Anda di halaman 1dari 2

INTERPRETASI PEMERIKSAAN DARAH

Tes terbaik untuk mengetahui ikterus adalah dengan melakukan pemeriksaan hematologi
dan pemeriksaan kimia darah. Pemeriksaan CBC dilakukan dengan menghitung keseluruhan
darah dan mengetahui perbedaan-perbedaan anemia yang berhubungan dengan kejadian
hiperbilirubinemia. Moderate anemia berhubungan dengan kejadian prehepatik bilirubinemia.
Perubahan morfologi eritrosit pun berbanding lurus dengan peningkatan destruksi bilirubin .yang
merupakan indikasi penyakit prehepatik (Elliot 2010).

Kasus anemia hemolitik yang menyebabkan ikterus parah dan regeneratif, bahkan jika
regenerasi hanya menjadi maksimal setelah dua hingga empat hari, yang dapat menunda
timbulnya retikulositosis. Anemia yang terkait dengan penyakit hati dikaitkan dengan reaksi
inflamasi kronis (pemanfaatan zat besi yang cacat) dan biasanya sedang, tidak teratur, normositik,
dan normokromik. Jika dicurigai adanya hemolisis, pemeriksaan lain (pemeriksaan darah, tes
Coombs, serologi penyakit menular) harus dipertimbangkan.

Pemeriksaan apusan darah akan memberikan diagnosis definitive babesiosis. Anomali


morfologis sel darah merah lainnya dapat membantu mengarahkan diagnosis: spherosit
menunjukkan anemia hemolitik autoimun, dan badan Heinz diamati mengikuti konsumsi racun
tertentu (zinc, bawang, benzocain). Tes Coombs memberikan konfirmasi karakter imunologis
anemia. Maka disarankan untuk mencari kemungkinan etiologi infeksius atau parasit utama
(babesiosis, ehrlichiosis, bartonella, leishmaniasis, dirofilariasis), neoplastik, iatrogenik, atau
toksik (Jan et al. 2006).

Pemeriksaan kimia darah meliputi uji ALT (Alanine aminotransferase) dan AST
(Aspartate transaminase). Keduanya merupakan enzim transaminase yang dihasilkan terutama
oleh sel–sel hati. Keadaan sel–sel hati yang rusak akan diikuti dengan peningkatan kadar kedua
enzim tersebut. Enzim ALT berperan dalam deaminasi asam amino, pengeluaran gugus amino
dari asam amino (Hayes 2007). ALT dan AST merupakan indikator yang lebih baik untuk
mendeteksi kerusakan jaringan hati, karena kedua enzim tersebut akan meningkat terlebih dahulu
dan peningkatannya lebih drastis bila dibandingkan dengan enzim-enzim lainnya (Amin 1995).
Kadar AST tinggi pada kasus seperti hepatitis, pankreatitis, malaria, dan penyumbatan
pada saluran empedu. Kadar ALT tinggi pada kerusakan hati kronis dan hepatitis. Kadar ALT
dan AST abnormal jika nilai yang didapat 2-3 kali lebih besar dari nilai normalnya. Melalui hasil
tes laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada hati. Gangguan
hati lipidosis kemungkinan pula terjadi pankreatitis, hal ini merupakan indikasi bahwa pankreas
dalam kondisi tidak normal atau tidak sehat (Amin 1995).

Refrensi :

Amin I. 1995. Pengaruh Pemberian Seduhan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica, VAL)

Terhadap Aktivitas SGOT dan SGPT [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Elliot J.2010. Jaundice. Di dalam: Eittinger, Feldman, editor. Textbook of Veterinary

Internal Medicine Edisi ke-7. St. Louis (US) : Sauncders Elsevier. hlm 287-289.

Hayes MA. 2007. Patophysiology of The Liver. USA: W.B. Saunder Company.

Jan R, Susan EB, Jennifer AC, John MC, Valeer JD, Viktor S, David CT, Ted SG, Tom VW,

Robert JW. 2006. WSAVA Standards for Clinical and Histological Diagnosis of Canine and Feline

liver Diseases. Saunder Elsevier. Philadelphia, pp 239-241

Anda mungkin juga menyukai