Anda di halaman 1dari 16

KONSELING DI INSTITUSI PENDIDIKAN

“Konseling di Sekolah Menengah Atas/ MA”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : Konseling di Institusi Pendidikan
Dosen Pengampu : Ahmad Syarqawi, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Fani Siswita (0303173222)


2. Yenni Riski Anjelia (0303172116)
3. Zainal Muttaqin (0303173206)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A. 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah Swt Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
bersyukur kepada-Nya yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai ‘Konseling di Sekolah
Menengah Atas/ MA’ memenuhi tugas mata kuliah Konseling di Institusi Pendidikan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar dalam pembuatan
makalah berikutnya kami menjadi lebih baik.Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dan inspirasi kepada pembaca. Aamiin.

Medan, 1 November 2019

Kelompok V

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 4

A. Latar Belakang .......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 6

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling....................................................... 6


B. Urgensi Bimbingan Konseling di SMA .................................................... 7
C. Masalah-masalah BK di SMA .................................................................. 8
D. Model-Model Pendekatan BK di SMA ..................................................... 9
E. Aspek-aspek program Bk di SMA ............................................................ 9
F. Konselor di Sekolah Menengah Atas ........................................................ 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15

A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
B. Saran ......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kader-kader muda yang memiliki
kualitas yang baik. Bukan hanya dalam bidang akademik saja, akan tetapi memiliki sikap
yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan keluarga, masyarakat,
maupun di lingkungan teman sebaya. Melalui sarana pendidikan siswa mampu mengetahui
dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, serta dapat menyalurkan bakat dan minat
sesuai dengan keinginannya. Selain itu pendidikan juga sebagai wadah yang bertanggung
jawab secara utuh, untuk mencerdaskan siswa agar menjadi pribadi yang mampu bertanggung
jawab, bukan hanya pada orang lain melainkan pada diri sendiri. Seluruh warga negara
memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi sesuai dengan
kemampuannya, hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 yang
menjelaskan bahwa, semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya.
Dalam hal ini pemerintah berperan penting, guna menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas individu dari setiap warga negara
tersebut.Bimbingan dan Konseling juga merupakan bagian dari sistem pendidikan yang
mampu membantu siswa dalam mengembangkan potensinya. Berkaitan dengan hal tersebut
sesuai dengan UU No.22 tahun 2013 tentang konsep dasar dan fungsi pendidikan
menjelaskan bahwa bimbingan dan konseling mempunyai peluang yang sangat terbuka dalam
keseluruhan sistem pendidikan nasional. Bimbingan dan konseling juga berperan penting
dalam memajukan pendidikan yang lebih baik, karena dalam Bimbingan dan Konseling
memiliki empat bidang layanan yang dapat membantu siswa untuk dapat mengoptimalkan
potensi yang ada dalam diri siswa tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Bimbingan dan Konseling ?


2. Apa Urgensi Bimbingan Konseling di SMA?
3. Apa saja Masalah-masalah BK di SMA?
4. Bagaimana Model-Model Pendekatan BK di SMA?
5. Bagaimana Aspek-aspek program Bk di SMA?
6. Bagaimana Konselor di Sekolah Menengah Atas?

4
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Bimbingan dan Konseling


2. Untuk Mengetahui Urgensi Bimbingan Konseling di SMA
3. Untuk Mengetahui Masalah-masalah BK di SMA
4. Untuk Mengetahui Model-Model Pendekatan BK di SMA
5. Untuk Mengetahui Aspek-aspek program Bk di SMA
6. Untuk Mengetahui Konselor di Sekolah Menengah Atas

