Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami.
Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah “Periode Islam Pada Masa Arab pra Islam”, Serta tak
luput juga sholawat dan salam kami sampaikan kepada junjungan kami Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah ini. Disamping itu, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga terselesaikan Makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dadakami buka selebar-
lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki Makalah ini.
Akhirul kalam, penyusun sangat mengharapkan semoga dari Makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan
lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
I. LATAR BELAKANG
Masa sebelum kedatangan Islam dikenal dengan zaman jahiliyah. Dalam Islam, periode jahiliyah
dianggap sebagai suatu kemunduran dalam kehidupan beragama. Pada saat itu masyarakat Arab jahiliyah
mempunyai kebiasaan-kebiasaan buruk seperti meminum minuman keras, berjudi, dan menyembah
berhala.
Ketika nabi Muhammad SAW lahir (570 M). Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan
terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini
dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Dengan
adanya Ka’bah di tengah kota. Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka
berziarah. Didalamnya terdapat 360 berhala mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan
makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat
jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Biasanya, dalam membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa Arab sebelum Islam,
orang membatasi pembicaraan hanya pada jazirah Arab, padahal bangsa Arab juga mendiami daerah-
daerah di sekitar Jazirah. Jazirah Arab memang merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang kondisi Bangsa Arab sebelum kedatangan
agama Islam. Khususnya mengenai letak geografisnya, asal-usulnya, agamanya, serta peradabannya.
Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab, disebut masa jahiliyyah.1 33. dan hendaklah
kamu tetap di rumahmu[1215] dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu[1216] dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait[1217] dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
[1215] Maksudnya: isteri-isteri Rasul agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada keperluan
yang dibenarkan oleh syara'. perintah ini juga meliputi segenap mukminat.
[1216] Yang dimaksud Jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat sebelum Nabi
Muhammad s.a.w. dan yang dimaksud Jahiliyah sekarang ialah Jahiliyah kemaksiatan, yang terjadi
sesudah datangnya Islam.
[1217] Ahlul bait di sini, Yaitu keluarga rumah tangga Rasulullah s.a.w.
Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat Arab khususnya
Arab pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka
pada umumnya hidup berkabilah dan nomaden. Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan.
Situasi yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat jalan, tidak
menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih kemuliaan, memusnahkan kekayaan
dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana
semacam ini terus berlangsung hingga datang Islam di tengah-tengah mereka.
Bangsa Arab pada umumnya berwatak berani, keras, dan bebas. Mereka telah lama mengenal agama.
Nenek moyang mereka pada mulanya memeluk agama Nabi Ibrahim as (Hanif). Akan tetapi, akhirnya ajaran
itu pudar. Untuk menampilkan keberadaan Tuhan mereka membuat patung berhala dari batu, yang menurut
perasaan mereka patung itu dapat dijadikan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan.2
Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama sekali tidak memiliki
peradaban. Kebudayaan mereka yang paling menonjol adalah bidang sastra bahasa Arab, khususnya syair
Arab. Perekonomian penduduk negeri Mekah umumnya baik karena mereka menguasai jalur darat di
seluruh Jazirah Arab.
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan
ekonomi. Letak geografis yang cukup strategis, terutama kawasan pesisir yang pada waktu itu ramai dilalui
kapal-kapal pedagang Eropa yang hendak menuju India, Asia Tenggara, Cina dan sekitarnya, telah membuat
kawasan ini lebih maju dari pada kawasan Arab yang lain. Makkah pada waktu itu merupakan kota dagang
bertaraf internasional. Hal ini diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis karena terletak di
1
Al-Qur-an Surat al-Ahzab: 33.
2
http://emhasemarangan.blogspot.com/2010/02/rahasia-sukses-dakwah-rasulullah.html, diunduh 24 Maret 2014.
Mohammad Nuh Bangsa Arab
Pra-Islam| 4
persimpangan jalan penghubung jalur perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syiria.
Rentetan peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Islam merupakan hal yang sangat penting untuk
dikaji. Hal demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di dunia yang terlepas dari konteks historis dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya. Artinya, antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat hubungan
yang erat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan Islam dengan situasi dan kondisi Arab pra
Islam.
