Dosen Pengampu :
Reni Dwi Puspitasari, M.Sy
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayahnya,
serta Inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang, yakni addinul
Islam. Semoga kita mendapat syafa’atnya min yaumil kiyamah. Amin.
1. Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi
izin kepada kami untuk melanjutkan study.
2. Reny Dwi Puspitasari, M.Sy , selaku dosen mata kuliah Hukum Zakat dan
Wakaf telah memberikan bimbingan serta pengarahan atas pembuatan makalah ini.
3. Admisi pendidikan selaku tenaga kerja perpustakaan.
4. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan materi dan moril.
5. Serta semua pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa yang disajikan dalam makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan kepada semua pihak atas kritik dan saran dari
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................1
BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1 Pengumpulan Zakat .................................................................................................2
2.2 Pendistribusian Zakat ...............................................................................................5
2.3 Pendayagunaan Zakat ..............................................................................................8
2.3 Pelaporan Zakat .....................................................................................................10
BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................12
3.2 Saran ......................................................................................................................12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Zakat merupakan ibadah pokok dan kewajiban bagi seluruh umat muslim yang
memiliki harta yang cukup. Zakat merupakan sebagian dari harta seorang muslim
yang harus diserahkan kepada yang berhak menerimanya (mustahik). Dalam
perkembangannya zakat diharapkan mampu untuk dikelola agar lebih produktif atau
dimanfaatkan lebih luas hingga ke seluruh sektor kehidupan untuk membangun bekal
untuk berbuat kebajikan terlebih dimanfaatkan untuk berjuang di jalan Allah.
Pengelola zakat atau yang biasa disebut amil zakat, diharapkan mampu
mengelola zakat lebih produktif dan lebih baik dalam mendistribusikan zakat kepada
yang lebih berhak untuk menerimanya. Pengelolaan zakat merupakan proses
pengumpulan hingga pelaporan zakat itu sendiri. Dalam pengelolaan zakat dilakukan
dengan cara menggunakan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tujuan zakat.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Badan Amil Zakat adalah lembaga pengelola zakat yang didirikan oleh
pemerintah yang atas usul kementrian agama dan disetujui oleh presiden.
Badan Amil Zakat Nasional berkedudukan di ibu kota Negara dan melakukan
pengumpulan zakat dapat melalui Baznas, Unit Pengumpulan Zakat (UPZ), Bank dan
Account yang terdapat di :
Badan amil zakat daerah kabupaten / kota berkedudukan di ibu kota kabupaten
/ kota dan yang bersangkutan dan melakukan pengumpulan zakat dapat melaui
BAZDA Kab/Kota, UPZ atau Bank dan Account yang terdapat di :
Selain itu bagi muzakki yang tidak menyalurkan zakatnya melalui UPZ
tertentu, dapat melakukan penyetoran dana zakatnya langsung ke rekening
BAZDA kabupaten/kota atau langsung ke counter BAZDA kabupaten / kota
2
dengan menggunakan bukti setor zakat yang telah ditetapkan oleh BAZDA
kabupaten/kota.
Badan Amil Zakat Daerah kecamatan berkedudukan di ibu kota kecamatan dan
yang bersangkutan dan melakukan pengumpulan zakat dapat melalui, BAZDA
Kecamatan, UPZ atau Bank dan Account yang terdapat di :
Selain itu bagi muzakki yang tidak menyalurkan zakatnya melalui UPZ
tertentu, dapat melakukan penyetoran dana zakatnya langsung ke rekening
BAZDA Kecamatan atau langsung ke counter BAZDA Kecamatandengan
menggunakan bukti setor zakat (BAZDA) yang telah ditetapkan oleh BAZDA
Kecamatan.
Lembaga Amil Zakat adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh
swasta atau diluar pemerintahan. LAZ adalah institusi pengelolaan zakat yang
sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di
bidan dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat islam.
Lembaga Amil Zakat tingkat pusat dibentuk oleh organisasi Islam atau lembaga
dakwah yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan kemaslahatan ummat yang
telah memiliki jaringan di dua pertiga jumlah provinsi di Indonesia. Syarat
membentuk lembaga amil zakat tingkat pusat menurut Keputusan Menteri Agama No.
373 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :
- Berbadan hukum
- Memilikidata muzakki dan mustahik
- Telah beroperasi minimal selama 2 tahun
- Memiliki laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik selama 2 tahun
terakhir
- Memiliki wilayah operasi secara nasional minimal 10 provinsi
- Mendapat rekomendasi dari Forum Zakat (FOZ)
3
- Telah mampu mengumpulkan dana sebesar Rp, 1.000.000.000,00 dalam satu
tahun
- Bersedia disurvey oleh tim yang dibentuk oleh Kementerian Agama dan diaudit
oleh akuntan publik
- Dalam melaksanakan kegiatan bersedia berkoordinasi dengan Badan Amil Zakat
dan Kementerian Agama.
