Anda di halaman 1dari 85

SISTEM OPERASI DAN POLA PEMELIHARAAN GENERATOR

TRANSFORMER 7 X 4700 KVA PLTMG 20 MW RENGAT


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi

UIN SUSKA RIAU


Oleh :

IMAM SANTOSO
11355103296

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNYA lah penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek
dengan judul”SISTEM OPERASI DAN POLA PEMELIHARAAN GENERATOR
TRANSFORMER 7X4700 KVA”. Hasil kerja praktek yang merupakan laporan praktek penulis
yang dilaksanakan di PLTMG 20 MW Rengat.
Dalam melaksanakan kerja praktek, banyak sekali manfaat yang diperoleh penulis selama
di perusahaan. Disamping mendapatkan ilmu dan wawasan tentang dunia kerja. Penulis dapat
membantu perusahaan dengan menerapkan berbagai macam ilmu dan teori yang telah penulis
dapatkan selam kuliah. Jadi dengan adanya kerja praktek yang diberikan kepada masasiswa, hal ini
sangat penting guna mendapatkan pengalaman kerja dan mampu menyesuaikan diri di dunia kerja
nantinya.
Penulis berusaha membuat sebaik mungkin laporan kerja praktek ini, namun penulis
menyadari bahwa dalam penulisan laporan kerja praktek masaih banyak kesalahan dan kekurangan
baik penyusunan kata maupun kalimat, yang menyebabkan laporan ini jauh dari sempurna.
Penulis banyak mendapatkan bantuan berupa saran dan motivasi daari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, antara lain kepada:
1. Kedua orang tua tercinta dan seluruh keluarga, terima kasih atas dukungan dan doa
yang diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek dengan baik.
2. Bapak DR. Alex Wenda ST.M.Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
3. Ibu Ewi Ismaredah, M.Kom, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro.
4. Bapak Aulia Ullah,ST.,M.Eng selaku koordinator Kerja Praktek yang telah banyak
membantu penulis dalam laporan Kerja Praktek.
5. Bapak Hasdi Radiles. ST.MT selaku dosen pebimbing Kerja Praktek yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan
petunjuk yang sangat berguna dalam menyelesaikan laporan Kerja Praktek.
6. Bapak S. Ady Candra selaku Plant Manager yang memberikan kesempatan kepada
penulis untuk dapat melaksanakan Kerja Praktek di PLTMG 20 MW Rengat.
7. Bapak Bahrowi Adi Wijaya selaku Pembimbing Kerja Praktek yang selalu
meluangkan waktu dan senantiasa memberikan pengetahuan serta berbagai
pengalaman mengenai dunia kerja.
8. Semua staf kepegawaian di PLTMG 20 MW Rengat yang telah memberikan
pengarahan kepada kami.
9. Rekan seperjuangan melaksanakan Kerja Praktek di PLTMG 20 MW Rengat yang
senantiasa membantu.
10. Dan semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam mengerjakan laporan Hasil Kerja Praktek ini.

Penulis menyadari bahwa laporan Kerja Praktek ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis meminta maaf atas segala kesalahan dan dengan kerendahan hati penulis
meminta saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa dating. Penulis
berharap semoga laporan Kerja Praktek (KP) ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya rekan-rekan mahasiswa lainnya.

Pekanbaru, Maret 2016


Penulis

Imam Santoso
SISTEM OPERASI DAN POLA PEMELIHARAAN
GENERATOR TRANSFORMER 7 X 4700 KVA PLTMG 20
MW RENGAT
Imam Santoso
NIM: 11355103296
Tanggal Seminar:

Jurusan Teknik Elektro


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. Soebrantas No. 155 Pekanbaru

ABSTRAK
Transformator tenaga merupakan peralatan utama dalam sistem penyaluran tenaga listrik. Transformator tenaga
berfungsi menyalurkan tenaga (daya listrik) dengan menaikkan tegangan dari pembangkit kedalam saluran
transmisi. Untuk meminimalisir gangguan atau kegagalan operasi, maka dilakukan pengontrolan sistem operasi
dan pola pemeliharaan tranformator. Dalam pola pemeliharan transformator dilakukan monitoring transformator
dan pengujian transformator. Adapun yang di monitoring adalah temperatur tansformator, temperatur bushing
transformator dan monitoring pembebanan transformator. Kemudian untuk pengujian pada transformator
dilakukan pengujian resistansi winding (megger test), DGA (Dissolved Gas Analysis), furan dan pengujian
Break Down Voltage (BDV Test Adapun tujuan monitoring transformator dan pengujian transformator adalah
untuk mengetahui gangguan atau kegagalan operasi sedini mungkin, supaya operasional pembangkit listrik di
PLTMG 20 MW Rengat terus dapat beroperasi.

Kata kunci : Transformator tenaga, monitoring , pengujian


SYSTEM OPERATION AND MAINTENANCE PATTERN GENERATOR
TRANSFORMER 4700 KVA PLTMG 7 X 20 MW Rengat

Imam Santoso
NIM 11355103296
Date of Seminar:

Department of Electrical Engineering


Faculty of Science and Technology
Islamic University of Sultan Sharif Kasim Riau
Jl. Soebrantas.No. 155 Pekanbaru

ABSTRACT
Power transformers is the main equipment in the electrical power distribution system. Power transformers
function of channeling the energy (electric power) to raise the voltage of the generator into the transmission line.
To minimize disruption or failure of the operation, then the control system operation and maintenance patterns
tranformator. In the maintenance of transformers and transformer monitoring carried transformer testing. As for
which monitoring is tansformator temperature, bushing temperature monitoring of transformers and transformer
loading. Then to test the transformer testing resistance winding (megger test), DGA (Dissolved Gas Analysis),
furan and testing Break Down Voltage (BDV Test The purpose of monitoring transformer and transformer
testing is to determine the breakdown or failure of the operation as early as possible, so that plant operation
PLTMG 20 MW of electricity in Rengat continue to operate.

Keywords: power transformers, monitoring, testing


DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xi
DAFTAR RUMUS .........................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xiii

BAB I LATAR BELAKANG


1.1 Latar Belakang..................................................................................................... I-1
1.2 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek ...................................................................... I-1
1.3 Batasan masalah .................................................................................................. I-1
1.4 Kegiatan Kerja Praktek ........................................................................................ I-2
1.5 Metodologi Pelaksanaan Kerja Praktek ............................................................... I-2
1.6 Sistematika Penulisan Laporan ............................................................................ I-3
BAB II SASARAN DAN MANFAAT
2.1 Sasaran .............................................................................................................. II-1
2.2 Manfaat ............................................................................................................. II-2
BAB III PLTMG 20 MW RENGAT-RIAU PT WIJAYA KARYA(Persero) Tbk
3.1. Sejarah Singkat PLTA Kota Panjang ............................................................ III-1
3.2. Visi dan Misi Perusahaan .............................................................................. III-3
3.3. Struktur Organisasi ........................................................................................ III-4
3.4. Lokasi Perusahaan ......................................................................................... III-5
BAB IV TEORI
4.1. Bagian Utama Transformator ........................................................................ IV-1
4.2. Klasifikasi Transformator ............................................................................ IV-2
4.3. Inti Besi ......................................................................................................... IV-3
4.4. Belitan Transformator .................................................................................... IV-4
4.5. Minyak Transformator ................................................................................... IV-5
4.6. Bushing Transformator .................................................................................. IV-6
4.7. Tap Changer ................................................................................................... IV-7
4.8. Pengujian Transformator ............................................................................... IV-8
BAB V SISTEM OERASI PLTMG 20 MW RENGAT
5.1. Suplai Bahan Bakar pada PLTMG 20 MW Rengat ........................................ V-1
5.2. Gas Train ........................................................................................................ V-3
5.3. Gas Engine ...................................................................................................... V-5
5.4. Sistem pada Engine ......................................................................................... V-7
5.5. Proses Starting Engine .................................................................................. V-10
5.6. Sistem Jaringan Kelistrian PLTMG 20 MW Rengat .................................... V-12
BAB VI POLA PEMELIHARAAN GENERATOR TRANSFORMER
6.1. Pola pemeliharaan Transformator .................................................................. VI-1
6.1.1. Monitoring Temperatur Transformator ..................................................... VI-2
6.1.2. Monitoring Transformator Bushing Transformator ................................... VI-3
6.1.3. Monitoring Pembebanan Transformator .................................................... VI-3
6.2. Pengujian Transformator ............................................................................... VI-6
6.2.1. Pengujian Resistansi Winding (Megger Test) ...........................................VI-8
6.2.2 Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) ............................................... VI-11
6.2.3. Pengujian Furan ........................................................................................ VI-15
6.2.4 Pengujian Tegangan Tembus ................................................................... VI-17

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


7.1. Kesimpulan .................................................................................................... VI-1
7.2. Saran .............................................................................................................. VI-2

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1. Transformator daya 4700 kVA.. ................................................................. .IV-1
4.2. Inti besi dan Laminasi Transformator ......................................................... .IV-3
4.3. Belitan Transformtor Tipe Core ................................................................. .IV-4
4.4. Belitan Transformtor Tipe Shel....................................................................IV-5
4.5. Bushing Transformator ................................................................................ .IV-7
4.6. Tap Changer ................................................................................................ .IV-7
5.1. P&ID Sistem MRS ..................................................................................... ...V-1
5.2. PCV1 dan PCV 2 ........................................................................................ ...V-2
5.4. Gas Train .................................................................................................... ...V-3
5.5. P&ID Aliran Gas Entry .............................................................................. ...V-4
5.6. Engine Jenbacher ........................................................................................ ...V-5
5.7. Langkah Hisap ............................................................................................ ...V-5
5.8. Langkah Kompresi...................................................................................... ...V-6
5.9. Langkah Tenaga .......................................................................................... ...V-6
5.10. Langkah Buang ......................................................................................... ...V-7
5.11. Schematic Diagram Fule Gas System ....................................................... ...V-8
5.12. Schematic Proses Oil Sistem .................................................................... ...V-9
5.13. Cooling Water ........................................................................................... .V-10
5.14. Selector Switch Manual ............................................................................ .V-11
5.15. Selector Switch Auto ................................................................................ .V-11
5.16. Synchronizing Generator .......................................................................... V-12
5.17. SLD MV Swichger diPLTMG 20 MW Rengat ........................................ .V-13
6.1. Thermogun Sanfix ...................................................................................... .VI-2
6.2. Thermal Camera ......................................................................................... .VI-4
6.3. Power Meter PAC 3200 .............................................................................. .VI-6
6.4. Kyoritsu Model 3125 .................................................................................. .VI-9
6.5. Delta Connection …………………………………………………………VI-10
6.6. Wye Connection ………………………………….……………………….VI-10
6.7. Proses Purifikasi Minyak Transformator ………………………………...VI-19
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Jadwal Kegiatan Kerja Praktek…………………………………….………....I-2


4.1.Spesifikasi Traformator Daya 4700 kVA ......................................................IV-1
4.2. Standart Hasil Pengujian Kekuatan Dielektrik ............................................ .IV-2
6.1. Data Spesifikasi Thermogun Sanfix ............................................................ .VI-2
6.2. Hasil Monitoring Temperatur Transformator ............................................. .VI-3
6.3. Data Spesifikasi Thermal Camera .............................................................. .VI-4
6.4. Hasil Monitoring Temperatur Bushing Transformator……………………..VI-5
6.5. Hasil Pembebanan Transformator …...…………………….……………….VI-7
6.6. Data Spesifikasi Kyoritsu Model 3125......………….……………………...VI-9
6.7. Standart Nilai Polarization ………………………………………………..VI-10
6.8. Hasil pengukuran Isolasi Transformator.....................................................VI-11
6.9. Hasil Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) ........................................VI-13
6.10. Akumulasi Gas CO dan CO2 .....................................................................VI-14
6.11. Batas konsentrsi gas individual dan TDCG standart IEEE C57.104-1991
……………………………………………………………………………VI-14
6.12. Kondisi Transformer berdasarkan Standart IEEE C57.104-1991
……………………………………………………………...…………….VI-15
6.13. Hasil Pengujian Furan ..............................................................................VI-16
6.14. Hasil Test Ketahanan Tegangan Tembus (Breakdown Voltage) …….….VI-18
DAFTAR RUMUS
Rumus Halaman
4.1. Rumus Polaritas (IP) ................................................................................................ IV-9
4.2. Rumus estimasi DP………………………………………………………………..IV-10
4.3. Rumus %Eprl……………………………………………………………………...IV-10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dengan berkembangnya teknologi yang semakin meningkat, kebutuhan energy listrik
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang sangat pesat. Di samping itu belum di
temukannya energy terbarukan yang dapat mendistribusikan energy listrik ke masyarakat luas.
Untuk itu Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus meningkatkan daya listrik untuk memenuhi
kebutuhan listrik yang meningkat di masyarakat salah satunya adalah berkerjasama dengan
PLTMG 20 MW Rengat. PLTMG 20 MW Rengat – Riau merupakan salah satu unit operasi
PT Wijaya Karya (persero) Tbk, yang bergerak di bidang investasi pembangkit daya listrik.
Dalam keseharian operasi PLTMG 20 MW Rengat, tentunya melakukan beberapa
kegiatan rutin pola menitenance , pengecekan , dan operasi lainnya. Salah satunya adalah
monitoring sistem operasi agar tetap beroperasi pada batas yang diizinkan , kemudian
pemeliharaan transformator yang meliputi monitoring traformator dan pengujian
transformator. Adapun tujuan monitoring transformator dan pengujian transformator adalah
untuk mengetahui gangguan atau kegagalan operasi sedini mungkin, supaya operasional
pembangkit listrik kususnya PLTMG 20 MW Rengat terus dapat beroperasi.

