Anda di halaman 1dari 11

PEMANDU DPKKT

SISTIM PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK TERPADU (SPKKT)

PULPITIS IREVERSIBEL GIGI SULUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
PENYUSUN:

Dr. Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA. (K)


Dr. Meirina Gartika, drg., Sp. KGA. (K)
Drg. Eka Chemiawan, M.Kes, AIFO
Dr. Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA (K), M.Si
Drg. Prima Andisetyanto.
Drg. Naninda Berliana Pratidina, Sp. KGA
Drg. Hilmanda
Blok : EARLY CLINICAL EXPOSURE
Tema Keterampilan : PULPITIS IREVERSIBEL GIGI SULUNG
Semester : VII
Waktu : 3 jam (180 menit)

I. Kompetensi utama
Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi secara efektif dan bertanggung jawab baik
secara lisan maupun tertulis dengan pasien, keluarga, atau pendamping pasien, serta
masyarakat, teman sejawat, dan profesi kesehatan lain yang terkait.

II. Kompetensi penunjang


 Berdialog dengan pasien dalam kedudukan yang setara
 Bersikap empati terhadap pasien akan keluhan kesehatan, gigi, dan mulut yang
mereka kemukakan.

III. Bahan kajian


 Modifikasi Perilaku

IV. Muatan pembelajaran


 Komunikasi interpersonal
 Penanggulangan tingkah laku non farmakologis
 Melakukan prosedur pemeriksaan vitalitas pulpa gigi sulung dengan test bur.

Tujuan umum
Setelah mengikuti sesi pelatihan ini mahasiswa harus mampu melakukan komunikasi
interpersonal dengan pasien anak untuk menjalin hubungan dokter- pasien sehingga
terbentuk perilaku positif anak terhadap perawatan gigi.

TOPIK 1 :
Komunikasi Interpersonal, Modifikasi tingkah laku pada pasien anak, Pemeriksaan
vitalitas Pulpa pada gigi sulung

Metode Pelatihan untuk Komunikasi Interpersonal :


1. Modelling atau Role play (10 menit): DPKKT melakukan role play dengan pasien
simulasi satu orang mahasiswa pada kelompoknya sesuai topik pelatihan yang
terdapat pada pemandu DPKKT.
2. Simulasi antar teman (45 menit untuk 7-8 mahasiswa) : mahasiswa melakukan topic
pelatihan keterampilan dengan pasien simulasi teman sekelompoknya. DPKKT
melakukan penilaian dan feed back serta mengisi rubrik formatif.

Skenario 1 (bagian 1)
Seorang anak usia 7 tahun diantar ibunya datang ke RSGM Unpad dengan keluhan
gigi atas belakang berlubang dan ada rasa nyeri spontan yang berlangsung selama 5 menit
sejak 1 minggu yang lalu. Anak menunjukkan perilaku cemas saat akan masuk ke ruang
pemeriksaan dan merupakan pengalaman pertamanya ke dokter gigi.

Instruksi untuk mahasiswa :


1. Lakukan komunikasi interpersonal dengan pasien untuk mendapatkan sikap
kooperatif anak terhadap perawatan yang akan dilakukan.
2. Lakukan modifikasi tingkah laku dengan metoda Tell Show Do pada saat akan
melakukan prosedur pemeriksaan vitalitas pulpa gigi sulung dengan test bur.

POKOK PELATIHAN KETERAMPILAN


1. Komunikasi interpersonal

Komunikasi Interpersonal

Keterampilan yang dibutuhkan pada tahap memulai wawancara :


