Anda di halaman 1dari 25

JURNAL PENELITIAN IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB

PENYAKIT MALAS PADA TARUNA STPI CURUG

Disusun Oleh :
Reyhan Irza Perdana
M Afriansyah Baihaqi

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


PERTOLONGAN KECELAKAAN PENERBANGAN
SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, jurnal penelitian yang berjudul “IDENTIFIKASI
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT MALAS PADA TARUNA STPI CURUG” dapat
saya selesaikan pada waktunya. Saya menyadari Jurnal ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat membantu saya agar
menjadikan proposal ini lebih baik.
Akhirnya saya sampaikan terima kasih serta mohon maaf yang sebesar-besarnya
bila ada kesalahan kata maupun kalimat, dan semoga proposal ini bermanfaat bagi
mahasiswa khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Tangerang, 14 Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………
ABSTRAK ………………………………………………………………………...
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………..
D. Batasan Masalah ……………………………………………………………
KAJIAN TEORI
A. Faktor Penyebab Timbulnya Rasa Malas pada Taruna …………………….
B. Pandangan Islam Terhadap Sifat Bermalas-malasan ………………………
C. Cara Menghindari Sifat Malas ……………………………………………..
D. Kerangka Berpikir …………………………………………………………
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………………………………………………….
B. Tempat dan waktu Penelitian ………………………………………………
C. Sumber data ………………………………………………………………..
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………
1. Observasi ……………………………………………………………….
2. Wawancara ……………………………………………………………..
3. Dokumentasi ……………………………………………………………
E. Instrumen Penelitian ……………………………………………………….
F. Teknik Analisis Data ………………………………………………………
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK

Rasa malas sering sekali timbul di dalam diri tiap manusia. Hal ini sudah wajar muncul
dalam setiap keseharian di masing masing individu karena banyak nya kegiatan dan beban
fikiran, dampaknya sifat malas akan merusak masa depan setiap individu, terlebih lagi bagi
seorang taruna yang identik dengan pola kehidupan yang teratur dan disiplin, Apabila rasa malas
Itu timbul pada diri seorang taruna, rasa malas itu bisa merusak pola hidup seorang taruna yang
memang sudah disiapkan untuk bersikap gesit, tepat waktu dan disiplin, Sifat malas ini adalah
penyakit bagi diri kita sendiri dan orang lain, Rasa malas ini pun bisa timbul karena adanya
pengaruh sosial dan lingkungan di sekitar kita.

Adapun penyebab rasa malas pada seorang taruna sendiri adalah ? padatnya kegiatan
ketarunaan dan pendidikan yg di tuntut maksimal menyelesaikan tugas praktikum di setiap mata
pelajaran, dan sampai saat ini untuk cara bagaimana mengatasi rasa malas pada taruna adalah ?
tergantung dari kepribadian diri masing masing tiap taruna dan mainset untuk melawan rasa
malas itu, dari sudut pandangan islam sendiri sifat pemalas Allah sangat membenci hambanya
senang bermalas-malasan, Rasulullah pun juga sangat membenci sifat ini. Dan sudah jelas sekali
bahwa islam adalah agama yang mencela sifat malas.

Tujuan peneliatian ini sendiri untuk Untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan
rasa malas pada taruna dan cara mengatasi rasa malas yang timbul pada diri taruna.

Kata kunci : sifat pemalas menurut sudut pandang agama, pendidikan agama islam
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rasa malas sering sekali timbul di dalam diri tiap manusia. Hal ini sudah wajar
muncul dalam setiap keseharian masing-masing tiap individu masusia. Bahkan rasa malas
pun bisa mendarah daging pada diri kita, Jika kita selalu bermalas-malasan. Hal ini
sepatutnya dihindari karena banyak sekali masalah yang akan muncul ketika kita selalu
bermalas-malasan. Dari sinilah kami ingin meneliti lebih dalam kasus ini

Sifat malas akan sangat berdampak buruk bagi masa depan setiap individu, terlebih
lagi bagi seorang taruna yang sudah terbiasa dengan pola kehidupan yang teratur dan
disiplin. Maka dari itu masalah ini akan saya kaji lebih dalam lagi dalam jurnal riset ini.

Dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan rasa malas pada
taruna dan mengetahui cara menghindari lalu mengatasi rasa malas yang timbul pada diri
taruna dan dampak dari sifat pemalas dari sisi keagamaan khususnya dalam sudut pandang
agama islam
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis dapat merumuskan permasalahan


yang diangkat pada penelitian ini.

Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:


1. Apa penyebab dari rasa malas pada seorang taruna?
2. Bagaimana cara mengatasi rasa malas pada taruna?
3. Bagaimana pandangan islam terhadap sifat pemalas?