1.2. Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek


Dalam kerja praktek ini memiliki berbagai tujuan yaitu sebagai berikut:
1. Mengenal Unit operasi PLTMG 20 MW Rengat – Riau PT Wijaya Karya (tbk).
2. Mengetahui sistem operasi PLTMG 20 MW Rengat .
3. Mengetahui pola perawatan generator transformer 7 x 4700 KVA PLTMG 20 MW
Rengat.

1.3. Batasan Masalah


Kegiatan kerja praktek ini membahas tentang, sistem operasi pembangkit listrik
PLTMG 20 MW Rengat. Dalam penulisan laporan ini tidak membahas secara detail tetapi,
pembahasan secara keseluruhan setiap proses dalam tahapan sistem dan cara kerja
transformator untuk mengoptimalkan produksi daya listrik dengan melakukan tahapan
perawatan transformator ,monitoring dan pengujian transformator. Analisa pengujian hanya
transormator dua .

1.4. Kegiatan Kerja Praktek.


Kerja praktek ini dilaksanakan di Unit operasi PLTMG 20 MW Rengat – Riau PT
Wijaya Karya (Persero) tbk , selama satu bulan yaitu dari tanggal 2 Februari – 2 Maret 2016 .
Waktu pelaksanaan kerja praktek adalah pada hari kerja perusahaan mulai senin
sampai sabtu ( 6 hari dalam satu minggu ). Jam kerja dan jam istirahat :
 Senin – sabtu : pukul 08.00 sd 17.00 WIB.
 Istrirahat : pukul 11.30 sd 13.00 WIB.

Tabel 1.1. Jadwal kegiatan kerja praktek


MINGGU KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4
Observasi Lapangan dan Pengenalan Unit
1 Operasi PLTMG 20 MW Rengat
Pengamatan Lapangan dan Pemahaman
Mengenai Sistem Operasi PLTMG 20 MW
2 Rengat.
Pengumpulan Data Mengenai Pola
Pemeliharaan Trafo pada PLTMG 20 MW
3 Rengat.
4 Penyusunan Laporan Dan Presentasi

1.5. Metodologi Pelaksanaan Kerja Praktek


Kerja Praktek ini dilaksanakan dengan metode-metode kerja sebagai berikut:
 Wawancara terhadap staf dan karyawan pada PLTMG 20 MW Rengat – Riau PT
Wijaya Karya (Persero) tbk.
 Mempelajari sistem operasi pembangkit listrik mulai dari pendistribusian bahan bakar
sampai pada pendistribusian daya listrik ke PLN.
 Pengamatan langsung ke lapangan jaringan Distribusi.
 Membantu kegiatan maintenance .
 Melaksanakan inspeksi dan pemeliharaan .

1.6. Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika penulisan laporan ini akan dibagi menjadi beberapa bab, antara lain :
1. BAB I : PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, tujuan, metodelogi, serta sistematika penulisan
laporan.
2. BAB II : MANFAAT dan SARAN
Membahas tentang manfaat dan saran yang ditujukan kepada mahasiswa,universitas
dan tempat kerja praktek.
3. BAB III : UNIT OPERASI PLTMG 20 MW RENGAT – RIAU PT WIJAYA
KARYA (Persero) Tbk.
Membahas tentang sejarah perusahaan , lokasi perusahaan , visi misi dan
struktur organisasi.
4. BAB IV : TEORI
Membahas tentang fungsi dari transformator, bagian-bagian inti dari transformator dan
pengertian dari sistem pengujian yang dilakukan pada transformator.
5. BAB V SISTEM OPERASI PLTMG 20 MW RENGAT
Membahasa tentang sistem operasi Gas engine type JGS 620 N-L di PLTMG 20 MW
Rengat.
6. BAB VI POLA PERAWATAN GENERATOR TRANSFORMER 7 X 4700 KVA
PLTMG 20 MW RENGAT
Mambahas tentang pola perawatan transformator.
7. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Membahsa tentang kesimpulan kegiatan selama operasi sistem dan pola pemeliharaan
transformator 7 x 4700 kVa di PLTMG 20 MW Rengat. dan memberikan saran
konstruktif terhadap kemajuan perusahaan.
BAB II
SASARAN DAN MANFAAT
2.1. Sasaran
2.1.1 Bagi Mahasiswa
Sasaran kerja praktek ini bagi mahasiswa antara lain adalah:
a. Mempersiapkan mahasiswa sebelum terjun ke dunia profesinya setalah lulus
pendidikan S1 di jurusan Teknik Elektro.
b. Mahasiswa belajar untuk menjadi seseorang pekerja yang handal sebelum nantinya
akan benar-benar menjadi seorang karyawan.
c. Mengimplementasi pengetahuan yang didapat pada perkuliahan terhadap dunia kerja.
d. Mahasiswa dapat mengetahui proses sistem pembangkit PLTMG 20 MW Rengat .
e. Mahasiswa dapat belajar dengan mengamati prosedur cara kerja dan menganalisa
permasalahan danbagaimana cara mengatasinya.

2.1.2. Bagi Jurusan Teknik Elektro UIN Suska Riau.


Sasaran kerja praktek bagi Teknik Elektro UIN Suska Riau antara lain.
a. Menjalin komunikasi produktif antara Jurusan Teknik Elektro UIN Suska Riau dengan
dunia kerja.
b. Membuka peluang penelitian bagi dosen-dosen pembimbing Kerja Praktek (KP)
terkait implementasi bidang ilmu Teknik Elektro di dunia kerja.

2.1.3. Bagi Institusi Tempat Kerja Praktek (KP)


Sasaran kerja praktek bagi institusi tempat kerja praktek antara lain adalah:
a. Melakukan penjaringan atau seleksi awal untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja baru.
b. Menjalin kerja sama produktif dengan Perguruan Tinggi khususnya dengan Jurusan
Teknik Elektro UIN Suska Riau.
c. Peluang mencari solusi dari masalah yang berhubungan dengan masalah teknik yang
belum sempat dikerjakan karena kesibukan rutin.
2.2. Manfaat
Manfaat yang dapat di ambil dari kerja praktek di PLTMG 20 MW Rengat ini adalah :
Bagi Jurusan Teknik Elektro UIN Suska Riau:
a. Menciptakan tenaga kerja yang berjiwa besar dan berbudi luhur dalam menyesuaikan
diri terhadap kemajuan IPTEK.
b. Menjalin komunikasi produktif antara Jurusan Teknik Elektro UIN Suska Riau dengan
dunia kerja.

Bagi PLTMG 20 MW Rengat :


a. Melakukan penjaringan atau seleksi awal untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja
baru.
b. Menjalin kerja sama produktif dengan Perguruan Tinggi khususnya dengan
Jurusan Teknik Elektro UIN Suska Riau.
c. Peluang mencari solusi dari masalah yang berhubungan dengan masalah teknik
yang belum sempat dikerjakan karena kesibukan rutin.
BAB III
UNIT OPERASI PLTMG 20 MW RENGAT – RIAU PT WIJAYA KARYA (Persero)
Tbk.
3.1. Sejarah Perusahaan
WIKA dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda bernama Naamloze
Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co. atau NV Vis en Co.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, dengan nama Perusahaan
Negara Bangunan Widjaja Karja. Kegiatan usaha WIKA pada saat itu adalah pekerjaan
instalasi listrik dan pipa air. Pada awal dasawarsa 1960-an, WIKA turut berperan serta dalam
proyek pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno dalam rangka penyelenggaraan
Games of the New Emerging Forces (GANEFO) dan Asian Games ke-4 di Jakarta.
Seiring berjalannya waktu, berbagai tahap pengembangan kerap kali dilakukan untuk terus
tumbuh serta menjadi bagian dari pengabdian WIKA bagi perkembangan bangsa melalui jasa-
jasa konstruksi yang tersebar di berbagai penjuru negeri.

Perkembangan signifikan pertama adalah di tahun 1972, dimana pada saat itu nama
Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi PT Wijaya Karya. WIKA
kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi dengan menangani berbagai
proyek penting seperti pemasangan jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur.

Satu dekade kemudian, pada tahun 1982, WIKA melakukan perluasan divisi dengan
dibentuknya beberapa divisi baru, yaitu Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan Gedung, Divisi
Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi Konstruksi Industri, Divisi Energy, dan
Divisi Perdagangan. Proyek yang ditangani saat itu diantaranya adalah Gedung LIPI, Gedung
Bukopin, dan Proyek Bangunan dan Irigasi. Selain itu, semakin berkembangnya anak-anak
perusahaan di sektor industri konstruksi membuat WIKA menjadi perusahaan infrastruktur
yang terintegrasi dan bersinergi.

Keterampilan para personel WIKA dalam industri konstruksi telah mendorong Perseroan
untuk memperdalam berbagai bidang yang digelutinya dengan mengembangkan beberapa
anak perusahaan guna dapat berdiri sendiri sebagai usaha yang spesialis dalam menciptakan
produknya masing-masing. Pada tahun 1997, WIKA mendirikan anak perusahaannya yang
pertama, yaitu PT Wijaya Karya Beton, mencerminkan pesatnya perkembangan Divisi Produk
Beton WIKA saat itu.

Kegiatan PT Wijaya Karya Beton saat itu diantaranya adalah pengadaan bantalan jalan rel
kereta api untuk pembangunan jalur double-track Manggarai, Jakarta, dan pembangunan
PLTGU Grati serta Jembatan Cable Stayed Barelang di Batam. Langkah PT Wijaya Karya
Beton kemudian diikuti dengan pendirian PT Wijaya Karya Realty pada tahun 2000 sebagai
pengembangan Divisi Realty. Pada tahun yang sama didirikan pula PT Wijaya Karya Intrade
sebagai pengembangan Divisi Industri dan Perdagangan.

Semakin berkembangnya Perseroan, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan masyarakat


terhadap kemampuan Perseroan. Hal ini tercermin dari keberhasilan WIKA melakukan
penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) pada tanggal 27 Oktober 2007 di
Bursa Efek Indonesia (saat itu bernama Bursa Efek Jakarta). Pada IPO tersebut, WIKA
melepas 28,46 persen sahamnya ke publik, sehingga pemerintah Republik Indonesia
memegang 68,42 persen saham, sedangkan sisanya dimiliki oleh masyarakat, termasuk
karyawan, melalui Employee/Management Stock Option Program (E/MSOP), dan Employee
Stock Allocation (ESA).