Lembaga Amil Zakat tingkat provinsi dibentuk oleh organisasi Islam atau
lembaga dakwah yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan kemaslahatan
ummat yang telah merniliki jaringan di dua pertiga jumlah kabupaten/kota di
Indonesia. Syarat membentuk lembaga amil zakat tingkat pusat menurut Keputusan
Menteri Agama No. 373 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :
- Berbadan hukum
- Memiliki data muzakki dan mustahik
- Telah beroperasi minimal selama 2 tahun
- Memiliki laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik selama 2 tahun
terakhir
- Memiliki wilayah operasi secara nasional minimal 40 % dari jumlah
kabupaten/kota di provinsi temp at lembaga berada
- Mendapat rekomendasi dari Kantor Wilayah Kementerian Agama provinsi
setempat
- Telah mampu mengumpulkan dana sebesar Rp.500.000.000,00 dalam satu tahun
- Bersedia disurvey oleh tim yang dibentuk oleh Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi setempat dan diaudit oleh akuntan publik
- Dalam melaksanakan kegiatan bersedia berkoordinasi dengan Badan Amil Zakat
Daerah dan Kantor Wilayah Kementerian Agama setempat.
Selain membuka unit pengumpul zakat diberbagai tempat, lembaga amil zakat
dapat membuka counter atau loket tempat pembayaran zakat dikantor atau sekretariat
lembaga yang bersangkutan. Counter atau loket tersebut harus dibuat yang
4
refresentatif seperti layaknya loket lembaga keuangan profesional yang dilengkapi
dengan ruang tunggu bagi muzakki yang akan membayar zakat, disediakan alat tulis
dan penghitung seperlunya, disediakan tempat penyimpanan uang atau berangkas
sebagai tempat pengamanan sementara sebelum disetor ke bank, ditunggui dan
dilayani oleh tenaga penerima zakat yang siap setiap saat sesuai jam pelayanan yang
sudah ditentukan.
Suatu kemudahan bagi para muzakki untuk membayar zakat dan juga
kemudahan bagi lembaga amil zakat dalam menghimpun dana zakat dari para
muzakki adalah dibukanya rekening pembayaran zakat, infaq dan shadaqah di bank
dan dipublikasikan secara luas kepada masyarakat. Nomor rekening sedapat mungkin
diupayakan nomor-nomor yang menarik dan mudah diingat. Sebaiknya nomor
rekening untuk zakat dipisahkan dengan nomor rekening untuk infaq dan shadaqah,
agar memudahkan para muzakki untuk membayar zakat atau infaq dan shadaqah
Sesuai kaidah fiqh bahwa zakat itu harus diambil dari orang yang telah
mempunyai kewajiban zakat, maka atas dasar itulah amil atau pengurus lembaga
pengelola zakat dapat menjemput langsung zakat dari muzakki baik atas permintaan
muzakki yang bersangkutan maupun atas inisiatif sendiri.
َّ سبِي ِل
َّللاِ َواب ِْن ِ ب َو ْالغ
َ َار ِمينَ َوفِي ِ املِينَ َعلَ ْي َها َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ْم َوفِي
ِ الرقَا ِ َين َو ْالع
ِ سا ِك َ اء َو ْال َمِ صدَقَاتُ ِل ْلفُقَ َرَّ إِنَّ َما ال
َّ َضةً ِمن
َّ َّللاِ ۗ َو
َّللاُ َع ِلي ٌم َح ِكي ٌم َ س ِبي ِل ۖ فَ ِري
َّ ال
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
5
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Menurut ayat diatas para mustahik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Fakir dan miskin
Kelompok ini berhak mendapatkan bagian dari zakat, maksimal 1/8 atau
12,5%, dengan catatan petugas ini memang melakukan tugas-tugas keamilan dengan
sebaik-baiknya dan waktunya sebagian besar atau seluruhnya untuk tugas tersebut.
Jika hanya diakhir bulan Ramadhan saja (biasanya hanya untuk pengumpulan zakat
fitrah), maka seyogyanya para petugas ini mendapatkan bagian zakat 1/8, melainkan
hanya sekedarnya saja untuk keperluan administrasi ataupun konsumsi yang mereka
butuhkan.
1
Asnaini, zakat produktif dalam persepektif hukum Islam, (Bengkulu: pustaka pelajar offset. 2008), hal. 133
2
Yusuf al Qardhawi, fiqih zakat, (Beirut: muassalah risalah, 1991), hal. 576
6
Kelompok muallaf
Yang artinya, zakat itu antara lain harus dipergunakan untuk membebaskan
budak belian dan menghilangkan segala bentuk perbudakan. Para ulama berpendapat
bahwa cara membebaskan perbudakan biasanya dilakukan dengan dua hal, yaitu:
Kelompok gharimin
Yakni, kelompok orang yang berutang, yang sama sekali tidak melunasinya.