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan rasa malas pada taruna
2. Untuk mengetahui cara menghindari dan mengatasi rasa malas yang timbul pada diri
taruna
3. Untuk mengetahui dampak dari sifat pemalas dari sisi keagamaan khususnya agama
islam

D. BATASAN MASALAH
Yang menjadi batasan dalam penelitian kami adalah taruna dan taruni pada
Perguruan Tinggi Kedinasan khususnya pada taruna Tingkat 1 Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Faktor Penyebab Timbulnya Rasa Malas Pada Taruna


1. Pengertian Rasa malas
Menurut (Edy Zaqeus: 2008) Rasa malas diartikan sebagai keengganan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan.
Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak
tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban,dll.
Dari pengertian tersebut, orang yang tidak ingin melakukan sesuatu yang baik
ataupun dengan cara menunda-nunda merupakan orang yang pemalas.
Masuk dalam keluarga besar rasa malas ini ialah seseorang tersebut sudah
terjerumus ke dalam zona yang benar-benar nyaman yang membuat ia enggan
melakukan sesuatu. Maksud lainnya yaitu rasa malas sudah mendarah daging di
dalam diri orang tersebut dan membuatnya menjadi kebiasaan, ataupun sikap di diri
orang tersebut.

2. Arti Seorang Taruna


Taruna adalah para abdi negara yang sedang menempuh pendidikan di
instansinya masing-masing dulu dikenal dengan istilah AKABRI(Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia) dan sekarang sudah dipecah menjadi 4 matra yaitu
matra angkatan laut, angkatan darat, angkatan udara, serta matra kepolisian.

Dari pengertian tersebut, seorang taruna ialah seseorang yang mengabdi


dirinya pada negaranya sendiri, mereka rela mati demi negaranya. Dan mereka juga
sedang menjalankan pendidikan di berbagai instansinya dengan sistem ketarunaan
yang menjunjung tinggi kedisiplinan, sikap, dan kebiasaannya sehari-hari.

Sistem ketarunaan sangat disiplin pada waktu, pakaian, dan kehidupannya


sehari-hari. Hidup sebagai taruna harus gesit dan harus mematuhi peraturan yang
telah ada.
Bila kita memahami makna diatas, seorang taruna pastinya hidup secara teratur
dan mau tidak mau menghindari sikap bermalas-malasan. Apabila masih ada sikap
malas ini tetap ada, sikap ini pasti akan merusak diri seorang taruna.

3. Faktor-faktor yang menimbulkan rasa malas pada taruna


Sebagai taruna kita memang sudah didoktrin untuk melakukan sesuatu
secara cekatan, gesit serta tepat waktu. Akan tapi, masih kita temukan banyak dari
taruna yang masih bermalas-malasan dan meremehkan sesuatu. Seperti siswa
sekolah lain, taruna pun masih ada yang mempertahankan sifat bermalas-malasan
yang dia bawa dari sebelum dia masuk ke dalam Instansi. Timbulnya rasa malas
pada diri kita disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
a. Faktor Eksternal
Kemalasan yang dipicu oleh perubahan faktor eksternal. Meminjam istilah
yang dipakai Philip G. Zimbardo, Scott, Foresman (1979) dalam bukunya
Psychology & Life, ini bisa disebut kemalasan yang bentuknya “state” (keadaan).
Seorang pengusaha akan mendadak malas berusaha ketika uang hasil usahanya
selama raib ditipu orang. Seorang taruna / mahasiswa akan mendadak malas ketika
dosen / guru kesayangannya tidak lagi diberi tugas mengajar materi kesayangan.
Banyak orang yang tiba-tiba malas saat isi dompetnya kosong. Umumnya,
kemalasan yang bentuknya “state” ini bersifat sementara (temporer).

Ada banyak sekali faktor-faktor eksternal dari timbulnya sifat malas ini.
Contohnya dari lingkungan sekitar, sosial, pendidik, serta masyarakat. Dari faktor
eksternal inilah akhirnya menjadi terbiasa bermalas-malasan serta bisa saja menjadi
kebiasaan bagi dirinya.

b. Faktor Internal
Kemalasan yang ditimbulkan dari faktor internal yaitu datang dari dalam
diri kita sendiri. Kemalasan semacam ini bisa disebut “trait” yang berarti bawaan.
Bawaan di sini maksudnya bukan bawaan dari lahir atau semacam yang sering kita
sebut “takdir seseorang”. Bawaan di sini maksudnya kita yang menciptakan, kita
yang memilih, kita sendiri yang menjadi penyebabnya. Kemalasan seperti ini
sifatnya permanen, atau abadi. Selama kita tidak mengubahnya, selama itu pula
kemalasan itu bertengger di dalam diri kita. Ada yang bilang, kemalasan bawaan
ini tidak ada obatnya. Siapapun tidak dibekali mukjizat untuk menyembuhkan
penyakit yang bernama kemalasan bawaan ini, termasuk para nabi.