1. Persiapan
 Mengesampingkan perasaan dan emosi pribadi
 Buatlah diri anda merasa nyaman
 Baca informasi dan bahan yang relevan terlebih dahulu
2. Membangun hubungan baik dengan pasien
 Sapalah pasien saat pertama bertemu (ucapkan selamat pagi, selamat sore, halo, atau
yang lainnya; sapalah dengan menggunakan nama pasien, jabatlah tangannya,
tunjukkan sikap yang ramah)
 Persilahkan pasien untuk duduk (gunakan bahasa verbal dan non verbal yang jelas)
 Berikanlah perhatian yang utuh/penuh pada pasien. Jangan melihat atau
menyibukkan diri dengan hal lainnya
 Klarifikasi identitas pasien (bila identitas pasien belum anda ketahui)
 Perkenalkan diri anda dan peran anda (misalnya : “saya Sandra dokter mud ayang
bertugas menjadi assisten dokter siregar. Saya di sini bertugas untuk mengumpulkan
informasi mengenai keluhan dan penyakit ibu sebelum ibu diperiksa oleh dokter
siregar“)
 Bila dianggap perlu, sebutkan waktu yang tersedia
 Sebutkan juga bahwa anda akan mencatat keterangan–keterangan yang diberikan
oleh pasien.
3. Mengidentifikasi alasan kunjungan
 Gunakanlah pertanyaan terbuka (misalnya : ’’Ada yang bisa saya bantu, Bu ? “Ada
keluhan apa pak, kok sampai bapak berkunjung kemari “,dll)
 Dengarkan keluhan pasien dengan aktif, tetapi jangan melakukan interupsi atau
mengarahkan pasien (kecuali untuk kasus-kasus khusus)
 Gunakan bahasa non verbal seperti anggukan, senyuman atau bisa juga
menggunakan bahasa verbal yang ”netral“ seperti : ya, he-em, , terus…, oh..ya
dengan tujuan agar pasien bisa terbantu untuk terus melanjutkan pernyataan atau
cerita mengenai alasan utama mereka datang berkunjung
 Ringkaslah cerita atau informasi dari pasien, lalu konfirmasikan ke pasien apakah
persepsi anda itu sudah benar? Selanjutnya tanyakan apakah ada gejala atau hallain
yang menjadi keluhan (screening)? Contoh : “Jadi masalah utama anak ibu adalah
nyeri gigi dan gusi? Apakah masih ada yang lain?”
4. Menyusun agenda wawancara
 Jelaskan pada pasien tahap–tahap pemeriksaan yang akan dilakukan
 Negosiasikan dengan pasien mengenai waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan,
agenda pemeriksaan, dll

Membangun relasi (Building The Relationship )


1. Menggunakan komunikasi nonverbal yang tepat dapat dilakukan dengan cara:
 Memperagakan perilaku nonverbal yang tepat:
 Kontak mata, ekspresi wajah
 Postur, posisi, gerakan
 Isyarat vokal seperti kecepatan, volume, intonasi
 Penggunaan catatan: jika membaca, catatan tertulis atau computer yang digunakan
tanpa menginterupsi dialog atau rapport
 Tanggap terhadap isyarat pasien (bahasa tubuh, pembicaraan, ekspresi wajah)
 Hal yang dibutuhkan untuk komunikasi nonverbal:
 Postur: duduk, berdiri, duduk tegak, relaksasi
 Pendekatan: memperhatikan jarak komunikasi
 Sentuhan: jabat tangan, tepukan, kontak fisik selama pemeriksaan fisik
 Pergerakan tubuh: sikap tangan dan lengan, mengangguk setuju
 Ekspresi wajah: alis yang naik, mengerutkan dahi, senyum
 Sikap mata: kontak mata, tatapan
 Isyarat vocal: nada, kecepatan, volume, ritme, hening, berhenti sejenak, intonasi
 Tampilan fisik: suku, jenis kelamin, bentuk tubuh, pakaian
 Isyarat lingkungan: lokasi, penempatan furniture, pencahayaan, suhu, warna
2. Membangun rapport: Penerimaan: menerima pandangan dan perasaan pasien, jangan
menghakimi.
3. Empati
 Dukungan: ekspresi memperhatikan, mengerti, keinginan untuk menolong
 Sensitivitas: berhubungan secara peka dengan topik yang mengganggu, hal tabu, nyeri,
termasuk ketika berhubungan dengan pemeriksaan fisik
4. Melibatkan pasien:
 Bertukar pikiran: membagikan pemikiran pada pasien untuk mendorong keterlibatan
pasien
 Memberikan jawaban rasional atas pertanyaan pasien atau saat melakukan
pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan: selama pemeriksaan fisik menjelaskan proses dan informed consent

TOPIK 2 : Modifikasi Perilaku saat Pemeriksaan Vitalitas Pulpa Gigi Sulung


Metode Pelatihan untuk Penanggulangan Tingkah Laku dan Pemeriksaaan Vitalitas
Pulpa Gigi Sulung :
1. Demonstrasi (10 menit) : DPKKT melakukan demonstrasi pada model phantom
rahang sesuai topik pelatihan yang terdapat pada pemandu DPKKT.
2. Simulasi pada phantom ( 50 menit untuk 7-8 mahasiswa) : mahasiswa melakukan
topik pelatihan keterampilan pada model phantom dengan alat dan bahan yang
tersedia.

