Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

METODE SURVEI SATWA LIAR


“Burung”

Oleh :
SULHADANA
(G2J119010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019

Makalah Biodiversitas
METODE SURVEI SATWA LIAR

A. Metode Titik (Point count method)

Metode point count merupakan metode perhitungan data yang dilakukan dari
lokasi dan rentang waktu yang telah ditentukan dengan pasti (Arby dkk., 2013).
Umumnya metode ini dilakukan selama 10 menit di tiap titik pengamatan dan dapat
dilakukan setiap waktu tanpa memperhatikan musim kawin. Metode point count
dilakukan dengan cara menentukan titik tengah terlebih dahulu dengan
menggunakan alat ukur dan kemudian menentukan jarak kembali hingga
membuat wilayah pengamatannya menjadi berbentuk lingkaran. Pada penggunaan
metode point count, pengamat berdiam di tiap titik pengamatan selama 5 menit
untuk mengamati dan mencatat burung yang teramati atau terdengar.

1. Alat dan Bahan


- Global Position System (GPS)
- Teropong Binokuler
- Alat perekam suara
- Kamera DSLR
- Alat tulis
- Buku panduang lapangan (Field guide) burung.
- Termohigrometer.

Makalah Biodiversitas
2. Prosedur Kerja

- Pengamatan di jalur I dan II pada titik 1, 2, 3, 4, dan 5 masing-masing


pagi hari yaitu pukul 06.00-09.00 WITA dan sore hari pada pukul 15.00-
18.00 WITA.
- Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan teropong binokuler.
- Dokumentasi berupa gambar dilakukan dengan mengambil foto burung
menggunakan kamera DSLR. Burung yang sulit teramati dapat dilakukan
pengambilan data berupa suara yang direkam menggunakan alat perekam
suara.
- Pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan alat yaitu
termohigrometer.
- Pengambilan data vegetasi tumbuhan dilakukan dengan mencatat jenis-
jenis tumbuhan yang dijadikan tempat burung untuk hinggap pada
masing-masing titik lokasi pengamatan.
3. Analisis Data
Data berupa jumlah perjumpaan burung disetiap lokasi pengamatan
akan dianalisis indeks keanekaragaman, frekuensi keterdapatan (Fi),
dan indeks kelimpahan relatif (IKR) spesies burung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut. Indeks keanekaragaman dengan menggunakan rumus
yang diadopsi dari Shannon dan Wiener (1988):

Makalah Biodiversitas
Dimana:
H = indeks keanekaragaman

ni = jumlah individu
n = jumlah total individu
Dengan kriteria:
H’ < 1 = menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang rendah
1 < H’ < 3 = menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang sedang
H’ > 3 = menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi
Indeks kemerataan dapat dihitung dengan rumus yang diadopsi dari Hill (1973):

dimana:
E = indeks kemerataan
H’ = nilai indeks keanekaragaman Shannon
Si = nilai indeks keanekaragaman Simpson
Nilai indeks kemerataan berkisar antara 0-1. Apabila nilai E < 0,20 dapat
dikatakan kondisi penyebaran jenis tidak stabil, sedangkan apabila nilai E 0,21 <
E < 1 dapat dikatakan kondisi penyebaran jenis stabil (Krebs, 1986).

Indeks kekayaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang


diadopsi dari Margalef (1958):

Dimana:
R = indeks kekayaan jenis
S = jumlah total jenis dalam suatu habitat
n = jumlah total individu dalam suatu habitat

Makalah Biodiversitas
dengan kriteria:
R < 2,5 = menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang rendah
2,5> R > 4 = menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang sedang
R>4 = menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang tinggi
Perhitungan frekuensi keterdapatan (Fi) menggunakan persamaan yang
diadopsi dari Misra (1968) yaitu:

Perhitungan indeks kelimpahan relatif (IKR) dengan persamaan yang


diadopsi dari Krebs (1989) yaitu :

Selanjutnya nilai indeks kelimpahan relatif digolongkan dalam tiga


kategori yaitu tinggi (>20%), sedang (15%-20%), dan rendah (<15%).

B. Metode Indeks Punctuale Abudance (IPA)


Metode IPA (Indecs Ponctual Abudance) yaitu metode pengamatan burung
untuk dihitung dalam rentang waktu tertentu (Helvoort, 1981). Pengamatan
dilakukan pada hari pukul 06.00-10.00 dan sore hari pukul 15.00-17.30.