Faktor internal dari timbulnya sifat malas yaitu karena terlalu sering
berpikiran negatif. Dari pikiran negatif itu, ia pasti enggan untuk melakukan sebuah
kebaikan karena dia sudah berpikir hal yang macam-macam. Serta rasa malas
timbul karena seseorang itu tidak bisa menahan mood atau emosi dia sendiri.
Contohnya yaitu ditegur senior, ia langsung minder dan emosi. Ia tidak ingin lagi
melakukan sesuatu dan pastinya ia akan menunda-menunda pekerjaan tersebut.

Faktor internal susah dihilangkan jika itu memang bawaan dari lahir, dan
itu sangat berbahaya jika sampai menularkan kepada taruna-taruna lain yang
prosedural dan bersikap disiplin serta menghindari sifat malas.

B. Pandangan Islam terhadap Sifat bermalas-malasan


Iman seseorang pastilah mengalami pasang surut naik dan turun sesuai dengan kadar
ketaatan. Semakin kuat dan semangat dalam ketaatan, maka hal itu sebagai indikasi
imannya sedang naik. Sebaliknya, iman akan berkurang dengan kemaksiatan. Jiwa
manusia sifatnya bagaikan anak kecil, harus terus dilatih agar terbiasa dengan ketaatan.
Nah, ketika rasa malas menghampiri dalam jiwa, harus ada usaha menepisnya, agar
tidak terus-menerus terkurung dalam rasa malas yang tiada henti.

Di dalam Islam Allah sangat membenci hambanya senang bermalas-malasan,


Rasulullah pun juga sangat membenci sifat ini. Dan sudah jelas sekali bahwa islam
adalah agama yang mencela sifat malas karena beberapa hal berikut:
1. Turunnya adzab
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam memerintah suatu desa untuk keluar berperang, tetapi mereka bermalas-
malasan dan berat untuk keluar berperang. Maka Allah ‘Azza wa Jalla menahan
hujan untuk mereka, dan itulah adzabnya bagi mereka.

Untuk menghindari azab Allah yang berat seperti diatas, lebih baik kita
menghindari sifat malas dan saling mengingatkan juga kepada yang lain untuk
menghindari sifat malas tersebut. Karena azab yang kita dapat akan sangat kejam.

2. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari sifat malas


Dari Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:

‫س ِل ْالعَجْ ِز ِمنَ بِكَ أَعُوذ ُ إِنِى اللَّ ُه َّم‬


َ ‫ب ِم ْن بِكَ َوأَعُوذ ُ َو ْالب ُْخ ِل َو ْال َه َر ِم َو ْال ُجب ِْن َو ْال َك‬
ِ ‫ْال َمحْ يَا فِتْنَ ِة َو ِم ْن ْالقَب ِْر َعذَا‬
‫ت‬ ِ ‫َو ْال َم َما‬
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa lemah dan malas, dari rasa takut,
tua, dan bakhil. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan fitnah hidup
dan kematian.”

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Adapun malas maka akan


melahirkan sifat menyia-nyiakan waktu, berlebihan, tidak mendapat apa pun, dan
penyesalan yang sangat parah. Maka hal itu akan menafikan sifat keinginan dan
kekuatan yang keduanya merupakan buah dari ilmu. Sesungguhnya apabila
seseorang mengetahui bahwa kesempurnaan dan kenikmatannya pada sesuatu tentu
akan mencarinya dengan usaha dan keinginan yang kuat. Karena setiap orang akan
selalu berusaha untuk menggapai kesempurnaan diri dan kelezatannya. Akan
tetapi, kebanyakan mareka salah dalam menempuh jalan karena tidak adanya ilmu.
Maka ilmu yang sempurna akan memahamkan seorang hamba bahwa
kebahagiaannya adalah dengan ini, maka bagaimana mungkin rasa malas
menghampirinya. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung
dari rasa malas.

Sebagai hamba yang taat, kita sudah sepatutnya meneladani nabi Muhammad, kita
pasti akan mendapatkan kebahagiaan jika menghindari sifat malas. Dengan
meneladani sifat-sifatnya yang mulia niscaya kita bisa menghilangkan sifat malas
yang memang sudah seharusnya kita hindari.