Sementara itu, langkah pengembangan Divisi menjadi anak perusahaan yang berdiri di atas
kaki sendiri terus dilakukan. Pada tahun 2008 WIKA mendirikan anak perusahaan PT Wijaya
Karya Gedung yang memiliki spesialisasi dalam bidang usaha pembangunan high rise
building. WIKA juga mengakuisisi 70,08 persen saham PT Catur Insan Pertiwi yang bergerak
di bidang mechanical-electrical. Kemudian nama PT Catur Insan Pertiwi dirubah menjadi PT
Wijaya Karya Insan Pertiwi. Pada tahun 2009, bersama dengan PT Jasa Sarana dan RMI,
mendirikan PT Wijaya Karya Jabar Power yang bergerak dalam pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP).

Di pertengahan tahun 2009, WIKA bersama perusahaan lain berhasil menyelesaikan Jembatan
Suramadu, sebuah proyek prestisius yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura.
Kini proyek tersebut telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Memasuki tahun 2010, WIKA berhadapan dengan lingkungan usaha yang berubah dengan
tantangan lebih besar. Untuk itu, WIKA telah menyiapkan Visi baru, yaitu VISI 2020 untuk
menjadi salah satu perusahaan EPC dan Investasi terintegrasi terbaik di Asia Tenggara. Visi
ini diyakini dapat memberi arah ke segenap jajaran WIKA untuk mencapai pertumbuhan yang
lebih optimal, sehat dan berkelanjutan.

Sepanjang tahun 2012, WIKA berhasil menuntaskan proyek power plant yang terdiri dari:
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Borang, 60MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas
Rengat, 21MW, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Ambon, 34MW.

Pada tahun 2013 Perseroan mendirikan usaha patungan PT Prima Terminal Peti Kemas
bersama PT Pelindo I (Persero) dan PT Hutama Karya (Persero), mengakuisisi saham PT
Sarana Karya (Persero) (“SAKA”) yang sebelumnya dimiliki oleh Pemerintah Republik
Indonesia, mendirikan usaha patungan PT WIKA Kobe dan PT WIKA Krakatau Beton
melalui Entitas Anak WIKA Beton, dan melakukan buyback saham sebanyak 6.018.500
saham dengan harga perolehan rata-rata Rp1.706,77,-

3.2. Visi dan Misi

3.2.1. Visi

Menjadikan salah satu perusahaan terbaik di bidang Engineering Procurement &


Construction (EPC) dan Investasi terintegrasi di Asia Tenggara.

3.2.2. Misi

 Menyediakan produk-produk Energi, Industri dan Infrastruktur Terpadu yang


Unggul.

 Memenuhi Harapan Pemangku Kepentingan Utama.

 Menjalankan Praktik Etika Bisnis untuk Menjadi Warga Usaha yang Baik dan
Memelihara Keberlanjutan Perusahaan.

 Ekspansi Strategis Keluar Negeri.


3.3. Struktur Organisasi
BAB IV
TEORI DASAR

4.1. Bagian Utama Transformator.


Transformator daya ( POWER TRANSFORMATOR ) adalah alat yang digunakan
untuk menaikkan atau menurunkan tegangan. Bagian utama pada traformator adalah inti besi,
belitan transformator, minyak trafo ,bushing, tap changer, dan peralatan bantu pendingin
transformator. PLTMG 20 MW Rengat memiliki 7 unit generator transformator. Adapun
transformator yang digunakan pada PLTMG 20 MW Rengat dapat dilihat pada Gambar 4.1,
dimana tiap unit trafo memiliki kapasitas sebesar 4700 kVa. Dengan input transformator 11
kV yang merupakan output dari generator dan outputnya 20 kV untuk kejaringan distribusi.

Gambar 4.1 Transformator daya 4700 kVA


(Sumber Imam Santoso)
Tabel 4.1 Adapun spesifikasi transformator daya 4700 kVA yang digunakan di PLTMG 20
MW Rengat.
PHASE 3 TAG NUMBER BAT02
FREQUENCY Hz 50 YEAR OF MANUFACTURE 2011
IEC
4700
kVA STANDARD 60076
VOLT HV 20000 TYPE OF COOLING ONAN
LV 11000 VECTOR GROUP YNd5
AMPERE HV 135.67 TEMP. RISE OIL/WINDING ᵒc 60/65
LV 246.68 TRANSFORMER OIL Liter 3580
IMPEDANCE % 7.5 TRANSFORMER WEIGHT Kg 11550
INSULATION CLASS A UNTANKING WEIGHT Kg 4900
BIL (kV) HV LI 125 AC 50 / LI 75 AC 28

HV. TAP VOLT HV. TAP AMPERE SW.POS


21000 129.22 1
20500 132.36 2
20000 135.67 3
19500 139.15 4
19000 142.83 5
Sumber: PLTMG 20 MW Rengat (2016)

4.1.1 KLASIFIKASI TRANSFORMATOR


Transformator mempunyai banyak macam-macamnya, baik berdasarkan fungsi
pemakaiannya maupun jumlah perbandingan penyusunan intinya . Kalsifikasi tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:[4]
A. Berdasarkan perbandingan jumlah lilitan primer dan sekunder
a) Transformator step up
Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik
rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan
sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).[4]
b) Transformator step down
Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-
balik tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan
kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns). [4]

B. Berdasarkan pemakaianya:
a) Transformator elektronik
Transformator biasa digunakan pada peralatan-peralatan elektronik yang
membutuhkan daya DC yang relatif sangat kecil. Sehingga untuk mensuplai
daya tersebut diperlukan adanya transformator yang mengubah tegangan tinggi
dari jala-jala PLN menjadi tegangan rendah yang dibutuhkan oleh alat
tersebut.[4]
b) Transformator tenaga (distribusi)
Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan). Dalam operasi umumnya, trafo-
trafo tenaga ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan untuk
sistem pengamanan, sebagai contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara
langsung di sisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV ditanahkan dengan
tahanan di sisi netral 20 kV nya.[4]

4.1.1. Inti Besi


Inti besi pada trafo berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi magnetic yang
ditimbulkan oleh arus listrik melalui kumparan. Inti besi terbuat dari lempengan-lempengan
baja yang berisolasi untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi baja). Gambar 4.2 merupakan
contoh inti besi pada trafo .
Gambar 4.2 Inti besi dan laminasi trafo [2]

4.1.2 Belitan Transformator


Belitan transformator adalah lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan
atau gulungan. Kumparan trafo terdiri dari kumparan primer dan kumpaaran sekunder yang
diisolasi baik terhadap inti besi . Kumpaaran tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan
arus.
Berdasarkan letak kumparan terhadap inti besi trafo maka transformator dapat
dibedakan menjadi dua tipe belitan, yaitu tipe core dan tipe shell.
a. Tipe Core
Tipe ini kumparan primer dan kumparan sekunder digulung menjadi satu kumparan
utuh. Kelebihan dari tipe ini adalah dapat mengurangi kebocoran fluks pada inti,
volume inti menjadi lebih kecil disbanding shell type sehingga diperoleh rugi-rugi inti
yang lebih kecil serta proses konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan dengan
shell type. Konstruksi belitan trafo tipe core dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Tipe Core
Sumber : http://images.slideplayer.info

b. Tipe Shell
Tipe ini kumparan digulung menjadi dua bagian terpisah antara sisi kumparan primer
dan sekunder. Pada tipe shell ini fluks bocor pada trafo ini lebih besar dibandingkan
core type karena terdapat dua bagian belitan yang terpisah. Gambar 4.4 merupakan
contoh belitan trafo dengan tipe shell.

Gambar 4.4 Tipe Shell


Sumber : http://images.slideplayer.info

4.1.3. Minyak Transformator


Minyak transformator merupakan salah satu media isolasi cair yang digunakan sebagai
isolasi sekaligus pendingin pada transformator . Sistem pendinginan trafo terdapat beberapa
jenis diantaranya adalah :
a. ONAN ( Oil Natural Air Natural )
Sistem pendingin trafo ONAN adalah sistem pendingin menggunakan sirkulasi
minyak dan sirkulasi udara secara alamiah. Sirkulsi minyak yang terjadi
disebabkan oleh perbedaan berat jenis antara minyak yang dingin dengan minyak
yang panas.
b. ONAF ( Oil Natural Air Force )
Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak secara alami
sedangkan sirkulasi udaranya secara buatan, yaitu dengan menggunakan
hembusan kipas angin yang digerakkan oleh motor listrik. Pada umumnya operasi
trafo dimulai dengan ONAN atau dengan ONAF tetapi hanya sebagian kipas
angin yang berputar. Apabila suhu trafo sudah semakin meningkat, maka kipas
angin yang lainnya akan berputar secara bertahap.
c. OFAF ( Oil Force Air Force )
Pada sistem ini sirkulasi minyak digerakkan dengan menggunakan
kekuatan pompa, sedangkan sirkulasi udara mengunakan kipas angin.
Untuk proses pendinginan pada trafo daya di PLTMG 20 MW Rengat meggunakan
ONAN ( Oil Natural Air Natural ). Untuk menjaga dan mengetahui minyak trafo dalam
kondisi normal maka, di lakukan pengujian minyak trafo diantaranya, pengujian DGA dan
pengujian tegangan tembus. Adapun fungsi dari pengujian tersebut adalah untuk
mengantisipasi kerusakan pada trafo.

4.1.4 Bushing Transformator


Bushing transformator adalah sebuah konduktor yang berfungsi untuk
menghubungkan kumparan transformator dengan rangkaian luar yang diberikan selubung
isolasi. Isolator juga berfungsi sebagai penyekat antara konduktor dengan tangki
transformator. Adapun gambar bushing dapat di lihat pada gambar 4.3.
Jenis-jenis bushing yang diaplikasikan pada tegangan tinggi seperti transformator dan
breaker dibuat berbagi macam prinsip seperti [5] :
a. Composite bushing, merupakan sebuah bushing yang isolasinya terdiri dari 2 atau
lebih lapisan coaxial yang berbeda material isolasinya.
b. Compound-Filled bushing, bushing dengan space antara isolasi utama dan konduktor
diisi dengan senyawa yang memiliki sifat isolasi.
c. Condenser bushing, merupakan bushing dengan lapisan-lapisan pengantar silender
yang disusun berdasarkan coaxial antara material konduktor dan isolatornya. Panjang
dan diameter silender di desain sedemikian rupa untuk mengatur distribusi medan
listrik dan permukaan luar dan dalam bushing.
d. Dry or unfilled type bushing, terdiri dari tabung porselin yang tidak ada pengisi antara
lapisan luar dan konduktor. Bushing jenis ini biasanya digunakan pada tegangan 25 kV
kebawah.
e. Oil-filled bushing, busing dengan celah antara isolasi dan permukaan dalam konduktor
diisi oleh minyak isolasi.
f. Oil Immersed bushing, bushing yang tersusun dari sistem isolasi utama yang meredam
bushing dalam kolam minyak isolasi.
g. Oil-impregnated paper-insulated bushing, bushing yang berada dalam struktur internal
yang berbuat dari material selulosa impregnated dengan minyak.
h. Resin-bonded, paper insulated bushing, bushing yang isolasi utamanya terdiri diri
material selulosa yang dicampur resin.
i. Solid (ceramic) bushing, bushing dengan isolasi utama terdiri diri keramik.

