Anda di halaman 1dari 20

Praktikum Rangkaian Elektronika II

LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA II

Kelompok 2

Kelas JTD 2C

Anggota Kelompok:

Handy Widianto P / 1841160125

PROGRAM STUDI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019

Politeknik Negeri Malang 1


Praktikum Rangkaian Elektronika II

PERCOBAAN I
KARAKTERISTIK OP-AMP

1.1.Tujuan
• Mempelajari Pengoperasian penguat inverting.
• Mempelajari Pengoperasian penguat non inverting.
• Mempelajari Pengoperasian penguat penjumlah.
• Mempelajari karakteristik common mode rejection pada op amp.

1.2. Alat dan Bahan


• Modul Praktikum 1 buah
• Osiloskop Dual Trace 1 buah
• Power Supply 1 buah
• Generator Fungsi 1 buah
• Kabel Penghubung secukupnya

1.3.Teori Dasar

a. Prinsip kerja op-amp


Op-amp pada dasarnya adalah sebuah differential amplifier (penguat
diferensial) yang memiliki dua masukan. Input (masukan) op-amp seperti yang
telah dimaklumi ada yang dinamakan input inverting dan non-inverting. Op-amp
ideal memiliki open loop gain (penguatan loop terbuka) yang tak terhingga
besarnya. Seperti misalnya op-amp LM741 yang sering digunakan oleh banyak
praktisi elektronika, memiliki karakteristik tipikal open loop gain sebesar 104 ~
105. Penguatan yang sebesar ini membuat op-amp menjadi tidak stabil, dan
penguatannya menjadi tidak terukur (infinite). Disinilah peran rangkaian negative
feedback (umpanbalik negatif) diperlukan, sehingga op-amp dapat dirangkai
menjadi aplikasi dengan nilai penguatan yang terukur (finite). Impedasi input op-
amp ideal mestinya adalah tak terhingga, sehingga mestinya arus input pada tiap
masukannya adalah 0. Sebagai perbandingan praktis, op-amp LM741 memiliki
impedansi input Zin = 106 Ohm. Nilai impedansi ini masih relatif sangat besar
sehingga arus input op-amp LM741 mestinya sangat kecil.
Ada dua aturan penting dalam melakukan analisa rangkaian op-amp
berdasarkan karakteristik op-amp ideal. Aturan ini dalam beberapa literatur
dinamakan golden rule, yaitu :

Politeknik Negeri Malang 2


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Aturan 1 : Perbedaan tegangan antara input v+ dan v- adalah nol (v+ - v- = 0


atau v+ = v- )
Aturan 2 : Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0)
Inilah dua aturan penting op-amp ideal yang digunakan untuk menganalisa
rangkaian op-amp.

b. Op amp sebagai penguat non-inverting


Penguat Non-Inverting memilik output dan input yang berpolaritas sama. Output
memiliki penguatan tergantung Rfeedback(Rf) dan Rinput(Ri) seperti yang
ditunjukkan pada gambar dibawah

Rumus penguatannya sebagai berikut


𝑅𝑖 + 𝑅𝑓
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛 ( )
𝑅𝑖
Atau dengan kata lain
𝑅𝑓
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛 (1 + )
𝑅𝑖
Sehingga penguatan tegangan untuk
penguat non-inverting ini adalah :
𝑉𝑜 𝑅𝑓
𝐴𝑉 = − = (1 + )
𝑉𝑖 𝑅𝑖
Dengan demikian, penguat non-pembalik memiliki penguatan minimum bernilai
1.Karena tegangan sinyal masukan terhubung langsung dengan masukan pada
penguat operasional maka impedansi input bernilaiZin = ∞, dan impedansi output,
Zo = 0 Ω
c. Op amp sebagai penguat inverting
Rangkain Op-Amp dasar yang menyediakan penguatan tegangan membalik ini
ditunjukkan pada Gambar 3. Ini adalah rangkaian yang sangat berguna
yang juga menyediakan landasan untuk rangkaian-rangkaian Op-Amp lainnya.
Dari gambar rangkaian tersebut menunjukkan bahwa rangkaiannya adalah suatu
rangkaian umpan balik karena resistor R2 menyediakan jalur umpan balik dari
output ke input Op-Amp. Umpan balik tersebut adalah jenis umpan balik negatif
karena simyal umpan baliknya dihubungkan ke terminal pembalik (diberi label ‘–

Politeknik Negeri Malang 3


Praktikum Rangkaian Elektronika II

‘). Gambar 3. Penguat Tegangan Pembalik Sebuah penguat pembalik


menggunakan umpan balik negatif untuk membalik dan menguatkan sebuah
tegangan.Resistor R2 melewatkan sebagian sinyal keluaran kembali ke masukan.
Karena keluaran taksefase sebesar 180°, maka nilai keluaran tersebut secara
efektif mengurangi besar masukan.Ini mengurangi penguatan keseluruhan dari
penguat dan disebut dengan umpan balik negatif.Pada prinsipnya sebuah penguat
operasional (operational amplifier) ideal memiliki impedansi masukan yang
sangat besar hingga dinyatakan sebagai impedansi masukkan tak terhingga
(infinite input impedance). Kondisi penguat operasional yang memiliki impedansi
masukan takterhingga tersebut menyebabkan tidak adanya arus yang melewati
masukkan membalik (inverting input) pada penguat opersional. keadaan tak
berarus pada masukan membalik tersebut membuat tegangan jatuh diantara
masukan membalik dan masukkan tak membalik bernilai 0 Volt. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa tegangan pada masukan membalik adalah bernilai 0 Volt
karena kondisi masukan tak membalik (non-inverting input) yang di
hubungkan ke rel netral/ ground. Kondisi masukan membalik (inverting input)
yang memiliki tegangan 0Volt tersebut dinyatakan sebagai pentanahan semu
(Virtual Earth/ Ground).
Tegangan output adalah :
𝑅𝑓
𝑉𝑂 = − . 𝑉𝑖
𝑅𝑖
Tanda negatif menunjukkan bahwa keluaran adalah pembalikan dari masukan.
Contohnya jika R2 adalah 100K Ω dan R1 adalah 1K Ω, maka nilai penguatan
adalah -100KΩ / 1K Ω, yaitu - 100. Impedansi input dan output dari rangkaian
penguat pembalik pada Gambar 3 juga sangat menarik. Impedansi output pada
OpAmp ideal adalah nol dan oleh karena itu impedansi output pada rangkaian
penuhnya adalah nol. Impedansi output, Zo = 0 Ω Impedansi input pada rangkaian
tersebut ditentukan dengan rasio Zi = Vi / i1, sedangkan i1= Vi / Ri , sehingga
Impedansi input, Zi = Ri
d. Common mode rejection pada op-amp
Parameter CMRR (Commom Mode Rejection Ratio) pada sebuah Op-Amp
merupakan salah satu parameter yang penting dan menentukan kualitas dari
penguat operasional (Op-Amp) tersebut. Dimana semakin tinggi nilai parameter
CMRR (Commom Mode Rejection Ratio) ini maka Op-Amp memiliki respon
frekuensi yang semakin baik. Parameter CMRR ini cukup penting untuk
menunjukkan kinerja op-amp tersebut. Op-amp dasarnya adalah penguat
diferensial dan mestinya tegangan input yang dikuatkan hanyalah selisih tegangan
antara input v1 (non-inverting) dengan input v2 (inverting). Karena ketidak-
idealan op-amp, maka tegangan persamaan dari kedua input ini ikut juga
dikuatkan. Parameter CMRR diartikan sebagai kemampuan op-amp untuk
menekan penguatan tegangan (common mode) sekecil kecilnya.
e. Op amp sebagai penguat penjumlah
Penguat penjumlah menjumlahkan beberapa tegangan masukan, dengan
persamaan sebagai berikut:

Politeknik Negeri Malang 4


Praktikum Rangkaian Elektronika II

𝑅1 𝑅2 𝑅3
𝑉𝑂 = − ( . 𝑉𝐵 + . 𝑉𝐵 + .𝑉 )
𝑅𝐴 𝑅𝐵 𝑅𝐶 𝐶

1.4.Prosedur Percobaan A. Penguat Op-Amp Inverting


1. Hubungkan rangkaian sebagai berikut:

R 10KΩ
F
𝐼2

10 KΩ 𝐼1
-
RR 𝐼3
+
Function
Generator
1KHz

Gambar 1.1 Rangkaian Penguat Op-Amp Inverting


2. Set generator pada fungsi 1 kHz, serta naikkan amplitudonya sampai
mencapai 1Vpp, amati serta catat besar Vout dan fasa yang terjadi.
3. Ganti nilai RR dengan nilai resistansi seperti tertera dalam tabel 1.1 serta
amati Vout dan fasanya, lengkapi tabel 1.1.

Politeknik Negeri Malang 5


Praktikum Rangkaian Elektronika II

B. Penguat Non Inverting


1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar 1.2 berikut:

𝐼1 𝐼2
𝐼3 -

𝐼4 +

Gambar 1.2 Rangkaian Penguat Non Inverting


2. Ulangi langkah pada prosedur pecobaan penguat Op-Amp Inverting
untuk langkah 2-3 serta lengkapi Tabel 1.2.

C. Common Mode Rejection


1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar 1.3 di bawah ini:

-
+

Gambar 1.3 Rangkaian Common Mode Rejection


2. Set generator frekuensi sebesar 4 Vpp 1kHz kemudian hubungkan ke input
rangkaian. Catat nilai output rangkaian pada tabel 1.3.
3. Ganti nilai R1 dengan hambatan yang tertera pada Tabel 1.3. Lengkapi
tabel 1.3!

D. Penguat Penjumlah
1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar di bawah ini:

Politeknik Negeri Malang 6


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Gambar 1.4 Rangkaian penguat penjumlah


2. Berikan tegangan input V1 = 1Vpp, 1kHz dan V2= 2Vpp, 1 kHz.
3. Sambungkan nilai R1 dengan hambatan 3.3k
4. Amati nilai tegangan keluaran op-amp!
5. Ubah nilai hambatan R1 sesuai dengan nilai yang tertera pada Tabel 1.4
dan ulangi langkah 4.
6. Lengkapi Tabel 1.4

1.5 Hasil Pecobaan


1.5.1 Data Percobaan Penguat Op-Amp Inverting
Tabel 1.1 Hubungan antara VIN dan Vout Penguat Op-Amp Inverting
Vinp-p Vinp-p Voutp-p (V) fasa
RR Gain
(V) (V)
RF
(kΩ) Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek
praktek

10 10 1 -1.05 -1 -1 -1.15 -1 -1 -1.09 180 180 180°


kΩ
3,3 1 -1.05 -3.03 -3.03 -3.37 - -3.03 -3.2 180 180 180°
3.03
4.7 1 -1.05 - -2.12 -2.32 - -2.12 -2.2 180 180 180°
2.127 2.127
33 1 -1.05 - -0.304 -0.38 - -0.304 -0.35 180 180 180°
0.303 0.303

Politeknik Negeri Malang 7


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.5.2 Data Percobaan Penguat Op-Amp Non Inverting


Tabel 1.2 Hubungan antara VIN dan Vout Penguat Op-Amp Non Inverting
RF RR Vinp-p Voutp-p (V) fasa
(kΩ) Gain
(V)
Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek

10 10 -1.04 2 1.98 -2.3 2 1.98 -2.21 0 0 0°


kΩ
3,3 -1.06 1.33 1.31 -4.67 1.33 1.31 -4.33 0 0 0°
4.7 -1.07 1.47 1.46 -3.56 1.47 1.46 -3.32 0 0 0°
33 -1.02 4.3 4.26 -1.5 4.3 4.26 -1.47 0 0 0°

1.5.3 Data Percobaan Common Mode Rejection Op-Amp


Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Common Mode Rejection
RF R1 Vinp-p Vinp-p Voutp-p (V) Fasa
(kΩ)
(V) (V)
Teori Simulasi Praktik Teori simulasi Praktek
praktek
10 10 4 4.05 0 40u 0 0 0 -
kΩ
3,3 4 4.09 -4.06 -4.01 4.5 180 181.08 180°
4.7 4 4.15 -2.264 -2 2.32 180 175.68 180°
33 4 4.12 1.39 1.37 1.53 0 0 0°

1.5.4 Data Percobaan Penguat Penjumlah


Tabel 1.4 Hubungan antara VIN dan Vout Penguat Penjumlah
R1 V1p-p V2p-p V1p-p V2p-p Voutp-p (V) fasa
R2, (kΩ) Gain
(V) (V) (V) (V)
RR Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek Teori Simulas
praktek praktek

10 3,3 1 2 1.09 2.09 - -4.93 5.08 -5.03 -4.93 4.66 180 180
kΩ 5.03
4.7 1 2 1.09 2.09 - -4.1 4.24 - -4.1 3.88 180 180
4.127 4.127
33 1 2 1.09 2.09 -2.3 -2.3 2.01 -2.3 -2.3 1.84 180 180

Politeknik Negeri Malang 8


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.6 Analisis Hasil Praktikum


Analisis hasil praktikum dibuat berdasarkan pada capaian pembelajaran sub bahasan
(1.1). Analisis meliputi:
1. Bentuk umum persamaan tegangan output pada penguat op-amp inverting
𝐼1 = 𝐼2 + 𝐼3
𝐼1 = 𝐼2 + 0
𝑉𝐼𝑁 𝑉𝑂𝑢𝑡
=−
𝑅𝑅 𝑅𝐹
𝑉𝐼𝑁 . 𝑅𝐹
𝑉𝑂𝑢𝑡 = −
𝑅𝑅

2. Analisis fasa tegangan output pada penguat op-amp inverting

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑑𝑢𝑎 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘


Beda fasa = 𝑥360𝑜
𝑇

511.364
𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑎 = 𝑥360𝑜 = 180𝑜
1000
3. Bentuk umum persamaan tegangan output pada penguat op-amp non inverting
0 − 𝑉𝐴
𝐼1 =
𝑅𝐹

Politeknik Negeri Malang 9


Praktikum Rangkaian Elektronika II

−𝑉𝐴 𝑉𝐼𝑁
𝐼1 = =−
𝑅𝐹 𝑅𝐹
𝑉𝐴 − 𝑉𝑜 𝑉𝐼𝑁 − 𝑉𝑜
𝐼2 = =
𝑅𝑅 𝑅𝑅
𝑉𝐴 = 𝑉𝐼𝑁
𝐼1 = 𝐼2
−𝑉𝐼𝑁 𝑉𝐼𝑁 − 𝑉𝑂
=
𝑅𝐹 𝑅𝑅

(−𝑉𝑖𝑛)𝑅𝑟 = (𝑉𝑖𝑛 − 𝑉𝑜)𝑅𝐹


(−𝑉𝑖𝑛)𝑅𝑟 = 𝑉𝑖𝑛. 𝑅𝐹 − 𝑉𝑜. 𝑅𝐹
𝑉𝑜. 𝑅𝐹 = 𝑉𝑖𝑛. 𝑅𝐹 + 𝑉𝑖𝑛. 𝑅𝑅
𝑉𝑖𝑛(𝑅𝐹 + 𝑅𝑅 )
𝑉𝑜 =
𝑅𝐹
4. Analisis fasa tegangan output pada penguat op-amp non inverting

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑑𝑢𝑎 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘


Beda fasa = 𝑥360𝑜
𝑇
0
𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑎 = 𝑥360𝑜 = 0𝑜
1000
5. Perbedaan output penguat op-amp inverting dan non-inverting
 Perbedaan output terletak pada fasa dan besar V.output.

Politeknik Negeri Malang 10


Praktikum Rangkaian Elektronika II

 V.output non inverting lebih besar dari pada inverting

6. Analisis fenomena tegangan output pada percobaan common mode rejection


𝑉𝑖𝑛 − 𝑉𝑎
𝐼2 =
𝑅1
𝑉𝑖𝑛 − 𝑉𝑏
𝐼3 =
𝑅2
𝑉𝑎 − 𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐼5 =
𝑅𝑓
𝑉𝑏 − 0
𝐼4 =
𝑅3

𝐼3 = 𝐼4
𝑉𝑖𝑛 − 𝑉𝑏 𝑉𝑏 − 0
=
𝑅2 𝑅3
𝑉𝑖𝑛 . 𝑅3 − 𝑉𝑏 . 𝑅3 = 𝑉𝑏 . 𝑅2
𝑉𝑖𝑛 . 𝑅3 = 𝑉𝑏 . (𝑅3 + 𝑅2 )
𝑉𝑖𝑛 . 𝑅3
𝑉𝑏 =
(𝑅3 + 𝑅2 )
𝑉𝑖𝑛 − 𝑉𝑎 𝑉𝑜𝑢𝑡
= 𝑉𝑎 −
𝑅1 𝑅𝑓
𝑉𝑖𝑛 . 𝑅𝑓 − 𝑉𝑎 . 𝑅𝑓 = 𝑉𝑎 . 𝑅1 − 𝑉𝑜𝑢𝑡 . 𝑅1
𝑉𝑖𝑛 . 𝑅𝑓 + 𝑉𝑜𝑢𝑡 . 𝑅1 = 𝑉𝑎 . 𝑅1 + 𝑉𝑎 . 𝑅𝑓
𝑉𝑖𝑛 . 𝑅𝑓 + 𝑉𝑜𝑢𝑡 . 𝑅1 = 𝑉𝑎 ( 𝑅1 + 𝑅𝑓 )
𝑉𝑖𝑛 . 𝑅3
𝑉𝑖𝑛 . 𝑅𝑓 + 𝑉𝑜𝑢𝑡 . 𝑅1 = ( 𝑅1 + 𝑅𝑓 )
(𝑅3 + 𝑅2 )
𝑉𝑖𝑛 . 𝑅3
𝑉𝑜𝑢𝑡 . 𝑅1 = ( 𝑅1 + 𝑅𝑓 ) − 𝑉𝑖𝑛 . 𝑅𝑓
(𝑅3 + 𝑅2 )