3. Mewariskan jiwa yang jelek


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ظ فَإ ِ ْن‬َ َ‫ّللاَ فَذَك ََر ا ْست َ ْيق‬


َّ ‫ت‬ْ َّ‫ع ْقدَة ا ْن َحل‬
ُ ‫ضأ َ فَإ ِ ْن‬ ْ َّ‫ع ْقدَة ا ْن َحل‬
َّ ‫ت ت ََو‬ ُ ‫صلَّى فَإ ِ ْن‬ ْ َّ‫ع ْقدَة ا ْن َحل‬
َ ‫ت‬ ْ َ ‫طا فَأ‬
ُ ‫صبَ َح‬ ً ‫ب نَشِي‬ َ ‫النَّ ْف ِس‬
َ ِ‫طي‬
‫صبَ َح َوإِ َّّل‬ْ َ ‫يث أ‬ َ ِ‫َكس ََْلنَ النَّ ْف ِس َخب‬
“Apabila seorang hamba bangun malam, kemudian berdzikir kepada Allah,
terlepaslah satu ikatan. Apabila dia berwudhu, terlepaslah satu ikatan lagi. Jika dia
shalat, maka akan terlepas seluruh ikatan. Maka pagi harinya jiwanya akan
semangat dan bagus. Jika tidak bangun (malam), jadilah jiwanya jelek dan malas.”

Imam Raghib al-Ashfahani rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang malas, akan


hilang darinya sifat kemanusiaan. Bahkan dia termasuk dalam golongan hewan.
Waspadalah engkau dari sifat malas, karena jika kamu malas maka engkau tidak
akan mampu menunaikan sebuah hak. Jika engkau bosan maka engkau tidak akan
sabar untuk menunaikan hak. Karena waktu luang itu akan menghilangkan keadaan
manusia. Bahkan seluruh anggota badan menusia jika tidak digunakan maka akan
rusak.”

Manusia kedudukannya sudah jelas jauh dari hewan. Manusia mempunyai akal
sedangkan hewan tidak. Untuk membedakannya kita sudah jelas harus menghindari
sifat malas, Karena sifat tersebut bisa dikatakan sebagai kebiasaan yang dilakukan
oleh sebuah hewan. Tidak ada orang yang ingin disamakan dengan hewan tetapi ia
masih saja bersikap seperti hewan.

4. Meniru sifat orang munafik


Malas adalah sifat dasar orang-orang munafik. Allah Subhaanahu wa Ta’ala
mengisahkan tentang mereka dalam firman-Nya:

‫ٱّللَ يُ َخ ٰـ ِدعُونَ ۡٱل ُمنَ ٰـ ِفقِينَ إِ َّن‬ ُ ‫صلَ ٰوةِ إِلَى قَا ُم ٓواْ َوإِذَا َخ ٰـ ِد‬
َّ ‫ع ُه ۡم َوه َُو‬ َّ ‫سالَ ٰى قَا ُمواْ ٱل‬ َ َّ‫ٱّللَ يَ ۡذ ُك ُرونَ َو َّل ٱلن‬
َ ‫اس ي َُرآ ُءونَ ُك‬ َّ ‫إِ َّّل‬
‫قَ ِليل‬

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas. Mereka bermaksud riya [dengan shalat] di hadapan manusia. Dan tidaklah
mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. An-Nisâ’ [4]: 142)

Orang munafik merupakan orang yang hina di sisi Allah. Karena mereka hanya
ingin menyombongkan diri saja tanpa mengharap ridho Allah, orang yang beriman
sudah sepatutnya menghindari sifat ini jika tidak ingin disamakan seperti orang
munafik. Orang yang munafik juga tidak akan mendapatkan apa-apa di dunia ini
kecuali hanya perhatian dan kebahagiaan semu saja.

C. Cara menghindari sifat malas


1. Menyadari pentingnya waktu
Menurut(Antonius : 2014) Manajemen waktu adalah salah satu keterampilan dasar
yang dibutuhkan untuk menjadi sukses dalam kehidupan. Temuan dari berbagai
survei menunjukkan bahwa manajemen waktu memungkinkan organisasi atau
perusahaan belajar untuk bertahan dalam menghadapi persaingan dan mencapai
banyak keberhasilan dalam bisnis.

Bila kita tidak menyadari pentingnya waktu, sudah pasti kita tidak dapat mengatur
waktu dengan baik sehingga suatu hal yang akan kita lakukan tidak sesuai dengan
apa yang kita harapkan. Sifat malas ini akhirnya timbul jika kita tidak menghargai
waktu. Jika kita ingin menghindari sifat malas maka sudah sepatutnya kita
menghargai waktu yang ada.