Skenario I (bagian 2)
Dokter gigi yang bertugas melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan kelainan
gigi yang dikeluhkan oleh pasien. Dari hasil yang dilakukan dokter gigi didapatkan data
sebagai berikut :
Kondisi umum : sehat
Pemeriksaan Ekstra Oral : tidak ada kelainan
Pemeriksaan Intra oral : karies dentin di oklusal gigi posterior (sesuai gigi yang dibawa
mahasiswa), test bur (+).

Instruksi untuk mahasiswa :


Lakukan prosedur pemeriksaan vitalitas gigi sulung pada model phantoom dengan alat dan
bahan yang tersedia.

POKOK PELATIHAN KETERAMPILAN


 Prosedur pemeriksaan vitalitas pulpa dengan test bur

Modifikasi Perilaku

Terdapat dua metode modifikasi perilaku pada pasien anak dalam perawatan gigi, yaitu :
secara non farmakologis dan farmakologis. Pendekatan pasien anak yang diperkenankan
sebagai kompetensi dokter gigi adalah pendekatan non farmakologis. Definisi pendekatan
pasien secara non farmakologis adalah seorang dokter gigi dapat melakukan perawatan gigi
pada anak secara efektif dan efisien dan tujuannya untuk membentuk perilaku positif anak
terhadap perawatan gigi. Metode pendekatan modifikasi perilaku sangat terkait dengan
komunikasi dan pendidikan.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh dokter gigi adalah :
1. Karakteristik anak : dokter gigi harus dapat menentukan tingkat perkembangan
psikologis anak, perilaku anak terhadap perawatan gigi, sifat atau karakter anak
(temperamen anak). Anak dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu anak pra sekolah
dan sekolah, hal tersebut untuk membedakan anak yang sudah dapat diajak untuk
berkomunikasi atau tidak.
2. Lingkungan klinik : suasananya harus dibuat menyenangkan untuk anak.
3. Peran orang tua : kehadiran orang tua dapat menjadi faktor anak untuk berperilaku
positif atau negative terhadap perawatan gigi.
Berbagai metoda yang dapat digunakan adalah :
1. Tell Show Do (TSD) : digunakan untuk pasien anak yang belum mempunyai
pengalaman perawatan gigi yang akan dilakukan. Tell adalah menjelaskan prosedur
pada anak sesuai dengan tingkat kognitif anak, Show adalah mendemostrasikan
prosedur perawatan yang akan dilakukan pada anak. Do adalah melakukan prosedur
pada anak.
2. Modeling : metode ini dikembangkan berdasarkan bahwa setiap individu akan belajar
mengenai lingkungan sekitarnya berdasarkan pengamatan terhadap perilaku yang
diperlihatkan oleh individu lain. Adanya anak lain dapat dijadikan model supaya anak
membentuk perilaku positif terhadap perawatan gigi.
3. Distraksi : mengalihkan perhatian anak terhadap prosedur atau tindakan yang akan
dilakukan, seperti dokter gigi berbicara saat melakukan suatu tindakan.

Pemeriksaan Vitalitas Pulpa Gigi Sulung

Tahap persiapan daerah kerja :


1. Alat dasar (kaca mulut, sonde, pinset dan ekskavator)
2. Cotton pellet dalam container.
3. Cotton roll
4. Kertas tissue
5. Baki yang dilapisi kertas buram
6. Bur bulat ukuran kecil
7. Contra angle hand piece
8. Mikromotor.

Prosedur Pemeriksaan Vitalitas Pulpa Gigi :


1. Ekskavasi kavitas menggunakan ekskavator sampai kavitas bersih.
2. Isolasi daerah kerja dengan cotton roll.
3. Pasangkan bur pada contra angle handpiece
4. Bur diletakkan pada dasar kavitas dan dilakukan dengan tekanan ringan dan
intermitten
5. Perhatikan respon pasien.