Secara garis besar, jazirah Arab dibedakan menjadi dua, yakni daerah
pedalaman(tengah) dan pesisir(tepi). Daerah pedalaman jarang sekali mendapatkan
hujan, namun sesekali hujan turun dengan lebatnya. Kesempatan demikian biasa
dimanfaatkan penduduk nomadik dengan mencari genangan air dan padang rumput
demi keberlangsungan hidup mereka. Seperti juga di tempat-tempat lain, di sini pun terbagi
menjadi dua bagian [di bagian utara disebut “Najed”, dan bagian selatan disebut “al-Ahqaf”] 6,5. dasar hidup
pengembaraan itu ialah kabilah. Kabilah-kabilah yang selalu pindah dan pengembara itu tidak mengenal
suatu peraturan atau tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka hanya mengenal kebebasan pribadi, kebebasan
keluarga, dan kebebasan kabilah yang penuh.7
Sedangkan daerah pesisir, hujan turun dengan teratur, sehingga para penduduk
daerah tersebut relatif padat dan sudah bertempat tinggal tetap. Oleh karena itu, di
daerah pesisir ini, jauh sebelum Islam lahir, sudah berkembang kota-kota dan
kerajaan-kerajaan penting, seperti kerajaan Himyar, Saba’, Hirah dan Ghassan.8
Ada lima daerah di Jazirah Arab:
1) Hijaz, kotanya adalah Mekah, Madinah, dan Thaif.
2) Yaman, terletak di bagian selatan: di antaranya adalah Sana’ah yang merupakan ibukota Yaman.
3) Najed, terletak di bagian tengah Jazirah Arab.
4) Yamamah, terletak antara Yaman dan Najed. (Hatta, 2012: 13).8,5
6
Ahmad Amin, Fajr al-Islam, 1975, Kairo: Maktabah Najdah al-Misriyyah, hal. 1-2.
6,5
Dr. Din Muhammad Zakariya, M.PD.I, Sejarah Peradaban Islam (prakenabian hingga islam di
Indonesia) hal. 32.
7
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/masa-nabi-muhammad-saw-pada-periode.html, diunduh 24 Maret 2014.
8
Ahmad Mujahidin, Maret 2003, “Arab Pra Islam; Hubungan Ekonomi dan Politik dengan Negara-
Negara Sekitarnya”, Jurnal Akademika, Volume 12, Nomor 2, hal. 4.
8,5
Dr. Din Muhammad Zakariya, M.PD.I, Sejarah Peradaban Islam (prakenabian hingga islam di
Indonesia) hal. 33.
9
Ali Mufrrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, 1997, Jakarta: Logos, hal. 5. Ras lain ialah
Mongoloid, Negroid dan ras-ras khusus.
Mohammad Nuh Bangsa Arab
Pra-Islam| 6
Bangsa Arab hidup berpindah-pindah (nomaden). Demikian ini karena
kondisi tanah tempat mereka hidup terdiri dari gurun pasir kering dan minim
turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat lain mengikuti
tumbuhnya stepa (padang rumput) yang muncul secara sporadis di sekitar oasis
atau genangan air setelah turun hujan. Padang rumput diperlukan badui Arab
untuk kebutuhan makan binatang ternak seperti kuda, onta dan domba.
10
Philip K. Hitti, History of The Arabs, hal. 28.
11
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2010, Jakarta: Rajawali Press, hal. 11.
12
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/masa-nabi-muhammad-saw-pada-periode.html, diunduh 24 Maret 2014.
Mohammad Nuh Bangsa Arab
Pra-Islam| 7
Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki yang diluar kewajaran, seperti :
1. Pernikahan secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki lain yang
menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas kawin seketika itu
pula.
2. Para laki-laki bisa mendatangi wanita sekehendak hatinya. Yang disebut wanita pelacur.
3. Pernikahan Istibdha’, seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada laki-laki lain hingga
mendapat kejelasan bahwa istrinya hamil. Lalu sang suami mengambil istrinya kembali bila
menghendaki, karena sang suami menghendaki kelahiran seorang anak yang pintar dan baik.
4. Laki-laki dan wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan peperangan. Untuk pihak yang
menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan menghalalkannya menurut
kemauannya.
Banyak lagi hal-hal yang menyangkut hubungan wanita dengan laki-laki yang diluar kewajaran.
Diantara kebiasaan yang sudah dikenal akrab pada masa jahiliyah ialah poligami tanpa ada batasan
maksimal, berapapun banyaknya istri yang dikehendaki. Bahkan mereka bisa menikahi janda bapaknya,
entah karena dicerai atau karena ditinggal mati. Hak perceraian ada ditangan kaum laki-laki tanpa ada
batasannya.13 Maka tidak heran, jika peperangan antar suku menjadi ciri khas masyarakat ini. Rendahnya
harga wanita seakan-akan menjadi akibat dari keadaan masyarakat yang suka berperang tersebut.