Dalam ketarunaan, kita harus tepat waktu agar tidak dihukum, jika kita masih juga
tidak bisa menghargai waktu, maka segala aktifitas ketarunaan yang kita jalani akan
berantakan dan kacau. Hal ini juga dapat menganggu taruna yang lain, yang sudah
tepat waktu.

2. Bergaul dengan teman yang baik


Pergaulan sangat memengaruhi tingkah laku seseorang, jika salah bergaul maka
kita akan terkena sifat buruknya, contohnya yaitu bergaul dengan orang yang suka
bermalas-malasan. Dalam ketarunaan pasti ada taruna yang memang masih terbiasa
dengan bermalas-malasan yang ia lakukan di rumahnya dulu ketika masih sekolah
Menengah Atas. Kebiasaan yang ia bawa dari rumah ini ditiru oleh teman-teman
sepergaulannya yang setiap saat selalu bersama dia ataupun teman yang memang
satu kamar bersama dia.

3. Intropeksi diri
Kita harus mencoba untuk merenung apa saja dampak yang kita buat jika kita
terlalu sering bermalas-malasan. Menurut (M Khaerul Anam : 2008) dari pemikiran
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, intropeksi diri atau muhasabah adalah suatu sikap
mental yang selalu menghitung/menghisab tentang layak atau tidaknya suatu
perbuatan dengan kehendak Allah, sehingga dapat terhindar dari perasaan bersalah
yang berlebihan, rasa cemas dan sebagainya.
Dengan melakukan muhasabah seseorang akan mengetahui kekurangan sekaligus
kelebihan dalam dirinya serta mengetahui hak-hak Allah Swt atas dirinya. Ibnu Al-
Qayyim menilai munculnya gangguan jiwa(mental) pada manusia disebabkan
karena kosongnya hati atau jiwa manusia tersebut dari mengenal dan mencintai
Allah. Ketika jiwa seseorang kering dari nilai-nilai spiritual, maka dia akan dengan
mudah dikuasi oleh hawa nafsu dan hatinya akan menjadi sakit dan mati.

Cara ini sangat ampuh apalagi untuk taruna yang sudah menjadikan sifat malas
menjadi sebuah kebiasaan, jika peran orang lain di sekitarnya tidak ampuh, maka
jalan terakhir yaitu intropeksi diri. Cobalah untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah Swt supaya kita bisa terhindar dari sifat malas ini. Dengan kita intropeksi diri
pelan-pelan kita akan merasakan rasa takut akan akibat dari sifat bermalas-malasan.

D. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, kerangka berfikir akan menjadi landasan untuk menjelaskan apa saja
penyebab rasa malas pada taruna yang sedang menjalankan pendidikan di sebuah instansi
tertentu. Untuk itu akan dijelaskan bagaimana rasionalisasi kerangka berfikir sebagai
berikut :
Penyebab rasa malas timbul dari berbagai hal dan dapat menyebabkan beberapa akibat
berbahaya bagi taruna-taruna lain, dengan menghindari sifat malas tersebut, banyak cara
mengatasinya yang dapat kita lakukan.

E. Hipotesis
Zikmund (1997:112), Menurut Zimund Hipotesis adalah proposisi atau dugaan belum
terbukti bahwa tentatif menjelaskan fakta atau fenomena, serta kemungkinan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor yang menyebabkan rasa malas yaitu disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal
2. Pandangan Islam terhadap rasa malas yaitu agama islam mencela sifat malas tersebut
karena Allah dan Nabi Muhammad tidak menyukai sifat malas.
3. Cara untuk menghindari sifat malas yaitu dengan menghargai waktu, bergaul dengan
teman yang benar, dan intropeksi diri

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Woody (1927) mengungkapakan bahwa penelitian merupakan sebuah pemikiran kritis
(critical thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap
masalah, memformulasikan hipotesa atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan
sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk
menentukan apakah ia cocok dengan hipotesa.

Adapun Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Saryono (2010),


Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,
menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh
social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan
kuantitatif.
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian secara mendalam tentang
ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari individu, kelompok, masyarakat
maupun organisasi tertentu. Penggunaan desain penelitian deskriptif kualitatif dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan pendapat berbagai
taruna STPI terhadap penyebab timbulnya rasa malas saat menjalani kegiatan ketarunaan
di sebuah instansi, serta untuk mendeskripsikan pandangan islam terhadap sifat malas.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, Metode
angket terbuka, dan dokumentasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian Ini berlokasi di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Kecamatan Curug,
Tangerang, Provinsi Banten. Penelitian dilaksanakan pada tanggal

C. Sumber data
Sumber data pada proposal ini berasal dari pendapat para Taruna STPI khususnya taruna
Tingkat 1. Dan juga data ini didapatkan dari referensi-refensi tertentu yang memuat ulasan
tentang faktor penyebab timbulnya rasa malas serta sumber data didapat dari artikel-artikel.

