Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Ynag Maha Esa karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul Penggunaan Media Dalam Proses Belajar Mengajar. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Saat ini banyak anak-anak yang tidak memperoleh kasih sayang yang sesungguhnya dari orangtua
mereka, terkhusus mereka yang lahir di perkotaan. Sering orang tua melalaikan tanggung jawabnya
dalam merawat dan membesarkan anak-anak mereka.yang lebih parahnya lagi kita dapat melihat zaman
sekarang ini banyak orangtua yang lebih memilih menitipkan anak-anak mereka di penitipan anak, atau
menyerahkan anak nya untuk di asuh oleh asisten rumah tangga mereka sendiri.
Hal ini dapat mempengaruhi bagaimana proses kepribadiaan anak itu kelak setelah menjadi dewasa, bisa
saja anak ini tidak akan pernah menuruti kata orangtua nya dan lebih memilih untuk berbagi cerita
dengan asisten rumah tangga yang telah membesarkannya dulu.
Untuk mencegah hal ini supaya tidak terjadi pada rumah tangga atau keluarga yang baru, maka perlu
adanya bimbingan dari orang dewasa untuk menyuluhkan bahwa merawat anak dan membesarkan anak
sendiri jauh lebih baik dripada menyerahkan nya kepada penitipan atau menyerahkan sepenuhnya
kepada asisten rumah tangga. Dengan kata lain peran orangtua dalam membentuk karakter anak
sangatlah diperlukan.
1.3 MANFAAT
Untuk mengetahui apa itu fungsi keluaga
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh keluarga terhadap perilaku moral anak
Untuk mengetahui bagaimana upaya peran keluarga terhadap pembentukan karakter anak
1.4 TUJUAN
Supaya orang tua dapat mengerti bagaimana didikan yang layak diberikan kepada anak-anak.dan untuk
memenuhi tugas individu mata kuliah perkembangan peserta didik.
BAB II PEMBAHASAN
A. Fungsi Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama sekali bagi seorang anak, dimana anak melakukan komunikasi
untuk yang pertama kalinya dengan orangtuanya, berinteraksi dengan kakek-nenek nya dan saudara-
saudaranya. Keluaga memeberikan pengaruh besar terhadap perkembangan seorang anak, bagaimana
pola asuh dan didikan yang diberikan orang tua kepada anak.dalam kehidupan sehari-hari kita dapat
melihat jelas bagaimana berjalannya fungsi keluarga dalam membentuk karakter anak-anak mereka.
Secara garis besar pendidikan pertama kali yang di dapat oleh anak adaalah dari orang tua, mulai dari
berbicara,berjalan,bermain,belajar,dan kegiatan lainnya. Menurut Munandar (1985), pengertian keluarga
dapat dilihat dalam arti kata yang sempit, sebagai keluarga inti yang merupakan kelompok sosial terkecil
dari masyarakat yang terbentuk berdasarkan pernikahan dan terdiri dari seorang suami (ayah), isteri
(ibu) dan anak-anak mereka. Sedangkan keluarga dalam arti kata yang lebih luas misalnya keluarga RT,
keluarga komplek, atau keluarga Indonesia.
Fungsi keluarga dalam membentuk karakter anak , orang tua harus dapat menciptakan bahwa keluarga
adalah tempat atau organisasi teraman dan ter nyaman bagi anak, Selain sebagai tempat berlindung,
keluarga juga memiliki fungsi sebagai berikut:
Mempersiapkan anak-anak bertingkah laku sesuai dengan niai-nilai dan norma-norma aturan-aturan
dalam masyarakat dimana keluarga tersebut berada (sosialisasi).
Mengusahakan terselenggaranya kebutuhan ekonomi rumah tangga (ekonomi), sehingga keluarga sering
disebut unit produksi.
Melindungi anggota keluarga yang tidak produksi lagi (jompo).
Meneruskan keturunan (reproduksi).
