Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN FARMASI DASAR

KELOMPOK : 5 Reguler : B
Alexander Riki NIM : I1022191005
Didik Hermawan NIM : I1022191021
Lie Lie Novita NIM : I1022191029
Miftahul Jannah NIM : I1022191013
M.Diko Armabar NIM : I1022191037

SOAL : Suspensi Paracetamol

I. Latar Belakang
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang
terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan
kelarutan yang sangat minimum. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. tablet, kapsul,suspensi dan berbagai larutan
sediaan farmasi.(1)
Formulasi obat dalam sediaan suspensi memiliki keuntungan yaitu rasanya yang lebih
enak juga dapat meningkatkan absorpsi obat sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas
dari obat.Selain itu, ada beberapa alasan lain pembuatan suspens oral untuk banyak pasien
yaitu bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang
sama), mudahnya menelan cairan, mudah diberikan untuk anak-anak juga mudah diatur
penyesuaian dosisnya untuk anak. Kesulitan dalam formulasi suspensi adalah pembasahan
fase padat oleh medium suspensi, yang artinya, suspensi merupakan suatu sistem yang tidak
dapat bercampur.(2)
Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana
partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata di seluruh system dispersi. Karena
keadaan yang ideal jarang menjadi kenyataan, maka perlu untuk menambah pernyataan
bahwa jika partikelpartikel tersebut mengendap, maka partikel-partikel tersebut harus dengan
mudah disupensi kembali dengan sedikit pengocokan saja.(3)

II. Preformulasi
a. Zat Aktif :

1. Paracetamol (4)
Struktur kimia

Rumus molekul C8H9NO2


Nama kimia 4 '-Hidroksiasetanilida
Sinonim N-Acetil-P-Aminofenol, Acetaminofen
Berat molekul 151,16
Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa
sedikit pahit.
Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam
natrium hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol.
pH larutan 3,8 – 6,1
PKa 9,5 pada suhu 25 c
Titik leleh 420 °C (788 °F)
Bobot jenis 151.163 g/mol
KD -
Stabilitas
 Panas Peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi obat.

 Hidrolisis/oksidasi

 Cahaya
Kegunaan Antipiretik dan analgesik
Inkompatibilitas Tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki ikatan hidrogen
dan beberapa antasida.
Wadah dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
penyimpanan rapat, tidak tembus cahaya.
Kesimpulan : paracetamol tidak boleh terkana cahaya. Rasanya pahit dan harus
ditutupi.

Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : asam


Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : elixir
(krim/salep) :-
Kemasan : botol kaca gelap

b. Eksipien (zat tambahan)

1. Sirupus simpleks(4)
Struktur kimia -
Rumus molekul -
Nama kimia Sirupus simplex
Sinonim Sirup gula
Berat molekul (BM)
Pemerian Cairan jernih, hablur, massa hablur berbentuk kubus
Kelarutan larut dalam air mudah larut dalam air mendidih sukar larut dalam
eter
pH larutan -
PKa -
Titik didih 180 C
Konstanta Dielektrik -
Bobot jenis 1,587 gram/mol
Stabilitas Tempat yang sejuk, lebih mudah terurai dengan adanya udara dari
 Panas luar
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kegunaan Sebagai pemanis
Inkompatibilitas -
Wadah dan Tempat yang sejuk dan tertutup
penyimpanan

2. Sorbitol (5)
Struktur kimia

Rumus molekul C6H14O6


Nama kimia D-Glucitol
Sinonim C*PharmSorbidex; E420; 1,2,3,4,5,6-hexanehexol; Liponic 70-
NC; Liponic 76-NC; Meritol; Neosorb; Sorbitab; sorbite; Dsorbitol;
Sorbitol Instant; sorbitolum; Sorbogem.
Berat molekul 182.17
(BM)
Pemerian Sorbitol adalah D-glucitol. Ini adalah alkohol heksahidrik yang terkait
dengan manosis dan isomer dengan manitol. Sorbitol muncul sebagai
tidak berbau, putih atau hampir tidak berwarna, bubuk kristal,
higroskopis. Empat kristal polimorf dan satu bentuk sorbitol amorf
telah diidentifikasi sifat fisik yang sedikit berbeda, mis. titik leleh.
Sorbitol adalah tersedia dalam berbagai tingkatan dan bentuk
polimorfik, seperti butiran, serpihan, atau pelet yang cenderung kue
kurang dari bubuk membentuk dan memiliki karakteristik kompresi
yang lebih diinginkan. Sorbitol memiliki rasa yang menyenangkan,
dingin, manis dan memiliki sekitar 50–60% manisnya sukrosa.
Kelarutan