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Prayitno dan Erman Amti mengemukakan bahwa bimbingan merupakan proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa
orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Tujuannya adalah orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiridan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Winkel(2005:27) mendefinisikan bimbingan: pertama, usaha melengkapi individu
dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri. Kedua, cara
untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan
secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan
pribadinya.Ketiga, sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat
menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat, dan menyusun rencana yang
realistis sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam
lingkungan tempat mereka hidup. Keempat,proses pemberian bantuan atau pertolongan
kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang
dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.
Adapun pengertian konseling dari segi terminology, menurut James F. Adams,
konseling adalah: “suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang
seorang (counselor) membantuyang lain counselee), supaya ia dapat lebih baik memhami
dirinya dalam hubungan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan
yang akan datang.1 Di samping itu istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah
konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu
kegiatan yang integral (utuh atau melengkapi). Konseling merupakan salah satu teknik
dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa teknik lainnya. Bimbingan itu lebih luas
dan konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan.
Pengertian konseling menurut terminologi diantaranya sebagai berikut:

1
M.Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan Luar Sekolah,
(Jakarta: Nulan Bintang,1976), hal.18.

6
1. Menurut James F Adams yang dikutip oleh I Djumhur dan Moh. Surya dikatakan
bahwasanya:
“Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana
yang seorang (counselor) membantu yang lain (counselee), supaya ia dapat lebih
memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapi
pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.”
2. Menurut Bimo Walgito
“Konseling atau penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam
memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang
sesuai dengan keadaan individu untuk mencapai kehidupannya.”
3. Menurut W.S. Winkel SJ
“Konseling merupakan suatu saluran bagi pemberian bimbingan. Dalam rangka
konseling diadakan diskusi atau pembicaraan antara seorang penyuluh (counselor)
dengan satu orang (individual counseling) atau dengan beberapa orang sekaligus
(group counseling)”

B. Urgensi Bimbingan Konseling di SMA

Tujuan pendidikan menengah atas acap kali dibiaskan oleh pandangan umum demi
mutu keberhasilan akademis seperti persentase kelulusan, tingginya nilai Ujian Nasional,
atau persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dipungkiri,
karena secara sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik (sekolah
menengah umum / SMU) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau
penyiapan peserta didik (sekolah menengah kejuruan / SMK) agar sanggup memasuki
dunia kerja. Akibatnya, proses pendidikan di jenjang sekolah menengah akan kehilangan
bobot dalam proses pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan
pribadi, pengasahan nilai-nilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa
(cura personalis) terabaikan. Ini di buktikan dengan kenyataan banyak adanya tindakan di
kalangan pelajar ddengan adanaya tawuran antar pelajar, dan tindakan yang tergolong
kriminal lain. Dengan demikian tugas konselor lembaga bimbingan konseling peran yang
sebenarnya dan paling potensial menggarap, pemeliharaan kepribadian dan pengasahan
nilai-nilai kehidupan siswa tersebut.2

2
Prayitno Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.( Jakarta: Depdikbud,1997), hal.106.

7
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi
perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:

1. Masalah perkembangan individu,


2. Masalah perbedaan individual,
3. Masalah kebutuhan individu,
4. Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
5. Masalah belajar

C. Masalah-masalah BK di SMA

Pada masa SMA, antara 15 tahun sampai dengan 21 tahun merupakan adalah masa
transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Mereka banyak mengalami konflik karena
adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Jenis-jenis masalah yang dialami
murid sekolah bisa bermacam-macam. Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:3

1. Permasalahan dalam belajar


a) Kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki
intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
b) Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih
tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan
kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
c) Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang
kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau
pengajaran khusus.
d) Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat
dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
e) Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang
perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang
seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru,
tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.

2. Permasalahan Fisik dan Psikis

3 Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung : Rosdakarya, 2009) hal. 43

8
a) Permasalahan yang sedang dihadapinya, sesuai perkembangan usianya sebagai
remaja yang sedang berada dalam masa pancaroba yaitu peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa.
b) Mereka banyak mengalami konflik karena adanya perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan psikis meliputi
perkembangan intelegensi, perkembangan emosi (emosional), perkembangan
moral, sosial dan kepribadian.