Prosedur Modifikasi perilaku Tell Show Do


1. Menjelaskan pada anak prosedur yang akan dilakukan yaitu membersihkan kuman
pada gigi.
2. Menunjukkan contra angle pada anak yang ujungnya dipasangkan microbrush.
3. Menunjukkan alat tersebut akan berbunyi dan berputar, dan mencobakannya pada
kuku anak.
4. Setelah anak memberikan respon positif.
5. Baru dilakukan pada gigi.
TOPIK 3 : Perawatan Pulpotomi Vital Pada Gigi Sulung
Metode Pelatihan :
1. Demonstrasi (30 menit) : DPKKT melakukan demonstrasi pada phantom gigi dengan
alat dan bahan yang tersedia sesuai topic pelatihan yang terdapat pada pemandu
DPKKT.
2. Simulasi pada phantom gigi yang telah dipreparasi (60 menit untuk 7-8 mahasiswa) :
setiap mahasiswa melakukan topic pelatihan keterampilan secara bersamaan. DPKKT
melakukan pembimbingan, penilaian dan feedback serta mengisi rubric formatif.
Skenario 2
Rencana perawatan pada kasus ini adalah pulpotomi vital pada gigi posterior rahang atas.
Dokter gigi telah menyelesaikan informed consent dan siap dilakukan anestesi dan preparasi
pada gigi tersebut.

Instruksi untuk mahasiswa :


1. Verbalkan prosedur anestesi lokal
2. Lakukan prosedur preparasi buka kavum
3. Verbalkan prosedur pengendalian perdarahan hingga pengisian menggunakan ZnOE

Perawatan Pulpotomi Vital Pada Gigi Sulung

Tahap persiapan daerah kerja :


1. Alat dan bahan anestesi: anestesi topical, spuit 1cc, pehacaine ampul.
2. Alat tambahan: sonde lurus, bur fisur, spatel semen, stopper semen, ash49, spatel
plastic.
3. Formokresol
4. Semen ZnOE
5. Cotton pellet dan Cotton roll dalam petridish
6. Model phantom dengan gigi posterior sulung
7. Glass lab
8. Kertas tissue
9. Povidone Iodine
10. Aquadest
11. Klorheksidine Gluconate
12. Glass Ionomer type II

Tahap melakukan anestesi lokal :


1. Melakukan desinfeksi pada daerah kerja menggunakan cotton pellet yang diberikan
povidone iodine.
2. Mengoleskan anestesi topical menggunakan cotton pellet pada daerah mucobuccal fold
dan palatal kemudian didiamkan selama 2 menit.
3. Mendepositkan pehacaine yang telah dimasukan ke dalam spuit 1 cc sebanyak 0,5 cc
pada mucobuccal fold dan 0,5 cc pada palatal.
4. Melakukan evaluasi anestesi lokal dengan cara melihat blanching pada jaringan sekitar
gigi yang akan dipreparasi.

Tahap melakukan prosedur pulpotomy vital :


1. Menghilangkan karies pada kavitas dengan menggunakan bur bundar.
2. Membuka atap kamar pulpa dengan bur bundar.
3. Memperluas daerah preparasi dengan bur fisur sampai didapatkan straight line access.
4. Mengambil jaringan pada kamar pulpa menggunakan ekskavator.
5. Menghentikan perdarahan di kamar pulpa menggunakan cotton pellet yang telah
dibasahi oleh formokresol kemudian didiamkan selama 5 menit.
6. Melakukan evaluasi manajemen perdarahan.
7. Melakukan irigasi pada kamar pulpa menggunakan syringe berisi klorheksidine
gluconate kemudian aquadest.
8. Mengeringkan kavitas menggunakan cotton pellet
9. Melakukan pengisian kamar pulpa menggunakan semen ZnOE.
10. Mengaplikasikan glass ionomer type II sebagai tambalan sementara.

Tahap evaluasi prosedur pulpotomy vital


1. Memeriksa kontak premature menggunakan articulating paper.
2. Menghilangkan kontak prematur menggunakan carver

Melakukan instruksi pasca penambalan : meminta pasien untuk tidak makan, minum dan
kumur selama 1 jam dan kontrol 1 minggu kemudian untuk dilakukan follow up.