pH larutan 4.5–7.0
PKa -
Titik leleh Bentuk anhidrat: 110–1128C;
Gamma polymorph: 97.78C;
Bentuk Metastable: 938C.
KD
Bobot jenis 1.49 g/cm3
Stabilitas
 Panas Sorbitol tidak menjadi gelap atau terurai suhu tinggi atau di hadapan
amina.
Bersifat higroskopis.
Kegunaan Sorbitol banyak digunakan sebagai eksipien dalam formulasi farmasi.
Ini juga digunakan secara luas dalam kosmetik dan produk makanan
Sorbitol digunakan sebagai pengencer dalam formulasi tablet yang
disiapkan oleh baik granulasi basah atau kompresi langsung.
Terutama berguna dalam tablet kunyah karena rasanya yang
menyenangkan, manis dan sensasi pendinginan. Dalam formulasi
kapsul digunakan sebagai plasticizer untuk gelatin. Sorbitol telah
digunakan sebagai plasticizer dalam film formulasi. Dalam preparat
cair sorbitol digunakan sebagai kendaraan bebas gula formulasi dan
sebagai penstabil untuk obat, vitamin, dan suspensi antasida.
Selanjutnya, sorbitol digunakan sebagai eksipien dalam formulasi
biologis parenteral cair untuk memberikan protein yang efektif
stabilisasi dalam keadaan cair. Anti caplocking.
Inkompatibilitas Sorbitol akan membentuk kelat yang larut dalam air dengan banyak
divalen dan ion logam trivalen dalam kondisi asam dan basa kuat.
Penambahan cairan polietilen glikol ke larutan sorbitol, dengan
agitasi kuat, menghasilkan lilin, gel larut air dengan a titik leleh 35-
408C. Larutan sorbitol juga bereaksi dengan zat besi oksida menjadi
berubah warna.Sorbitol meningkatkan tingkat degradasi penisilin
dalam kondisi netral dan larutan air.
Wadah dan Bahan curah higroskopis dan harus disimpan dalam wadah kedap
penyimpanan udara di tempat yang sejuk dan kering.

3. Polisorbat (4)
Struktur kimia

Rumus molekul C64H124O26


Nama kimia Polyoxyethylene Sorbitan Fatty Acid Esters
Sinonim polysorbates, Atlas E; Armotan PMO 20; Capmul POE-O;
Cremophor PS 80; Crillet 4; Crillet 50; Drewmulse POE-SMO;
Drewpone 80K; Durfax 80;
Durfax 80K; E433; Emrite 6120; Eumulgin SMO; Glycosperse O-
20; Hodag PSMO-20; Liposorb O-20; Liposorb O-20K; Montanox
80; polyoxyethylene 20 oleate; polysorbatum 80; Protasorb O-20;
Ritabate 80; (Z)-sorbitan mono-9-octadecenoate poly(oxy1,2-
ethanediyl) derivatives; Tego SMO 80; Tego SMO 80V; Tween 80.
Berat molekul (BM) 1310
Pemerian Polisorbat memiliki bau yang khas dan agak sangat
rasa pahit. Warna dan bentuk fisik mereka di 258C ditunjukkan di
meskipun harus dicatat bahwa intensitas warna mutlak
produk dapat bervariasi dari batch ke batch dan dari
pabrikan ke pabrikan.
Kelarutan
pH larutan 6.0–8.0
PKa -
Titik nyala 1498 C
Konstanta Dielektrik -
Bobot jenis Antara 1,06 dan 1,09.
Stabilitas Polisorbat stabil terhadap elektrolit dan asam dan basa lemah;
 Panas saponifikasi bertahap terjadi dengan asam dan basa kuat. Ester asam
 Hidrolisis/oksidasi oleic sensitif terhadap oksidasi. Polisorbat bersifat higroskopis dan
 Cahaya harus diperiksa kadar airnya sebelum digunakan dan dikeringkan
jika perlu. Juga, sama dengan surfaktan polioksietilen lainnya,
penyimpanan yang lama dapat menyebabkan pembentukan
peroksida.
Kegunaan Agen dispersi; agen pengemulsi; surfaktan nonionik; melarutkan
agen; agen suspensi; agen pembasah.
Inkompatibilitas Perubahan warna dan / atau presipitasi terjadi dengan berbagai zat,
terutama fenol, tanin, ter, dan bahan seperti tar. Itu
aktivitas antimikroba dari pengawet paraben berkurang di
adanya polisorbat
Wadah dan Polisorbat harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat,
penyimpanan terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.