Akibat tradisi peperangan ini, kebudayaan mereka tidak berkembang. Karena itu, bahan-bahan
sejarah Arab pra Islam langka didapatkan di dunia Arab dan dalam bahasa Arab. Ahmad Shalabi
menyebutkan, sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya
agama Islam.14 Pengetahuan itu diperoleh melalui syair-syair yang beredar di kalangan para pe-rawi syair.
Dengan begitulah sejarah dan sifat masyarakat Arab dapat diketahui, yang antara lain bersemangat tinggi
dalam mencari nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, dan juga dikenal sebagai masyarakat yang cinta
kebebasan.
Dengan kondisi alami yang seperti tidak pernah berubah itu, masyarakat badui pada dasarnya tetap
berada dalam fitrahnya. Kemurniannya terjaga, jauh lebih murni dari bangsa-bangsa lain. Dasar-dasar
kehidupan mereka mungkin dapat disejajarkan dengan bangsa-bangsa yang masih berada dalam taraf
permulaan perkembangan budaya. Bedanya dengan bangsa lain, hampir seluruh penduduk badui adalah
penyair.15
Lain halnya dengan penduduk kota yang memiliki kemajuan peradaban, sejarah mereka dapat
diketahui lebih jelas. Mereka selalu mengalami perubahan seiring dengan perubahan situasi dan kondisi
yang melingkupinya. Mereka telah mampu berkarya seperti membuat alat-alat dari besi, bahkan sampai
mendirikan kerajaan-kerajaan. Sampai pada lahirnya Nabi Muhammad, daerah-daerah tersebut masih
merupakan kota-kota perniagaan, sebagaimana diketahui bahwa daerah tersebut merupakan jalur
13
http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-arab-pra-islam.html, diunduh 24 Maret 2014.
14
A. Shalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, buku I, terj. M. Sanusi Latief , 1983, Jakarta: Pustaka Al-
Husna, hal. 29.
15
Gustav Leboun, Hadarat al-‘Arab, Kairo: Matba‘ah ‘Isa al-Babi al-Halabi, hal. 72.
Mohammad Nuh Bangsa Arab
Pra-Islam| 8
perdagangan antara Eropa dan Asia. Sebagaimana masyarakat badui, penduduk daerah ini juga mahir
bersyair. Biasanya, syair-syair dibacakan di pasar-pasar, semacam pagelaran pembacaan syair, seperti yang
terjadi di pasar ukaz. Bahasa mereka kaya dengan ungkapan, tata bahasa dan kiasan.16
Fakta di atas menunjukkan bahwa pengertian Jahiliah yang tersebar luas di antara kita perlu
diluruskan agar tidak terulang kembali salah pengertian. Pengertian yang tepat untuk masa Jahiliah bukanlah
masa kebodohan dan kemunduran, tetapi masa yang tidak mengenal agama tauhid yang menyebabkan
minimnya moralitas.17
20
Burhan al-Din Dallu, Jazirat al-‘Arab Qabl al-Islam, 1989, Beirut, hal. 129-130.
21
Dr. Din Muhammad Zakariya, M.PD.I, Sejarah Peradaban Islam (prakenabian hingga islam di
Indonesia) hal. 47.
Mohammad Nuh Bangsa Arab
Pra-Islam| 10
2001: 13-14)..22
Kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem keturunan paman
kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan orang banyak, seperti bermurah hati,
menjamu tamu, menjaga kehormatan, memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan orang lain,
hingga tak jarang mereka mencari-cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujian tatkala berada
dihadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang memang menjadi penyambung lidah setiap kabilah
pada masa itu, hingga kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orang-orang yang sedang
bersaing mencari simpati.23
Model organisasi politik bangsa Arab lebih didominasi kesukuan (model kabilah). Kepala sukunya
disebut Shaikh, yakni seorang pemimpin yang dipilih antara sesama anggota. Shaikh dipilih dari suku yang
lebih tua, biasanya dari anggota yang masih memiliki hubungan famili. Fungsi pemerintahan Shaikh ini
lebih banyak bersifat penengah (arbitrasi) daripada memberi komando. Shaikh tidak berwenang memaksa,
serta tidak dapat membebankan tugas-tugas atau mengenakan hukuman-hukuman. Hak dan kewajiban hanya
melekat pada warga suku secara individual, serta tidak mengikat pada warga suku lain.24
22
Dr. Din Muhammad Zakariya, M.PD.I, Sejarah Peradaban Islam (prakenabian hingga islam di
Indonesia) hal. 43.
