiresepkan untuk memperbaiki
kekurangan vitamin B12.Terapi ini mamperlakukan anemia dan
dapat memperbaiki komlplikasi neorologis jika diambil cukup
ini. Pada orang tingkat defisiensi yang parah, suntikan diberikan
lebih sering pada awalny. Beberapa dokter menyarankan bahwa
pasien tua dengan atrofi lambung mengkonsumsi suplemen
vitamin B12 melalui mulut disamping suntikan bulanan. Ada juga
persiapan vitamin B12 yang dapt diberikan melalui hidung. Bagi
sebagian orang mengkonsumsi tablet vitamin B12 mwlalui mulut
dalam dosis sangat tinggi dapat menjadi pengobatan yang efektif.
23
9) Anemia aplastik sekunder
a) Pengertian
Anemia aplastik sekunder adalah kegagalan sumsum tulang
untuk membuat sel-sel darah yang cukup.
b) Pengobatan
Kasus anemia aplastik ringan dapat diobati dengan perawatan
suportif. Anemia aplastik berat, yang menyebabkan jumlah darah
sel yang sangat rendah, adalah kindisi yang mengancam jiwa.
Pasien yang lebih muda daengan kasus yang parah penyakit itu
akan membutuhkan transplantasi sumsum tulang jika sebuah
donor yang cocok dapat ditemukan. Pasien yang tua atau mereka
yag tidak memiliki sumsum tulang donor yang cocok, dapat
diobati dengan obat-obat yang menekan sistem kekebalan tubuh.
Obat ini termasuk anti-thymocyte globulin (AGT), tacrolimus,
atau siklosporin.
24
- Empedu penghapusan (jika ada memiliki penyakit batu
empedu)
- Hip pengganti nekrosis avaskular pinggul
- Irigasi atau operasi untuk persiaten, ereksi yang menyakitkan
(priapism)
- Pembedahan untuk maslah mata
- Luka perawatan, oksidasi seng, atau operasi untuk luka kaki
b) Pengobatan
Transfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap snemia jika
gejala yang dialami cukup parah (misalnya, sakit kepala ringan,
kelemahan, kelelahan) atau terdapat gejala atau tanda-tanda
gangguan kardiopulmonal (misalnya, dyspnea, takikardi,
tachypnea), maka keputusan tidak di dasarkan pada kadar Hct
tersebut.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
26
27