1. Alat dan Bahan


- Teropong Binokuler
- Kamera
- Alat tulis
- Buku panduan lapangan
2. Prosedur kerja
Pengamatan jenis-jenis burung yang ditemukan melalui perjumpaan
langsung, karakter morfologi, perilaku terbang dan suara burung pada lokasi
pengamatan. Parameter yang dicatat selama penelitian mencakup jenis burung,
jumlah individu, waktu perjumpaan, aktivitas burung pada saat dijumpai,
dan habitat.

Makalah Biodiversitas
3. Analisis Data
 Indeks keanekaragaman jenis burung dihitung menurut rumus Shannon–
Wiener (1949) dalam Krebs, (1989) yaitu :

Dimana :
H = Indeks Keanekaragaman Shanno-Wiener
Pi = Proporsi Jenis ke-i
ni = Jumlah Individu jenis ke-i
N = Jumlah individu seluruh jenis
 Indeks kemerataan dihitung menurut rumus Pielou (1966). Indeks ini
menggambarkan perataan penyebaran individu dari species organisme yang
menyusun komunitas yaitu :

Dimana :
E = Indeks kemerataan (Eveness)
H’ = Indeks keanekaragaman Shanno-Wiener
S = Jumlah jenis

 Kelimpahan Jenis dihitung menurut rumus dari Sorensen (1948) dalam


Krebs, (1978).
K = Jumlah individu tiap jenis burung
Waktu pengamatan

KR = KR suatu jenis X100%


KR Seluruh jenis

 Indeks kesamaan jenis dihitung menurut rumus dari Sorensen (1948) dalam
Krebs, (1978).

Makalah Biodiversitas
Dimana :
IS = Indeks kesamaan
A = Jumlah total seluruh jenis yang terdapat pada komunitas A
B = Jumlah total seluruh jenis yang terdapat pada komunitas B
C = Jumlah individu terkecil dari jenis yang terdapat pada kedua komunitas
Sedangkan, penentuan indeks Disimilaritas (ID) dihitung dengan rumus :
ID =100 - IS
 Deskripsi aktivitas burung seperti : mencari makan, bertengger, dan
bermain.
C. Metode MacKinnon
Jumlah satwaliar pada habitatnya merupakan salah satu bentuk
keanekaragaman sumberdaya alam hayati (biodiversity) karena itu perlu dilakukan
usaha perlindungan. Sebelum melakukan usaha perlindungan perlu diketahui jumlah
dan sebaran di habitatnya. Penentuan jumlah satwaliar tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai metoda sampling yang memudahkan kita untuk melakukan
perhitunan populasinya. Walaupun belum dapat diketahui jumlahnya secara pasti,
namun metode MacKinnon merupakan cara untuk mendata populasi mendekati
jumlah sebenarnya di habitat hidup satwaliar.
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan adalah kamera,
teropong binokuler, field guide, tally sheet, alat tulis.
2. Prosedur Kerja
Pengambilan data dengan menggunakan metode MacKinnon (metode
daftar jenis burung) yaitu dengan cara mendaftar suatu jenis burung dengan
menggunakan daftar jenis (Mackinnon et al 2010). Pengamatan dilakukan
dengan cara berjalan dengan kecepatan konstan disepanjang jalur penelitian.
Setiap jenis burung yang ditemukan diidentifikasi jenisnya. Burung-burung hasil
pengamatan dan telah diidentifikasi dimasukkan kedalam suatu daftar yang
mencatat jenis-jenis burung yang teramati, setiap jenis hanya dicatat satu kali
untuk setiap daftar, setiap daftar terdiri dari maksimal 10 jenis. Jika telah
mencapai 10 jenis dan menemukan jenis ke 11 maka jenis ke 11
dimasukan kedalam daftar selajutnya.

Makalah Biodiversitas
Pencatatan dihentikan bila tidak ada lagi pertambahan jenis, hasil
yang didapat sudah menggambarkan jumlah jenis burung dikawasan tersebut
(MacKinnon et al 2010). Metode Mackinnon ini dapat menghasilkan data
jenis burung dalam suatu kawasan, sehingga data hasil dari penelitian dapat
digunakan sebagai dasar manajemen/ pengelolaan suatu kawasan.

3. Analisis Data

Berdasarkan data yang diperoleh menggunakan metode MacKinnon,


perkiraan jumlah jenis burung didaerah penelitian di analisis menggunakan
kelimpahan relatif, selanjutnya dibuat grafik pertambahan jenis pada masing-
masing daftar pencatatan. Jika didapatkan grafik yang mendatar maka semua
jenis burung yang ada dalam lokasi pengamatan telah tercatat dan telah
menunjukkan kelimpahan jenis burung dilokasi tersebut.

D. Metode Garis Transek (line transect)


1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan adalah kamera,
binokuler, field guide, tally sheet, alat tulis.
2. Prosedur kerja
Metode garis transek adalah metode pengamatan satwa liar melalui
pengambilan contoh dengan bentuk unit contoh berupa jalur pengamatan dengan
lebar jalur tidak ditentukan, sehingga semata-mata hanya jalur pengamatan.
Metode garis transek dilakukan dengan berjalan sepanjang garis transek dan
pengamatan dilakukan pada kedua sisi transek, kemudian jarak antara lokasi
burung yang terlihat dengan pengamat ditentukan panjangnya (Soegianto,
1994). Pengamatan burung dilakukan sebanyak 2 kali untuk setiap transeknya, yaitu
pada pagi hari pukul 06.00–10.00 WITA dan sore hari pada pukul 14.00–17.00
WITA. Pemilihan waktu ini diambil dengan pertimbangan bahwa puncak aktivitas
burung terjadi pada pagi hari ketika mencari makan dan akan kembali ke
sarangnya pada sore hari. Pengamatan dilakukan berdasarkan panjang transek
sehingga pengamatan dianggap selesai apabila transek sepanjang 2 km telah selesai
dilewati. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap jalur pengamatan.
Pengamatan dimulai dengan berjalan mengikuti arah jalur atau transek secara

Makalah Biodiversitas
perlahan-lahan. Dalam pengamatan, setiap kali ada perjumpaan dengan burung maka
dicatat spesies burung tersebut, jumlah individu, jarak antara garis tengah transek
dan posisi satwa tersebut (y), perilaku atau aktivitas burung, kondisi cuaca,dan
habitat. Metode garis transek pengamatan burung dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Jalur wisata bird watching diperoleh dari jalur yang digunakan dalam
pengambilan data burung (line transek). Metode yang digunakan yaitu merekam
jejak jalur yang dilalui menggunakan GPS yang selanjutnya diolah untuk
menampilkan data digital yang tersimpan di GPS dalam bentuk peta jalur bird
watching. Lokasi yang dipilih untuk dijadikan sebagai jalur wisata bird watching
yaitu lokasi yang memiliki keanekaragaman jenis burung yang tinggi, adanya jenis
burung yang memiliki potensi untuk dikembangkan, ekosistem yang menjadi
habitat burung dengan kelimpahan dan keanekaragaman jenis tinggi, tingkat
pertemuan dengan burung, dan kenyamanan jalur.

3. Analisis Data
Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan aktivitas burung, habitat
dan prilaku burung yang dijumpai. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan
untuk memperoleh data kerapatan, indeks keanekaragaman jenis, indeks
kekayaan, indeks kemerataan, dan kemelimpahan relatif jenis burung.
Rumus-rumus yang digunakan dalam pengolahan data, antara lain:
 Lebar Jalur rata-rata

Makalah Biodiversitas
Keterangan :
I = Jumlah individu ke n
Y = Jarak individu ke n
Z =Jumlah total individu

 Luas sampel transek

Luas sampel transek = L x P: Keterangan :


L = lebar jalur rata-rata
P = panjang jalur

 Kerapatan
Kerapatan = Jumlah individu tiap jenis
Luas sampel transek

 Kelimpahan relatif (KR)


Untuk mengetahui kelimpahan pada lokasi pengambilan data jenis burung
digunakan rumus sebagai berikut :
KR = Kelimpahan suatu jenis X 100%
Kelimpahan seluruh jenis

 Indeks Keanekaragaman jenis (H)


Keanekaragaman jenis suatu individu dapat ditentukan dengan menggunakan
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener :

Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu setiap jenis
n = Jumlah individu seluruh jenis
Untuk menentukan keanekaragaman jenis burung, maka digunakan
klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener pada tabel dibawah
ini.

Makalah Biodiversitas
Nilai Indeks Kategori
>3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu
tiap jenis tinggi dan kestabilan komunitas tinggi.
1-3 Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu
tiap jenis sedang dan kestabilan
komunitas sedang.
<1 Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu
tiap jenis rendah dan kestabilan komunitas rendah.

 Indeks kekayaan jenis (R)


Indeks kekayaan jenis burung dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

R = S/√n

Keterangan :
R = Indeks kekayaan
S = Jumlah jenis yang ditemukan
N = Jumlah total individu
Untuk menentukan kekayaan jenis burung, maka digunakan
klasifikasi yang sama dengan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener.

 Indeks Kemerataan Jenis (E)


Untuk mengetahui derajat kemerataan jenis pada lokasi pengambilan data
jenis burung digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

E = Indeks kemerataan jenis

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

S = Jumlah jenis yang ditemukan

Apabila Nilai E mendekati 1 (satu) maka dikatakan merata, sedangkan


jika nilai mendekati 0 (nol) maka dikatakan tidak merata.

Makalah Biodiversitas
E. Metode Encaunter rates (tingkat pertemuan)
Metode encounter rates (tingkat pertemuan) dengan menjelajahi dan
menghitung setiap burung yang dijumpai dilokasi pengamatan.

1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan adalah
kamera, binokuler, field guide, tally sheet, alat tulis.
2. Prosedur kerja

Penelitian dilakukan pada pagi hari dari pukul 06.00-09.00 dan sore hari
pukul 15.30-17.30 selama 3 kali pengulangan pada bulan Juni 2004. Pengamatan
dilakukan oleh 5 kelompok pengamat yang masing-masing menjelajah
daerah yang berbeda disesuaikan dengan kondisi lokasi pengamatan.

Pengamatan dilakukan dengan teropong binokuler merk carton dengan


ukuran 8 x 30 tipe 430 FT/1000 YDS made in Japan. Setiap burung yang
dijumpai diperhatikan ukuran, warna, dan suaranya sera ciri-ciri khasnya,
kemudian diidentifiksasi dengan buku Mac Kinnon (1991), dan Mac Kinnon,
dkk. (1998). Secara kualitatif struktur vegetasi habitat burung diidentifikasi
dengan buku botanica (1998) dan buku-buku lain yang diperlukan.

Pencatatan data meliputi; jenis burung, jumlah burung, habitat, aktivitas.


Untuk menentukan kelimpahan relatif dengan menghitung tingkat pertemuan
setiap jenis dengan membagi jumlah burung yang tercatat dengan jumlah
jam pengamatan, yang memberikan hasil jumlah burung perjam untuk setiap
jenis

Kemelimpahan relatif = Jumlah individu tiap jenis burung


Jumlah jam pengamatan

Data yang di dapat ditabulasikan dalam skala urutan kemelimpahan


sederhana dari Lowen dkk. (Collin Bibby 2000). Penggunaan tingkat
pertemuan untuk memperlihatkan skala urutan kelimpahan sederhana dari
Lowen dkk. (Colin Bibby 2000) dapat dilihat padsa tabel dibawah ini :

Makalah Biodiversitas
Kategori kelimpahan (jumlah individu Nilai Skala urutan
per 100 jam pengamatan) kelimpahan

<0,1 1 Jarang
0,1-2,0 2 Tidak umum
2,1-10,0 3 Sering
10,1-40,0 4 Umum
40,0 + 5 Melimpah

Makalah Biodiversitas
DAFTAR PUSTAKA

Asrianny, Saputra, H., dan Achmad, A., 2018, Identifikasi Keanekaragaman Dan
Sebaran Jenis Burung Untuk Pengembangan Ekowisata Bird Watching Di
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Jurnal Perennial, 2018 Vol. 14
No. 1: 17-23
Collin, Bibby., 2000, Teknik –Teknik Survei Burung, Birdlife International Indonesia.
Jamili, Analudin, dan Amnawati, W.O., 2014, Keanekaragaman Jenis Burung Pada
Hutan Mangrove Di Kawasan Sungai Lanowulu Taman Nasional Rawa Aopa
Watumohai (Tnraw) Sulawesi Tenggara, Biowallacea Vol. 1 (2) : Hal.71-81
MacKinnon J., K. Phillips, dan B.V. Balen. 1998. Panduan Lapangan Burung-
burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Jakarta: Puslitbang
Biologi- LIPI.

MacKinnon, J., K. Phillips, dan B. Van Balen. 2010. Burung-burung di Sumatera.


Jawa. Bali. dan Kalimantan. LIPI-Burung Indonesia. Bogor

Makalah Biodiversitas

Anda mungkin juga menyukai