Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Di Susun Oleh :

Eko pamuji ( 106115025 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2018

A. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas
160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi
2 golongan besar yaitu :

a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak


diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.
B. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
 Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
 Kegemukan atau makan berlebihan
 Stress
 Merokok
 Minum alkohol
 Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
 Glomerulonefritis
 Pielonefritis
 Nekrosis tubular akut
 Tumor
b. Vascular
 Aterosklerosis
 Hiperplasia
 Trombosis
 Aneurisma
 Emboli kolestrol
 Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
 DM
 Hipertiroidisme
 Hipotiroidisme
d. Saraf
 Stroke
 Ensepalitis
 SGB
e. Obat – obatan
 Kontrasepsi oral
 Kortikosteroid

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

D. PATHWAYS
E. KOMPLIKASI
1. Serangan Jantung
2. Stroke
3. Gagal Jantung
4. Gangguan pada mata
5. Kesulitan dalam mengingat dan fokus
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi
G. MASALAH KEPERAWATAN /KOLABORATIF
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah

jantung

2. Intolerans aktifitas

3. Nyeri (akut)

4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan

tubuh.

5. Koping individual tidak efektif

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)

mengenai kondisi rencana pengobatan

H. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
 Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
 Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
 Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
 Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks
4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang
dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT
OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
 Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
 Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
- Dosis obat pertama dinaikkan
- Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
- Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika ,
beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
 Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh
- Obat ke-2 diganti
- Ditambah obat ke-3 jenis lain
 Step 4
Alternatif pemberian obatnya
- Ditambah obat ke-3 dan ke-4
- Re-evaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil
pengukuran tekanan darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai
mengenai tekanan darahnya
3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat
sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya,
tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensimeter
5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan
lebih dahulu
6. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita
7. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
8. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita
atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi
misal 1 x sehari atau 2 x sehari
10. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi,
efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
11. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis
atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan
efektifitas maksimal
12. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
13. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih
sering
14. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka
sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang
pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

1. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil

1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :


penurunan curah  Cardiac Pump Cardiac Care
jantung b/d effectiveness - Eval
peningkatan afterload, Circulation Status uasi adanya nyeri dada
vasokonstriksi,  Vital Sign Status (intensitas,lokasi, durasi)
hipertrofi/rigiditas - Cata
ventrikuler, iskemia t adanya disritmia jantung
- Cata
miokard
t adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putput
- Moni
tor status kardiovaskuler
- Moni
tor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
- Moni
tor abdomen sebagai
indicator penurunan perfusi
- Moni
tor balance cairan
- Moni
tor adanya perubahan
tekanan darah
-
Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
- Atur
periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
- Moni
tor toleransi aktivitas pasien
- Moni
tor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
- Anjur
kan untuk menurunkan
stress

Fluid Management
Timbang popok/pembalut jika
diperlukan
Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Pasang urin kateter jika
diperlukan
Monitor status hidrasi
( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika diperlukan
Monitor hasil lAb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN ,
Hmt , osmolalitas urin )
Monitor status hemodinamik
termasuk CVP, MAP, PAP, dan
PCWP
Monitor vital sign sesuai indikasi
penyakit
Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena leher,
asites)
Monitor berat pasien sebelum
dan setelah dialisis
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori
harian
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi cairan sesuai
program
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Kolaborasi pemberian diuretik
sesuai program
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130 mEq/l
Monitor respon pasien terhadap
terapi elektrolit
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul meburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi

Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan
tipe intake cairan dan eliminaSi
Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi
hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit
urine
Monitor serum dan osmilalitas
urine
Monitor BP<="" span="">
Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan irama
jantung
Monitor parameter
hemodinamik infasif
Catat secara akutar intake dan
output
Monitor membran mukosa dan
turgor kulit, serta rasa haus
Catat monitor warna, jumlah
dan
Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari
odema
Beri cairan sesuai keperluan
 Kolaborasi pemberian obat
yang dapat meningkatkan output
urin
 Lakukan hemodialisis bila perlu
dan catat respons pasien