D. Teknik Pengumpulan Data


Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104).

Observasi ini dilakukan terhadap Beberapa Taruna STPI dengan mengamati tingkah
laku dan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Data yang dihimpun dalam observasi adalah faktor penyebab rasa malas pada taruna,
serta cara mereka menghindari rasa malas tersebut.
2. Wawancara
Menurut Lexy J. Moleong Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan
pertanyaan) dan diwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu).
Adapun data yang dihimpun dalam wawancara tersebut adalah:
a. Apa yang menyebabkan rasa malas timbul pada diri seorang taruna?
b. Bagaimana para taruna menghindari rasa malas tersebut?
c. Apakah rasa malas ada keterkaitannya dengan agama?

3. Dokumentasi
Suharsimi Arikonto mengemukakan bahwa dokumentasi dari asal katanya dokumen,
yang artinya barang-barang tertulis. Adapun telaah dokumentasi peneliti menelaah
bahan-bahan bacaan yang tersedia baik berupa buku, artikel, koran, serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan penelitian.
4. Metode Angket
Pengertian metode angket menurut Arikunto (2006:151) “Angket adalah pernyataan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:199)
“Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab”.

E. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2014: 59) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti memiliki peranan
yang besar memegang kendali dan menentukan data yang diperoleh. Oleh sebab itu,
instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan taylor (1975), analisis data adalah proses yang merinci usaha formal
untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data
dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.

Pengelolaan data atau analisis data merupakan tahap yang penting dan menentukan. Karena
pada tahap ini data di kerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil
menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang diinginkan dalam penelitian. Sebagaiman
dengan jenis penelitian yang digunakan penelitian kualitatif, maka peneliti menganalisis
data tersebut dangan menggunakan analisis dekskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Lexy J. Meleong mengatakan bahwa laporan penelitian kualitatif berisi kutipan-kutipan


data, baik berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan
atau memo dan dokumen resmi lainya.

Adapun untuk menganalisis data penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif, yakni
hasil dokumenter yang tergabung dalam metode pengumpulan data dari lapangan yang
disusun peneliti dilokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan bilangan statistik.
Dengan tehnik ini data yang di peroleh akan di pilih-pilih kemudian dilakukan
pengelompokkan atas data yang sejenis dan selanjutnya dianalisis isinya sesuai dengan
informasi yang dibutuhkan. Kemudian di gambarkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Inilah beberapa hasil jawaban dari kuisioner yang saya buat melalu google forms untuk
melakukan survey terhadap beberapa Taruna & Taruni STPI CURUG dan kedinasan lain.