Gambar 4.5 Bushing Trafo


(Sumber Imam Santoso)
4.1.5 Tap Changer
Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan)
dari tegangan jaringan /primer yang berubah-ubah. Ada 2 jenis tap changer pada trafo, yaitu
off Load Tap Changer (dioprasikan saat trafo tidak ada beban) dan On Load Changer
(beroperai saat trafo berbeban dan dapat dioperasikan secara manual atau otomatis). Gambar
4.4 dapat dilihat bentuk OLTC dan LTC. [2]

off Load Tap Changer On Load Changer


Gambar 4.6 Tap Changer Transformator [2]
5.1. Pengujian Transformator
Pengujian transformator bertujuan untuk mengetahui kondisi traformator dalam
kondisi normal beroperasi atau tidak. Dalam pengujian transformator diharapkan dapat
mengetahui kerusakan transformator sedini mungkin dan mmencegah terjadinya kegagalan
operasi. Adapun pengujian yang di lakukan di PLTMG 20 MW Rengat adalah sebagai
berikut:
a. Pengujian resistansi winding .
b. Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis).
c. Pengujian furan.
d. Pengujian Tegangan Tembus Minyak Isolasi (BreakDown Voltage).
5.1.1. Pengujian Resistansi winding
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi antara belitan dengan
ground atau antara dua belitan. Metoda yang umum dilakukan adalah dengan memberikan
tegangan dc dan merepresentasikan kondisi isolasi dengan satuan megohm. Tahanan isolasi
yang diukur merupakan fungsi dari arus bocor yang menembus melewati isolasi atau melalui
jalur bocor pada permukaan eksternal. Pengujian tahanan isolasi dapat dipengaruhi suhu,
kelembaban dan jalur bocor pada permukaan eksternal seperti kotoran pada bushing atau
isolator. Megaohm meter biasanya memiliki kapasitas pengujian 500, 1000, 2500 atau 5000 V
dc.[12]

Gambar 4.7 Alat ukur Resistensi Winding


(Sumber Imam Santoso)
5.1.1.1. Index Polarisasi
Tujuan dari pengujian index polarisasi adalah untuk memastikan peralatan tersebut
layak dioperasikan atau bahkan untuk dilakukan over voltage test. Indeks yang biasa
digunakan dalam menunjukan pembacaan tahanan isolasi trafo dikenal sebagai dielectric
absorption, yang diperoleh dari pembacaan berkelanjutan untuk periode waktu yang lebih
lama dengan sumber tegangan yang konstan.
Pengujian berkelanjutan dilakukan dalam selama 10 menit, tahanan isolasi akan
mempunyai kemampuan untuk mengisi kapasitansi tinggi ke dalam isolasi trafo, dan
pembacaan resistansi akan meningkat lebih cepat jika isolasi bersih dan kering. Rasio
pembacaan 10 menit dibandingkan pembacaan 1 menit dikenal sebagai Polarization Index (PI)
atau Indeks Polarisasi (IP).[12]
Jika nilai Indeks Polaritas (IP) terlalu rendah ini mengindikasikan bahwa isolasi telah
terkontaminasi. Besarnya Indeks Polaritas (IP) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pengukuran Ris 10 menit
PI = (4.1)
Pengukuran Ris 1 menit

5.1.2. Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis)


Trafo sebagai peralatan tegangan tinggi tidak lepas dari kemungkinan mengalami
kondisi abnormal, dimana faktor utama berasal dari internal maupun external trafo.
Ketidaknormalan ini akan menimbulkan dampak terhadap kinerja trafo. Secara umum,
dampak/ akibat ini dapat berupa overheat, corona dan arcing.
Salah satu metoda untuk mengetahui ada tidaknya ketidaknormalan pada trafo adalah
dengan mengetahui dampak dari ketidaknormalan trafo itu sendiri. Untuk mengetahui dampak
ketidaknormalan pada trafo digunakan metoda DGA (Dissolved gas analysis).
Pada saat terjadi ketidaknormalan pada trafo, minyak isolasi sebagai rantai
hydrocarbon akan terurai akibat besarnya energi ketidaknormalan dan akan membentuk gas –
gas hidrokarbon yang larut dalam minyak isolasi itu sendiri. Pada dasarnya DGA adalah
proses untuk menghitung kadar / nilai dari gas-gas hidrokarbon yang terbentuk akibat
ketidaknormalan. Dari komposisi kadar / nilai gas – gas, maka dapat diprediksi dampak
ketidak normalan apa yang ada di dalam trafo. Gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA
adalah H2 (hidrogen), CH4 (Methane), N2 (Nitrogen), O2 (Oksigen), CO (Carbon
monoksida), CO2 (Carbondioksida), C2H4 (Ethylene), C2H6 (Ethane), C2H2
(Acetylene).[12]

5.1.3. Pengujian Furan


Isolasi kertas merupakan bagian dari sistem isolasi trafo. Isolasi kertas berfungsi sebagai
media dielektrik, menyediakan kekuatan mekanik dan spacing. Panas yang berlebih dan by-
product dari oksidasi minyak dapat menurunkan kualitas isolasi kertas. Proses penurunan
kualitas isolasi kertas merupakan proses depolimerisasi. Pada proses depolimerisasi, isolasi
kertas yang merupakan rantai hidrokarbon yang panjang akan terputus / terpotong – potong
dan akhirnya akan menurunkan kekuatan tensile dari isolasi kertas itu sendiri. Proses
depolimerisasi akan selalu diiringi oleh terbentuknya gugus furan. Nilai furan yang terbentuk
akan sebanding dengan penurunan tingkat DP (degree of polimerization).
Dari informasi besarnya kandungan gugus furan yang dalam hal ini hanya 2Fal (2-
Furfural) yang terdeteksi, dapat diketahui estimasi atau perkiraan kondisi DP yang dialami
isolasi kertas dan estimasi sisa umur kertas isolasi tersebut (Estimated percentage of
remaining life – %Eprl).[12]
[Log10 (2Falppb ∗0,88)−4,51]
DP= (4.2)
−0,0035

𝐿𝑜𝑔10 (𝐷𝑃)−2,903
%Eprl = 100- { } (4.3)
−0,00602

Rumus perhitungan estimasi DP & %Eprl.[12]

Hasil pengujian Furan mengindikasikan rata – rata kondisi DP isolasi kertas. Pada saat hasil
uji Furan telah mendekati nilai End of Expected Life isolasi kertas, perlu dilakukan pengujian
DP secara langsung pada sampel isolasi kertas sebagai verifikasi kondisi isolasi kertas.

5.1.4. Pengujian Tegangan Tembus Minyak Isolasi (BreakDown Voltage).


Merupakan pengujian untuk mengetahui pada tegangan berapa isolasi minyak trafo
mengalami breakdown ( tegangan tembus). Metode pengujian yang dapat dilakukan antara
lain ASTM D-1816 dan ASTM D-877. Standart nilai hasil pengujian untuk kedua metode
tersebut adalah [3]:
Tabel 4.2 Standar IEEE C57.106 pengujian kekuatan dielektrik.
Metode <68 kV 69 s/d 288 kV >288 kV
ASTM D-1816 ( 1 mm) 23 26 26
ASTM D - 877 ( 1 mm) 26 30 30
Terdapat beberapa metode pengukuran tegangan tembus pada minyak berdasarkan standar,
dimana setiap metode pengujian menggunakan bentuk dan jarak antar elektroda.:
1. IEC 60156-02 Tahun 1995, jarak elektroda mushroom dengan elektroda 2,5mm (yang
umum digunakan di PLN).
2. ASTM D1816 - 12 (VDE electrode) jarak elektroda mushroom dengan elektroda 1
atau 2 mm.
3. ASTM D877 - 02 Tahun 2007 (Disc-electrodes) jarak elektroda silindrical dengan
electrode 2.54 mm.

Semakin tinggi nilai hasil pengujian tegangan tembus miyak trafo, maka kekuatan
isolasi minyak juga akan semakin bagus. Tegangan tembus minyak mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya partikel-partikel hasil oksidasi dan kandungan air dalam
minyak. Dalam membuat analisa kondisi isolasi selain hasil pengujian kekuatan dielektrik
harus diperhatikan juga kandungan air dan oksigen. Kombinasi antara dua zai ini dalam energi
panas akan mengakibatkan kerusakan pada isolasi kertas sebelum nilai kekuatan dielektrik
dibawah standar.
BAB V
SISTEM OPERASI PLTMG 20 MW RENGAT
5.1. Suplai Bahan Bakar pada PLTMG 20 MW Rengat
5.1.1 Metering Regulating Station (MRS)
Metering Regulating Station ( MRS ) merupakan stasiun bahan bakar gas di PLTMG
20 MW Rengat. Metering Regulating Station ( MRS ) di suplai oleh PT TGI
(TRANSPORTASI GAS INDONESIA) dengan takanan gas yang dialirkan sebesar 70-60 bar.
Didalam Metering Regulating Station ( MRS ) terdapat komponen-komponen yang berfungsi
untuk menurunkan tekanan aliran gas, adapun keluaran gas dari Metering Regulating Station (
MRS ) yang akan di gunakan oleh engine. Sekema sistem P & ID Metering Regulating Station
( MRS ) dapat dilihat pada gambar 5.1. Proses aliran gas pada MRS adalah sebagai berikut,
suplai gas dari PT TGI di alirkan pada ESDV (Emergency Shut Down Valve) 10 yang
berfungsi untuk memutus aliran gas jika terjadi bahaya, pada kondisi shutdown selanjutnya
gas di alirkan melalui filter 30 yang berfungsi menyaring partikel-pertikel yang terkandung
dalam gas. Kemudian sebelum dan setelah PCV 1 terdapat Press. Indicator 50 yang berfungsi
untuk memonitoring tekanan aliran gas pada Metering Regulating Station ( MRS ).
Selanjutnya gas dialirkan pada PCV 1 dan PCV 2 yang berfungsi untuk menurunkan tekanan
aliran gas pada Metering Regulating Station ( MRS ).

Gambar 5.1 P & ID Sistem MRS [1]


Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

Keterangan :
10 : ESDV 60 : Press. Relief Valve/Safety Valve
20 : Diff. Press. Indicator 70 : Press. Control Valve (PCV 2)
30 : Filter 80 : Press. Indicator
40 : Press. Control Valve (PCV 1) 90 : Temperature Indicator
50 : Press. Indicator 100 : Press. Relief Valve/Safety Valve
5.1.2 Prinsip kerja PCV 1 dan PCV2
PCV ( Press. Control Valve ) bekerja sesuai dengan aliran gas yang di perlukan oleh
engine, semakin banyak engine beroperasi maka semakin besar debit gas yang tersalurkan.
PCV 1 berfungsi untuk menstabilkan aliran gas dan dapat disetting jika aliran gas berlebihan,
dapat dilihat pada Gambar .2 merupakan konfeyer pada PCV 1. Adapun parameter
pengukuran PCV 1 terbaca x1000 terlihat pada gambar 5.2, kemudian keluaran tekanan gas
dari PCV 1 sebesar 30 bar .

Gambar 5.2 Komponen yang ada didalam (PCV1) Center


Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

Selain PCV 1 terdapat juga PCV 2 yang di lengkapi regulator, yang berfungsi untuk
menstabilkan aliran gas. Pengaturan gas pada PCV 2 adalah x 100 psig kemudian, tekanan gas
yang diturunkan PCV 2 adalah dari 30 bar menjadi 8 bar. Gambar 5.3 berikut mengelihatkan
komponen yang ada di PCV 2(center)
Gambar 5.3 komponen yang ada di dalam PCV 2 (center)
Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

5.2. Gas Train


Merupakan saluran pipa gas yang digunakan engine dan berfungsi untuk mensuplai
gas yang dibutuhkan engine dengan tekanan sebesar 1,2 bar perunit.Komponen-komponen
yang terdapat pada gas train sebagai berikut.

Gambar 5.4 Skema Gas Train [1]


Sumber : PLTMG 20 MW Rengat
Keterangan :
F : Filter YCI : Valve with position controller
PI : Pressure control YCS : Valve Open/Closed
PS : Pressure switch YCZ : Valve Open/Closed safety relevant
US : Leak testing QC :Volumeter

Komponen-komponen pada gas train dapat dilihat pada gambar 5.4 adapun fungsinya
adalah sebagai berikut, valve YCS berfungsi untuk membuka dan menutup aliran gas secara
manual. Selanjutnya, gas di alirkan melalui filter F yang berfungsi untuk menyaring partikel-
partikel yang terkandung didalam gas. Didalam gas train terdapat juga komponen pressure
control PI yang berfungsi untuk memonitoring tekanan gas yang mengalir pada gas train.
Kemudian valve YCZ dan Valve YCI merupakan valve buka/tutup otomatis dengan sistem
hidrolitc dengan pengaman yang fungsinya membuka/menutup aliran gas saat terjadi ketidak
normalan tekanan aliran gas dan menurunkan tekanan aliran gas. Tahapan selanjutnya, gas di
alirkan ke pada double solenoid valve YCZ yang berfungsi untuk membuka dan menutup
katup aliran gas saat kondisi emergency atau sebagai safety valve aliran gas. Adapun keluaran
aliran gas pada gas train adalah 1,2 bar. Dari gambar 5.4, Teckjet atas YCI merupakan alat
untuk mengatur kebutuhan bahan bakar gas pada engine. Keluaran dari gas train atas di
alirkan ke turbo by pass , prechamber dan turbo charger sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 5.5.

Gambar 5.5 P & ID Aliran Gas entry


Sumber : PLTMG 20 MW Rengat
5.3. Gas Engine

Gambar 5.6 engine Jenbacher


Sumber Imam Santoso

Gas engine merupakan perangkat yang berfungsi sebagai penggerak generator dengan
cara memanfaatkan gas alam sebagai bahan bakar, PLTMG 20 MW Rengat menggunakan
tujuh gas engine. Pada dasarnya engine GE JENBACHER adalah engine 4 langkah atau yang
sering disebut 4 tak.
Prinsip kerja engine 4 tak (4 langkah) adalah sebagai berikut:
1. Langkah Hisap
Pada proses ini Valve intake (hisap) akan membuka dan piston bergerak ke bawah,
dengan bergeraknya piston dari atas ke bawah maka udara yang ada dalam intake
manifold akan terhisap memenuhi ruang bakar terlihat pada gambar 5.7. [1]

Gambar 5.7 langkah hisap


Sumber : PLTMG 20 MW Rengat
2. Langkah Kompresi
Dimulai ketika campuran udara/bahan bakar dinyalakan oleh busi. Dengan cepat
campuran yang terbakar ini merambat dengan terjadilah ledakan yang tertahan oleh
dinding kepala silinder sehingga menimbulkan tendangan balik bertekanan tinggi yang
mendorong piston turun ke silinder bore. Gerakan linier dari piston ini dirubah menjadi
gerak rotasi oleh Cranshaft. Energy rotasi diteruskan sebagai momentum menuju
flywheel yang bukan hanya menghasilkan tenaga, counter balance weight pada
Cranshaft membantu piston melakukan sirkulasi berikutnya, proses kompresi dapat di
lihat pada gambar 5.8.[1]

Gambar 5.8 Langkah Kompresi

Sumber : PLTMG 20 MW Rengat


3. Langkah Tenaga
Dimulai ketika campuran udara/bahan bakar dinyalakan oleh busi. Dengan cepat
campuran yang terbakar ini merambat dan terjadilah ledakan yang tertahan oleh
dinding kepala silinder sehingga menimbulkan tendangan balik bertekanan tinggi yang
mendorong piston turun ke bawah , proses terjadinya tenaga terlihat pada gambar
5.9.[1]

Gambar 5.9 Langkah Tenaga

Sumber : PLTMG 20 MW Rengat


4. Langkah Buang
Langkah buang menjadi sangat penting untuk menghasilkan operasi kinerja mesin
yang lembut dan efisien. Piston bergerak mendorong gas sisa pembakaran keluar dari
silinder menuju pipa knalpot. Proses ini harus dilakukan dengan total, dikarenakan
sedikit saja terdapat gas sisa pembakaran yang tercampur bersama pemasukan gas baru
akan mereduksi potensial tenaga yang dihasilkan, proses langkah buang dapat dilihat
pada gambar 5.10.[1]

Gambar 5.10 Langkah Buang

Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

Adapun spesifikasi engine dan Generator yang terpasang sebagai berikut:


Engine Generator
Merk Jenbacher AVK
Type JMS 620 GS-N.L DIG 142 h/4
Daya Terpasang 3349 Kw 5400 Kva
Bahan Bakar Natural Gas

5.4. Sistem pada Engine .


5.4.1 Fuel Gas System
Fule gas system merupakan aliran pangaturan bahan bakar pada gas engine. Dalam
fule gas system terdapat pengaturan udara dan gas yang komposisinya dapat diatur secara
manual atau otomatis pada control module engine. Alur proses fule gas system dapat di lihat
pada gambar 5.11 . Adapun alur proses pada fule gas system adalah pertama udara masuk
melalui intake air filter E.05-F-001 yang berfungsi sebagai penyaring udara masuk. Kemudian
udara masuk ruang mixing gas dan udara yang dinamakan fule gas mixture yang berfungsi
sebagai pengatur komposisi udara masuk dengan bahan bakar. Proses berikutnya udara dan
gas yang telah dicampur pada ruang mixing masuk kesisi turbin. Dimana TC (turbocharger)
berfungsi sebagai perangkat yang dapat meningkatkan efisiensi kalor dan gas engine.

Gambar 5.11 Schematic Diagram – Fuel Gas System [1]


Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

Keterangan [1]:
E.01-YVD-001 & E.01-YVD-002 : Fuel gas controller
E.08-YCI-002 : Throttle valve
E.05-F-001 : Intake air filter
E.08-VT-001 & E.08-VT-002 : Exhaust gas turbocharger E.08-
W-001 & E.08-W-002 : Heat exchanger - mixture/water
E.08-YCI-001 : Throttle valve

5.4.2. Engine oil system


Engine oil system merupakan proses pelumasan pada gas engine, yang berfungsi untuk
memberikan pelumasan pada bagian-bagian yang bergerak sehingga mencegah keausan akibat
gesekan. Adapun beberapa tahapan untuk proses pelumasan pada engine antara lain, saat
engine beroperasi sistem pelumasan oil pada kisaran 2-5 bar. Oil system mempunyai tiga
macam pompa untuk mensirkulasi oil keseluruh bagian sistem engine. pertama, pompa DC
digunakan paada saat engine starting dengan tekanan sebesar 0.68 bar. Setelah putaran engine
300 – 600 rpm , maka kedua pompa DC dan AC akan beroperasi dengan tekanan oil ± 0.98
bar. Pada saat engine sudah beroperasi (1000 rpm), kemudian pompa mekanikal (mechanic
Gear pmp) beroperasi pompa AC dan DC berhenti beroperasi.

Gambar 5.12 skematik proses oil system [1]


Sumber : PLTMG 20 MW Rengat
Keterangan :
E.03-P-001 : pompa mekanikal
M.03-M-003 : pompa AC
M.03-P-002 : pompa DC
E.08-F-001 : Engine oil filter
E.08-VT-001 & E.08-VT-002 : Exhaust gas turbocharger

5.4.3 Engine cooling water circuit


Proses pendinginan engine mengunakan air dan campuran cairan nalcool sebagai katalis.
Air pendingin ditampung pada tangki fresh water dengan kapasitas 4000 ml. Proses
pendinginan pada engine terbagi dua siklus. Pertama, pendinginan pada jacket water. Kedua ,
pendinginan engine pada inter cooler. Jacket water berfungsi untuk mensirkulasikan air pada
engine dan sebagia pendingin serkulasi air berulang-ulang pada engine. Sedangkan, inter
cooler berfungsi untuk mendinginkan ruang mixture (gas campur udara). Gambar 5.13
merupakan cooling water pada control module [1]
Gambar 5.13 cooling water [1]
Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

5.5. Proses Starting Engine


Proses starting engine dilakukan pada ruang module control. Parameter yang harus
diperhatikan adalah
1. oil pada engine sudah mencukupi
2. pressure jacket water ( 2-2,5 bar)
3. tekanan gas pada PGN (4-6 bar)
4. gas setelah regulator (60 mbar).
5. Pastikan tidak ada alarm merah pada module control.

Starting engine dapat dilakukan dengan cara manual dan otomatis, starting engine
secara manual dapat dilakukan dengan memutar selector switch ke manual terlihat pada
gambar 5.14, kemudian tekan tombol start pada control module maka engine akan running ,
rpm engine akan naik sampai mencapai 1500 rpm.untuk syncron generator putar switch pada
posisi auto maka generator otomatis akan syncron.
Gambar 5.14 selector switch ke manual

Sumbar : PLTMG 20 MW Rengat

Starting engine secara otomatis , putar selector switch pada posisi auto dan posisi
switch pada posisi samping terlihat pada gambar 5.15, maka engine akan secara otomatis akan
beroperasi . Gambar 5.16 merupakan syncron generator secara otomatis. [1]

Gambar 5.15 selector switch pada posisi auto

Sumbar : PLTMG 20 MW Rengat

Syarat-syarat sinkronisasi generator antara lain


a. tegangan sama,
b. kemudian frekuensi
c. urutan fasa sama.

Setelah syarat sinkronisasi generator terpenuhi maka generator akan sinkron secara
otomatis. Gas engine type J 620 GS-F111 dilengkapi dengan auto syncron sebagai sistem
syncronisai dapat di lakukan secara otomatis terlihat pada Gambar 5.16.
Gambar 5.16 synchronizing generator [1]
Sumber : PLTMG 20 MW Rengat
5.6. Sistem Jaringan Kelistrikan PLTMG 20 MW Rengat.
PLTMG 20 MW Rengat memiliki tujuh unit generator ,dengan daya output 3,3 MW
perunit. Berikut gambar 5.17 SLD MV Swichgear di PLTMG 20 MW Rengat, traformator
satu sampai tujuh terhubung ke NGR dengan tahanan 80 ohm. Sedangkan untuk feeder sendiri
menggunakan AUX (Auxilary Trafo). PLTMG 20 MW Rengat mempunyai empat out going
feeder ,pertama out going Air molek , Ukui, Kota lama dan Pematang reba.
Gambar 5.17 SLD MV Swichgear di PLTMG 20 MW Rengat
Sumber : PLTMG 20 MW Rengat
BAB VI
POLA PEMELIHARAAN GENERATOR TRANSFORMER 7 X 4700 KVA PLTMG
20 MW RENGAT
Dalam sebuah pembangkit tenaga listrik PLTMG 20 MW Rengat, pola pemeliharaan
peralatan dari semua komponen sistem operasi harus di perhatikan. Karena, jika terjadi
kegagalan operasi atau kerusakan dapat menyebabkan dampak yang besar ke konsumen atau
masyarakat. Unit generator transformer merupakan komponen utama pada pembangkit tenaga
listrik di PLTMG 20 MW Rengat. Oleh sebab itu, sebuah sistem pemeliharaan generator
transformer harus dilaksanakan setiap hari untuk mencegah terjadinya kegagalan operasi dan
meninimalisir terjadinya kerusakan.
Prinsip pola pemeliharaan generator transformer di PLTMG 20 MW Rengat terbagi
dua bagian, pertama yaitu memonitoring transformer dan dilakukan pengukuran pada
transformer daya, kemudian dilakukan pengujian pada traformator.
Pada bab IV ini menjelaskan mengenai pola pemeliharaan traformator yang meliputi
monitoring temperatur traformator, monitoring temperatur bushing transformator, monitoring
pembebanan transformator dan pengujian resistansi winding , DGA (Dissolved Gas Analysis)
,pengujian furan dan pengujian Break Down Voltage (BDV Test).

6.1. Pola Pemeliharaan Trafo di PLTMG 20 MW Rengat


Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses
kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan
kerusakan.

6.1.1. Monitoring Temperatur Trafo .


Merupakan bagian dari pemeliharaan untuk mengetahui temperatur pada trafo. Monitoring
temperatur transformator dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran pada bagian atas
tengah dan bawah trafo. Monitoring trafo dilakukan setiap hari,adapun tujuan melakukan
monitoring trafo adalah untuk mengetahui kodisi trafo dalam keadaan baik atau tidak. Dalam
monitoring trafo, jika ditemukan perbedaan temperatur trafo yang signifikan maka trafo
tersebut berpotensi akan mengalami kerusakan.
Untuk monitoring temperatur trafo dapat memakai alat thermogun ( gambar 6.1 ). Prinsip
kerja themogun menggukan laser untuk di arahkan ke bagian trafo yang akan diukur ,
kemudian alat tersebut akan menampilkan nilai temperature pada bagian trafo yang diukur .
Standar pengukuran temperatur trafo dalam keadaan normal untuk bagian atas trafo dan pada
tenggah trafo ≤ 65 ᵒc. Dalam monitoring trafo, Penulis menampilkan hasil pengukuran pada
bagian atas dan tengah trafo, karena pada bagian bawah trafo dominan temperatur dalam
keadaan dingin . Hasil dari monitoring temperatur trafo dilakukan dari tanggal 9 s/d 14
Februari dapat dilihat pada table 6.2 .

Gambar 6.1 Thermogun sanfix


(Sumber Imam Santoso)
Table 6.1 Data Spesifikasi thermogun sanfix
Model No IT - 550N
Measurement Range -60°C to 550°C
Operating Range 0°C to 50°C
Accuracy ± 1.5°C
Resolution 0.1°C
Response Time 1 sec
Distance Spot 12 : 1
Emissivity Range 0.95 default adjustable 0.1 to 1 step
Dimension 147 x 112 x 41mm
Weight 145gr
Battery Life 14 min.
Battery Type AAA x 2
Mode Min. Max. Dif, Ave, Lock, Hi/Low, Temp Alarm
Sumber : www.skf.com/mount

Table 6.2 Hasil Monitoring Temperatur Transformator tanggal 9 s/d 14 Februari 2016
Temperatur Transformator
Hari Atas trafo Tenggah trafo
E1 E2 E3 E4 E5 E1 E2 E3 E4 E5
1 44ᵒc 38ᵒc 41ᵒc 42 ᵒc 43ᵒc 55ᵒc 42ᵒc 48ᵒc 46 ᵒc 49ᵒc
2 39ᵒc 39ᵒc 42ᵒc 39ᵒc 39ᵒc 42ᵒc 42ᵒc 48ᵒc 49ᵒc 49ᵒc
3
4 38ᵒc 41ᵒc 42ᵒc 41ᵒc 33ᵒc 52ᵒc 50ᵒc 48 ᵒc 50ᵒc 34ᵒc
5 42ᵒc 42ᵒc 40ᵒc 39 ᵒc 40ᵒc 44ᵒc 40ᵒc 43ᵒc 44ᵒc 43ᵒc
6 OFF 40ᵒc 42ᵒc 39ᵒc 41ᵒc OFF 42ᵒc 43ᵒc 44ᵒc 44ᵒc
Catatan : E6 dan E7 tidak beroperasi
Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2016)

Dari hasil monitoring transformator pada tanggal 9 s/d 14 Februari 2016, dapat dilihat
pada table 6.2 di dapatkan hasil pengukuran temperatur trafo tidak lebih dari 65 cᵒ ,maka
kondisi trafo dalam ke adaan normal karena masih dalam renge yang di tentukan ,jika dalam
pengukuran temperatur trafo di temukan lebih besar dari 65 cᵒ maka trafo trsebut dalam
mengalami gangguan. Maka selama melakukan monitoring traformator dari 9 s/d 14 Februari
tidak ada gangguan atau kegagalan operasi.

6..1.2 Monitoring Temperatur Bushing Trafo


Merupakan pengukuran temperatur bushing pada trafo. Dalam pengukuran bushing trafo
dapat dilakukan dengan mengukur pada sisi bushing maupun connector kabel (LV) atau
bagian input trafo 11 kV. Kemudian pengukuran dilakukan pada bushing connector kabel
(HV) atau bagian dari output trafo 20 kV. Pengukuran temperatur bushing trafo berfungsi
untuk meminimalisir terjadinya kerusakan atau kegagalan isolasi pada bushing atau titik fasa.
Untuk melakukan pengukuran temperatur bushing trafo dapat menggunakan alat Thermal
Camera terlihat pada Gambar 6.2 Cara kerja Thermal Camera, pendeteksi panas dimunculkan
pada layar, dengan menampilkan objek yang lebih panas berwarna lebih terang. Thermal
Camera mampu memvisualkan gambar objek untuk sebuah “foto panas” dari objek tersebut
gambar akan ditampilkan pada screen layar.
Dalam pelaksanaan monitoring temperatur bushing trafo jika salah satu bushing
mengalami masalah maka, pada layar Thermal Camera akan menampilkan visual gambar
lebih terang dan temperaturnya tinggi. Hasil dari monitoring temperatur bushing trafo pada
tanggal 04 Februari 2016 dapat dilihat pada table 6.4.

Gambar 6.2 Thermal Camera


(Sumber Imam Santoso)

Table 6.3 Data Spesifikasi Thermal Camera

Temperature range -10 ºC to +350 ºC (14 ºF to +572 ºF)


Field of view (FOV) 20º x 20º
Spectral Response 8 to 14 μm
Sensitivity ~0,3 ºC @ 30 ºC
Detector 47 x 47 pixel array (interpolated to 180 x 180)
Frame rate 8 Hz
Focal Range 0,5 m (19 in) to infinity
Sumber : www.skf.com/mount

Table 6.4 Hasil monitoring temperatur bushing transformator tanggal 04 Februari 2016

Temperatur ( ˚C )
No Lokasi
Fasa R Fasa S Fasa T ΔT max
1 Bushing Main Trafo unit 1 HV 47 47.4 47.1 0.4
2 Bushing Main Trafo unit 1 LV 46.6 46.7 46.4 0.3
3 Bushing Main Trafo unit 2 HV 44.7 45 44.7 0.3
4 Bushing Main Trafo unit 2 LV 44.4 44.7 51.7 7.3
5 Bushing Main Trafo unit 3 HV 45.2 45.3 44.7 0.6
6 Bushing Main Trafo unit 3 LV 45.1 45.3 45.2 0.2
7 Bushing Main Trafo unit 4 HV 46 46.2 46.6 0.6
8 Bushing Main Trafo unit 4 LV 46.3 47 47.2 0.9
9 Bushing Main Trafo unit 5 HV 44.9 45.4 45.4 0.5
10 Bushing Main Trafo unit 5 LV 45.4 46 44.7 1.3
11 Bushing Main Trafo unit 6 HV - #VALUE!
12 Bushing Main Trafo unit 6 LV - #VALUE!
13 Bushing Main Trafo unit 7 HV - #VALUE!
14 Bushing Main Trafo unit 7 LV - #VALUE!
Bushing Main Trafo unit Aux
15 42.3 43.9 44.1 1.8
HV
Bushing Main Trafo unit Aux
16 46.9 47.4 47.5 0.6
LV
Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2016)
Note :
Standart perbedaan temperatur antar fasa adalah 5˚ C
Engine 6 OFF (Overhoul Turbocharger)
Engine 7 OFF (Kerusakan Crankshaft)
Engine 2 sisi LV fasa T perlu dilakukan inspeksi pada koneksi, Pengencangan baut, dan
isolasi conductor
Dari hasil pengukuran bushing trafo tanggal 04 Februari 2016, dapat dilihat perbedaan
hasil penngukuran sisi fasa primer (LV) dan sekunder (HV). Standart pengukuran bushing
trafo, perbedaan antara fasa R, S, dan T tidak lebih dari 5 ᵒc, jika hasil pengukuran dari
bushing trafo ΔT max ( jumlah keseluruhan) lebih dari 5 ᵒc, maka bushing trafo mengalami
masalah. Dapat dilihat dari hasil pengukuran temperatur bushing trafo pada table 6.4 , pada
pengukuran temperatur bushing pada transformator unit-2 didapatkan hasil dari jumlah
keseluruhan fasa R, S dan T adalah 7.3 ᵒc. Dari ketentuan satandart pengukuran perbedaan
pada fasa trafo adalah 5 ᵒc, maka trafo uint- dua pada sisi bushing LV (primer) tepatnya pada
fasa T dalam mengalami masalah. Adapaun kemungkinan yang terjadi gangguan pada fasa T
sisi connector kabel LV adalah penyekat pada bushing trafo ke kabel generator tidak kuat,
terjadinya kebocoran pada trafo dan minyak isolasi pada trafo sudah tidak bagus.

6.1.3 Monitoring Pembebanan trafo.


Pola pemeliharaan trafo merupakan bagian untuk monitoring pembebanan trafo, adapun
parameter yang harus dimonitor adalah nilai arus, tegangan dan daya. Monitoring pembebanan
trafo menggunakan alat power meter, terlihat pada Gambar 6.3. Power meter dapat
memonitoring arus ,tegangan dan daya. Pengambilan data monitoring pembebanan trafo
dilakukan pada tanggal 12 sampai dengan 17 Februari 2016. Monitoring pembebanan
transformator di lakukan pada siang dan malam hari. Dalam monitoring pembebanan trafo
dapat dilakukan dengan mencatat nilai daya trafo yang ditampilkan pada power meter.
Monitoring pembebeanan trafo berfungsi untuk mengetahui beban daya pembangkit perunit.
Hasil pembebanan trafo dapat dilihat pada table 6.5.

Gambar 6.3 Power Meter PAC 3200


(Sumber Imam Santoso)
Spesifikasi Power Meter PAC 3200 :

Sumber : http://www.siemens.com/powermanagementsystem
Table 6.5 Hasil pembebanan trafo dari tanggal 12 s/d 17 februari 2016
monitering pembebanan trafo (KW)
Hari siang malam
E1 E2 E3 E4 E5 E1 E2 E3 E4 E5
1 3000 3000 3000 3000 OFF 3000 3000 3100 3100 3100
2 2800 2800 2800 2800 2900 3100 3100 3100 3100 3100
3 3000 3000 3000 3000 3000 3100 3100 3100 3100 3100
4 OFF 3100 3100 3100 3100 3100 3100 3100 3100 3100
5 3000 3000 OFF 3000 3100 3000 3000 3000 3000 3000
6 3000 3000 3000 3000 3100 3100 3100 3100 3100 3100
Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2016)

Dari hasil monitoring pembebanan trafo dapat dilihat pada table 6.5, pada malam hari
beban trafo dominan meningkat, karena pemakaian daya listrik pada malam hari meningkat.
Puncak dalam pemakain listrik di masyarakat, terjadi pada pagi , siang dan malam hari.
Adapun fungsi monitoring pembebanan trafo adalah untuk menjaga kinerja trafo dalam
kondisi operasi yang di izinkan. Daya mampu trafo di PLTMG 20 MW Rengat adalah 4700
kW, jika beban trafo kurang dari 4700 kW, maka trafo dalam kondi normal beroperasi.
Monitoring pembebanan trafo berhubungan dengan temperatur dari trafo, jika
pembebanan trafo besar, maka temperatur trafo akan tinggi oleh karena itu dilakukan juga
monitoring temperatur trafo. Jika beban trafo melebihi dari 4700 kW atau temperatur trafo
melebihi dari batas operasi, maka secara otomatis trafo akan trip (berhenti beroperasi) karena
pengaman generator MCB incoming akan memutuskan aliran daya listrik.

6.2. Pengujian / Testing Trafo


Untuk mengantisipasi kerusakan diperlukan pemelihaaraan dan pengujian trafo.
Menurut manufaktur usia transformator daya diperkirakan antara 25-40 tahun, tetapi
terkadang terdapat transformator yang usianya di bawah range usia minimum telah rusak.
Pengujian traformator bertujuan meminimalisir kerusakan, gangguan atau kegagalan. Untuk
mengantisipasi masalah tersebut, maka dilakukan pengujan resistansi winding (megger test),
DGA (Dissolved Gas Analysis), furan dan pengujian Break Down Voltage (BDV Test).

6.2.1 Pengujian Resistansi Winding (Megger Test)


Merupakan pengujian untuk mengetahui kelayakan dari koneksi-koneksi pada belitan,
dan memperkirakan apabila ada kemungkinan hubungan singkat atau resistansi yang tinggi
pada koneksi di belitan. Pengujian resistansi winding dapat dilakukan dengan mengukur
belitan primer dan sekunder. Pengukuran resistansi winding menggunakan alat megger terlihat
pada gambar 6.4.

Gambar 6.4 KYORITSU MODEL 3125


(Sumber Imam Santoso)
Table 6.6 Data spesifikasi kyoritsu model 3125:

Sumber : www.skf.com/mount

Pengujian resistensi winding pada trafo, dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengukuran belitan primer untuk mengetahui tahanan kutup delta connection (LV) atau input
11 kV. Gambar 6.5 merupakan kutup delta connection pada trafo. Pengujian resistansi
winding,berfungsi untuk mengetahui tahanan pada belian primer sumbu U, V, dan W pada
trafo.

Gambar 6.5 Delta Connection


Kemudian penukuran dilakukan pada belitan sekunder atau wye connection (HV) output trafo
20 kV. pada Gambar 6.6, merupakan kutup wye connection pada trafo. Pengujian resistansi
winding merupakan untuk mengetahui tahanan trafo pada N, U, V dan W.
Gambar 6.6 Wye Connection
Dalam pengukuran resistansi winding hal yang harus diperhatian adalah komponen
yang akan di ukur. Dalam pelaksanaan pengukuran resistansi winding, tegangan dari
komponen harus lebih besar dari pada tegangan yang di set pada alat magger. Karena ,jika
tegangan dari komponen lebih kecil, maka dapat merusak komponen yang akan di ukur.
Hasil pengujian resistansi winding pada transformator unit- 2 pada tanggal 26 Februari 2016
dapat dilihat pada table 6.6 .

MEGER TEST TRANSFORMATOR #2

Tabel 6.7 Standart Nilai Polarization Index (PI) Ketahanan Isolasi

Hasil tes isolasi Transformator #2


Meger Test menggunakan tegangan 5000 VDC
- Transformer
Table 6.8 hasil pengukuran isolasi trafo
Wye Netral (Yn) Connection 20 kV Delta (Δ) Connection 11 Kv

HV – U : 12.3 GΩ LV – U : 11.5 GΩ

HV – V : 11.9 GΩ LV – V : 13.5 GΩ

HV – W : 10.2 GΩ LV – W : 17.5 GΩ
Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2016)

Hasil perhitungan :

HV = (20000 kV + 1) * kΩ= 20 MΩ + 1 kΩ = 20.1 MΩ pada 20° (Minimum)

LV = (11000 kV + 1)* kΩ= 11 MΩ + 1 kΩ= 11.1MΩ pada 20° (Minimum)

Dari hasil pengujuan resistansi winding trafo unit-2 di dapatkan nilai wye connection
dan nilai delta connection dapat dilihat pada table 6.8. Untuk hasil pengukuran wye
connection di dapatkan hasil lebih besar dari 20.1 MΩ (nilai minimum dari hasil perhitungan)
jadi hasil dari pengukuran wye connection pada trafo dalam keadaan normal. Jika hasil
pengukuran wye connection kurang dari 20.1, maka tafo dalam keadaan tidak normal.
Kemudian hasil dari pengukuran delta connection lebih besar dari 11.1 MΩ (nilai minimum
dari hasil perhitungan) maka hasil pengukuran delta connection dalam kondisi normal operasi
. jadi dari hasil keseluruhan pengujian resistansi winding transformator unit-2 dalam kondisi
normal beroperasi.

6.2.2. Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) Test.

Merupakan pengujian untuk mengetahui kandungan minyak yang ada pada


transformator. Pengambilan sampel pengujian DGA dapat dilakukan dalam kondisi online
(trafo beroperasi). Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) , di lakukan secara berkala agar
mengetahui kondisi minyak trafo dalam keadaan normal. Hasil pengujian DGA
(Dissolved Gas Analysis) diharapkan mampu mengidentifikasi kondisi minyak trafo melalui
kandungan gas yang terdeteksi di dalam minyak trafo.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengujian DGA
(Dissolved Gas Analysis), yaitu :
1. metode pengambilan sampel
2. alat yang digunakan untuk pengambilan sampel
3. alat pengujian yang digunakan
4. metode interupsi hasil.

Ketepatan metode pengambilan sampel DGA (Dissolved Gas Analysis), sangat penting
untuk diperhatikan, karena kesalahan prosedur pengambilan sampel dapat menyebabkan
kesalahan diagnose, sehingga hasil yang didapatkan tidak mempresentasikan kondis trafo
sebenarnya. Hasil pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) trafo PLTMG 20 MW Rengat
pada bulan Juni 2015 terdapat pada table 6.9.
Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2016)
Hasil analisa DGA (Dissolved Gas Analysis) bulan juni 2015 di PLTMG 20 MW Rengat,
menggunakan metode ASTM D3612-B. Dari hasil pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis)
menurut standar IEEE C57.104-1991, akumulasi banyak kandungan gas CO dan CO2
dibedakan dalam 4 status pada table berikut :
Table 6.10. Akumulasi gas CO dan CO2
CO (ppm) CO2 (ppm)
Kondisi 1 350 2500
Kondisi 2 351-570 2500-400
Kondisi 3 571-1400 4001-10000
Kondisi 4 >1400 >10000

Kondisi 1 adalah kondisi normal operasi sedangkan kondisi 4 kertas sudah mendekati
rusak. Apabila salah satu kedua gas telah mencapai kondisi 2 atau 3, maka rasio peningkatan
jumlah CO2 / CO sangat membantu dalam menentukan kondisi isolasi padat
.
Dari hasil pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) PLTMG 20 MW Rengat
kandungan gas Carbon Monoxide CO dan Carbon Dioxide CO2 pada kondisi 1, Maka trafo
dalam kondis normal beroperasi. Jika kandungan gas CO2 dalam trafo banyak, maka akan
dapat menghasikan korosit, kemudian jika minyak trafo banyak mengandung korosit akan
dapat mengakibatkan penurunan pada tegangan tembus. Untuk kandungan gas CO jika terlalu
banyak dapat mengakibatkan minyak pada trafo akan mempercepat perusakan pada kertas
isolasi trafo.
Tabel 6.11 Batas Konsentrsi Gas Individual dan TDCG Standart IEEE C57.104-1991
Kondisi gas terlarut
Jenis gas Kondisi 1 Kondisi 2 Kondisi 3 Kondisi 4
H2 100 101-700 701-1800 >1800
CH4 120 121-400 401-1000 >1000
C2 H2 35 36-50 51-80 >80
C2 H4 50 51-100 101-200 >200
C2 H6 65 66-100 101-150 >150
CO 350 351-570 571-1400 >1400
CO2 2500 2500-4000 4001-10000 >10000
TDCG 720 721-1920 1921-4630 >4630

Tabel 6.12 Kondisi Transformer berdasarkan Standart IEEE C57.104-1991


TDCG pada kondisi ini mengindikasikan bahwa
Kondisi 1
operasi trafo normal
TDCG pada kondisi ini menandakan komposisi
gas sudah melebihi batas normal. Bila salah satu
Kondisi 2
gas sudah melebihi batas level, harus
diinvestigasi secara cepat.

TDCG pada level ini mengindikasikan


pemburukan tingkat tinggi. Bila salah satu gas
Kondisi 3 melebihi batasan level, harus diinvestigasi
dengan cepat. Lakukan tindakan untuk
mendapatkan trend gangguan.
TDCG pada level ini mengindikasikan
pemburukan yang sangat tinggi. Melanjutkan
Kondisi 4
operasi trafo akan mengarah pada kerusakan
trafo

Kemudian yang harus di perhatikan dalam pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis)
adalah kandungan gas Hidrokarbon . Jika kandungan gas Hidrokarbon banyak dapat
menyebabkan kebakaran dalam trafo . Dalam pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) trafo
PLTMG 20 MW Rengat, kandungan hidrokarbon pada kondisi cond 1 , karena rata-rata nilai
kandungan gas Hidrokarbon tersebut < 1 maka, banyak kandungan gas hidrokarbon pada
minyak trafo dalam kondisi normal. Kemudian total dari hasil pengujian Dissolved
Combustible Gas (TDCG) adalah 60, mengacu pada standart pengukuran masuk pada cond 1,
mengindikasikan dalam keadaan normal . Maka keseluruhan hasil pengujian DGA pada
PLTMG 20 MW Rengat pada bulan Juni 2015 dalam kondisi normal beroperasi.

6.2.3 Pengujian furan.


Untuk mengetahui isolasi kertas yang terdapat di dalam isolasi trafo dapat dilakukan
pengujian furan. Isolasi kertas berfungsi sebagai media dielektrik, menyediakan kekuatan
mekanik dan spacing. Pengujian furan untuk mengetahui terjadinya kerusakan pada isolasi
kertas. Pengujian furan dilakukan apabila hasil pengujian rasio pertambahan CO2 /CO bernilai
3 atau kurang. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian untuk 5 macam furan yang
sesebabkan oleh beberapa hal:
 2 furfural disebabkan kandungan air yang tinggi pada kertas.
 2-furfurylAlcohol disebabkan oleh pemanasan berlebih.
 2-AcetylFuran disebsbkan oleh petir .
 5-Methyl-2-furfural disebabkan oleh hotspot pada belitan.
 5-Hydroximetyl-2-furfural yang disebabkan oleh oksidasi.
Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2015)
Hasil pengujian Furan Analysis pada bulan Juli 2015 di PLTMG 20 MW Rengat
terdapat pada table 6.13. Pengujian furan PLTMG 20 MW Rengat menggunakan metode IEC
61198. Dari hasil pengujian furan banyak kandungan 2-Furfural < 0.01, mengacu parameter
standard furan dalam keadaan normal. Penyebab banyak tidak nya kandungan 2-Furfural di
sebabkan oleh kandungan air yang tinggi pada kertas. Kandungan 5-Methyl-2-Furfural dapat
terjadi karena pemanasan pada belitan. Nilai dari hasil pengujian < 0.01, mengacu parameter
pengujian dalam kondsi normal .
Pada isolai yang bagus, seharusnya jumlah keseluruhan furan yang terdeteksi kurang
dari 100 ppb. Jika terjadi kerusakan pada kertas, maka hasil uij furan akan lebih dari 100 ppb
– 700 ppb. Dari hasil keseluruhan pengujian furan pada PLTMG 20 MW Rengat di dapatkan
nilai TX Lifi Expetancy 100 % ppb , maka hasil dari pengujian furan dalam kondisi normal.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kondisi isolasi trafo adalah kandungan gas
oksigen. Gas ini sangat berbahaya karena menimbulkan oksidasi di dalam trafo. Oksigen
dalam minyak berasal dari adanya kebocoran dan penurunan kondisi isolasi.

6.2.4 Pengujian Tegangan Tembus Minyak Isolasi (BreakDown Voltage)


Merupakan pengujian untuk mengetahui pada tegangan berapa isolasi minyak trafo
mengalami breakdown. Semakin tinggi nilai hasil pengujian tegangan tembus minyak, maka
kekuatan isolasi miyak juga akan semakain tinggi. Dalam membuat analisa kondisi isolasi,
selain hasil pengujian kekuatan dielektrik harus diperhatikan juga kandungan air dan oksigen.
Kombinasi antara dua zat ini dengan energy panas akan mengakibatkan kerusakan pada isolasi
kertas, sebelum nilai dielektrik dibawah standar. Tegangan tembus minyak mengalami
penurunan seiring dengan bertambahnya pertikel-pertikel hasil oksidasi dan kandungan air
dalam minyak. Pengujian tegangan tembus di PLTMG 20 MW Rengat u-averege ( batas
tegangan) sampai pada tegangan maksimum 60 kV pelaksanaan test pengujian tanggal 9-11
januari 2015. Tahapan pengujian untuk mengetahui tegangan tembus dapat dilakukan dengan
Proses purifikasi minyak trafo (Gambar 6.7).
Pengujian tegangan tembus menggunakan proses Purifikasi minyak trafo. Purifikasi
minyak trafo merupakan suatu proses pemurnian minyak trafo melalui alat yang disebut
Transformer Oil Purification Plant, dengan cara menghilangkan atau mengurangi kontaminasi
fisik, kandungan air, kandungan gas, dan lain-lain. Pengujian dilakukan berulang-ulang
sampai tegangan tembus 60 kV. Hasil pengujian tegangan tembus trafo unit - 2 dapat dilihat
pada table 6.14.
Table 6.14 Hasil Test Ketahanan Tegangan Tembus (Breakdown Voltage)

Report Test Purifikasi Oil Trafo


Test Ketahanan Tegangan Tembus
(Breakdown Voltage) ke -
Batas
Satuan - I II III IV Keterangan
Aman
Date of Test 9/1/2015 10/1/2015 10/1/2015 11/1/2015
Time of Test 14:33:42 18:41:15 22:50:16 7:47:04
U1 kV 33.14 41.6 60.26 59.23 > 50 Baik
U2 kV 43.13 46.79 60.1 60.27 > 50 Baik
U3 kV 41.82 36.72 55.99 60.24 > 50 Baik
U4 kV 43.82 41.52 50.81 60.33 > 50 Baik
U5 kV 39.76 37.53 48.94 60.24 > 50 Baik
U Average kV 40.33 40.83 55.22 60.06 > 50 Baik
Dielectric kV/2.5
Strength mm 16.120 16.330 22.090 24.020 > 24 Baik
Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2015)

Dari hasil pengujian tegangan tembus , dilakukan empat kali pengulangan test,
ketahanan tegangan tembus pada test ke empat U2 sampai U5 sudah mencapai 60 kV ,
sedangkan U1 59.23 kV. Maka U1 pada pengujian tegangan tembus kondisi baik karena U-
Averegenya adalah 60.06 kV. Keseluruhan pengujian dapat dikatakan baik, karena di lihat
dari Dielectric Strength hasil dari pengujian PLTMG 20 MW Rengat 24.020 kV batas aman
> 20 kV .maka hasil pengujian tegangan tembus trafo PLTMG 20 MW Rengat baik.
Gambar 6.7 Proses purifikasi minyak trafo.
(Sumber Imam Santoso)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari pengamatan lapangan selama kerja praktek di PLTMG 20 MW Rengat , maka
dapat disimpulkan:
- PLTMG 20 MW Rengat merupakan pembangkit listrik dengan mennggunakan bahan
bakar gas alam. Engine yang digunakan produksi jenbache dengan type JMS 620 GS-
N.L untuk engine 1 sampai 6 dan engine 7 type JGS serie E. Kemudian untuk
generator menggunakan produksi AVK type DIG 142 h/4 daya terpasang adalah 5400
Kva.
- PLTMG 20 MW Rengat untuk pendistribusian menggunakan transformator distribusi
dengan daya mampu 4700 KVA. input dari generator adalah 11 kV dan output dari
transformator untuk jaringan distribusi adalah 20 kV. Adapun keseluruhan daya listrik
yang distribusikan ke PLN minimal 13,5 MW.
- Sistem operasional dalam pembangkit PLTMG 20 MW Rengat sangat terstruktur,
sehingga cepat dalam mengatasi gangguan.
- Pola pemeliharaan transformator distribusi meliputi, monitoring temperatur trafo,
temperatur bushing dan pembebanan trafo. Dalam monitoring traformator mengunakan
alat thermogu sanfix dan untuk memonitoring bushing transformator menggunakan
termal kamera. Dari keseluruhan pengukuran yang dilakukan untuk monitoring trafo
dalam kondisi normal, tetapi untuk monitoring bushing, trnsformator uint-2 pada sisi
LV fasa T dalam mengalami masalah karena perbedaan temperatur lebih dari 5 ᵒc.
kemungkinan terjadinya masalah adalah penyekat busing trafo longgar , terjadinya
kebocoran dan kemungkinan minyak isolasi tidak normal.
- Untuk pengujian transformator dilakukan pengujian resistansi winding , pengujian
furan , pengujuan DGA dan pengujian tegangan tembus. Dalam hasil dari keseluruhan
pengujian dalam kondisi normal .
7.2 Saran
Dari kerja praktek yang kami lakukan maka saran dapat kami berikan antara lain:
- Dalam monitoring temperatur trafo seharusnya dengan mengunakan online
monitoring, sehingga jika terjadi kenaikan temperatur secara signifikan secara
otomatis akan dapat diketahui.
- Dari monitoring keseluruhan sistem, harus ada monitoring atau pengukuran power
suplai pada modul control. Monitoring dapat dilakukan secara berkala, atau dapat
memberikan idikator diluar modul jika terjadi kerusakan / penurunan tegangan pada
power suplai yang ada di dalam modul.
- Sebelum melakukan pengukuran harus mempersiapkan alat ukur dalam kondisi
normal, supaya hasil pengukuran lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

[1] PLTMG 20 MW Rengat Operation and Maintenance Manual


[2] Wijaya ,Bahrowi Adi.2012,” Sistem Operasi dan Proteksi Generator Transformer
StepUp 500 kV PT.PJB UP Gresik”.ITS
[3] Transformer Maintenance Guide, by J.J. Kelly, S.D. Myers, M. Horning, 2001.
[4] Adha ,Tengku Fajar. 2013.” Pemeliharaan Transformator 45 KV PLTA Kota
Panjang” ,Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau-PekanBaru.
[5] Ramadhan,Farouq.2011.”Monitoring Partial Discharge pada Bushing
Transformator”,Universitas Indonesia-Jakarta.
[6] Institusi Teknologi Bandung.2009.Isolasi dan Diagnosa Isolasi Transformator.
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/683/jbptitbpp-gdl-bastianmar-34106-3-2009ta-
2.pdf(diakses 20 Februari 2016)
[7] Adib Chumaidy.2003,” Analisa Kegagalan Minyak Isolasi pada Transformator Daya
Berbasis Kandungan Gas Terlarut”, Program Studi Teknik Elektro FTI-ISTN- Jakarta
Selatan.
[8] http://transformer-purification.blogspot.co.id/2014/01/arti-purifikasi-minyak-
trafo.html (di akses 15 Februari 2016)
[9] http://ilmulistrik.com/pengujian-tegangan-tembus-minyak-isolasi-trafo.html (di akses
20 Februari 2016)
[10] http://www.wika.co.id/id/pages/who-we-are (di akses 10 februari 2016).
[11] http://www.kew-ltd.co.jp/en/products/insulation/3125.html (diakses 20 Februari 2016)
[12] Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga
Listrik SKDIR 114.K/DIR/2010 Transformator Tenaga No.Dokumen:
0122/HARLURPST/2009
LAMPIRAN
Pemasangan kabel Turbo charger

Pengukuran Isolasi Transformator


Melaksanakan Intrupsi dan Pemeliharaan

Melaksanakan Intrupsi dan Pemeliharaan


Form KP/ProMin 06

CATATAN HARIAN AKTIFITAS


KERJA PRAKTEK / PROYEK MINI

Bagian I: Data Mahasiswa


Nama : IMAM SANTOSO
NIM : 11355103296
Jurusan : Teknik Elektro – Fakultas Sains dan Teknologi – UIN Suska Riau
Judul Kerja Praktek : Sistem Operasi dan Pola Pemeliharaan Generator Transformer 7 x 4700 KVA
Tempat Kerja Praktek : PLTMG 20 MW Rengat
Periode Kerja Praktek Dari: 02 Februari 2016 Sampai: 02 Maret 2016

No Tanggal jam kerja Deskripsi pekerjaan

1. 02 februari 08.00 sd 17.00 1. Safety Induction.


2016 2. Observasi plant PLTMG 20 MW Rengat:
 Ruang operator
 Ruang module control
 Ruang swith gear
 Ruang gas engine generator
 Cooling system

2. 03 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk dan


2016 memperkenalkan diri ke seluruh karyawan .
2. Membantu pekerjaan inspeksi dan pemeliharan
.
3. Monitoring Temperatur Bushing Trafo.
menggunakan termal kamera

3. 04 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk .


2016 2. Melaksanakan Inspeksi dan pemeliharaan .
3. Mempelajari prinsip distribusi bahan bakar gas
sampai ke engine.
4. Mempelajari pendistribusian daya listrik dari
pembangkit sampai ke GH Air Molek.

4. 05 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk


2016 2. Melaksanakan inspeksi dan pemeliharaan.
3. Mengambil dokumentasi pemasangan engine 8
.
4. Melasanakan pengambilan sampel oil
pengujian DGA pada trafo StepUp.
5. Memasang baling-baling kipas radiator.

5. 06 februari 08.00 sd 17.00


2016
jam kerja 1. Melaksanakan safety morning talk
2. Memasang kipas radiator .
3. Pengarahan pelasanaan praktek kerja lapangan
oleh manager.
4. Menganti busi pada engine 6 .
5. Mempelajari busbar

6. 07 februari - Libur
2016

7. 08 februari - Libur
2016
1. Melaksanakan safety morning talk
8. 09 februari 08.0 d 17.00 2. Melaksanakan inspeksi dan pemeliharaan .
2016 3. Melapas pompa oil
4. Melepas pompa jacket water

9. 10 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk


2016 2. Melaksanakan inspeksi dan pemeliharaan.
3. Mengganti teks jet engine
4. Mempelajari sistem engine:
5. Fuel gas system
6. Engine oil system
7. Cooling water system

10. 11 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk


2016 2. Membongkar MORIS.
3. Mengerjakan laporan .
4. Mengganti teks jet.

11 12 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk


2016 2. Melaksanakan inspeksi dan pemeliharaan.
3. Membersihkan generator.
4. Menguji heater pada generator.

12 13 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk


2016 2. Menghadiri presentasi
3. Melaksanakan interupsi dan pemeliharaan.
4. Memasang kipas radiator.
5. Mengganti AVR generator.
6. Memasing bering kipas radiator.

13 14 februari 08.00 sd 17.00 Libur


2016

14 15 februari 08.00 sd 17.00 1. melaksanakan safety morning talk


2016 2. melaksanakan interupsi dan pemeliharaan.
3. Membuat laporan.

15 16 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk


2016 2. Melaksanakan interupsi dan pemeliharaan.
3. Membuat laporan

16. 17 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk


2016 2. Melaksanakan interupsi dan pemeliharaan.
3. Mengukur MCB panel radiator .
4. Membersihkan isolator.
17 18 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safty morning talk
2016 2. Melaksanakan morning meeting
3. Melaksanakan interupsi dan pemeliharaan.

18 19 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safty morning talk


2016 2. Melaksanakan morning meeting
3. Melaksanakan interupsi dan pemeliharaan.

19 20 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safty morning talk.


2016 2. Melakukan pengukuran Magger :
 Pompa oil AC
 Pompa jacket water

20 21 februari - Libur
2016

21 22 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safty morning talk .


2016 2. Melakukan pengukuran mager generator.

22 23 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safty morning talk.


2016 2. Melakukan pengukuran magger kipas radiator
engine 7.

23 24 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safty morning talk .


2016 2. Melaksanakan morning meeting
3. Melaksanakan interupsi dan pemeliharaan.
4. Memasang kabel sensor turbo by pass

24 25 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safty morning talk


2016 2. Melaksanakan morning meeting.
3. Melakukan pengukuran magger trafo unit-2

25 26 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safty morning talk.


2016 2. Membersihkan trafo uint-2
3. Melakukan pengukuran magger trafo unit-2
4. Melakukan pengukuran trafo unit-7

26 27 februari 08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safty morning talk.


2016 2. Mengganti kipas radiator engine 4.
3. Melakukan pengukuran magger trafo unit-7.
4. Mengganti berring kipas radiator.
5. Presentasi laporan kerja praktek di PLTMG 20
MW Rengat.

27 28 Februari - Libur
2016
1. Melaksanakan safty morning talk.
29
28 Februari 08.0 d 17.00 2. Melaksanakan inspeksi dan pemeliharaan
2016

Anda mungkin juga menyukai