Vital Sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus
Monitor adanya pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


kelemahan,  Energy conservation Activity Therapy
ketidakseimbangan  Activity tolerance  Kolaborasikan dengan Tenaga
suplai dan kebutuhan  Self Care : ADLs Rehabilitasi Medik
oksigen. dalammerencanakan progran
Kriteria Hasil : terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk
Definisi : Ketidakcukupan Berpartisipasi dalam mengidentifikasi aktivitas
energu secara fisiologis aktivitas fisik tanpa
yang mampu dilakukan
maupun psikologis untuk disertai  Bantu untuk memilih aktivitas
meneruskan atau peningkatan konsisten yangsesuai dengan
menyelesaikan aktifitas tekanan darah, nadi kemampuan fisik, psikologi
yang diminta atau aktifitas dan RR dan social
sehari hari.  Mampu melakukan  Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas sehari hari dan mendapatkan sumber
(ADLs) secara yang diperlukan untuk
Batasan karakteristik : aktivitas yang diinginkan
mandiri
a. melaporkan secara verbal  Bantu untuk mendpatkan alat
adanya kelelahan atau bantuan aktivitas seperti kursi
kelemahan. roda, krek
b. Respon abnormal dari  Bantu untu mengidentifikasi
tekanan darah atau nadi aktivitas yang disukai
terhadap aktifitas  Bantu klien untuk membuat
c. Perubahan EKG yang jadwal latihan diwaktu luang
menunjukkan aritmia atau  Bantu pasien/keluarga untuk
iskemia mengidentifikasi kekurangan
d. Adanya dyspneu atau dalam beraktivitas
ketidaknyamanan saat  Sediakan penguatan positif
beraktivitas. bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
Faktor factor yang mengembangkan motivasi
berhubungan : diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emoi,
Tirah Baring atau social dan spiritual
imobilisasi
Kelemahan menyeluruh
 Ketidakseimbangan antara
suplei oksigen dengan
kebutuhan
 Gaya hidup yang
dipertahankan.
3 Nyeri NOC : NIC :
 Pain Level, Pain Management
Definisi :  Pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara
Sensori yang tidak  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
menyenangkan dan Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
pengalaman emosional  Mampu mengontrol kualitas dan faktor presipitasi
yang muncul secara aktual nyeri (tahu Observasi reaksi nonverbal dari
atau potensial kerusakan penyebab nyeri, ketidaknyamanan
jaringan atau mampu Gunakan teknik komunikasi
menggambarkan adanya terapeutik untuk mengetahui
menggunakan
kerusakan (Asosiasi Studi pengalaman nyeri pasien
Nyeri Internasional): tehnik Kaji kultur yang mempengaruhi
serangan mendadak atau nonfarmakologi respon nyeri
pelan intensitasnya dari untuk mengurangi Evaluasi pengalaman nyeri masa
ringan sampai berat yang nyeri, mencari lampau
dapat diantisipasi dengan bantuan) Evaluasi bersama pasien dan tim
akhir yang dapat diprediksi Melaporkan bahwa kesehatan lain tentang
dan dengan durasi kurang nyeri berkurang ketidakefektifan kontrol nyeri
dari 6 bulan. dengan masa lampau
menggunakan Bantu pasien dan keluarga untuk
Batasan karakteristik : manajemen nyeri mencari dan menemukan
Laporan secara verbal atau dukungan
 Mampu mengenali
non verbal Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri (skala, mempengaruhi nyeri seperti
Fakta dari observasi
Posisi antalgic untuk
intensitas, frekuensi suhu ruangan, pencahayaan
menghindari nyeri dan tanda nyeri) dan kebisingan
Gerakan melindungi  Menyatakan rasa Kurangi faktor presipitasi nyeri
Tingkah laku berhati-hati nyaman setelah Pilih dan lakukan penanganan
Muka topeng nyeri berkurang nyeri (farmakologi, non
Gangguan tidur (mata  Tanda vital dalam farmakologi dan inter personal)
sayu, tampak capek, sulit rentang normal Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
atau gerakan kacau, menentukan intervensi
menyeringai) Ajarkan tentang teknik non
Terfokus pada diri sendiri farmakologi
Fokus menyempit Berikan analgetik untuk
(penurunan persepsi waktu, mengurangi nyeri
kerusakan proses berpikir, Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
penurunan interaksi dengan Tingkatkan istirahat
orang dan lingkungan) Kolaborasikan dengan dokter jika
Tingkah laku distraksi, ada keluhan dan tindakan nyeri
contoh : jalan-jalan, tidak berhasil
menemui orang lain Monitor penerimaan pasien
dan/atau aktivitas, aktivitas tentang manajemen nyeri
berulang-ulang)
Respon autonom (seperti Analgesic Administration
diaphoresis, perubahan Tentukan lokasi, karakteristik,
tekanan darah, perubahan kualitas, dan derajat nyeri
nafas, nadi dan dilatasi sebelum pemberian obat
pupil) Cek instruksi dokter tentang jenis
Perubahan autonomic obat, dosis, dan frekuensi
dalam tonus otot (mungkin Cek riwayat alergi
dalam rentang dari lemah Pilih analgesik yang diperlukan
ke kaku) atau kombinasi dari analgesik
Tingkah laku ekspresif ketika pemberian lebih dari satu
(contoh : gelisah, merintih, Tentukan pilihan analgesik
menangis, waspada, tergantung tipe dan beratnya
iritabel, nafas nyeri
panjang/berkeluh kesah) Tentukan analgesik pilihan, rute
Perubahan dalam nafsu pemberian, dan dosis optimal
makan dan minum Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
Faktor yang berhubungan : teratur
Agen injuri (biologi, kimia, Monitor vital sign sebelum dan
fisik, psikologis) sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