Para ulama membagi kelompok ini pada dua bagian, yaitu kelompok orang yang
mempunyai hutang untuk kebaikan dan kemaslahatan diri sendiri dan keluarga. Yusuf
al-Qardhawi mengemukakakan bahwa salah satu kelompok yang termasuk sharimin
adalah kelompok yang mendapatkan berbagai bencana dan musibah, baik pada
dirinya maupun pada hartanya, sehingga mempunyai kebutuhan mendesak untuk
mreminjam bagi dirinya dan keluarganya.3 Dalam sebuah riwayat dikemukakan oleh
imam Mujahid, berkata, bahwa “tiga kelompok orang yang termasuk mempunyai
hutang: orang yang hartanya terbawa banjir, orang yang hartanya musnah terbakar,
dan orang yang mempunyai keluarga akan tetapi tidak mempunyai harta sehingga ia
berutang untuk menafkahinya.
3
Ibid, hlm. 623
7
Fii sabilillah
Pada zaman Rasulullah golongan yang termasuk kategori ini adalah para
sukarelawan perang yang tidak mempunyai gaji tetap. Tetapi, berdasarkan lafadz fii
sabilillah, sebagian ulama membolehksn memberi zakat untuk membangun masjid,
lembaga pendidikan, perpustakan atau lain sebagainya.
Ibnu sabil
Salah satu tugas utama dari badan amil zakat atau lembaga amil zakat dalam
mendistribusikan zakat, adalah menyusun skala prioritas berdasarkan program-
program yang disusun berdasarkan data-data yang akurat. Karena badan amil zakat
dan lembaga zakat kini jumlahnya semakin banyak, maka tampaknya perlu semacam
spesialisasi dari masing-masing lembaga.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia bahwa kata daya berarti kemampuan
melakukan sesuatu dan kata guna yang berarti manfaat sehingga kata pendayagunaan
berarti pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat, bisa pula
bermakna peningkatan kegunaan atau memaksimalkan kegunaan4
Zakat yang terkumpul dalam dana BAZ dapat didayagunakan untuk mustahiq
sesuai dengan ketentuan agama. Menurut Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2000 pemberdayaan itu
mempunyai dua bentuk, yaitu:5
1. Penyaluran dana zakat dapat bersifat bantuan sesaat, yaitu membantu mustahiq
dalam menyelesaikan atau mengurangi masalah yang sangat mendesak/darurat. (Pasal
14 ayat 3)
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi III cet. II 2002), hal. 242
5
Kementrian Agama R.I Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat,
Petunjuk Pelaksanaan Pemberdayaan Zakat (Kantor Kementrian Agama Madiun, 2010), hal. 24
8
2. Penyaluran dana zakat dapat bersifat bantuan pemberdayaan yaitu membantu
mustahiq untuk meningkatkan kesejahteraannya, baik secara perorangan maupun
kelompok melalui program atau kegiatan yang berkesinambungan. (Pasal 14 ayat 4)
a. Konsumtif tradisional
b. Konsumtif kreatif
Zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk
membantu fakir miskin dalam mengatasi permasalahan sosial ekonomi yang
dihadapinya, bantuan tersebut antara lain berupa:
9
Dana BAZ dapat didayagunakan:6
10
pengeluaran dana yang dilakukan dapatdipertanggung jawabkan baik kepada umat
maupun kepada Allah SWT, hal ini sangat di jaga oleh islam
Salah satu Lembaga nirlaba yang mengelola zakat itu diantaranya adalah Pos
Keadilan Peduli Umat (PKPU). Lembaga Amil Zakat Pos Keadilan Peduli Umat
adalah lembaga swadaya masyarakat yang banyak bergerak dibidang pembangunan
umat dan amil zakat.PKPU adalah salah satu institusi yang peduli terhadap
kepentingan umat dengan pengelolaan yang amanah dan professional di
Indonesia.karena itu , dalam laporan keuangan yang di audit oleh akuntan publik
disebutkan adanya klasifikasi dana terikat untuk keperluan tertentu seperti dana
bencana kemanusiaan, untuk yatim dan janda,untuk zakat, wakaf, dan sebagainya.
Juga ada dana yang tidak terikat peruntukannya sehingga bisa digunakan secara
fleksibel oleh pengurus PKPU.
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Zakat yang terkumpul dalam dana BAZ dapat didayagunakan untuk mustahiq sesuai
dengan ketentuan agama. Proses pemberdayaan terdapat dua bentuk yaitu, pemberdayaan
zakat konsumtif dan pemberdayaan zakat produktif. Pemberdayaan zakat konsumtif terbagi
atas konsumtif traditional dan konsumtif kreatif.
Dalam mengelola zakat harus memiliki akuntabilitas dan transparansi. Artinya, semua
proses diatas harus benar-benar dilakukan secara bertanggung jawab. Karena itu , menjadi
penting bagi lembaga pengelola zakat untuk bisa menyusun laporan keuangan yang baik dan
transparan yang bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi zakat infak/sedekah.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hafidhudin, Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Press.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III Cet. II. Jakarta : Balaipustaka. 2002.
13