TOPIK 4 : Perawatan Stainless Steel Crown Pada Gigi Sulung


Metode Pelatihan :
1. Demonstrasi (30 menit) : DPKKT melakukan demonstrasi pada phantom gigi dengan
alat dan bahan yang tersedia sesuai topic pelatihan yang terdapat pada pemandu
DPKKT.
2. Simulasi pada phantom gigi yang telah dipreparasi (60 menit untuk 7-8 mahasiswa) :
setiap mahasiswa melakukan topic pelatihan keterampilan secara bersamaan. DPKKT
melakukan pembimbingan, penilaian dan feedback serta mengisi rubric formatif.
Skenario 2
Rencana perawatan pada kasus ini adalah Stainless Steel Crown pada gigi posterior rahang
atas yang telah dilakukan perawatan pulpotomy vital. Dokter gigi telah melakukan evaluasi
perawatan pulpotomy vital. Keluhan (-), Perkusi (-), Tekan (-), Mobility (-), Jaringan Sekitar
(TAK).

Instruksi untuk mahasiswa :


Lakukan prosedur preparasi hingga penyemenan restorasi Stainless Steel Crown
Perawatan Stainless Steel Crown Pada Gigi Sulung

Tahap persiapan daerah kerja :


1. Set Stainless Steel Crown
2. Alat tambahan: bur fisur tapered, gunting SSC, howe plier, Johnson plier, Gordon
plier, Ball and Socket plier, batu merah, batu hijau, karet merah, karet hijau
3. Glass Ionomer type I

(a) (b)
(c)

(d)

Gambar 1. Tang SSC


(a) Ball and Socket Plier
(b) Johnson Plier
(c) Howe Plier
(d) Gordon Plier

Tahap melakukan prosedur Stainless Steel Crown :


1. Mengurangi seluruh bagian oklusal sebanyak 1,5 mm menggunakan bur tapered fisur.
2. Mengurangi daerah interproksimal sampai bisa dilalui sonde menggunakan bur tapered
fisur.
3. Menghilangkan lapisan enamel terluar pada daerah bukal dan lingual menggunakan bur
tapered fisur.
4. Melakukan pemilihan mahkota berdasarkan ukuran mesiodistal gigi.
5. Melakukan ujicoba mahkota pada gigi, jika terdapat blanching pada gingival, lakukan
penyesuaian tinggi mahkota menggunakan gunting ssc.
6. Menghaluskan dan memoles akhiran mahkota menggunakan batu merah, batu hijau,
karet merah dan karet hijau.
7. Membentuk kontur mahkota menggunakan Johnson plier, Gordon plier dan Ball and
socket plier.
8. Mengaplikasikan glass ionomer type I pada daerah anatomis mahkota menggunakan
ash49.
9. Melakukan insersi mahkota pada gigi, pasien diisntruksikan untuk menggigit.
10. Membuang kelebihan semen menggunakan ekskavator.

Tahap evaluasi prosedur Stainless Steel Crown :


1. Memeriksa kontak premature menggunakan articulating paper.
2. Memeriksa blanching pada daerah gingival.
3. Menanyakan keluhan pasien.

Melakukan instruksi pasca prosedur : meminta pasien untuk tidak makan, minum dan kumur
selama 1 jam dan kontrol 1 minggu kemudian.

REFERENSI
1. Anusavice, J.K ; Shen, C ; Rawls, H.R (2013) : Phillips’ Science of Dental Materials, 12
ed, Singapore, Elsevier.
2. Cameron, A. C., & Widmer, R. P. (2003). A handbook of pediatric dentistry. Edinburgh: Mosby.
2. Hatrick, C.D ; Eakle, W.S ; Bird, W.F (2011) : Dental Materials Clinical Applications
for Dental Assistans and Dental Hygienist, Philadelphia, Saunders.
3. Roberson, T.M ; Heymann, H.O ; Swift, E.J (2008) : Sturdevan’s Art and Science of
Operative Dentistry, 5th Ed, India, Mosby.
4. Powers, J.M and Sakaguchi, R.L (2006) : Restorative Dental materials, USA, Mosby.
5. McCabe, J.F and Walls, A.W.G (2008) : Applied Dental Materials 9th ed. Oxford
Blackwell Pub.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai