Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

UJI TOKSISITAS LD50


Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Yardi, PhD, Apt.
Marvel, S.Farm, Apt.
Suci Ahda Novitri, M.Si., Apt
Dimas Agung Waskito W, S.Far., MM
Via Rifkia, S.Farm., M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Farmasi B 2017

Raniya Farha (11171020000027)


Siti Nazilatur Rahmah (11171020000029)
Muzaik Zuhuuriyah Kamas (11171020000037)
Nur Isra Kautsari (11171020000038)
Ika Septi Indahyani (11171020000042)
Nisa Faikhotus Safira (11171020000046)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
APRIL/2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1 Uji Toksisitas ...................................................................................................... 3
2.1.1 Uji Toksisitas akut oral................................................................................... 3
2.1.2 Metode Uji Toksisitas Akut............................................................................ 4
2.2 LD50 ..................................................................................................................... 6
2.2.1 Beberapa Metode Penentuan Letal Dosis ....................................................... 7
2.3 Tramadol ........................................................................................................... 10
BAB III METODE KERJA .............................................................................................. 12
3.1 Tempat dan waktu praktikum ........................................................................... 12
3.2 Alat dan bahan .................................................................................................. 12
3.3 Prosedur Kerja .................................................................................................. 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 13
3.1 Hasil Pengamatan.............................................................................................. 13
3.2 Pembahasan....................................................................................................... 19
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 24
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 24
5.2 Penutup ............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 25
Lampiran ........................................................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan kehidupan manusia seiring dengan berjalannya waktu,


manusia semakin pandai dan ahli dalam meneliti berbagai senyawa-senyawa kimia
yang baik ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan ataupun hal yang bersifat racun
(toksik). Dalam ilmu penerapan sekarang, baik obat maupun racun sama-sama
dipelajari dan mulai didalami oleh manusia agar diperoleh suatu pemahaman yang
jelas tentang proses dan mekanisme aksi yang terjadi di dalam tubuh manusia itu
sendiri guna memberikan pertolongan terbaik. Seperti contoh dengan mendalami
ilmu penerapan tentang zat-zat beracun yang berbahaya, manusia dapat
memberikan penanganan yang terbaik jika suatu hari terjadi keracunan baik karena
obat, makanan, maupun zat kimia lain yang bersifat toksik. Berbagai pengujian
mulai dilakukan terhadap senyawa-senyawa toksik baik dari alam maupun sintetik
yang diujikan pada hewan uji (in vivo). Dari hasil pengujian ketoksikan, dapat
menentukan batas keamanan yang paling tepat dari suatu zat kimia jikalau
digunakan sehingga kemungkinan efek toksik yang timbul sedapat mungkin
diminimalisir. Namun batas keamanan yang didapatkan merupakan batas
keamanan tunggal dari senyawa kimia tersebut. Dimungkinkan terjadi terpapar 2
atau lebih zat kimia berbahaya yang dapat menimbulkan efek toksik. Dengan
terpapar 2 atau lebih jenis zat kimia dimungkinkan terjadinya peningkatan efek
toksik bisa dengan timbulnya efek toksik yang lebih kuat atau bisa dengan
terjadinya penurunan dosis dari zat kimia dalam menimbulkan efek toksik.

Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada
sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji.
Pada praktikum kali ini obat yang digunakan untuk menghitung nilai LD50 yaitu
obat tramadol dan menggunakan hewan uji pada mencit (Mus musculus).

1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mempelajari batas keamanan suatu sediaan obat
2. Untuk mengetahui dosis suatu obat yang menimbulkan kematian 50%
hewan percobaan
3. Untuk melihat tingkat klasifikasi suatu obat
4. Untuk mempelajari LD50 suatu sediaan obat

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Toksisitas

Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada
sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji.
Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat
bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat
ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan manusia. (Anonim, 2014).

Faktor-faktor yang menentukan hasil uji toksisitas secara in vivo dapat


dipercaya adalah: pemilihan spesies hewan uji, galur dan jumlah hewan; cara
pemberian sediaan uji; pemilihan dosis uji; efek samping sediaan uji teknik dan
prosedur pengujian termasuk cara penanganan hewan selama percobaan. (Anonim,
2014).

2.1.1 Uji Toksisitas akut oral

Uji toksisitas akut oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek
toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji yang
diberikan secara oral dalam dosis tunggal, atau dosis berulang yang diberikan
dalam waktu 24 jam. Prinsip uji toksisitas akut oral yaitu, sediaan uji dalam
beberapa tingkat dosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji dengan
satu dosis per kelompok, kemudian dilakukan pengamatan terhadap adanya
efek toksik dan kematian. Hewan yang mati selama percobaan dan yang
hidup sampai akhir percobaan diotopsi untuk dievaluasi adanya gejala-gejala
toksisitas. (Anonim, 2014 ). Biasanya pengamatan dilakukan selama 48 jam,
kecuali pada kasus tertentu selama 7 - 24 hari (Donatus1998).
Pengamatan tersebut meliputi: gejala-gejala klinis seperti nafsu makan,
bobot badan, keadaan mata dan bulu, serta tingkah laku, jumlah hewan yang
mati dan histopatologi organ (Loomis1978).

3
2.1.2 Metode Uji Toksisitas Akut

Pada awalnya toksistas akut diuji menggunakan metode konvensional,


namun metode ini mempunyai kelemahan yaitu hewan uji yang dibutuhkan
dalam menentukan parameter akhir cukup banyak, dimana bertentangan
dengan animal welfare. Oleh karena itu pada tahun 1984 telah dibuat metode
alternatif dimana hewan yang digunakan jumlahnya lebih sedikit yaitu
metode Up and Down Procedure, Fixed Dose Method dan Toxic Class
Method (Anonim, 2014).
Jumlah hewan yang digunakan pada uji alternatif lebih sedikit
dibandingkan dengan metode konvensional (Anonim, 2014).
Tanda toksik pada organ atau sistem fisiologi tubuh (Lu, 1995)
Sistem Tanda toksik

Autonomik Membran niktitans melemah, eksoftalmos,


hipersekresi hidung, salivasi, diare, keluar
air seni, piloereksi

Perilaku Sedasi, gelisah, kepala tertunduk, kuku siap


mencakar, terengah-engah, iritabilitas, sikap
agresif atau defensif, ketakutan, bingung,
aktivitas yang aneh

Sensorik Reflek kornea, reflek penempatan, reflek


tungkai belakang, peka terhadap bunyi dan
sentuhan, nistagmus

Neuromuskular Aktivitas meningkat atau berkurang,


fasikulasi tremor, konvulsi, ataksia, lemas,
opistotonus, respon

Kardiovaskular Denyut jantung meningkat atau berkurang,


sianosis, vasokontriksi, vasodilatasi,
pendarahan

4
Pernapasan Hipopnea, dispnea, terengah-engah, apnea

Mata Warna mata, pemeriksaaan oftalmologik,


Gastrointestinal Diare, muntah, feses, nafsu
makan

Gastrourinari Volume urin, konsistensi, warna

Kulit Warna, penampilan, bulu, eritema, bengkak

1. Metode konvensional
Hewan yang digunakan adalah rodensia tikus putih (strain Sprague
Dawleyatau Wistar) atau mencit (strain ddY atau BALB/c dan lain-
lainnya). Syarat hewan uji adalah sehat, umur 5-6 minggu untuk mencit,
8-12 minggu untuk tikus. Sekurang-kurangnya 3 kelompok yang masing-
masing kelompok. Umumnya sediaan uji diberikan dalam volume yang
tetap selama pengujian (konsentrasi berbeda). Hewan uji harus dipuasakan
sebelum diberikan perlakuan (tikus dipuasakan selama 14-18 jam, mencit
dipuasakan selama 3-4 jam, air minum boleh diberikan). Setelah
dipuasakan, hewan ditimbang dan diberikan sediaan uji.
2. Fixed dose method
Sekelompok hewan uji dengan jenis kelamin yang sama diberikan
dosis bertingkat menggunakan metode fixed doses antara lain: 5, 50, 300
dan 2000 mg/kg (dosis dapat ditambah hingga 5000 mg/kg). Dosis awal
dipilih berdasarkan uji pendahuluan sebagai dosis yang dapat
menimbulkan gejala toksisitas ringan tetapi tidak menimbulkan efek
toksik yang berat atau kematian.
3. Uji toksisitas subkronis oral
Uji toksisitas subkronis oral adalah suatu pengujian untuk
mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan
dosis berulang yang diberikan secara oral pada hewan uji selama sebagian
umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan. Prinsip dari
uji toksisitas subkronis oral adalah sediaan uji dalam beberapa tingkat

5
dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu
dosis per kelompok selama 28 atau 90 hari, bila diperlukan ditambahkan
kelompok satelit untuk melihat adanya efek tertunda atau efek yang
bersifat reversibel. Selama waktu pemberian sediaan uji, hewan harus
diamati setiap hari untuk menentukan adanya toksisitas. Hewan yang mati
selama periode pemberian sediaan uji, bila belum melewati periode rigor
mortis (kaku) segera diotopsi, dan organ serta jaringan diamati secara
makropatologi dan histopatologi.
4. Uji toksisitas kronis oral
Suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah
pemberian sediaan uji secara berulang sampai seluruh umur hewan. Uji
toksisitas kronis pada prinsipnya sama dengan uji toksisitas subkronis,
tetapi sediaan uji diberikan selama tidak kurang dari 12 bulan. Tujuan dari
uji toksisitas kronis oral adalah untuk mengetahui profil efek toksik setelah
pemberian sediaan uji secara berulang selama waktu yang panjang, untuk
menetapkan tingkat dosis yang tidak menimbulkan efek toksik (NOAEL).
2.2 LD50

Menurut Environmental Protection Agency (EPA 2002), LD50 digunakan


untuk mengetahui kematian 50% hewan percobaan dalam 24-96 jam. Pengaruh
LD50 secara umum diukur menggunakan dosis bertingkat yang terdiri dari
kelompok kontrol dan beberapa tingkat dosis yang berbeda. Toksisitas akut
dilakukan untuk mengetahui respon hewan percobaan terhadap dosis yang
diberikan. Penghitungan LD50 didasarkan pada jumlah kematian hewan percobaan.
Pengamatan hewan percobaan dilakukan selama 24 jam. Pada kasus tertentu sampai
7-24 hari (Donatus 1998).
Menurut Balls et al (1991) faktor-faktor yang berpengaruh pada LD50 sangat
bervariasi antara jenis satu dengan jenis yang lain dan antara individu satu dengan
individu yang lain dalam satu jenis. Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.

6
a. Spesies, Strain, dan Keragaman Individu
Setiap spesies mempunyai perbedaan kemampuan bioaktivasi dan toksikasi
suatu zat (Siswandono dan Bambang 1995). Semakin tinggi tingkat keragaman
suatu spesies dapat menyebabkan perbedaan nilai LD50.
b. Perbedaan Jenis Kelamin
Hewan betina mempunyai sistem hormonal yang berbeda dengan hewan jantan
sehingga menyebabkan perbedaan kepekaan terhadap suatu toksikan (Lazarovici
dan Haya 2002).
c. Umur
Hewan-hewan yang lebih muda memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap
obat karena enzim untuk biotransformasi masih kurang dan fungsi ginjal belum
sempurna (Ganong 2003
d. Berat Badan
Pada spesies yang sama, berat badan yang berbeda dapat memberikan nilai LD50
yang berbeda pula. Semakin besar berat badan maka jumlah dosis yang diberikan
semakin besar (Mutschler 1991).
e. Cara Pemberian
Pemberian obat melalui suatu cara yang berbeda pada spesies yang sama akan
memberikan hasil yang berbeda.
f. Kesehatan Hewan
Hewan yang tidak sehat dapat memberikan nilai LD50 yang berbeda
dibandingkan dengan nilai LD50 yang didapatkan dari hewan sehat (Siswandono
dan Bambang 1995).
g. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi toksisitas akut antara lain
temperatur, kelembaban, iklim, dan perbedaan siang dan malam.
2.2.1 Beberapa Metode Penentuan Letal Dosis

Beberapa metode yang umum dipakai untuk menentukan LD50 adalah


seperti berikut:
a. Metode Trevan
Metode ini merupakan cara yang sederhana, tetapi memerlukan
jumlah hewan yang besar untuk memperoleh hasil yang lebih teliti.

7
Beberapa tingkat dosis harus ditentukan terlebih dahulu. Pengamatan
dilakukan 24 jam setelah perlakuan dan ditentukan persen kematian
setiap kelompok. Antara log dosis dan persen kematian dihubungkan
sehingga didapatkan grafik yang berbentuk sigmoid. Nilai LD50
didapatkan dengan cara menarik garis dari angka 50% pada sumbu Y
dan diplotkan pada sumbu X. Titik potong pada absis menandakan
LD50 yang ditentukan.
b. Metode Perhitungan dengan Cara Grafik Miller dan Tainter
Perhitungan LD50 berdasarkan metode ini memerlukan kertas
probit logaritma. Skala yang digunakan adalah skala logaritma dan
skala probit. Skala logaritma digunakan pada absis sebelah kanan
sedangkan skala probit digunakan pada ordinat sebelah kiri. Skala
dibuat dalam skala persen yang setara dengan skala probit atau nilai
persen dapat dilihat di dalam tabel probit.
c. Metode Aritmatik Reed dan Muench
Metode ini menggunakan nilai-nilai kumulatif. Asumsi yang
dipakai bahwa kematian seekor hewan akibat dosis tertentu akan
mengalami kematian juga oleh dosis yang lebih besar dan hewan
bertahan hidup pada dosis tertentu juga akan tetap bertahan hidup pada
dosis yang lebih rendah.
Penetuan LD50 didapatkan berdasarkan persamaan berikut :
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 50 %−ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 50 %
PD = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 50 %−% 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 50 %

Sehingga nilai LD50 didapatkan,


Log 10 LD50 = - 7 + (P.Dx – 10)
Dimana :
P.D = Jarak proporsional
P = Proporsi peningkatan dosis
d. Metode Karber
Perhitungan nilai LD50 berdasarkan metode Karber menggunakan
rata-rata dari jumlah kematian hewan pada tiap kelompok dan
perbedaan antar dosis untuk interval yang sama. Nilai LD50, didapatkan
dari dosis terkecil yang menyebabkan kematian seluruh hewan dalam

8
satu kelompok, dikurangi dengan jumlah perkalian dibagi jumlah
hewan dalam tiap kelompok. Apabila dijabarkan dalam bentuk rumus
adalah seperti berikut.

Rumus :
LD 50 = a – (b/c)
Dimana :
a = Dosis terkecil yang menyebabkan kematian tertinggi dalam satu
kelompok dosis
b = Jumlah perkalian antara beda dosis dengan rata-rata kematian pada
interval sama.
c = Jumlah hewan dalam satu kelompok.
e. Metode Perhitungan Secara Grafik Litchfield dan Wilcoxon
Metode ini merupakan salah satu metode yang sering dipakai
dalam penetuan efektif dosis (Anonimous 2006). Metode ini terdiri dari
tingkat data dan range data dosis yang digunakan. Tingkat data akan
dibandingkan dengan suatu nilai untuk melihat diterima atau tidaknya
hipotesis yang digunakan (EPA 2002). Metode ini menggunakan
banyak tabel dan beberapa monogram. Heterogenitas data ditentukan
dengan uji chi kuadrat.
f. Metode Thomson dan Weil
Metode Thomson dan Weil memiliki kelebihan dari pada
metode-metode sebelumnya. Metode Thomson dan Weil mempunyai
tingkat kepercayaan yang cukup tinggi (Anonimous 2006). Metode ini
merupakan metode yang sering digunakan karena tidak memerlukan
hewan percobaan yang cukup banyak. Perhitungan LD50 tidak
menggunakan kertas probit logaritma. Uji heterogenitas data tidak
dilakukan dalam metode Thomson dan Weil (Anonimous 2006).
Metode ini menggunakan daftar perhitungan LD50 sehingga hasil lebih
akurat. Bentuk rumus dari metode Thomson dan Weil adalah sebagai
berikut
Log LD50 = Log D + d (f + 1)

9
Keterangan.
D = dosis terkecil yang digunakan
d = logaritma kelipatan
f = suatu faktor pada daftar perhitungan LD50 Weil (1952), dimana
r adalah jumlah kematian hewan dalam satu kelompok uji
n adalah jumlah hewan percobaan per kelompok
k adalah jumlah hewan percobaan -1
Kisaran nilai LD50 dihitung dengan rumus
Log kisaran = Log LD50 ± 2 d δf
Dimana δf = suatu nilai pada tabel tergantung pada nilai n dan k
2.3 Tramadol

Tramadol adalah analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor µ


yang lemah. Sebagian dari efek analgetiknya ditimbulkan oleh anhibisi ambilan
norepinefrin dan serotonin. Tramadol sama efektif dengan morfin atau meperidin
untuk nyeri ringan sampai sedang, tetapi untuk nyeri berat atau kronik lebih lemah.
Untuk nyeri persalinan tramadol sama efektif dengan meperidin dan kurang
menyebabkan depresi pernapasan pada neonatus.

Bioavailibilitas tramadol setelah dosis tunggal secara oral 68% dan 100% bila
digunakan secara IM. Afinitas terhadap reseptor µ hanya 1/6000 morfin, akan tetapi
metabolit utama hasil demetilasi 2-4 kali lebih poten dari obat induk dna berperan
untuk menimbulkan sebagian efek analgetiknya. Tramadol metabolisme di hati
danekskresi oleh ginjal, dengan masa paruh eleminasi 6 jam untuk tramadol dan 7,5
jam metabolit aktifnya. Analgesia timbul dalam 1 jam setelah penggunaan secara
oral dan mencapai puncak dalam 2-3 jam. Lama analgesia sekitar 6 jam. Dosis
maksimum per hari dianjurkan 400 mg.

Efek samping yang umum mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan
sakit kepala. Depresi pernapasan nampaknya kurang dibandingkan dengan dosis
ekuianalgetik morfin, dan derajat konstipasinya kurang daripada dosis ekuivalen
kodein (Farmakologi dan Terapi edisi 6, 2016).

Tramadol memiliki aksi ganda penghilang rasa sakit dengan bertindak


sebagai agonis opiat pusat dan sistem saraf pusat yang mengambil kembali inhibitor

10
norepinefrin dan serotonin. (+) - Tramadol dan metabolit O-desmethyl (M1) adalah
agonis reseptor mu selektif dan lemah yang dalam rangka, mengubah pelepasan
neurotransmiter nosiseptif. Dari dua molekul ini, metabolit M1 metabolit memiliki
afinitas 300 kali lebih besar untuk reseptor ini sementara (+) - tramadol juga
menghambat pengambilan kembali serotonin. Di sisi lain, (-) - tramadol
menghambat reuptake norepinefrin. (Beakley BD, 2015)

Selain mekanisme aksi utama ini, tramadol dikenal dan dipelajari sepenuhnya
karena aktivitas penghambatannya terhadap reseptor alfa2-adrenoreseptor, reseptor
neurokinin 1, dan reseptor muskarinik serta penghambatan saluran ion melalui
nicotinic acetylcholine receptor dan N-methyl-D- aspartate receptor. (Monteiro BP)

Volume distribusi tramadol dilaporkan berada di kisaran 2,6-2,9 L / kg dan


sekitar 20% dari pemberian tramadol ditemukan terikat dengan protein plasma.
Obat ini terutama dimetabolisme oleh hati dan metabolit diekskresikan terutama
oleh ginjal, menyumbang 90% dari ekskresi sedangkan 10% sisanya diekskresikan
melalui kotoran (Beakley BD, 2015). Sekitar 30% dari dosis diekskresikan dalam
urin sebagai obat yang tidak berubah, sedangkan 60% dari dosis diekskresikan
sebagai metabolit. Waktu paruh yang dibutuhkan 5-6 jam sedangkan metabolit M1
menyajikan waktu paruh 8 jam (Beakley BD, 2015). Dalam uji klinis, tingkat
pembersihan tramadol berkisar dari 3,73 ml / mnt / kg pada pasien gangguan ginjal
hingga 8,50 ml / mnt / kg pada orang dewasa yang sehat.

LD50 yang dilaporkan untuk tramadol, ketika diberikan secara oral pada
mencit, adalah 350 mg / kg (Vazzana M, 2015). Overdosis dapat dilihat sebagai
koma atau pingsan karena mengantuk, pupil yang menyempit, kejang, depresi
pernapasan, bradikardia, hipotensi, henti jantung, dan kematian. Dalam kasus
overdosis, buat kembali jalan napas pasien dan berikan ventilasi yang dibantu atau
dikontrol. Di hadapan henti jantung atau aritmia, mungkin diperlukan penggunaan
pijat jantung atau defibrilasi. Pemberian tramadol hidroklorida secara oral dengan
makanan tidak secara signifikan mempengaruhi laju atau tingkat penyerapannya,
oleh karena itu, tramadol hidroklorida dapat diberikan tanpa memperhatikan
makanan.

11
BAB III

METODE KERJA
3.1 Tempat dan waktu praktikum
Tempat : Laboratorium Farmakologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tanggal : Selasa, 9 April 2019
Waktu : 07.30 - 09.30 WIB
3.2 Alat dan bahan
Hewan percobaan : Mencit 4 ekor
Alat yang diperlukan : Sarung tangan, masker, koran, timbangan hewan,
stopwatch, wadah pengamatan, squid dan nidle.
Bahan yang diperlukan : Obat Tramadol, sabun cuci tangan.
3.3 Prosedur Kerja
- Hewan coba hendaknya dipuasakan semalam sebelum percobaan
- Sebelum digunakan hewan tersebut harus terlebih dahulu ditimbang
- Diberikan tanda pada bagian hewan tertentu dari hewan coba untuk
menyatakan berat hewan coba
- Hitung VAO obat Tramadol sebelum diinjeksikan secara oral kepada
hewan coba
- Injeksikan hewan percobaan dengan obat Tramadol
- Catat perlakuan hewan coba setelah diberikan obat Tramadol
- Catat waktu sampai hewan coba mati
- Hitung LD50

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan

Kelompok 1

Mencit 1 Mencit 2

t (menit) Gejala toksisitas t (menit) Gejala toksisitas

4.00 Penonjolan bola mata 04.25 Gelisah

5.00 Pandangan lurus 05.00 Dispenia (sesak)

12.00 Kepala terangkat keatas 07.26 Denyut jantung meningkat

14.00 Lebih banyak diam 10.15 Terengah-engah

15.17 Denyut jantung lebih cepat 13.20 Peka terhadap rangsangan

16.47 Masih waspada saat diberi 18.06 Ketakutan (bersembunyi)


rangsang

20.20 Respon berkurang 22.51 Aktivitas berkurang

23.00 Jalannya sempoyongan 29.35 BAB

Mencit 3 Mencit 4

t (menit) Gejala toksisitas t (menit) Gejala toksisitas

03.44 Gelisah 02.25 Menutup mata dan


membran niktitans

05.15 Mulai mengantuk 08.13 Ketakutan dan gelisah

06.20 Dispenia 10.57 Kepala tertunduk

09.57 Aktivitas berkurang 12.45 Aktivitas meningkat

13.03 Jilat kuku 14.56 Aktivitas menurun dan


reflex melemah

16.26 Hiperaktif

20.07 Peka terhadap sentuhan

25.09 Denyut jantung meningkat

13
Kelompok 2

Mencit 1 Mencit 2

t (menit) Gejala toksisitas t (menit) Gejala toksisitas

02.42 Kejang-kejang 3.03 Napas tidak teratur,


jantung berdebar

03.09 Mati

Mencit 3 Mencit 4

t (menit) Gejala toksisitas t (menit) Gejala toksisitas

01.52 Napas tidak beraturan, 00.12 Kejang-kejang


jantung berdebar tidak
beraturan

0.38 Cegukan

03.12 Jantung berdebar cepat

06.04 Memegang mulut

Kelompok 3

Mencit 1 Mencit 2

t (menit) Gejala toksisitas t (menit) Gejala toksisitas

0.45 Denyut jantung meningkat 0.31 Hiperaktif

1.38 Kejang-kejang 0.46 mati

5.46 Lemas

6.05 Buntut naik

6.14 Kejang-kejang

7.38 Kejang lemas

8.26 Diam

8.50 Mati

14
Mencit 3 Mencit 4

t (menit) Gejala toksisitas t (menit) Gejala toksisitas

7.00 Kejang-kejang 0.10 BAK

8.26 Kejang meningkat 0.18 mati

9.11 Makan sukam, mulut tidak


beraturan

10.02 Mulai lemas

12.25 Loncat-loncat

15.11 Kejang

16.00 Kejang diam di tempat

16.15 Denyut jantung tidak


beraturan

16.30 mati

Kelompok 4

Mencit 1 Mencit 2

t (menit) Gejala toksisitas t (menit) Gejala toksisitas

00.04 Kejang 00.25 Kejang

00.10 Loncat 00.51 Mata menjadi hitam


(melebar)

00.17 Mati 01.00 Mati

Mencit 3 Mencit 4

t (menit) Gejala toksisitas t (menit) Gejala toksisitas

00.04 Jantung berdebar 00.04 Berdebar-debar

00.15 Gerakan sempoyongan 00.24 Menggigil

00.50 Menggigil 00.57 Kejang dan pupil


melebar

02.25 Jantung berdebar kuat 01.30 Mati

15
02.43 Kejang-kejang

02.56 Ekor tegang

03.21 Jantung berdebar sangat


kuat

03.25 Kejang

03.50 Kejang

04.08 Gerakan sempoyongan

04.22 Kejang

04.48 Mencit lemas

05.32 Kejang

06.20 Mulai kehilangan kestabilan

07.37 Kehilangan fungsi gerak kaki

07.56 Kejang

08.40 Gerakan tidak teratur

09.12 kejang

11.23 Menggigil

11.53 Ekor naik-naik

13.00 Gemetar

15.16 Fungsi gerak kembali

16.46 Ekor mencit pucat

17.24 Kejang

20.11 Mencit menggigil-gigil

41.50 Kehilangan fungsi gerak


pada kaki depan

42.50 Pupil melebar

44.38 Sudah tidak merespon

44.57 Mati

16
Perhitungan LD50
Dosis Obat
Kelompok Log Dosis Kematian % Kematian %Probit
(mg/kgBB)

1 100 2 0 0 3,45

2 200 2,30103 1 25 4,33

3 500 2,69897 4 100 6,55

4 1000 3 4 100 6,55

a. Menggunakan probit

Persamaan regresi linier 4 titik


8
7
6
5
% Probit

4
3
2 y = 3.4389x - 3.3772
1 R² = 0.9178
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Log dosis

Persamaan regresi linier 3 titik


7
6
5
% Probit

4
3
2 y = 3.1134x - 2.8004
R² = 0.9996
1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Log dosis

17
y = % probit
x = log dosis
didapatkan y = 3,1134x – 2,8004
jika y = 5 ( probit 50%)
y = 3,1134x – 2,8004
5 = 3,1134x – 2,8004
3,1134x = 2,8004 + 5
3,1134x = 7,8004
7,8004
x=
3,1134

x = 2,505

LD50 = antilog 2,505


LD50 = 320 mg/kg
b. Menggunakan metode Thomson and Weil
Jumlah hewan 4/kelompok
Log m = log D + d (f+1)
m = LD50
D = dosis terkecil
d = log kelipatan dosis
R = antilog d
f = faktor ( lihat tabel Weil )

Log m = log D + d (f+1)


LD50 = log 100 + 2 (0,62500+1)
d = log R = log 2
d = 0,301
log m = log 100 + 0,301 (0,62500+1)
log m = 2 + 0,489125
log m = 2,489125

LD50 = antilog 2,489125


LD50 = 308,4 mg/kg

18
Karena % kematian tidak ada nilai probitnya jika data 0% tidak
dihitung, diperoleh LD50 = 320 mg/kg yang berbeda dengan cara metode
thomson and weil diperoleh hasil 308,4 mg/kg

Menurut literatur, jika:

 0% kematian, 4 hewan/kelompok (N)


0,25
× 100 = 6,25
4
 100% kematian, 4 hewan/kelompok (N)

𝑁 − 0,25
× 100
𝑁

4 − 0,25
× 100 = 93,75
4
3.2 Pembahasan

Pada praktikum ini mengenai uji toksisitas akut LD50 dari tramadol. Tramadol
adalah analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor µ yang lemah.
Sebagian dari efek analgetiknya ditimbulkan oleh anhibisi ambilan norepinefrin dan
serotonin. Tramadol sama efektif dengan morfin atau meperidin untuk nyeri ringan
sampai sedang, tetapi untuk nyeri berat atau kronik lebih lemah. Tramadol
tergolong dalam opioid sintetik lemah, sehingga dapat berikatan dengan reseptor
morfin pada tubuh manusia. Obat ini memiliki efektifitas yang sama dengan morfin
atau miperidin walaupun reseptor tramadol berjumlah lebih sedikit.

Bioavailibilitas tramadol setelah dosis tunggal secara oral 68% dan 100% bila
digunakan secara IM. Afinitas terhadap reseptor µ hanya 1/6000 morfin, akan tetapi
metabolit utama hasil demetilasi 2-4 kali lebih poten dari obat induk dan berperan
untuk menimbulkan sebagian efek analgetiknya. Tramadol metabolisme di hati
danekskresi oleh ginjal, dengan masa paruh eleminasi 6 jam untuk tramadol dan 7,5
jam metabolit aktifnya. Analgesia timbul dalam 1 jam setelah penggunaan secara
oral dan mencapai puncak dalam 2-3 jam. Lama analgesia sekitar 6 jam. Dosis
maksimum per hari dianjurkan 400 mg.

19
Tramadol memiliki aksi ganda penghilang rasa sakit dengan bertindak
sebagai agonis opiat pusat dan sistem saraf pusat yang mengambil kembali inhibitor
norepinefrin dan serotonin. (+) - Tramadol dan metabolit O-desmethyl (M1) adalah
agonis reseptor mu selektif dan lemah yang dalam rangka, mengubah pelepasan
neurotransmiter nosiseptif. Dari dua molekul ini, metabolit M1 metabolit memiliki
afinitas 300 kali lebih besar untuk reseptor ini sementara (+) - tramadol juga
menghambat pengambilan kembali serotonin. Di sisi lain, (-) - tramadol
menghambat reuptake norepinefrin. Mekanisme aksi utama ini, tramadol dikenal
dan dipelajari sepenuhnya karena aktivitas penghambatannya terhadap reseptor
alfa2-adrenoreseptor, reseptor neurokinin 1, dan reseptor muskarinik serta
penghambatan saluran ion melalui nicotinic acetylcholine receptor dan N-methyl-
D- aspartate receptor.

Volume distribusi tramadol dilaporkan berada di kisaran 2,6-2,9 L / kg dan


sekitar 20% dari pemberian tramadol ditemukan terikat dengan protein plasma.
Obat ini terutama dimetabolisme oleh hati dan metabolit diekskresikan terutama
oleh ginjal, menyumbang 90% dari ekskresi sedangkan 10% sisanya diekskresikan
melalui kotoran. Sekitar 30% dari dosis diekskresikan dalam urin sebagai obat yang
tidak berubah, sedangkan 60% dari dosis diekskresikan sebagai metabolit. Waktu
paruh yang dibutuhkan 5-6 jam sedangkan metabolit M1 menyajikan waktu paruh
8 jam. Dalam uji klinis, tingkat pembersihan tramadol berkisar dari 3,73 ml / mnt /
kg pada pasien gangguan ginjal hingga 8,50 ml / mnt / kg pada orang dewasa yang
sehat. LD50 untuk tramadol, ketika diberikan secara oral pada tikus, adalah 350 mg
/ kg. Overdosis dapat dilihat sebagai koma atau pingsan karena mengantuk, pupil
yang menyempit, kejang, depresi pernapasan, bradikardia, hipotensi, henti jantung,
dan kematian.

Tramadol diberikan secara oral pada hewan uji yaitu mencit. Pemberian
diberikan sebanyak 4 ekor mencit pada masing-masing kelompok. Dosis tramadol
pada masing-masing kelompok berbeda-beda, yaitu 100 mg/kgBB pada kelompok
1, 200 mg/kgBB pada kelompok 2, 500 mg/kgBB pada kelompok 3, dan
1000mg/kgBB pada kelompok 4. Berat mencit pada masing-masing kelompok juga
berbeda-beda yaitu pada kelompok 1 24 gram, 26 gram, 27 gram, dan 29 gram,

20
pada kelompok 2 21 gram, 28 gram, dan 25 gram, pada kelompok 3 29 gram, 27
gram, 25 gram, dan 24 gram, serta pada kelompok 4 24 gram, 21 gram, 26 gram,
dan 25 gram. Sehingga pada setiap pemberian obat pada masing-masing kelompok
memiliki perbedaan volume pada saat pemberian obat ke hewan uji.

Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada
sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji.
Hasil uji toksisitas tidak dapat digunakan secara mutlak untuk membuktikan
keamanan suatu obat atau sediaan/bahan pada manusia, namun dapat diberikan
petunjuk adanya toksisitas relatif dan membantu identifikasi efek toksik bila terjadi
pemaparan pada manusia. Uji toksisitas akut dilakukan dengan memberikan zat
kimia yang sedang diuji sebanyak satu kali dalam jangka waktu 24 jam. Uji
toksisitas akun digunakan untuk menentukan nilai median Lethal Dose (LD50) dari
suatu toksikan. Lethal dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara
statistik, guna menyatakan dosis tunggal suatu senyawa yang diperkirakan
menyebabkan kematian atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50%
hewan uji setelah perlakuan.

Uji toksisitas akut diawali dengan melakukan uji pendahuluan. Uji


pendahuluan bertujuan untuk memperoleh dosis terkecil yang menyebabkan
kematian 100% hewan uji dan dosis terbesar yang menyebabkan kematian 0%
hewan uji. Dosis 1000 mg/kgBB dipilih sebagai dosis terbesar yang mungkin
menyebabkan kematian hewan uji dan dosis 100 mg/kgBB dipilih sebagai dosis
terendah yang menyebabkan kematian semua (100%) hewan uji. Dosis yang
diberikan memiliki empat tingkatan dosis yang diperkirakan menyebabkan 10-90%
kematian hewan uji. Uji pendahuluan dilakukan sama halnya seperti uji toksisitas
akut yang sesungguhnya. Uji pendahuluan didasarkan pada tabel nilai LD50.

Pada kelompok 1 membutuhkan waktu yang lama untuk menunjukkan tanda-


tanda toksik dan juga tidak terjadi kematian pada keempat mencit setelah diamati
selama 24 jam. Hal ini dikarenakan dosis yang diberikan hanya 100 mg/kg BB
sehingga belum mencapai dosis maksimum dimana dosis maksimum tramadol 400
mg/kgBB dalam sehari. Pada kelompok 2, digunakan dosis 200 mg/kg BB. Pada
kelompok 2 membutuhkan waktu lebih cepat untuk menunjukkan tanda-tanda

21
toksik dibanding dengan kelompok 1 dan juga terdapat 1 mencit yang mati pada
menit ke tiga setelah pemberian obat. Hal ini dikarenakan dosis yang diberikan
lebih tinggi dibanding dengan dosis pada kelompok 1. Pada kelompok 3 dengan
dosis 500 mg/kg BB membutuhkan waktu lebih cepat untuk menunjukkan tanda-
tanda toksik dibanding dengan kelompok sebelumnya dan juga terjadi kematian
pada semua hewan uji. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan praktikan
dimana seharusnya terdapat satu mencit yang masih hidup.

Apabila dibandingkan dengan literatur seharusnya belum terjadi kematian


pada semua hewan uji dikarenakan LD50 tramadol pada mencit ialah 350 mg/kg
BB sehingga apabila ingin diperoleh kematian 100 % maka dosis yang diberikan
ialah sekitar 700 mg/kgBB. Ketidaksesuaian ini disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya ialah perbedaan umur pada mencit. Hewan-hewan yang lebih muda
memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap obat karena enzim untuk
biotransformasi masih kurang dan fungsi ginjal belum sempurna (Ganong 2003).
Kesehatan mencit juga mempengaruhi hasil pada percobaan ini. Kesehatan hewan
sangat dipengaruhi oleh kondisi hewan dan lingkungan. Hewan yang tidak sehat
dapat memberikan nilai LD50 yang berbeda dibandingkan dengan nilai LD50 yang
didapatkan dari hewan sehat (Siswandono dan Bambang 1995). Pada percobaan ini
digunakan mencit yang sebelumnya sudah mengalami banyak perlakuan salah
satunya ialah pemotongan ekor hewan pada uji obat antikoagulan yang mungkin
dapat mengganggu kesehatan mencit dan dapat juga dikarenakan faktor lain.

Pada kelompok 4 diperoleh hasil dengan kematian semua hewan uji dan juga
dalam waktu yang cepat. Hal ini dikarenakan dosis yang diberikan melebihi dari
dosis tramadol untuk membunuh 100% hewan uji. Pada kelompok 4 digunakan
dosis 1000 mg/kg BB sedangkan secara teori dosis yang dapat membunuh 100 %
hewan uji ialah sekitar 700 mg/KgBB. Pada perhitungan LD50 digunakan metode
thomson and weil dan juga Probit. Pada percobaan ini seharusnya di buat 4 titik ( 4
kelompok hewan ) akan tetapi data yang didapat pada kelompok 3 tidak sesuai
dengan yang diharapkan sehingga hanya digunakan 3 titik ( 3 kelompok kelas ).
Setelah didapat data hewan yang mati maka hal yang selanjutnya dilakukan dalam
mengolah data ialah mengubah dosis menjadi log dosis dan % kematian menjadi

22
probit. Setelah didapat log dosis dan probit maka hal selanjutnya ialah membuat
persamaan regresi linear dengan memplot log dosis sebagai sumbu x dan probit
sebagai sumbu y. Persamaan yang di dapat digunakan untuk menghitung nilai LD50
dengan mensubtitusikan nilai y dengan probit 50 % yaitu 5 sehingga di dapat x
sebagai log LD50.

Pada percobaan ini didapatkan hasil yang kurang sesuai dengan literatur
tetapi cukup mendekati yaitu 320 mg/kg dengan metode probit dan 308,4 mg/kg
dengan metode thomson and weil. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode
probit lebih akurat bila dibandingkan dengan metode thomson and weil. Pada hasil
perhitungan LD50 menggunakan analisa probit digunakan persamaan regresi linear
dengan 3 titik dan 4 titik. Pengunaan titik yang berbeda untuk membandingkan
keakuratan data yang dihasilkan. Pada saat menggunakan 4 titik didapatkan nilai
LD50 273 mg/kgBB dan ini tidak mendekati dengan literatur yang menyatakan LD50
tramadol. Saat menggunakan 3 titik didapatkan nilai LD50 sebesar 320 mg/kgBB
yang hampir mendekati LD50 tramadol pada literatur. Tetapi semakin banyak
variasi dosis atau tingkatan dosis akan mendapatkan rentang dosis yang banyak dan
dapat diketahui setiap dosis yang menyebabkan kematian hewan uji.

Pada perhitungan dengan metode thomson and weil menggunakan pola


kematian pada mencit yaitu 0,1,4,4 dan kelipatan dosis. Sedangkan probit tidak
melibatkan kelipatan dosis dalam perhitungannya. Akan tetapi terdapat
ketidaksesuaian pada perhitungan dengan metode probit apabila dosis 500 mg/kg
pada pengujian kelompok 3 diperhitungkan. Apabila data kelompok 3
diperhitungkan didapat nilai R pada persamaan regresi yang mendekati nilai 1 akan
tetapi didapat nilai LD50 yang tidak sesuai dengan literatur.

Pada percobaan ini banyak ketidaksesuaian yang terjadi karena beberapa


faktor baik dari kesalahan praktikan maupun keadaan mencit itu sendiri. Banyak
praktikan yang belum tepat saat menyonde sehingga terdapat sebagian obat yang
keluar dari mulut mencit. Hal ini mempengaruhi keseragaman dosis antara mencit
satu dengan lainnya dalam satu kelompok percobaan. Pada percobaan ini digunakan
hewan percobaan berupa mencit yang pada praktikum sebelumnya telah dilakukan
berbagai perlakuan sehingga dapat memberikan efek terhadap kesehatan mencit.

23
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
LD50 digunakan untuk mengetahui kematian 50% hewan percobaan dalam
24 jam. Obat yang digunakan adalah Tramadol yang merupakan analog kodein
sintetik yang merupakan agonis reseptor µ yang lemah. Sebagian dari efek
analgetiknya ditimbulkan oleh anhibisi ambilan norepinefrin dan serotonin.
Berdasarkan hasil perhitungan yang didapat nilai LD50 dengan metode probit lebih
akurat sebesar 320 mg/KgBB mendekati dengan LD50 dalam literatur sebesar 350
mg/KgBB, dibandingkan dengan nilai LD50 metode Thomson dan Weil sebesar
308,4 mg/KgBB.
Ketidaksesuaian terjadi karena beberapa faktor, praktikan yang belum tepat
saat menyonde sehingga mempengaruhi keseragaman dosis, serta percobaan ini
digunakan hewan percobaan berupa mencit yang telah dilakukan perlakuan pada
praktikum sebelumnya sehingga dapat mempengaruhi kesehatan mencit.

5.2 Penutup

Praktikan agar berhati-hati dalam menyonde dan melakukan penyondean


dengan baik dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu digunakan mencit
yang sehat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo. BPOM Republik
Indonesia.

Ball, R., dan Shivakumar, L. 2005. “Earnings Quality In UK Private Firms:


Comparative Loss Recognition Timeliness”. Journal of Accounting and
Economics, Vol. 39: 83-128

Balls M, James B, Jacqueline. 1995. Animals And Alternatives in Toxicology.


Great Britain at the University Press. Cambridge.

Donatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, 208, Laboratorium Farmakologi dan


Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari
Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.
Hal.49

Loomis, T.A., 1978, Toksikologi Dasar, diterjemahkan oleh Imono Argo Donatos,
Edisi III, 282, IKIP Semarang Press, Semarang.

Lu,F.C., 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko,
Edisi II, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, 237-247, UI Press, Jakarta.

Martyn-St James M, Cooper K, Kaltenthaler E, Dickinson K, Cantrell A, Wylie K,


Frodsham L, Hood C: Tramadol for premature ejaculation: a systematic
review and meta-analysis. BMC Urol. 2015 Jan 30;15:6. doi: 10.1186/1471-
2490-15-6. [PubMed:25636495]

Monteiro BP, Klinck MP, Moreau M, Guillot M, Steagall PV, Pelletier JP, Martel-
Pelletier J, Gauvin D, Del Castillo JR, Troncy E: Analgesic efficacy of
tramadol in cats with naturally occurring osteoarthritis. PLoS One. 2017 Apr
12;12(4):e0175565. doi: 10.1371/journal.pone.0175565. eCollection 2017.
[PubMed:28403198]

25
Monteiro, M.F., Dario, C.S.F., 2004. Physical Exercise and Blood Pressure Control.
Rev Bras Med Esporte

Mutschler, E., 1999, Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi,
diterjemahkan oleh Widianto, M.B., dan Ranti, A.S., Edisi Kelima, Penerbit
ITB, Bandung

Shin HW, Ju BJ, Jang YK, You HS, Kang H, Park JY: Effect of tramadol as an
adjuvant to local anesthetics for brachial plexus block: A systematic review
and meta-analysis. PLoS One. 2017 Sep 27;12(9):e0184649. doi:
10.1371/journal.pone.0184649. eCollection 2017. [PubMed:28953949]

S.Weil,Carlos. 1952. Tables For Convenient Calculation Of Median Effective Dose


(LD50 or ED50) And Instructions In Their Use. Biometrics

Vazzana M, Andreani T, Fangueiro J, Faggio C, Silva C, Santini A, Garcia ML,


Silva AM, Souto EB: Tramadol hydrochloride: pharmacokinetics,
pharmacodynamics, adverse side effects, co-administration of drugs and
new drug delivery systems. Biomed Pharmacother. 2015 Mar;70:234-8. doi:
10.1016/j.biopha.2015.01.022. Epub 2015 Feb 7. [PubMed:25776506]

26
Lampiran
1. Perhitungan

Kelompok Dosis Obat Tramadol

1 100 mg/kgBB

2 200 mg/kgBB

3 500 mg/kgBB

4 1000 mg/kgBB

A. Perhitungan VAO
1. Kelompok 1
Konsentrasi Tramadol = 50 mg/ml
Dosis = 100 mg/kgBB
 BB Mencit 1 = 24 gram = 0,024 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
100 𝑥 0,024 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,05 ml
 BB Mencit 2 = 29 gram = 0,029 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
100 𝑥 0,029 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,058 ml
 BB Mencit 3 = 27 gram = 0,027 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
100 𝑥 0,027 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,054 ml

27
 BB Mencit 4 = 26 gram = 0,026 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
100 𝑥 0,026 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,052 ml
2. Kelompok 2
Konsentrasi Tramadol = 50 mg/ml
Dosis = 200 mg/kgBB
 BB Mencit 1 = 2,8 gram = 0,028 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
200 𝑥 0,028 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,112 ml
 BB Mencit 2 = 2,8 gram = 0,028 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
200 𝑥 0,028 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,112 ml
 BB Mencit 3 = 2,1 gram = 0,021 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
200 𝑥 0,021 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,084 ml
 BB Mencit 4 = 2,5 gram = 0,025 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
200 𝑥 0,025 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,1 ml

28
3. Kelompok 3
Konsentrasi Tramadol = 50 mg/ml
Dosis = 500 mg/kgBB
 BB Mencit 1 = 29 gram = 0,029 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
500 𝑥 0,029 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,29 ml
 BB Mencit 2 = 27 gram = 0,027 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
500 𝑥 0,027 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,27 ml
 BB Mencit 3 = 25 gram = 0,025 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
500 𝑥 0,025 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,25 ml
 BB Mencit 4 = 24 gram = 0,024 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
500 𝑥 0,024 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,24 ml

29
4. Kelompok 4
Konsentrasi Tramadol = 50 mg/ml
Dosis = 1000 mg/kgBB
 BB Mencit 1 = 24 gram = 0,024 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
1000 𝑥 0,024 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,48 ml
 BB Mencit 2 = 21 gram = 0,021 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
1000 𝑥 0,021 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,42 ml
 BB Mencit 3 = 26 gram = 0,026 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
1000 𝑥 0,026 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,52 ml
 BB Mencit 4 = 25 gram = 0,025 kg
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
VAO =
𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑚𝑔
1000 𝑥 0,025 𝑘𝑔
𝑘𝑔
VAO = 50𝑚𝑔
𝑚𝑙

VAO = 0,5 ml

30
2. Dokumentasi
1. Kelompok 1 (tidak ada foto)
2. Kelompok 2

3. Kelompok 3

31
4. Kelompok 4

32
33

Anda mungkin juga menyukai