𝑉𝑖𝑛 . 𝑅3 𝑅1 + 𝑅2 𝑅𝑓 𝑉𝑖𝑛 . 𝑅𝑓
𝑉𝑜𝑢𝑡 = −
(𝑅3 + 𝑅2 )𝑅1 𝑅1
𝑅3 (𝑅1 + 𝑅𝑓 ) 𝑅𝑓
𝑉𝑜𝑢𝑡 = ( − ) . 𝑉𝑖𝑛
(𝑅3 + 𝑅2 )𝑅1 𝑅1
Bentuk umum persamaan tegangan output pada penguat penjumlah
Hasil praktikum dibandingkan berdasarkan teori, simulasi software dan pengukuran.
Perbedaan nilai tersebut kemudian dianalisis dan dicari solusi penyebabnya.

Politeknik Negeri Malang 11


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.7 Kesimpulan
Dari analisis dan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada
praktikum karakteristik Op-Amp dapat disimpulkan bahwa Op-Amp
memiliki beberapa jenis diantaranya yaitu, penguat inverting, penguat non
inverting, commen mode rejection, dan penguat penjumlah. Penguat
tersebut mempunyai dasar persamaan perhitungan yang berbeda-beda
sehinga output yang dihasilkan masing-masing jenis Op-Amp juga
berbeda. Penguat Inverting memiliki persamaan dengan Vo bernilai
negatif, hal ini menandakan bahwa output yang dihasilkan memiliki beda
fasa sebesar 180º dengan inputnya. Penguat Non-Inverting mempunyai
persamaan dengan Vo bernilai positif yang berarti output yang dihasilkan
tidak memiliki beda fasa dengan input yang diberikan (beda fasa 0º).
Common Mode Rejection pada umumnya digunakan untuk mengukur
kualitas dari Op-Amp, semakin tinggi nilai yang didapatkan maka
semakin bagus kepekaan yang dimiliki oleh Op-Amp tersebut. Penguat
penjumlah tedapat penguat penjumlah inverting dan penguat penjumlah
non-inverting. Cara kerja penguat penjumlah pada praktikum ini hampir
sama dengan penguat inverting, hanya saja dalam penguat penjumlah
terdapat penggabungan (penjumlahan) input yang lebih dari 1.

Untuk mengoperasikan Op-Amp juga diperlukan landasan teori dan


perhitungan sehingga dapat mengoperasikan Op-Amp sesuai dengan yang
dinginkan.

1.8 Referensi
http://elektronika-dasar.web.id/operasional-amplifier-op-amp/

Politeknik Negeri Malang 12


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.9 Lampiran
1.9.1 Simulasi

Rangkaian Op-Amp Inverting

Inverting 3.3kΩ Inverting 4.7kΩ

Inverting 10kΩ Inverting 33kΩ

Politeknik Negeri Malang 13


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Rangkaian Op-Amp Non Inverting

Non Inverting 3.3kΩ Non Inverting 4.7kΩ

Non Inverting 10k Non Inverting 33kΩ

Politeknik Negeri Malang 14


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Rangkaian Penguat

Penguat 3.3kΩ Penguat 4.7kΩ

Penguat 33kΩ

Politeknik Negeri Malang 15


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Rangkaian Common Mode Rejection

R=10kΩ R=3.3kΩ

R=4.7kΩ R=33kΩ

Politeknik Negeri Malang 16


Praktikum Rangkaian Elektronika II

1.9.2 Praktek
Inverting

3.3k CH1 3.3k CH2

4.7k CH1 4.7k CH2

10k CH1 10k CH2

33k CH1 33k CH2

Politeknik Negeri Malang 17


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Non Inverting

3.3k CH1 3.3 CH2

4.7k CH1 4.7k CH2

10k CH1 10k CH2

33k CH1 33k CH2

Politeknik Negeri Malang 18


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Common Mode Rejection

3.3k CH1 3.3 CH2

4.7k CH1 4.7k CH2

10k CH1 10k CH2

33k CH1 33k CH2

Politeknik Negeri Malang 19


Praktikum Rangkaian Elektronika II

Penguat Penjumlah

V1 3.3k V2 3.3k

Vout 3.3k Vout 4.7k

Vout 33k

Politeknik Negeri Malang 20

Anda mungkin juga menyukai