Seorang anak yang dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang memilik displin yang kuat, pola asuh yang
teratur, maka besar kemungkinan anak akan menerapkan sifat yang diterima didalam keluarga dalam
tengah-tengah lingkungan sekitarnya.Sebaliknya apabila didikan yang diterima anak. yang kurang
perhatiaan dan didikan dari orangtuanya maka si anak akan bertindak acuh tak acuh pada
sekitarnya.Sebagai contoh Bapak Rudi dalam mendidik anak-anaknya sangat tegas, anak tidak di izinkan
bergaul dengan anak muda yang suka minum-minuman keras, yang merokok, berjudi, mencuri, dan lain
sebaginya.bapak rudi sebagai kepala keluarga yang bijak juga membuat jadwal atau roster belajar bagi
anak-anaknya, sebelum belajar anak tidak diperbolehkan menonton televise atau menggunakan android
atau gadget, mengajarkan anak-anaknya untuk rajin menabung, selalu menyarankan anak agar tidak lupa
berdoa dan mengucap syukur, bagaimana berperilaku terhadap orang-orang yang disekitarnya terlebih
yang lebih tua darinya..Dari sini kita dapat melihat nanti bagaiman perkembangan karakter anak-anak
pak rudi tersebut setelah dewasa nantinya, karna sejak dini sudah dibiasakan untuk hidup dengan
displin. .Dan apabila ada orangtua yang memberikan contoh yang baik pada anak-anak, seperti bapak
yang sering pulang kerumah dalam kondisi mabuk, sering memukul istri, mengucapkan kata-kata kasar di
depan anak, semua ini akan berpengaruh bagi perkembangan karakter anak-ana mereka nanti nya.
Mungkin setelah anak-anaknya dewasa aanak tersebut tidak akan pernah pulang kerumah kecuali makan
dan tidur, si anak lebih merasa aman menghabiskan waktu berama-sama dengan teman yang sebaya
dengannya atau bahkan anak muda yang sudah memiliki gaya hidup yang tidak baik , sehingga dia akan
terlihat kasar tidak menuruti kata orangtua karna dia sudah bergaul dengan hidup anak muda yang tidak
baik.
Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak mendapatkan cinta
dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka pada saat mereka berada di luar rumah dan
menghadapi masalah-masalah baru mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik.
Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan mereka atau mereka memaksakan
anak-anaknya untuk menaati mereka, maka perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi
penghalang bagi kesempurnaan kepribadian mereka.
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-
anak. Karena hal ini akan menyebabkan pertumbuhan potensi dan kreativitas akal anak-anak yang pada
akhirnya keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak pilih.
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di sini bukan berarti bersikap
sopan secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua orang tua, mereka harus memperhatikan keinginan
dan permintaan alami dan fitri anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan
pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan iklim kasih
sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak hukum
mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya
mereka juga mau menghormati sesamanya.
4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak berarti
memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju
dan berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan
menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka.
Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain mereka
merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.
5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak). Dengan melihat
keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas
kedua orang tua adalah memberikan informasi tentang susunan badan dan perubahan serta
pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka. Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka
tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Jika kedua orang
tua bukan sebagai tempat rujukan yang baik dan cukup bagi anak-anaknya maka anak-anak akan mencari
contoh lain; baik atau baik dan hal ini akan menyiapkan sarana penyelewengan anak.
Yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi anak-
anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga anak secara tidak sadar mereka akan
terpengaruh, maka kedua orang tua di sini berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada
tataran teoritis maupun praktis. Ayah dan ibu sebelum mereka mengajarkan nilai-nilai agama dan akhlak
serta emosional kepada anak-anaknya, pertama mereka sendiri harus mengamalkannya.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Demi kebaikan masa depan anak sebagai orangtua harus memaksimalkan perhatian dan kasih
sayang terhadap anak-anak mereka, jangan pernah berpikir untuk menitipkan anak kepada orang lain,
karena itu akan dapat membuat pertumbuhan karakter anak berbeda dari harapan orang tua. Dalam
membangun karakter anak orang tua juga harus dapat menjadi teman curhat bagi anak, supaya anak
tetap terbuka akan masalah yang dia hadapi. Sebagai unsur utama dalam pembangunan karakter anak,
orang tua harus dapat mengiring anak dalam membantu setiap aspek-aspek perkembangan anak, dan
apabalia perlu orang tua harus melarang atau membatasi pergaulan anak yang kurang baik bagi
pertumbuhan anak-anak mereka.Karena keberhasilan orang tua dalam mendidik anak adalah faktor
pendukung kesuksesan anak juga, kesuksesan adalah tujuan dan harapan setiap orang tua terhadap
anak-anaknya
B.SARAN
Orang tua merupakan panutan bagi anak-anaknya, untuk itu sebaiknya orang tua dapat menjadi contoh
yang baik bagi anak-anaknya. Orang tua juga harus membuka diri terhadap perkembangan zaman dan
teknologi saat ini. Anak-anak memiliki pemikiran yang kritis terhadap sesuatu yang baru. Bila orang tua
tidak membuka diri terhadap perkembangan yang ada, kelak akan menuai kesulitan dalam menjawab
pertanyaan dari anak. Pada akhirnya berbuah kebohongan dan secara tidak langsung menanamkannya
pada anak.