Timestamp Email address QUESTION 1. QUESTION 2. QUESTION 3. Course


Apa faktor Bagaimana Apa yang akan
utama penyebab Menghindari terjadi di masa yang
timbulnya rasa Timbulnya Rasa akan datang jika
malas pada Malas Tersebut? kita terus
taruna ? memelihara sifat
(menurut anda) malas?
16/08/2019 muhammadafandip@gmail.com rutinitas yang kegiatan yg seru hidup serba PKP 14 DELTA
21:56:16 monoton dan kreatif kesulitan
16/08/2019 chandraarya069@gmal.com Karena Jam tidur / istirahat Susah berkembang PKP 14
22:07:15 kebanyakan diperbanyak dan mungkin akan FOXTROT
Kegiatan jalan ditempat
16/08/2019 fadligt18@gmail.com Ya karena tidak caranya yaitu akan banyak hal PKP 14 ECHO
22:43:27 ada kesadaran dengan semangat negatif jika kita
dalam diri taruna melakukan segala terus bermalasan.
itu sendiri. sesuatu. Tanpa rasa salah satunya akan
dongkol tertinggal oleh
orang lain.
16/08/2019 ikamikam325@gmail.com lingkungan yang dengan memotivasi malas atau tidak PKP 14 DELTA
22:47:28 kurang diri sendiri menjadi ,tidak menentukan
mendukung serta lebih baik lagi masa depan. karena
teman-teman yg mungkin dari sifat
malas malas dapat
menimbulkan suatu
yang baru
16/08/2019 adamindranata@gmail.com Senioritas Be humble Ketergantungan pd POLTEKBANG
22:50:37 orang lain SBY
16/08/2019 kokkendel99@gmail.com Karena semua Dengan menjalani Akan menjadi STIP
22:55:42 hal serba jauh peraturan yang senior yang malas JAKARTA
dan ribet sudah berlaku tanpa
mengeluh
16/08/2019 miftahrasyid99@gmail.com Tidak bisa Segera Tidak akan sukses PKP 14 ALPHA
23:05:37 menyesuakian menyesuaikan
diri antara dengan kehidupan
kehidupan yang yang baru
lama dengan
kehidupan yang
baru
16/08/2019 aviationsafetycadet14g@gmail.com Karena terbiasa Cobalah motivasi bisa menurunkan PKP 14 GOLF
23:08:38 dan diri dan ketahui cara kualitas hidup
menikmatinya, menjadi pribadi seseorang dan
Hidup kurang yang lebih baik, kita membuat kita
motivasi, tahu sipa diri kita menjadi tidak
Kurangnya ini dan tahu apa memiliki semangat
kesadaran diri. yang kita mau dan dalam hidup. Hidup
sadar dengan juga menjadi
kewajiban kita tentu berantakan tak
kita akan tergerak terarah.
untuk melakukan
apa yang
seharusnya kita
lakukan.
16/08/2019 elwafyucha@gmail.com Karena ketidak Menyukai semua Ketidak nyamanan PKP 14
23:12:46 sesuaian dengan hal yang di dengan apa yang BRAVO
apa yang di lakukannya dengan sudah di berikan
minati oleh rasa bangga oleh Allah SWT
individu itu
sendiri
16/08/2019 taufiqardi22@gmail.com kehidupan yg memaksa diri untuk kita menjadi tidak PKP 14 GOLF
23:13:32 monoton mengerjakan maju
sesuatu
16/08/2019 selaayu408@gmail.com laper, jenuh, dan tidur dan ga akan PLLU 25 A
23:33:46 cape melakukan hobi yg berkembang, tdk
disuka seperti kreatif/inovatif, ga
mengikuti eskul akan sukses, miskin
(i think)
16/08/2019 naurakhr.2000@gmail.com banyaknya menjalani kegiatan hidup kita akan PLLU 25 A
23:40:58 kegiatan dengan ikhlas susah
16/08/2019 afrian.rk@gmail.com karena adanya dengan masa depan yang PKP 14 DELTA
23:59:28 faktor exsternal membangkitkan suram
semangat
17/08/2019 geldaraudya@gmail.com Kelelahan memotivasi diri hidup tidak teratur PNB 4
04:43:28
17/08/2019 defitaqsal@gmail.com Tugas yang Istirahat yang cukup Malas bukan datang STP
05:11:09 terlalu berat dan karena sengaja,
terkadang namun rasa malas
mengada ada datang karena
ketidakbahagiaan
kita terhadap
sesuatu yang kita
akan kerjakan.
17/08/2019 ellenaoks@gmail.com banyaknya tetap mempunyai tujuan kita tidak OBU 14 B
11:06:35 aktivitas semangat yg tinggi tercapai
ketarunaan yg dan fokus akan
membuat taruna goals masing-
lelah hingga masing
muncul rasa
malas
17/08/2019 jovanandrew26@gmail.com Karna kegiatan Memberikan reward Gak teratur PKP 14 DELTA
12:44:30 tersebut tidak d yang dapat indonesia
senangi/diminti memotivasi taruna
oleh taruna
17/08/2019 rifqiasking1@gmail.com lelah tentukan tujuan masuk neraka TLB 20 A
14:18:59 yang ingin di capai
17/08/2019 aziznrfaizi@gmail.com Mager Bangun Jadi tolol PKP 14 DELTA
14:25:45
17/08/2019 gemaarmy127@gmail.com Padatnya Membuat setiap Orang yang PNB 4
14:50:37 aktivitas kegiatan efektif dan bersangkutan tidak
efisien akan pernah bisa
menggapai
kesuksesan
Dari hasil survey tersebut, rata-rata menurut para taruna yang menjadi faktor penyebab
timbulnya rasa malas disebabkan oleh kelelahan, aktifitas yang terlalu banyak dan juga
kehidupan yang sangat monoton dan menjenuhkan. Taruna memang memiliki aktifitas
yang terlalu padat dan menjenuhkan serta membuat taruna bosan dan akhirnya membuat
timbulnya rasa malas pada diri mereka. Faktor lain yaitu kurangnya kesadaran diri,
kurangnya motivasi serta pengaruh dari lingkungan sekitar. Dan menurut masing-masing
taruna, cara menghindari rasa malas tersebut dengan aktifitas diatur dengan lebih efisien
lagi serta tidur yang cukup agar tubuh masing-masing taruna tidak kelelahan.

Cara lain yaitu dengan mengikuti kegiatan yang lebih menghibur dan tidak
membosankan, serta dibutuhkan semangat dan motivasi dari dalam diri seorang taruna agar
mereka bisa menjalani setiap kegiatan dengan baik. Dampak yang ditimbulkan dari
bermalas-malasan terus menerus kedepannya akan membuat hidup kita menjadi
berantakan, tidak teratur hidupnya, hal negatif akan selalu mendatangi kita, ketergantungan
dengan orang lain serta kita tidak akan berkembang dan akan susah untuk menggapai
kesuksesan kita kelak.

Berikut ini juga beberapa hasil wawancara terhadap 2 orang taruna STPI yaitu I Komang
Chandra dan Fadli ilmi Martius tentang pendapat mereka mengenai faktor internal dan
eksternal penyebab sifat malas.

I Komang Chandra mengemukakan bahwa faktor eksternal ini datangnya dari


taruna-taruna yang memang berkepala batu dan memang bawaan dari sifatnya, satu orang
taruna ini yang menularkan penyakit malas kepada teman-teman tarunanya yang lain. Yang
awalnya ia taruna yang sangat disiplin dan taat aturan kini menjadi orang yang suka
menunda-nunda hal kecil sampai yang besar sekalipun. Dan akhirnya membuat urusan-
urusan dia menjadi kacau dan juga mengorbankan taruna-taruna lain yang sudah disiplin
dan tepat waktu.

Menurut Fadli Ilmi faktor internal dari rasa malas yaitu terlalu pasrah dalam
menjadi hidup, apalagi hidup sebagai seorang taruna. Hidup menjadi seorang taruna
memanglah tidak mudah, kita memang harus berjuang melawan segala rintangan sebagai
junior di dalam ketarunaan. Akan tetapi, semua rintangan itu pasti bisa kita lewati jika kita
menghilangkan sikap mudah pasrah yang akhirnya menjadikan kita malas untuk
mengerjakan sesuatu dan akhirnya kita gagal menjadi seorang taruna sejati.
Lingkungan sekitarlah yang paling berpengaruh pada diri kita, jika kita sering
bergaul dengan teman yang suka bermalas-malasan, pasti kita juga akan mengikuti mereka
dan akhirnya timbulnya penyakit malas dalam diri kita.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor-Faktor yang menyebabkan timbulnya rasa malas ada berbagai macam,
tergantung dari masing-masing individu bagaimana menyikapinya. Dan juga dari
masing-masing individu berbeda pandangan mengenai timbulnya rasa malas. Akan
tetapi, hampir semua taruna menyatakan bahwa faktor utama yang menimbulkan sifat
malas di dalam diri mereka yaitu karena banyaknya aktifitas yang padat serta jam
istirahat yang sedikit membuat mereka menjadi kelelahan dan letih sehingga mereka
tidak mampu lagi untuk melakukan sesuatu dengan bugar.

B. Saran
1. Sebaiknya kegiatan dalam ketarunaan diatur lagi menjadi lebih efisien dan pas.
2. Jam istirahat ditambah lagi, karena sekuat apapun manusia pasti tidak mampu
untuk melakukan sesuatu apabila ia sudah kelelahan.
3. Hilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat.
4. Buat kegiatan yang bermanfaat, menghibur serta yang membangun.
5. Saling membantu sesama taruna agar pekerjaan yang harus diselesaikan dapat
diselesaikan dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA

Lexy, J. Moelong. 2002. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: PT Siswa Rodakarya

Antonius, (2014). Time Management : Menggunakan Waktu Secara Efektif dan Efisien. Jurnal
Humaniora. Vol 5. No 2.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung: Alfabeta.

M. Khaerul, Anam. 2008. Konsepsi Ibnu al-Qayyim al Jauziyyah tentanag Muhasabah.


Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/analisis-data/
https://www.dosenpendidikan.com/metode-penelitian-kualitatif-pengertian-menurut-para-ahli-
ciri-tujuan/
http://dapurilmiah.blogspot.com/2014/06/analisis-data-kualitatif.html
https://idtesis.com/apa-yang-dimaksud-dengan-penelitian/
https://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-kualitatif.html/amp
https://www.gurupendidikan.co.id/5-pengertian-hipotesis-menurut-para-ahli-lengkap/
https://belajarpsikologi.com/contoh-proposal-penelitian-terbaru/
https://maktabahabiyahya.wordpress.com/2012/04/06/mengusir-penyakit-malas/
https://glegers.wordpress.com/tag/penyebab-malas/

Anda mungkin juga menyukai