D. Model-Model Pendekatan BK di SMA


1. Pendekatan krisis, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang didasarkan
adanya krisis yang dialami oleh konseli. Tujuannya untuk membantu peserta didik
dalam mengatasi krisis atau masalah yang dihadapi / dialami oleh konseli
2. Pendekatan remedial yaitu membantu mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki
peserta didik dan berupaya pemberian remidi terhadap kelemahan-kelemahan
tersebut, Tujuannya untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami peserta
didik dalam bidang tertentu agar terhindar dari krisis.
3. Pendekatan preventif, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang
menekankan pada pencegahan terjadinya masalah-masalah yang mungkin dialami
oleh konseli. Tujuannya mengantisipasi/mencegah masalah-masalah umum yang
mungkin dialami peserta didik dan mencoba mencegah masalah tersebut agar jangan
sampai terjadi.
4. Pendekatan perkembangan, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang
menekankan pada identifikasi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman yang
diperlukan konseli agar berhasil dalam kehidupan akademik, pribadi – social dan
karirnya. Tujuannya adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan/ potensi yang dimiliki dengan memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang
diperlukan dalam kehidupanya.4

E. Aspek-aspek program Bk di SMA

4James J .Muro &Terry Kottman. Guidance and Counseling In The Elementary and Middle School : A
Practical Approaches. (USA : Wm. C Brown Communication, Inc,1995), hal. 61.

9
Program Bimbingan Konseling di SMA, ada enam aspek yang harus di
perhatikan, yaitu: 5
1. Tujuan jenjang pendidikan tertentu, sejauh terumuskan di dalam terbitan sumber
resmi bagi jenjang pendidikan itu. Pendidikan SMA bertujuan meningkatkan
pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan
untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan-
teknologi-kesenian, meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat
dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial-budaya-alam
sekitarnya. Kurikulum SMU merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar. Program pengajaran itu terdiri dari
program pengajaran umum di kelas I dan II (mencakup bahan kajian dan pelajaran
yang di susun dalam 10 mata pelajaran), serta program pengajaran khusus di kelas III
(meliputi program bahasa, IPA dan IPS).
2. Kebutuhan-kebutuhan para peserta didik pada tahap perkembangan tertentu dan
semua tugas perkembangan yang di hadapi. Kebutuhannya terutama bersifat
psikologis, seperti: mendapat perhatian dan dukungan tanpa pamrih negatif apapun,
mendapat pengakuan terhadap keunikan alam pikiran dan perasaannya, menerima
kebebasan yang wajar dalam mengatur kehidupannya sendiri tanpa di lepaskan sama
sekali dari perlindungan keluarga, memperoleh prestasi-prestasi yang patut di
banggakan di bidang akademik dan non akademik, membina persahabatan dengan
teman sejenis dan lain jenis, memiliki citacita hidup yang pantas untuk di kejar. Tugas
perkembangannya antara lain: mengembangkan rasa tanggung jawab (sehingga dapat
melepaskan diri dari ikatan emosional yang kekanakkanakan dan membuktikan diri
pantas diberi kebebasan yang sesuai bagi umurnya), mempersiapkan diri untuk
memasuki corak kehidupan orang dewasa, memantapkan diri dalam memainkan
peranan sebagai pria dan wanita (sexual roles), merencanakan masa depannya di
bidang studi dan pekerjaan (sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dianut dan
keadaan masyarakat nyata. Tantangan pokok bagi siswa remaja terletak dalam hal

5
Farhatus Solihah “Konsep Bimbingan Konseling (Bk) Sekolah Menengah Atas (Sma) Dalam Memberikan
Keterampilan Manajemen Diri Dan Pencegahan Korupsi” Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam
Vol. 4, No. 2, Desember 2013

10
membentuk diri sendiri dan menginternalisasi seperangkat nilai dasar kehidupan
(values) yang patut di perjuangkan.
3. Pola dasar yang sebaiknya di pegang sangat tergantung dari lokasi lembaga sekolah.
Pola spesialis untuk lingkungan sekolah yang terletak di kota dengan segala
problematikanya dan corak kehidupan kaum remaja, apalagi dengan jumlah kelas
yang besar (tanpa mengabaikan sumbangan dari guru-guru bidang studi dan para wali
kelas). Pola generalis untuk lembaga sekolah yang terletak di daerah terpencil dengan
jumlah kelas yang kecil (banyak kegiatan bimbingan dapat di pegang oleh guru
bidang studi dan wali kelas dengan mendapat pengarahan dari konselor sekolah dan
asistensi guru konselor). Pola kurikuler (mengingat SMA masih tetap di berikan
bimbingan karir seperti menurut kurikulum 1984 dan seri buku paket bimbingan
karier masih tetap di pergunakan).
4. Komponen bimbingan yang sebaiknya di prioritaskan adalah:
a. Pengumpulan data meliputi data tentang siswa selengkap mungkin, baik yang di
berikan oleh guru-guru dan orangtua maupun siswa sendiri.
b. Pemberian informasi meliputi data tentang ciri khas berbagai institusi PT dan
program studi di sekolah sekarang yang sesuai dengan fakultas tertentu, seluk
beluk dunia pekerjaan dan jabatan di masyarakat, cara belajar yang tepat dalam
mempelajari berbagai bidang studi, corak pergaulan yang sehat dengan sesama
teman remaja, cara menghadapi orangtua yang dinilai serba kolot, gejala-gejala
penyimpangan dari perkembangan normal, fungsi seksualitas, perbedaan cinta
monyet dan cinta sejati.
c. Penempatan sudah aktual sejak tingkatan kelas pertama dan terutama menyangkut
perencanaan program studi di sekolah dan studi lanjutan atau pekerjaan setelah
tamat.
d. Konseling atau konsultasi sangat aktual, karena tidak sedikit remaja merasa
kurang puas dalam bicara secara pribadi dengan orangtua, namun ingin sekali di
dengarkan segala perasaan dan pikiran yang timbul dalam batinnya (wawancara
konseling dapat sangat bermanfaat bagi siswa dan mungkin merupakan satu-
satunya kesempatan untuk berbicara secara terbuka).
5. Bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan yaitu: bimbingan kelompok atau
individual yang di terapkan secara seimbang (karena remaja sangat peka dalam hal-
hal yang dianggap rahasia dan masalah pribadi, kesempatan untuk berwawancara
konseling sewaktu-waktu harus tersedia dengan menggunakan sistem piket bagi

11
beberapa konselor sekolah). Sifat bimbingan yang harus di tonjolkan yaitu: sifat
perseveratif dan preventif, sedangkan korektif di gunakan untuk kasus-kasus tertentu
(misal pilihan program studi yang ternyata keliru dan aneka gejala neurotik atau
psikotik). Ragam bimbingan yang harus di beri tekanan yaitu: bimbingan akademik,
pribadi-sosial dan karier (dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman psikologis yang
cukup mendalam, serta harus memiliki fleksibilitas yang tinggi dan kesabaran).
6. Unsur personil bimbingan yang di kerahkan yaitu: konselor sekolah, guru konselor
atau guru biasa (tenaga pengajar) Jika bimbingan konseling di terapkan di SMA perlu
di perhatikan bahwa anak SMA masuk dalam masa adolescent pada usia 15-17 tahun
atau 16-19 tahun yaitu suatu periode yang tidak mudah (perubahan dari masa anak ke
masa remaja). Mereka banyak menghadapi kesulitan dan banyak gejolak yang
menandai masa perkembangan remaja, misalnya masalah yang sifatnya psikis
(tingkah laku delinqen), masalahmasalah situasional, unpredictable, masalah
hubungan muda-mudi, masalah perkembangan seksual, masalah sosial
ekonomi,masalah masa depan dan lain-lain. Sehingga menuntut konselor di sekolah
untuk memahaminya dan cara-cara penanganannya.6

F. Konselor di Sekolah Menengah Atas


Kebanyakan peranan konselor di sekolah menengah atas telah konsisten pada
pengaturan jadwal mata pelajaran, penempatan di perguruan tinggi, dan membuat catatan
akademik. Meskipun sekarang peranan konselor di sekolah menengah atas telah
mengalami perubahan, konselor kelas dua berlanjut untuk membantu para siswa dengan
menunjukkan informasi tentang pemilihan mata pelajaran, kesempatan berkarir, hasil
ujian, perguruan tinggi, dan beasiswa.
Secara umum, proses pertolongan yang ditunjukan konselor pada sekolah dasar dan
sekolah menengah digunakan pada tingkat sekolah menengah atas dengan baik. Dan lagi-
lagi, kesemua proses itu memasukkan nasihat, perundingan, kerjasama dan penghargaan.
Perbedaan bagaimana para konselor sekolah menyampaikan inti dari pelayanannya
dengan melihat pada jenis aktifitas yang digunakan pada tingkatan-tingkatan yang
berbeda pada saat praktek. Seperti konselor di sekolah dasar dan sekolah menengah,

6
Winkel dan Hastuti. Bimbingan Dan Konseling di Institusi Pendidikan. (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), hal.
120

12
konselor di sekolah menengah atas memilih layanan dan jenis aktifitas yang memusatkan
beberapa keunikan yang diperlukan pada penyiapan remaja ke dewasa.
Pada suatu penelitian pada para orang tua, konselor, pengurus, dan komunitas
pengusaha (Ibrahim, Helms & Thompson, 1983), kesemuanya adalah kelompok yang
menunjukkan bahwa variasi dari layanan adalah hal yang sangat penting diantara
beberapa fungsi konselor di SMA. 7
Gibsaon (1990) menemukan bahwa guru adalah fungsi yang sangat penting konselor
di sekolah menengah atas sebagai :
a. Konseling pribadi
b. Menunjukkan informasi karier
c. Memberitahu tenang perguruan tinggi
d. Kelompok Bimbingan dan Konseling
Memasuki sekolah pada jenjang pendidikan SMA tidak membawa perubahan drastis
dalam rutinitas persekolahan bagi siswa,karena mereka sudah terbiasa dengan pergantian
bidang studi dan tenaga pengajar dalam jadwal pelajaran. Namun, keberhasilan di jenjang
pendidikan ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupannya di kemudian hari. Oleh
karena itu, pelayanan bimbingan harus lebih intensif dan lebih lengkap, di banding dengan
pelayanan di satuan pendidikan di bawahnya. Di jenjang pendidikan SMA ini di bedakan
secara tegas antara bidang administrasi sekolah, bidang pengajaran dan bidang pembinaan
siswa. Dalam bidang pembinaan menunjukkan keanekaragaman, lebih-lebih di sekolah
dengan banyak kelas yang terdapat di kota besar. Pelayanan bimbingan sebagai subbidang
dalam bidang pembinaan siswa akan lebih bervariasi juga.

Aplikasi pendekatan dan teknik konseling serta penyesuaiannya banyak tergatung


pada keunikan klien dan masalahnya, serta spesialisasi keahlian konselor itu sendiri.
Tentang sumber alih tangan mengandalkan peranan guru, kepala sekolah, siswa dan
konselor sendiri, serta orangtua. Kehadiran konselor langsung di hadapan para siswa (di
muka kelas dan pada kesempatan-kesempatan lain), disertai dengan informasi yang tepat
dan mantap tentang fungsi konselor dan pelayanan bimbingan konseling pada umumnya,
akan sangat membantu peningkatan pemanfaatan layanan konseling oleh para siswa.

Pengelolaan program bimbingan di SMA hanya akan efisien dan efektif kalau
program itu mendapat dukungan penuh dari pimpinan sekolah dan seluruh staf pengajar,

Eli Trisnowati,” Peran Konselor di Berbagai Setting Sekolah” Jurnal Konseling Gusjigang Vol. 2 No. 2 (Juli-
7

Desember 2016) Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

13
serta terdapat koordinasi yang baik. Di samping itu, semua tenaga yang terlibat dalam
bidang pembinaan siswa harus mengarahkan segala usahanya ke tujuan yang sama, yaitu
perkembangan siswa yang seoptimal mungkin. Semua layanan bimbingan harus mendapat
perhatian yang seimbang, selain itu konselor sekolah harus melibatkan diri dalam
pembinaan kegiatan kesiswaan seperti OSIS dan aktivitas ekstrakurikuler, antara lain
untuk mengangkat konsep diri siswa dan memupuk rasa bangga. Untuk mendukung itu
semua, di perlukan juga peran orangtua, sehingga perlu diadakan pertemuan setiap 3 bulan
sekali (dalam satu tahun ada 4 pertemuan). Topik setiap pertemuan, misalnya: cara
membantu anak menyesuaikan diri di lingkungan baru, cara membantu anak belajar secara
efektif di rumah, cara memilih teman (bergaul), kegiatan/ organisasi apa yang sesuai
dengan dirinya

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Konselor di sekolah memang diperlukan, baik itu untuk sekolah dasar, menengah,
maupun menengah atas. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama yang baik antara konselor,
orangtua, dan guru. Peranan dan tugas di sekolah menengah tidak berbeda jauh dengan di
sekolah dasar. Perbedaannya adalah hanya terletak pada permasalahan yang dihadapi oleh
individu yang bersangkutan. Proses konseling di sekolah menengah ini, menekankan pada
perencanaan akademik, karir, dan penyesuaian sosial pribadi mereka.

Proses konseling pada sekolah menengah atas juga tidak berbeda jauh, hanya lebih
ditekankan pada proses kelompok. Dalam sekolah menengah atas, para konselor mencoba
untuk membuka adanya konselor sebaya. Hal ini dilakukan oleh konselor dengan bertujuan
agar anak-anak ini dapat mengungkapkan permasalahannya kepada teman sebayanya dan
kemudian disampaikan kepada konselor. Posisi konselor sebaya ini adalah jalur pertama
ketika mereka membutuhkan bantuan dengan tanpa malu menceritakan kondisi dan
permasalahannya.

B. Saran

Konseling di Sekolah Menengah Pertama amatlah penting dalam Pendidikan, untuk


membantu para siswa dengan menunjukkan informasi tentang pemilihan mata pelajaran,
kesempatan berkarir, hasil ujian, perguruan tinggi, dan beasiswa. Diharapkan konselor bisa
lebih memahami dan mampu menerapkan koseling di sekolah menengah pertama

15
DAFTAR PUSTAKA

Eli Trisnowati,” Peran Konselor di Berbagai Setting Sekolah” Jurnal Konseling Gusjigang
Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2016) Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Farhatus Solihah “Konsep Bimbingan Konseling (Bk) Sekolah Menengah Atas (Sma) Dalam
Memberikan Keterampilan Manajemen Diri Dan Pencegahan Korupsi” Konseling
Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam Vol. 4, No. 2, Desember 2013
James J .Muro &Terry Kottman. 1995.Guidance and Counseling In The Elementary and
Middle School : A Practical Approaches. USA : Wm. C Brown Communication

M.Arifin, 1976. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di


Sekolah dan Luar Sekolah, Jakarta: Nulan Bintang

Prayitno Erman Amti. 1997.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud

Syamsu Yusuf. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosdakarya

Winkel dan Hastuti. 2004Bimbingan Dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:


Media Abadi

16

Anda mungkin juga menyukai