23
http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-arab-pra-islam.html, diunduh 24 Maret 2014.
24
Bernard Lewis, Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah dari Segi Geografi, Sosial, Budaya dan Peranan
Islam, terj. Said Jamhuri, 1994, Jakarta: Ilmu Jaya, hal. 10.
25
http://sejarahperadabanislam77.blogspot.com/2013/05/kehidupan-bangsa-arab-sebelum-datangnya.html, diunduh 24 Maret
2014.
Mohammad Nuh Bangsa Arab
Pra-Islam| 11
merupakan ragam agama orang Arab pra Islam. Pagan adalah agama mayoritas mereka. Ratusan berhala
dengan bermacam-macam bentuk ada di sekitar Ka’bah. Setidaknya ada empat sebutan bagi berhala-hala itu:
sanam, wathan, nusub, dan hubal.
Sanam berbentuk manusia dibuat dari logam atau kayu. Wathan juga dibuat dari batu. Nusub adalah
batu karang tanpa suatu bentuk tertentu. Hubal berbentuk manusia yang dibuat dari batu akik. Dialah dewa
orang Arab yang paling besar dan diletakkan dalam Ka’bah di Mekah. Orang-orang dari semua penjuru
jazirah datang berziarah ke tempat itu. Beberapa kabilah melakukan cara-cara ibadahnya sendiri-sendiri.26
Ini membuktikan bahwa paganisme sudah berumur ribuan tahun. Sejak berabad-abad penyembahan patung
berhala tetap tidak terusik, baik pada masa kehadiran permukiman Yahudi maupun upaya-upaya kristenisasi
yang muncul di Syiria dan Mesir.27
Agama Yahudi dianut oleh para imigran yang bermukim di Yathrib dan Yaman. Tidak banyak data
sejarah tentang pemeluk dan kejadian penting agama ini di Jazirah Arab, kecuali di Yaman. Dzū Nuwās
merupakan penguasa Yaman yang condong ke Yahudi. Dia tidak menyukai penyembahan berhala yang telah
menimpa bangsanya. Dia meminta penduduk Najran agar masuk agama Yahudi. sehingga kalau mereka
menolak, maka akan dibunuh. Namun yang terjadi justru menolak, maka digalilah sebuah parit dan dipasang
api di dalamnya. Mereka dimasukkan ke dalam parit itu, serta dibunuh dengan pedang atau dilukai sampai
cacat bagi yang selamat dari api tersebut. Korban pembunuhan itu mencapai dua puluh ribu orang. Tragedi
berdarah dengan motif fanatisme agama ini diabadikan dalam al-Quran dalam kisah “orang-orang yang
membuat parit” (Ashab al-Ukhdud).28
4. binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit[1567],
5. yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,
6. ketika mereka duduk di sekitarnya,
Sedangkan Agama Kristen di jazirah Arab dan sekitarnya sebelum kedatangan Islam tidak ternodai
oleh tragedi yang mengerikan semacam itu. Yang tampak hanyalah pertikaian di antara sekte-sekte Kristen.
Menurut Muhammad ‘Abid al-Jābirī, al-Quran menggunakan istilah “Nasara” bukan “al-Masihiyah” dan
“al-Masihi” bagi pemeluk agama Kristen. Bagi pendeta Kristen resmi (Katolik, Ortodoks, dan Evangelis)
istilah “Nasara” adalah sekte sesat, tetapi bagi ulama Islam mereka adalah “Hawariyun”. Para misionaris
Kristen menyebarkan doktrinnya dengan bahasa Yunani yang waktu itu madhab-madhab filsafat dan aliran-
aliran gnostik dan hermes menyerbu daerah itu. Inilah yang menimbulkan pertentangan antara misionaris
dan pemikir Yunani yang memunculkan usaha-usaha mendamaikan antara filsafat Yunani yang bertumpu
pada akal dan doktrin Kristen yang bertumpu pada iman. Inilah yang melahirkan sekte-sekte Kristen yang
26
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, 2011. Jakarta; Litera Antar
Nusa, hal. 19-20.
27
M.M. al-A‘zamī, Sejarah Teks al-Quran dari Wahyu sampai Kompilasi, 2005. Jakarta: Gema Insani, hal.