4. CMCNa (4)
Struktur kimia

Rumus molekul C6H7O2 (oh) 2CH2COONa


Nama kimia Garam selulosa lcarbo/csimetil eter natrium [9004-32-4]
Sinonim Akuacell; Aquasorb;Blanose; cellulose gum; CMC sodium;
carboxymethylcellulose; sodium cellulose glycolate; sodium
CMC;Tylose CB
Berat molekul (BM) 194
Pemerian Serbuk atau granul, putih sampai krem;
higroskopik.
Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk
larutan koloidal; tidak larut dalam etanol, dalam eter
dan dalam pelarut organik lain.
pH larutan Antara 6,5 dan 8,5;
PKa 30
Titik leleh 227 C
Konstanta Dielektrik 4
Bobot jenis 0,52 g/ml
Stabilitas Bersifat higroskopis
 Panas
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kegunaan pengental, stabilisator, pembentuk gel dan beberapa hal sebagai
pengemulsi
Inkompatibilitas Sodium CMC inkompatibilitas dengan kuat pada larutan asam
dengan beberapa garam besi dan beberapa logam atau baja,
beberapa aluminium, merkuri dan besi. Namun dapat terjadi pada
pH kurang dari 2 dan juga ketika dikocok dengan etanol 95%.
Sodium CMC berbentuk kompleks dengan gelatin dan pektin.
Sodium CMC juga dapat kompleks dengan kolagen dan
mengandung beberapa protein
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat.
penyimpanan

III. Permasalahan Farmasetika


1. Sediaan suspensi memiliki zat aktif yang sangat sukar larut dalam air.
2. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok
perlahan–lahan, endapan harus terdispersi kembali.
3. Sediaan suspensi merupakan larutan januh sehingga bila terjadi perubahan suhu akan
terjadi perutumbuhan kristal.
4. Rasa sediaan yang pahit.

IV. Penyelesaian Masalah


1. Penambahan watting agent bertujuan untuk membantu zat aktif yang sukar larut dalam
air.
2. Penambahan pengental atau suspending agent untuk meningkatkan viskositas dan
meningkatkan stabilitas suspensi yaitu CMC Na, sehingga saat dikocok zat aktif tidak
mudah mengendap kebawah dan akan membuat dosis yang diperoleh menjadi lebih tepat
sasaran.
3. Penambahan sorbitol bertujuan untuk anti caplocking agent, sehingga mencegah
pertumbuhan kristal.
4. Penambahan sirupus simpleks bertujuan agar memperbaiki rasa dari sediaan.
V. Pendekatan Formula
NO. Bahan Jumlah Fungsi Bahan Alasan Penambahan
1 Paracetamol 200 mg / 5 ml Zat aktif Sebagai zat aktif
suspensi.
2 Sirupus simpleks 30 % Pemanis Paracetamol yang pahit
harus di tutupi rasanya.
3 Sorbitol 20 % Anticaplocking Sediaan multipledose
berpotensi
mengkeristal di kepala
botol jadi harus di beri
anti caplocking.
4 Polisorbat 1% Watting agent Menurunkan tegangan
permukaan bahan
dengan air.
5 CMC Na 1,5 % Suspending agent Mempertambat
pengendapan dan
mencegah penurunan
partikel.

VI. Perhitungan
1. Paracetamol
200 mg / 60 ml = x / 60 ml
X = 2,4 gr
2. Sirupus simpleks
30 % x 60 ml = 18 ml
3. Sorbitol
20% x 60 ml = 12 ml
4. Polisorbat
1 % x 60 ml = 0,6 ml
5. CMC Na
1,5 % x 60 ml = 0,9 gr
6. Red color
Qs = secukupnya
7. Vanila essense
Qs = secukupnya
8. Aqua add 100%
Add 100% = add 60 ml
VII. Penimbangan
NO. Bahan Jumlah dalam Jumlah
formula penimbangan
1 Paracetamol 2,4 gr

2 Sirupus simpleks 30 % 18 ml
3 Sorbitol 20 % 12 ml
4 Polisorbat 1% 0,6 ml
5 CMC Na 1,5 % 0,9 gr
6 Red color Qs Secukupnya
7 Vanila essense Qs Secukupnya
8 Aquades Add 100 % 60 ml

VIII. Prosedur Pembuatan


1. Dikalibrasi terlebih dahulu wadah botol sediaan,
2. Ditambahkan zat aktif dengan watting agent berupa polisorbat 80 ( larutan 1),
3. Ditambahkan CMCNa dengan cara digerus di mortir dengan air panas hingga homogen.
( larutan 2),
4. Dicampurkan larutan 1 dan larutan 2 (larutan 3),
5. Ditambahkan anti caplocking agent berupa sorbitol,
6. Ditambahkan pemanis yaitu sirupus simpleks,
7. Ditambahkan pengaroma yaitu vanila essense dan pewarna red color secukupnya,
8. Dipindahkan sediaan ke wadah yang telah dikalibrasi.
IX. Analisis titik kritis pembuatan sediaan
X. Evaluasi Sediaan
Jumlah Hasil
No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Syarat
sampel pengamatan
1 Uji Organoleptis 1.Bau 1. Aroma vanila 1. aroma manis
2.Rasa 1 2. Rasa sedikit 2. rasa manis
pahit
3.Warna 3. Berwarna 3. warna merah
merah
2 Uji PH Penentuan ph
berdasarkan
penentuan warna 1 7 5 – 7(6)
pada kertas ph
indikator
3. Uji Bobot Jenis - - -
4. Uji Stabilitas - - -
sediaan
5. Uji zat aktif - - -
6. Uji volume Menggunkan 1
terpindahkan gelas ukur 10 ml
F=Vu/Vo 0,96 Mendekati 1(6)
Vu = volume akhir
Vo = volume awal
7. Uji Viskositas Mencari kekental 1 Sedikit kental Tidak boleh
terlalu kental(6)

XI. Hasil Percobaan


NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Pengembangan CMC Na dengan CMC Na yang awalnya bubuk berubah
dengan air panas sambil digerus di kental dan lengket seperti tepung kanji di
mortir. beri air panas.
2. Pelarutan paracetamol ke dalam Paracetamol terlihat tidak sangat larut,
sorbitol dan sirupurs simpleks menjadi masih terlihat serbuk paracetamol di dalam
larutan 1. sorbitol dan sirupus simpleks.
3. Penambahan polisorbat ke dalam CMC Setelah perlakuan dilakukan tidak terlihat
Na yang sudah di kembangkan dengan perubahan. Teksturnya tetap kental dan
air panas di dalam mortir. lengket serta bewarna putih keruh.
4. Penambahan larutan 1 ke dalam mortir. Setelah perlakuan dilakukan terlihat larutan
berubah menjadi lebih encer dan warna
berubah menjadi putih kekuningan.
5. Penambahan vanila essense dan red Setelah perlakuan dilakukan aroma larutan
color secukupnya. berubah menjadi lebih manis dan warna
berubah menjadi merah muda.
XII. Pembahasan
Dalam praktikum ini sediaan yang dibuat adalah sediaan suspensi. Sediaan suspensi
adalah salah satu contoh sediaan obat yang berbentuk cair terdiri atas bahan padat tidak
larut namun dapat tersebar merata ke dalam pembawanya. Suspensi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa. Bentuk sediaan suspensi diformulasikan karena beberapa zat aktif obat
mempunyai kelarutan yang praktis tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk
cair agar mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, mudah
diberikan pada anak-anak. Penyebab bahan obat tidak dapat larut adalah karena adanya
udara di dalam partikel bahan obat tersebut. Untuk melarutkan bahan obat tersebut
dibutuhkan watting agen atau agen pembasah. Watting agen ini bekerja dengan melumuri
partikel bahan obat yang tidak larut sehingga udara yang berada dalam partikel itu hilang
atau pergi. Watting agent yang digunakan adalah polisorbat.
Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok
perlahan–lahan, endapan harus terdispersi kembali. Beberapa ditambahkan zat tambahan
untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan
mudah dikocok dan dituang. Zat tambahan yang digunakan untuk meningkatkan stabilitas
suspensi (suspending agent) adalah CMC Na. Dalam pembuatan CMC Na harus di
kembangkan terlebih dahulu dengan air panas di dalam mortir sambil terus digerus. Dalam
proses pengembangan CMC Na itu dengan cara CMC Na dimasukan ke dalam mortir lalu
ditambahkan sedikit demi sedikit air panas menggunakan pipet tetes dan sambil terus
digerus hingga CMC Na yang digunakan mengembang seluruhnya. Sediaan suspensi
sangat mudah membentuk kristal sehingga dibutuhkan bahan tambahan yang berperan
sebagai anti caplocking agent yang mencegah terjadinya pengkristalan pada sediaan
suspensi.
Sediaan suspensi haruslah menutupi rasa pahit dari bahan obat yang digunakan dan
aroma yang tidak enak dari bahan obat yang digunakan. Bahan tambahan lain yang
digunakan adalah sirupus simpleks. Sirupus simpleks merupakan pemanis pekat dalam air
yang tidak mengandung bahan obat sehingga baik digunakan di dalam suspensi.
Pengaroma yang digunakan untuk menutupi aroma yang tidak enak akibat bahan obat
adalah vanila essens. Vanila essens memiliki aroma yang manis sehingga cocok digunakan
sebagai pengaroma dalam suspensi. Suspensi yang tidak memiliki warna yang menarik si
beri pewarna merah agar terlihat lebih menarik.
Dalam praktikum kali ini digunakan 4 macam evaluasi yaitu : uji organoleptis, uji
ph, uji volume yang terpindahkan, dan uji viskositas. Pada uji organoleptis memiliki prinsip
menguji aroma atau bau, rasa dan warna dalam sediaan suspensi yang sudah dibuat. Syarat
yang digunakan untuk suspensi ini adalah aroma yang dimiliki haruslah beraroma vanila
karena aroma yang digunakan adalan vanila essense, rasa yang dimiliki haruslah rasa yang
manis karena suspensi ini di beri sirupus simpleks sebanyak 30 %, dan warna yang dimiliki
haruslah warna merah karena yang digunakan adalah red color. Hasil yang diperoleh dalam
pengujian organoleptis adalah aroma yang dimiliki sediaan suspensi yang telah dibuat
memiliki aroma vanila, rasa yang dimiliki adalah rasa yang manis sedikit pahit. Dan warna
yang merah muda karena saat pemberian warna, warna yang di teteskan hanya sedikit.
Uji selanjutnya yang dilakukan dalam evaluasi adalah uji ph. Uji ph memiliki
prinsip dengan menggunakan indikator ph, dengan cara mencelupkan indikator ph ke
dalam sampel sediaan yang telah dipisahkan. Ph standar dari sebuah larutan adalah rentang
antara 5 sampai 7. Dari hasil ph yang diperoleh dalam suspensi yang telah dibuat adalah 7.
Uji volume yang terpindahkan memiliki prinsip dengan menggunakan gelas ukur 10 ml.
Uji ini menggunakan rumus F = Vu/Vo dengan Vu adalah volume akhir dan Vo adalah
Volume awal. Uji ini memiliki syarat standar suspensi F harus mendekati 1. Hasil yang
diperoleh dalam evaluasi sediaan adalah 0,96. Uji viskositas memiliki prinsip
menggunakan alat viskometer atau menggunakan visual. Standar suspensi harus memiliki
kekentalan yang tidak boleh terlalu kental. Hasil yang diperolah dalam evaluasi adalah
sedikit kental.

XIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung bahan obat atau zat aktif yang
tidak larut sehingga membutuhkan watting agent dan penstabil yaitu suspending
agent.
2. Sediaan suspensi harus memiliki rasa dan aroma yang enak untuk memudahkan dan
menarik orang untuk mengonsumsinya.
3. Pengujian organoleptis memiliki standar yaitu warna merah, rasa manis dan aroma
vanila hasil yang diperoleh dalam evaluasi sediaan adalah suspensi yang dibuat
memiliki aroma vanila, rasa yang manis sedikit pahit dan warna yang merah muda.
4. Pengujian ph memiliki standar dengan harus berada di dalam rentang ph 5 -7. Hasil
yang peroleh dalam evaluasi sediaan adalah 7.
5. Pengujian volume yang terpindahkan memiliki standar yaitu harus mendekati 1. Hasil
yang diperoleh dalam evaluasi sediaan adalah 0,96.
6. Pengujian viskositas memiliki standar yaitu tidak boleh terlalu kental. Hasil yang
diperoleh dalam evaluasi sediaan adalah sediaan yang di hasilkan sedikit kental.
XIV. Daftar Pustaka

1. Ansel H,C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press; 2008
2. Lachman L. Teori Dan Praktek Farmasi Industri I Edisi III. Jakarta: UI Press; 1994
3. Martin A. Farmasi Fisik Jilid II (Edisi III). Jakarta: UI Press; 1993
4. Farmakope Edisi IV
5. Hanbook Of Pharmaceutical Excipients
6. Suena, Ni M D S. Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi Dengan Kombinasi Suspending
Agent PGA. Jurnal Akademi Farmasi Saraswati Denpasar. 1(1). 2015

Anda mungkin juga menyukai