4 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi lebih dari  Nutritional Status : Weight Management
kebutuhan tubuh b/d food and Fluid  Diskusikan bersama pasien
masukan berlebihan Intake mengenai hubungan antara
 Nutritional Status : intake makanan, latihan,
Definisi : Intake nutrisi nutrient Intake peningkatan BB dan
melebihi kebutuhan  Weight control penurunan BB
metabolik tubuh Kriteria Hasil :  Diskusikan bersama pasien
mengani kondisi medis yang
 Mengerti factor yang
Batasan karakteristik : dapat mempengaruhi BB
meningkatkan berat Diskusikan bersama pasien
Lipatan kulit tricep > 25 mm
badan mengenai kebiasaan, gaya
untuk wanita dan > 15 mm
untuk pria  Mengidentfifikasi hidup dan factor herediter
BB 20 % di atas ideal untuk tingkah laku yang dapat mempengaruhi
tinggi dan kerangka tubuh dibawah kontrol BB
ideal klien  Diskusikan bersama pasien
Makan dengan respon  Memodifikasi diet mengenai risiko yang
eksternal (misalnya : situasi dalam waktu yang berhubungan dengan BB
sosial, sepanjang hari) lama untuk berlebih dan penurunan BB
Dilaporkan atau mengontrol berat  Dorong pasien untuk merubah
diobservasi adanya badan kebiasaan makan
disfungsi pola makan  Penurunan berat  Perkirakan BB badan ideal
(misal : memasangkan pasien
badan 1-2
makanan dengan aktivitas
yang lain)
pounds/mgg
 Menggunakan Nutrition Management
Tingkat aktivitas yang Kaji adanya alergi makanan
menetap energy untuk
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Konsentrasi intake aktivitas sehari hari menentukan jumlah kalori dan
makanan pada menjelang nutrisi yang dibutuhkan pasien.
malam Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
Faktor yang berhubungan : Anjurkan pasien untuk
Intake yang berlebihan meningkatkan protein dan
dalam hubungannya vitamin C
terhadap kebutuhan Berikan substansi gula
metabolisme tubuh Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih
( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Weight reduction
Assistance
 Fasilitasi keinginan pasien untuk
menurunkan BB
 Perkirakan bersama pasien
mengenai penurunan BB
 Tentukan tujuan penurunan BB
 Beri pujian/reward saat pasien
berhasil mencapai tujuan
 Ajarkan pemilihan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. 2012-2014. Nanda International Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Rendy, M. Clevo dan Margareth T. H. 2010. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


& Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai