Anda di halaman 1dari 17

BMC Pregnancy and Childbirth

Injeksi Intramuscular, Infus Intravena dan Bolus


Intravena Oksitosin pada kala III Persalinan Untuk
Pencegahan Perdarahan Post Partum: Sebuah Penelitian
Tiga Jalur Randomized Control
Dyanna Charles1* , Holly Anger1, Rasha Dabash1, Emad Darwish2, Mohamed
Cherine Ramadan3, Amr Mansy2, Yomna Salem3, Ilana G. Dzuba1, Meagan E.
Byrne1, Miral Breebaart4 and Beverly Winikoff1

ABSTRAK

Latar Belakang: Oksitosin untuk pencegahan perdarahan post-partum secara

umum diberikan dengan suntikan intramuskular (IM) atau infus intravena (IV)

dengan kedua rute direkomendasikan dengan tingkatan sama dan hanya ada

sedikit diskusi terhadap perbedaan potensi keduanya. Percobaan ini bertujuan

membandingkan efektivitas dan keamanan 10 IU oksitosin diberikan sebagai

suntikan IM dibandingkan IV Infus dan IV Bolus selama kala III persalinan untuk

pencegahan perdarahan post-partum.

Metode: Pada dua rumah sakit ibu dan anak tingkat tersier di Mesir, wanita yang

melahirkan pervaginam tanpa paparan uterotonik sebelum melahirkan diteliti

secara acak terhadap satu dari tiga kelompok cara pemberian oksitosin profilaksis

setelah melahirkan bayi. Darah yang hilang diukur satu jam setelah melahirkan

dan efek samping dicatat. Luaran primer adalah rata-rata darah yang hilang post

partum dan proporsi wanita dengan darah hilang post-partum ≥ 500 mL pada

penelitan randomized controlled, paralel dan tiga jalur ini. ≥ 500 ml

Hasil: 4913 wanita hamil secara acak dipilih dan setuju mengikuti penelitian ini.

Dibandingkan dengan injeksi IM, kehilangan darah rata-rata pada kelompok infus

IV 5,9% lebih sedikit (95% CI: -8,5, -3,3) dan lebih sedikit 11,1% pada kelompok

1
bolus IV (95% CI: -14,7, -7,8). Risiko kehilangan darah postpartum ≥ 500 ml

dalam kelompok infus IV secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan

injeksi IM (0,8% vs 1,5%, RR = 0,50, 95% CI: 0,27, 0,91). Tidak ada efek

samping yang dilaporkan pada kelompok mana pun.

Kesimpulan: Oksitosin Intravena lebih efektif daripada injeksi intramuskular

untuk pencegahan perdarahan post-partum pada kala III persalinan. Oksitosin

diberikan dengan bolus IV tidak memiliki masalah keamanan setelah melahirkan

pervaginam dan harus dipertimbangkan sebagai opsi yang aman untuk

pencegahan perdarahan post-partum.

Registrasi penelitian: Clinicaltrials.gov #NCT01914419, dicetak 2 Agustus

2013.

Kata kunci: Perdarahan Post Partum, Kehilangan darah post-partum, Oksitosin,

Rute pemberian, Kala III persalinan, Bolus oksitosin, Oksitosin Intravena,

Oksitosin Intramuskular, Profilaksis Oksitosin.

2
LATAR BELAKANG

Manajemen aktif persalinan kala tiga (AMTSL / MAK III)

direkomendasikan untuk mencegah perdarahan postpartum (HPP), dengan

uterotonik ditempatkan sebagai komponen paling penting [1] dan oksitosin

sebagai uterotonik pilihan [1-6]. Di sebagian besar rumah sakit, oksitosin

digunakan untuk indikasi ini, tetapi dengan banyak variasi rute pemberian, dosis,

dan waktu pemberian [3, 7-10]. Oksitosin biasanya diberikan secara intramuskular

(IM) atau intravena (IV). Pedoman internasional, termasuk oleh World Health

Organization, saat ini merekomendasikan jika kedua rute sepadan [1, 11].

Setiap rute memiliki kelebihan masing-masing. Pemberian IV mungkin

memiliki keuntungan klinis, karena mengarah ke respon yang lebih cepat dan

kadar puncak oksitosin plasma yang lebih tinggi [12-14]; Namun, injeksi IM

memberikan keuntungan lain yaitu praktis, membutuhkan keterampilan yang lebih

sedikit dan peralatan yang lebih sederhana, menjadikannya pilihan yang lebih bisa

diaplikasikan pada fasilitas layanan kesehatan spektrum lebih luas [9, 15].

Terlepas banyaknya diskusi tentang pentingnya rute pemberian [9, 15-25],

perbedaan dalam efikasi sebagian besar belum diselidiki. Beberapa studi yang

diterbitkan menyelidiki jika rute-rute memiliki hasil yang tidak konsisten dengan

dua studi menunjukkan penurunan angka kehilangan darah terkait dengan

pemberian IV [24, 25] dan dua lainnya menunjukkan tidak ada perbedaan antara

pemberian IV dan IM [20, 21].

Efek klinis mungkin berbeda jika oksitosin intravena diberikan melalui

dorongan bolus atau menggunakan durasi lebih lama melalui infus. Terdapat

3
beberapa bukti bahwa konsentrasi yang lebih tinggi dan lebih segera didapat pada

pemberian bolus sehingga menyebabkan efek yang lebih kuat pada kontraksi

uterus [23]. Rute ini jarang digunakan karena resiko hipotensi, meskipun masalah

ini hanya dicatat dalam studi kasus wanita di bawah anestesi umum selama

operasi caesar [26-28]. Dua penelitian yang dilakukan pada wanita yang

menerima oksitosin setelah persalinan pervaginam menunjukkan tidak ada efek

samping yang dengan pemberian bolus IV dan hasil klinis yang lebih buruk

dengan pemberian infus IV [22, 23]. Terlepas dari bukti ini, pemberian oksitosin

melaluui bolus IV masih dianggap meragukan.

Untuk membantu menginformasikan praktik terbaik dalam perawatan

klinis dan mengatasi ketidakkonsistenan dan kesenjangan dalam literatur,

penelitian ini dilakukan dengan metode three arm study untuk membandingkan

efektivitas klinis dan keamanan injeksi oksitosin 10 IU IM dengan infus IV dan

injeksi oksitosin 10 IU IM dengan bolus IV yang diberikan selama kala ketiga

persalinan.

METODE

Wanita hamil yang datang untuk persalinan pervaginam di dua rumah sakit

Mesir tipe tersier diperiksa untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Persetujuan

diperoleh dari komite etik penelitian kedua rumah sakit: Rumah Sakit Pendidikan

El Galaa di Kairo (rumah sakit bersalin terbesar di Kairo), dan Rumah Sakit

Bersalin Shatby di Alexandria (rumah sakit Universitas Alexandria), di mana

ketiga rute pemberian oksitosin secara rutin digunakan.

4
Sampel dikatakan memenuhi syarat untuk berpartisipasi jika mereka

menyetujui melahirkan pervaginam, tidak menerima uterotonik pra-persalinan

untuk menginduksi persalinan, dan terdapat persetujuan. Persetujuan tertulis

diperoleh setelah masuk, setibanya di bangsal persalinan. Tekanan darah dan

hemoglobin sebelum persalinan selanjutnya diukur dan direkam. Hemoglobin

diukur menggunakan HemoCue® hb 201+ (HemoCue, Ängelholm, Swedia).

Sampel diacak untuk menjadi sampel yang menerima oksitosin 10 IU

dengan injeksi IM, infus IV, atau bolus IV segera setelah melahirkan bayi. Injeksi

IM biasanya diberikan di paha. Untuk infus IV, oksitosin dicampur dalam 500 ml

cairan dan diberikan melalui infus dengan roller penjepit terbuka penuh, paling

sering menggunakan jarum 18 gauge. Pada Bolus IV, didorong langsung melalui

port IV sekitar 1 menit.

Informasi tentang tindakan profilaksis lain pada kala ketiga persalinan,

termasuk traksi terkontrol tali pusat dan pijatan uterus, dicatat pada formulir

pengumpulan data. Tekanan darah pascapersalinan dan setiap efek samping yang

dialami setelah pemberian oksitosin juga dicatat. Kehilangan darah

pascapersalinan diukur pada 1 jam pasca melahirkan menggunakan kolektor darah

dari plastik yang digantungkan dan disalurkan ke wadah kalibrasi. Untuk wanita

yang didiagnosis dengan HPP, kehilangan darah juga dicatat pada saat diagnosis

HPP dan saat perdarahan aktif berhenti. Wanita didiagnosis dengan HPP

menerima standar perawatan yang sama di setiap rumah sakit. Intervensi,

termasuk tambahan uterotonik atau transfusi darah, dicatat. Hemoglobin

postpartum diukur setidaknya 24 jam setelahnya pengiriman dan setidaknya 12

5
jam setelah pengangkatan IV untuk wanita yang menerima cairan IV, jika

mungkin, atau sesaat sebelum pulang jika wanita dipulangkan lebih cepat.

Hasil utama penelitian ini adalah rerata jumlah kehilangan darah dan

proporsi wanita dengan kehilangan darah ≥500 ml. Hasil sekunder termasuk

proporsi wanita dengan kehilangan darah ≥350 ml dan ≥ 1000 ml, perubahan

hemoglobin sebelum dan sesudah melahirkan, waktu untuk melahirkan plasenta,

pemberian oksitosin tambahan atau uterotonik lainnya, dan diamati efek samping

dalam 1 jam postpartum.

Perhitungan ukuran sampel berasal dari wanita dengan kehilangan darah

≥500 ml dalam dua perbandingan studi tiga kelompok ini: injeksi IM vs. infus IV

dan injeksi IM vs. IV bolus. Berdasarkan studi sebelumnya, penelitian ini

mengharapkan perbedaan yang sedikit lebih besar perbandingan kehilangan darah

untuk injeksi bolus IV vs IM, sehingga ukuran sampel yang lebih kecil diperlukan

untuk perbandingan itu [23, 29]. Penelitian ini menambah ukuran sampel untuk

mengimbangi melakukan dua perbandingan berkorelasi 80% (setara dengan

membutuhkan tingkat signifikansi 0,0435 untuk setiap tes) dan untuk

memperhitungkan tingkat gesekan 2%. Persyaratan ukuran sampel yang

dihasilkan adalah 4900 wanita, pada rasio 3: 3: 1 (2100 masing-masing untuk

kelompok injeksi IM dan kelompok infus IV dan 700 pada kelompok bolus IV),

dengan daya 80% untuk perbandingan injeksi IM dan Infus IV dan daya 85%

untuk perbandingan injeksi IM dan bolus IV. Ukuran sampel adalah juga cukup

untuk mendeteksi 50 ml rerata perbedaan dalam kehilangan darah antara

kelompok.

6
Kode pengacakan sederhana dihasilkan oleh Gynuity Health Projects di

New York, dan setiap tugas dimuat dalam nomor berurutan, disegel, amplop

buram. Setiap rumah sakit diacak secara independen. Staf studi rumah sakit tidak

memiliki akses ke kode pengacakan dan diperintahkan untuk membuka amplop

berikutnya sebelum kelahiran wanita, selama yang tahap kedua persalinan.

Analisis dilakukan dengan untuk memperlakukan pendekatan. Nilai P

untuk karakteristik dasar dihitung menggunakan uji chi-square untuk kategori

variabel dan analisis varian satu arah (ANOVA) untuk variabel kontinu.

Perbedaan dianggap signifikan di α = 0,0435, untuk menjelaskan beberapa

perbandingan dibuat dalam penelitian tiga kelompok ini. Log-binomial regresi

digunakan untuk menghitung risiko relatif (RR) dan terkait interval kepercayaan

95% (CI) untuk hasil dari kategori. Regresi linier digunakan untuk menghitung

regresi koefisien dan 95% CI yang terkait untuk hasil kontinu. Penelitian pertama

kali menilai asumsi distribusi normal semua hasil sekunder berkelanjutan

(termasuk kehilangan darah postpartum, waktu untuk melahirkan plasenta dalam

hitungan menit, kehilangan darah total, dan perubahan pra-pos hemoglobin).

Tidak ada yang terdistribusi normal, dengan demikian transformasi

(menggunakan log natural ln) dilakukan pada semua hasil yang berkelanjutan.

Untuk memfasilitasi interpretasi estimasi yang diperoleh dari regresi linier hasil

log-transformed ini, penelitian ini menggunakan rumus berikut untuk

menghasilkan estimasi persentase perubahan dalam hasil rata-rata (y)

berhubungan dengan kelompok perlakuan di pertanyaan (d): y = 100 · [exp (βd) -

1], di mana β sama dengan koefisien regresi untuk hasil log-transformed. Analisis

7
dilakukan dengan menggunakan Stata 12 (Stata- Corp. 2011. Perangkat Lunak

Statistik Stata: Rilis 12. College Station, TX: StataCorp LP).

HASIL

Mulai April 2014 dan September 2015, 4983 wanita dengan persalinan

yang memenuhi syarat disaring dan didaftarkan ke studi ini dari total 15.143

persalinan vagina di Rumah Sakit Pendidikan El Galaa dan 8353 persalinan

pervaginam di Rumah Sakit Bersalin Shatby. Rekrutmen berakhir ketika ukuran

sampel target dikonfirmasi tercapai. Dari sampel yang terdaftar, 70 (1,4%) tidak

diacak karena tidak memenuhi syarat sebelum persalinan (Gbr. 1). Semua wanita

diacak dimasukkan dalam analisis. Dari 4913 wanita yang diacak, 2104 diacak

untuk menerima profilaksis oksitosin melalui injeksi IM, 2108 melalui infus IV,

dan 701 melalui bolus IV. Di setiap kelompok, ada beberapa kasus (<1% dalam

semua kelompok) yang menggunakan oksitosin melalui rute berbeda dari rute

yang ditugaskan.
4983 persalinan yang sesuai kriteria
dan setuju dilakukan penelitian

4913 dilakukan
pengacakan

2104 Injeksi IM 2108 Infus IV 701 IV Bolus


2101 menerima intervensi 2103 menerima intervensi 695 menerima intervensi
3 tidak menrima 5 tidak menrima 6 tidak menrima
1 mendapat IV infus 1 mendapat injeksi IM 3 mendapat injeksi IM
2 mendapat IV bolus 4 mendapat IV bolus 3 mendapat IV infus

0 lost to follow up 0 lost to follow up 0 lost to follow up


0 pengentian intervensi 0 pengentian intervensi 0 pengentian intervensi

2104 dianalisa 2108 dianalisa 701 dianalisa


0 dikeluarkan dari analisis 8 analisis
0 dikeluarkan dari 0 dikeluarkan dari analisis
Perempuan yang diacak untuk masing-masing dari ketiga kelompok itu

serupa sehubungan dengan karakteristik demografis dan persalinan kecuali untuk

episiotomi yang meskipun dilakukan sebelum oksitosin diberikan, ia kurang

umum di antara wanita secara acak untuk pemberian injeksi IM (Tabel 1). Waktu

rerata untuk menyelesaikan infus 500 ml untuk wanita secara acak dengan

pemberian infus IV adalah 28 menit (SD = 6,4).

Tabel 1. Karakteristik demografi dan persalinan di antara wanita-wanita yang

diacak untuk mendapat salah satu dari tiga rute pemberian oksitosin

IM injection (n IV infusion IV bolus (n = P Value


= 2104) (n = 2108) 701)
DEMOGRAFI
Usia, rata-rata 27 -5.3 27 -5.3 26 -5.2 0.074
(SD)
Pendiidkan, %
(n)
Tidak ada 27.7 -582 28.9 -609 27.4 -192 0.565
Primer 12.4 -261 10.8 -227 13.7 -96
Persiapan 18.8 -395 20.5 -433 18.8 -132
Sekunder 6.1 -129 6.1 -128 6.8 -48
Teknisi 27.6 -581 26.7 -563 26.0 -182
Universitas 7.4 -156 7.0 -148 7.3 -51
Status 0.176
pernikahan, % (n)
Menikah 99.5 -2093 99.8 -2103 99.9 -700
Bercerai 0.5 -11 0.2 -5 0.1 -1
Karakteristik
Persalinan
Rata-rata Hb saat 11.4 -1.15 11.4 -1.17 11.4 -1.11 0.481
penerimaan (SD)
Gestational < 37 10.7 -226 11.8 -248 11.6 -81 0.561
minggu, % (n)
>3x riwayat 17.1 -360 15.4 -324 15.3 -107 0.249
melahirkan % (n)
Nullipara, % (n) 32.4 -682 32.0 -674 30.0 -210 0.477
Riwayat PPH, % 0.5 -11 0.8 -17 0.7 -5 0.523
(n)
Melahirkan 1.4 -29 1.2 -25 2.1 -15 0.176

9
multipel, % (n)
Epidural, % (n) 0.6 -12 1.2 -26 0.7 -5 0.061
Episiotomy, % 39.3 -826 44.1 44.5 -312 0.002
(n)
Peregangan tali 93.9 -1975 94.5 -1992 95.3 -668 0.339
pusat terkendali,
% (n)
Pijat Uterus, % 89.4 -1880 89.0 -1876 89.3 -626 0.927
(n)

*P Value didapat dari Uji Chi-Square untuk berbagai kategori dan uji anova one way
untuk kategori lanjutan
Hasil utama

Kehilangan darah postpartum secara signifikan lebih rendah setelah

pemberian Infus IV dan bolus IV daripada setelah injeksi IM. Dibandingkan untuk

wanita yang diberiakan oksitosin melalui injeksi IM, rata-rata kehilangan darah

postpartum adalah 5,9% lebih sedikit pada mereka yang diberikan infus IV (95%

CI: -8,5, - 3.3) dan 11.1% lebih sedikit pada mereka yang diberikan bolus IV

(95% CI: -14,7, - 7,8, Tabel 2). Risiko mengalami kehilangan darah postpartum

≥500ml di antara wanita yang menerima oksitosin melalui infus IV berkurang

secara signifikan dibandingkan dengan wanita yang menerima oksitosin injeksi

IM (0,8% vs 1,5%, RR = 0,50, 95% CI: 0,27, 0,91). Risikonya juga lebih rendah

dengan bolus IV dibandingkan dengan injeksi IM (1,0%) vs 1,5%, RR = 0,66),

meskipun tidak signifikan secara statistic (95% CI: 0,29, 1,48).

10
Tabel 2. Luaran Primer dan sekunder pada 4913 yang mendapat oksitosin dengan

cara rute pemberian yang acak pada kala III persalinan

Perbandingan IV Infus terhadap Perbandingan IV Bolus

injeksi IM terhadap injeksi IM

Luaran Primer

Injeksi IM IV infus (n Estimatea P IV bolus Estimatea P

(n=2104) = 2108) (95% CI) value (n = 701) (95% CI) value

Rata-rata 204 -117 188 -90 −5.9 < 180 - −11.1 <

kehilangan (−8.5, 0.001 10 (−14.7, 0.001

darah (SD) −3.3)b 4 −7.8)b

Kehilangan 1.5 -32 0.8 -16 0.50 (0.27, 0.023 1.0 -7 0. (0.29, 0.311

darah ≥500 0.91) 66 1.48)

ml, % (n)

Secondary outcomes

Rata-rata 6.0 -3.8 6.2 -4.1 5.2 (1.5, 0.006 5.6 - −4.9 0.047

waktu 9.0)b 3. (−9.7, −

(menit) 4 0.1)b

pengeluaran

plasenta (SD)

Kehilangan N= 2104 N= 2108 N =701

darah post-

partum, %

(n)

≥ 350 ml 7.7 -163 4.4 -92 0.56 (0.44, < 4.0 - 0. (0.35, 0.001

0.72) 0.001 28 52 0.76)

≥ 1000 ml 0.4 -9 0.2 -4 0.44 (0.14, 0.176 0.1 -1 0. (0.04, 0.297

1.44) 33 2.63)

11
Terdiagnosa 1.1 -22 0.6 -12 0.54 (0.27, 0.089 0.9 -6 0. (0.33, 0.662

HPP, % (n) 1.10) 82 2.01)

Terdiagnosa 1.0 -21 0.5 -11 0.52 (0.25, 0.080 0.7 -5 0. (0.27, 0.498

PPH + 1.08) 71 1.89)

Kehilangan

Darah ≥500

ml % (n)

Pengukuran N = 2094 N = 2103 N

Hemoglobin =70

Rata-rata −0.54 − 0.02 (− 0.29, 0.876 − 0. (− 0.16, 0.209

perubahan (0.50 0.54 0.35)b 0. 29 0.75)b

Hb (SD) ) (0.4 51

6) (0

.4

5)

Penurunan 2.1 -44 1.8 -38 0.86 (0.56, 0.491 1.4 - 0. (0.34, 0.267

Hb ≥2 g/dl, 1.32) 10 68 1.34)

% (n)

Intervensi N= 2104 N= 2108 N =701

tambahan %

(n)

Manual 2.9 -60 2.4 -50 0.83 (0.57, 0.330 1.3 -9 0. (0.22, 0.024

plasenta 1.20) 45 0.90)

Uterotonik 1.1 -23 0.6 -13 0.56 (0.29, 0.098 1.0 -7 0. (0.39, 0.833

tambahan 1.11) 91 2.11)

Transfusi 0.5 -10 0.2 -5 0.50 (0.17, 0.204 0.1 -1 0. (0.04, 0.251

12
darah 1.46) 30 2.34)

Keterangan:
a
Perkiraan risiko relatif (RR) didapatkan dari regresi log binomial
b
Perkiraan perubahan persen dalam rata-rata luaran terhadap kelompok-kelompok

perlakuan berbeda – Hasil didapat menggunakan regresi linear pada luaran yang

ditransformasi bentuk log dan dijadikan persamaan

)β[exp(•100 − β1], di mana merupakan koefisien regresi untuk luaran yang

ditransformasi bentuk log


c
Pengecualian bagi wanita yang mendapat transfusi darah

Excludes women who received blood transfusion

Hasil sekunder

Dibandingkan dengan wanita yang diberikan injeksi IM, wanita dalam

kelompok infus IV (RR = 0,56, 95% CI: 0,44, 0,72, Tabel 2) dan kelompok bolus

IV (RR = 0,52, 95% CI: 0,35, 0,76) lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki

kehilangan darah ≥350 ml. Selain itu, manual plasenta secara signifikan lebih

kecil penggunaannya di antara wanita yang diberikan bolus IV dibandingkan

dengan wanita dalam kelompok injeksi IM (RR = 0,45, 95% CI: 0,22, 0,90). Di

antara hasil sekunder lainnya, risiko kejadian kehilangan darah ≥1000 ml,

diagnosis HPP, penurunan hemoglobin pasca melahirkan ≥2 g / dL, dan

penggunaan uterotonik tambahan untuk manajemen HPP lebih kecil setelah

diberikan infus IV dan bolus IV dibandingkan dengan injeksi IM, meskipun

perbedaannya secara statistik tidak signifikan (Tabel 2).

13
Dampak buruk

Tidak ada efek samping atau efek samping yang dilaporkan di salah satu

dari tiga kelompok intervensi, termasuk tidak ada laporan masuk perawatan

intensif, syok, atau kematian. Pengukuran tekanan darah 1 jam setelah melahirkan

serupa dalam injeksi IM (rerata sistolik = 113,7, rerata diastolic = 73,1), infus IV

(rerata sistolik = 113,7, rerata diastolik = 73,4) dan bolus IV (rerata sistolik =

113,1, rerata diastolik = 72,9) dan tanpa perbedaan yang signifikan secara statistik

(p sistolik = 0,236, p diastolik = 0,192). Demikian pula, tidak ada perbedaan yang

signifikan secara statistik terlihat dalam proporsi hipotensi (tekanan sistolik ≤ 90,

diastolic tekanan ≤ 60 mmHg) antar kelompok 1 jam setelah melahirkan (Injeksi

IM (sistolik = 0,4%, diastolik = 10,0%), infus IV (sistolik = 0,6%, diastolik =

10,0%) dan bolus IV (sistolik = 0,4%, diastolik = 9,0%)).

DISKUSI

Temuan dari uji coba terkontrol acak yang besar ini menelusuri perbedaan

rute oksitosin profilaksis dalam tahap ketiga persalinan menyarankan bahwa rute

pemberian oksitosin mempengaruhi kehilangan darah postpartum. Hasil ini

memperkuat temuan sebelumnya [12, 13, 24] bahwa kedua infus IV dan

pemberian bolus IV 10 IU oksitosin dikaitkan dengan berkurangnya rata-rata

kehilangan darah pascakelahiran yang signifikan dibandingkan injeksi IM.

Percobaan ini adalah salah satu dari sedikit studi yang memasukkan

pemberian bolus IV setelah persalinan pervaginam yang kurang umum dipelajari.

Penelitian ini tidak menemukan masalah keamanan dengan salah satu dari rute

pemberian oksitosin, termasuk bolus IV. Dalam praktik obstetri pemberian secara

14
IV bolus tidak disukai karena adanya laporan efek hemodinamik yang

ditimbulkan setelah pemberian oksitosin bolus IV pada wanita yang menjalani

anestesi umum untuk operasi caesar; Namun, penelitian ini menguatkan laporan

yang lebih baru bahwa masalah ini tidak ditemukan pada persalinan pervaginam

[22, 23].

Karena perbedaan total kehilangan darah rata-rata (24 ml) kecil, aplikasi

klinis hasil studi ini mungkin terbatas; Namun, temuan pada penelitian ini

memiliki implikasi penting untuk penelitian tentang pencegahan HPP. Misalnya

berdasarkan data yang ada, pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini

merekomendasikan administrasi IV dan IM sama untuk pencegahan HPP dan

sangat merekomendasikan penggunaan opsi non-parenteral, misoprostol, hanya

dalam pemberian di mana penggunaan oksitosin tidak dimungkinkan [1]. Namun,

studi utama pedoman internasional yang mendasari [30, 31] didasarkan pada data

dengan semua rute oksitosin digabungkan. Penelitian ini dengan jelas

menunjukkan perlunya memisahkan temuan tersebut dengan rute pemberian, tidak

ada bukti yang jelas bahwa injeksi IM oksitosin lebih unggul dari uterotonik yang

lain untuk pencegahan HPP. Jika data dari studi utama yang mendukung

rekomendasi WHO dipilah pada rute oksitosin, perbandingan injeksi IM yang

lebih kuat dengan misoprostol mungkin didapatkan. IM oksitosin dan misoprostol

adalah pilihan paling praktis untuk profilaksis HPP dalam sumber daya rendah,

umur penyimpanan lebih lama dan stabilitas misoprostol yang lebih besar [32-35]

dapat membuatnya menjadi opsi yang lebih disukai jika kedua modalitas

ditemukan setara [32].

15
Ukuran sampel yang besar dari percobaan ini memastikan bahwa

penelitian ini dapat mendeteksi perbedaan antara rute IV dan IM. Pengecualian

dari wanita yang telah menerima uterotonik untuk induksi persalinan membuatnya

lebih mudah untuk menilai dengan jelas dampak dari rute pemberian pada

kehilangan darah selama tahap ketiga persalinan, karena oksitosin pra-persalinan

bisa membuat uterus menjadi tidak sensitif dengan efek dosis berikutnya [36],

meskipun hasilnya mungkin kurang digeneralisasikan untuk ini perempuan.

Keterbatasan

Studi ini tidak disamarkan karena penyamaran akan membuat beban

tambahan kepada pasien dan tenaga kesehatan karena mendapatkan akses IV dan

injeksi yang harusnya tidak perlu diberikan. Penelitian ini meminimalisir bias

tenaga kesehatan dengan memiliki staf tersendiri yang menghitung jumlah

perdarahan dari container yang terkalibrasi untuk pengukuran yang objektif.

Tambahan, pompa elektrik tidak ada pada tempat dilakukannya penelitian ini

sehingga untuk menegaskan tetesan dari infus IV menjadi lebih sulit, tim

penelitian ini memprioritaskan hasil pelaporan yang mencerminkan standar

perawatan yang saat ini dipraktekkan di rumah sakit ini dan di fasilitas lain di

seluruh dunia untuk membantu menstandarisasikan tetesan infus, rumah sakit di

tempat dilakukannya penelitian menerima instruksi yang seragam untuk persiapan

akses IV dan ukuran jarum yang digunakan.

KESIMPULAN

Rute pemberian oksitosin harus distandarisasi dan ditentukan dalam desain

dan interpretasi penelitian, dan rute yang berbeda tidak dapat dianggap setara.

16
Rekomendasi obat untuk pencegahan HPP harus mempertimbangkan rute

pemberian. Untuk praktik klinis, tenaga kesehatan mungkin mendapat manfaat

dari mengetahui 10 IU dari IV bolus adalah pilihan yang baik dan aman untuk

wanita setelah persalinan pervaginam. Jika jalur IV sudah dapat masuk pada

proses persalinan, infus IV atau pemberian bolus IV oksitosin mungkin lebih

disukai daripada injeksi IM dalam persalinan tahap ketiga.

17

Anda mungkin juga menyukai