23.
28
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, hal. 10-11. Lihat: Al-Qur-an, 85 (al-Buruj): 4-6.
Mohammad Nuh Bangsa Arab
Pra-Islam| 12
kemudian menyebar ke berbagai penjuru, termasuk jazirah Arab dan sekitarnya.29 sekte Arius menyebar di
bagian selatan jazirah Arab, yaitu dari Suria dan Palestina ke Irak dan Persia.
Salah satu corak beragama yang ada sebelum Islam datang selain tiga agama di atas adalah
Hanifiyah, yaitu sekelompok orang yang mencari agama Ibrahim yang murni yang tidak terkontaminasi oleh
nafsu penyembahan berhala-berhala, juga tidak menganut agama Yahudi ataupun Kristen, tetapi mengakui
keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa agama yang benar di sisi Allah adalah Hanifiyah, sebagai
aktualisasi dari millah Ibrahim. Gerakan ini menyebar luas ke berbagai penjuru Jazirah Arab khususnya di
tiga wilayah Hijaz, yaitu Yathrib, Taif, dan Mekah.30
29
Muhammad ‘Abid Al-Jābirī, Madkhal ila al-Qur`ān al-Karīm, 2007. Beirut: Markaz Dirāsah al-Waḥdah
al-‘Arabīyah, hal. 38-46.
30
Khalil Abdul Karim, Syari’ah: Sejarah, Perkelahian, Pemaknaan, 2003. Yogyakarta: LKiS, hal. 15-16.
Mohammad Nuh Bangsa Arab
Pra-Islam| 13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al-Qur’an al-Karim.
‘Abd al-‘Azīz al-Dawrī, Muqaddimah fī Tarīkh Ṣadr al-Islam, 2007, Beirut: Markaz Dirāsah al-
Waḥdah al-‘Arabīyah.
A. Shalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, buku I, terj. M. Sanusi Latief , 1983, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Ahmad Amin, Fajr al-Islam, 1975, Kairo: Maktabah Najdah al-Misriyyah.
Ahmad Mujahidin, “Arab Pra Islam; Hubungan Ekonomi dan Politik dengan Negara-Negara
Sekitarnya”, Maret 2003, Jurnal Akademika, Volume 12, Nomor 2.
Ali Mufrrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, 1997, Jakarta: Logos.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2010, Jakarta: Rajawali Press.
Bernard Lewis, Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah dari Segi Geografi, Sosial, Budaya dan
Peranan Islam, terj. Said Jamhuri, 1994, Jakarta: Ilmu Jaya.
Burhan al-Din Dallu, Jazirat al-‘Arab Qabl al-Islam, 1989, Beirut.
Fadil, SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah, 2008, Malang: UIN Malang Press.
Gustav Leboun, Hadarat al-‘Arab, Kairo: Matba‘ah ‘Isa al-Babi al-Halabi.
Khalil Abdul Karim, Syari’ah: Sejarah, Perkelahian, Pemaknaan, 2003. Yogyakarta: LKiS.
M.M. al-A‘zamī, Sejarah Teks al-Quran dari Wahyu sampai Kompilasi, 2005. Jakarta: Gema Insani.
Montgomery Watt, Muhammad at Mecca, 1956, Oxford: Oxford University Press.
Muhammad ‘Abid Al-Jābirī, Madkhal ila al-Qur`ān al-Karīm, 2007. Beirut: Markaz Dirāsah al-
Waḥdah al-‘Arabīyah.
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, 2011. Jakarta; Litera Antar Nusa.
Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riadi, 2010,
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
R.A Nicholson, A Literary History of The Arabs, 1997, Cambridge: Cambridge University Press.
Syafiq A. Mughni, “Masyarakat Arab Pra Islam”, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, I, 2002,
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
http://emhasemarangan.blogspot.com/2010/02/rahasia-sukses-dakwah-rasulullah.html, diunduh 24
Maret 2014.
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/masa-nabi-muhammad-saw-pada-periode.html, diunduh 24 Maret
2014.
http://pandidikan.blogspot.com/2011/04/pendidikan-islam-pada-masa-rasulullah.html, diunduh 24
Maret 2014.
http://sejarahperadabanislam77.blogspot.com/2013/05/kehidupan-bangsa-arab-sebelum-
datangnya.html, diunduh 24 Maret 2014.
http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-arab-pra-islam.html, diunduh 24 Maret 2014.