Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Sikap Perilaku Bela Negara
1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara
Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur,
pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa
dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai
dengan kepribadian bangsa dan selalu mengaitkan dirinya dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia.
Kesadaran bela negara merupakan upaya untuk
mempertahankan negara dari ancaman yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup bermasyarakatyang berdasarkan atas cinta
tanah air. Selain itu menumbuhkan rasa patriotisme dan
nasionalisme di dalam diri PNS. Upaya bela negara selain sebagai
kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga
negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh
tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada
negara dan bangsa.
2. Analisis Isu Kontemporer
Saat ini konsep Negara, bangsa dan nasionalisme dalam
konteks Indonesia sedang berhadapan dengan dilemma antara
globalisasi dan etnik nasionalisme. Oleh karena itu, perlu disadari
bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya adalah sesuatu yang
tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dan interaksi
peradaban dan bangsa.
Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait
terorisme dan radikalisme yang terjadi dalam sekelompok
masyarakat. Bahaya narkoba merupakan salah satu lainnya yang
mengancam kehidupan bangsa. Bentuk kejahatan lain adalah
kejahatan saiber (cyber crime) dan tindak pidana pencucian uang
(money laundring). Bentuk kejahatan saat ini melibatkan peran

10
teknologi yang member peluang kepada pelaku kejahatan untuk
beraksi di dunia maya tanpa teridentifikasi identitasnya dan
penyebarannya bersifat masif.
Berdasarkan penjelasan diatas, perlu disadari bahwa PNS
sebagai aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang
dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus
kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI
dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan
bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS
untuk mengenal dan memahami secara kritis isu-isu strategis
kontemporer yang antara lain korupsi, narkoba, paham radikalisme/
terorisme, money laundry, proxy war, dan lain sebagainya.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan
kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelan
negara. Dalam hal ini setiap PNS sebagai bagian dari warga
masyarakat tertentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
melakukan bela negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD
Negara RI 1945 tersebut.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai
bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap
bangsa dari segala bentuk ancaman yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga negara
yang secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan
jasmani yang prima serta secara kondisi psikis yang memiliki
kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa
memelihara jiwa dan raganya, memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja
keras, dan tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku warga

11
negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Oleh sebab tiu dalam pelaksanaan
latihan dasar bagi CPNS dibekali dengan latihan-latihan seperti :
1. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik;
2. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental;
3. Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara;
4. Keprotokolan;
5. Kegiatan ketangkasan dan permainan.

B. Nilai Dasar PNS


Didalam menjalankan tugasnya, seorang ASN dituntut untuk
mampu bersikap dan bertindak profesional dalam melayani
masyarakat.Sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014, yaitu mencetak PNS dengan mengedepankan
penguatan nilai-nilai dan pembangunan karakter. Oleh karena itu,
seorang PNS harus mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar PNS
yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan
Anti Korupsi (ANEKA). Harapannya karakter PNS akan kuat, sehingga
berkompeten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Adapun nilai-nilai dasar PNS adalah sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban
yang harus dicapai.Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab
yang menjadi amanahnya.Akuntabilitas seorang ASN dapat
dikatakan terwujud apabila dapat memenuhi indikator-indikator:
kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan,
kejelasan, keseimbangan, konsistensi, dan kepercayaan.
Penjelasan lebih lengkapnya sebagai berikut:
a. Kepemimpinan: Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas
ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting
dalam menciptakan lingkungannya.

12
b. Transparansi: Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas: Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung Jawab: Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja.Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan: Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan: Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
g. Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungan kerja, maka diperlukan keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan: Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.
i. Konsistensi: Sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang
wajar terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa
lain. Nasionalisme Pancasila merupakan pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Ada lima nilai dasar dari
nasionalisme yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

13
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbedabeda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap
orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

14
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
4. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.

15
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
5. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.

16
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
3. Etika Publik
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan tertulis.Kode etik
profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khususdalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan
tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok
profesional tertentu.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang ASN, melalui indikator sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Mmelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepa, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

17
n. Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan tindakan untuk
menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi, dan kinerja yang
berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang
harus diperhatikan, yaitu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat
mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari performans
untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan
waktu, dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari
kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat
efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan
pikiran dalam melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi
ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang dan manusia
yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam
(internal) untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena
ada desakan kebutuhan dari pihak eksternal misalnya
permintaan pasar. Inovasi dalam layanan publik harus
mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga
akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter
dan mindset baru sebagai aparatur penyelenggara
pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme

18
layanan publik yang berbeda dengan sebelumnya, bukan
sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
d. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu
menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang
artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi dikatakan
sebagai kejahatan yang luar biasa karena dampaknya yang luar
biasa yaitu mampu merusak tatanan kehidupan dalam ranah
pribadi, keluarga, masyarakat maupun ranah kehidupan yang lebih
luas lagi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama dengan pakar
telah melakukan identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi. Ada 9
(sembilan) nilai-nilai anti korupsi yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri. Seseorang yang dapat berkata
jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri
dari perbuatan curang.
b. Peduli
Adanya kepedulian terhadap orang lain menjadikan seseorang
memiliki rasa kasih sayang antar sesama. Pribadi dengan jiwa
sosial yang tinggi tidak akan tergoda untuk mmeperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter pada diri seseorang untuk
tidak mudah bergantung kepada pihak lain. Pribadi yang

19
mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab demi mencapai keuntungan
sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Seseorang
yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan
tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan
kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah
untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama
manusia. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak
akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan
kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik
yang sebesar-besarnya.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi
kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki
keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak
kebathilan.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa
yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Adil merupakan
kemampuan seseorang untuk memperlakukan orang lain
sesuai dengan hak dan kewajibannya.

20
C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
Untuk menciptakan Pegawai Negeri Sipil yang baik, maka
diundangkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian yang telah diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. PNS memegang
peranan besar dalam kelaancaran pemerintahan dan pembangunan,
maka PNS memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting dalam
berjalannya sistem pemerintahan serta pelayanan lembaga negara
kepada masyarakat.
Kedudukan ASN dalam NKRI yaitu
1. Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara.
2. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yg ditetapkan oleh
Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
Intervensi semua Golongan dan Parpol.
3. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik.
4. Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri, namun
demikian Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan tugas umum
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap kegiatan yang dilakukan PNS
pasti terdapat konsekuensi baik berupa penghargaan maupun
sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh melalaikan kewajiban
kita di kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun
2010 tentang Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan tentang kewajiban
selaku PNS sebagai berikut:

21
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan
kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam

22
menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN meliputi
Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan
pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem
Merit. Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan
kebutuhan; pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan
karier; pola karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian
dan tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan
pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen
Aparatur Sipil Negara, 2014).
2. Whole of Goverment
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. Oleh karena itu, WoG dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan dengan menunjuk sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (Suwarno &
Sejati, 2016).

23
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan
publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu (Shergold & lain-lain, 2004).
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil
Indonesia adalah:
1) Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih
baik, selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong
pentingnya WoG.
2) Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan
kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa
kompetisi antar sektor dalam pembangunan.
3) Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta
bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrtasi bangsa.

3. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
Pelayanan Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Barang/jasa publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat

24
diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free rider problem,
non-rivalry, dan non-excludable, serta cara mengkonsumsinya
dapat dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma
pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public
Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service
(NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan,
responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,
aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan. Fundamen Pelayanan
Publik yaitu:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai
amanat konstitusi.
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga
negara.
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk
mencapai hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa
yang akan datang.
Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi.
D. Cakupan Kunjungan Ibu Nifas
Target yang telah ditentukan SDGs dalam 1,5 dekade ke depan
mengenai angka kematian ibu (AKI) adalah penurunan AKI menjadi 70
per 100 ribu kelahiran hidup.
Pada masa nifas, ibu seharusnya melakukan kunjungan nifas ke
fasilitas kesehatan sebanyak minimal 3 kali setelah melahirkan.
Kunjungan nifas bertujuan untuk memantau status kesehatan ibu dan
bayi, melakukan pencegahan terhadap kemungkinan gangguan
kesehatan ibu dan bayi, mendeteksi dini komplikasi atau masalah, dan
menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu dan bayi. Kunjungan nifas di Indonesia pada umumnya
rendah karena masih banyak ibu yang memiliki kepercayaan bahwa ibu

25
nifas dilarang keluar rumah pada jangka waktu tertentu sehingga ibu
terlambat melakukan pemeriksaan.

Kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu konsentrasi dunia


bahkan status kesehatan sebuah negara pun ditentukan berdasarkan
tingkat keberhasilan menurunkan angka kematian wanita saat hamil,
melahirkan, dan nifas (post-partum). Isu tentang kesehatan ibu nifas
masih kurang mendapat perhatian dari semua pihak bahkan cenderung
diabaikan.
Perhatian untuk meningkatkan kesehatan ibu pada masa nifas
antara lain dengan pelaksanaan pelayanan ibu nifas yaitu pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu mulai dari 6 jam sampai dengan
42 hari setelah melahirkan sesuai standar oleh tenaga kesehatan.
Pelayanan nifas minimal 3 (tiga) kali yaitu kunjungan nifas yang
pertama (KF1) pada waktu 6 jam setelah melahirkan sampai 3 hari,
kunjungan nifas kedua (KF2) dalam waktu 2 (dua) minggu setelah
melahirkan (8-14 hari) dan kunjungan nifas ketiga (KF3) dalam waktu 6
(enam) minggu post partum (36- 42 hari).
Mutu pelayanan dasar yang harus diberikan pemerintah kepada
masyarakat dapat dilihat dari capaian SPM yang merupakan
pencapaian target sebagai hasil kinerja pemerintah maka harus 100%
setiap tahunnya. Di Kabupaten Tegal khususnya di Puskesmas
Kambangan cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2018 hanya
mencapai 93% saja. Untuk dapat melaksanakan pelayanan nifas yang
bermutu dan berkualitas, maka perlu melakukan peningkatan standar
menjaga mutu sebagai acuan dalam memperbaiki dan meningkatkan
kinerja pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan.

26
BAB III
DESKRIPSI UNIT ORGANISASI

A. PROFIL ORGANISASI
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yang
dilakukan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu.
Puskesmas mempunyai fungsi :
a. Pusat Penggerak Pembangunan berwawasan Kesehatan;
b. Pusat Pemberdayaan masyarakat;
c. Pusat Pelayanan kesehatan masyarakat (mencakup pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Unit Kerja
Puskesmas Kambangan merupakan salah satu puskesmas di
wilayah Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Motto dari
Puskesmas Kambangan adalah “Mitra Bersama Untuk Hidup
Sehat”. Puskesmas Kambangan mempunyai wilayah kerja dengan
luas 1.884,745 Ha yang berlokasi di sebagian Kecamatan Lebaksiu
Kabupaten Tegal yang membawahi tujuh desa. Kondisi geografis
berupa daerah dataran rendah yang medannya mudah dijangkau

27
menggunakan kendaraan roda dua, roda empat, maupun
kendaraan umum. Batas wilayah Puskesmas Kambangan yaitu:
- Sebelah Utara : Kecamatan Slawi
- Sebelah Selatan : Kecamatan Lebaksiu
- Sebelah Timur : Kecamatan Pangkah
- Sebelah Barat : Kecamatan Pagerbarang

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kambangan

3. Visi, Misi, Nilai, Motto dan Tujuan


a. Visi
Puskesmas Dengan Pelayanan Prima, Menuju Masyarakat
Mandiri Hidup Sehat
b. Misi
1) Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Dasar (Yankesdas)
Berkualitas, Terjangkau Masyarakat Dengan Mengutamakan
Kepuasan Pelanggan
2) Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Yankesmas)
Mewujudkan Kemandirian Hidup Sehat, Melalui Pendekatan
Keluarga
3) Menjalin dan Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor / Mitra
Usaha

28
4) Melaksanakan Managemen Pelayanan Kesehatan Melalui
Pengembangan Potensi Sumberdaya Berkualitas.
c. Nilai
Tata nilai Puskesmas Kambangan adalah SAHAJA yaitu
kepanjangan dari:
1) SA : Santun dan Arif dalam bertindak
Bahwa dalam melaksanakan pelayanan di Puskesmas,
pegawai puskesmas Kambangan harus menerapkan 5S (Sapa,
Senyum, Salam, Sopan, Santun) serta memiliki perilaku yang
baik dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.
2) HA : Harmonis dan Antusias dalam kebersamaan
Sebagai sebuah organisasi, dimana pegawai puskesmas
sebagai anggota di dalamnya, maka setiap pegawai harus
memiliki hubungan yang harmonis dan rasa kebersamaan antar
sesama sehingga dapat mencapai tujuan organisasi.
3) JA : Jujur dan Amanah
Sebagai pegawai puskesmas yang berketuhanan, bahwa
setiap pegawai harus menerapkan kejujuran serta amanah
dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab melayani
masyarakat.
d. Motto
“Mitra bersama untuk hidup sehat”
e. Tujuan
Tujuan disusunnya Profil Puskesmas Kambangan Tahun 2018 ini
adalah:
1) Tujuan ke dalam
a) Tujuan Umum
Puskesmas Kambangan, Kecamatan Lebaksiu
b) Tujuan Khusus
 Mengetahui gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan
kegiatan pelayanan kesehatan dan mutu kegiatan
pelayanan kesehatan serta manajemen puskesmas pada
akhir tahun.

29
 Mengetahui gambaran masalah kesehatan setempat di
wilayah kerja Puskesmas Kambangan, Kecamatan
Lebaksiu.
 Digunakan sebagai dasar dalam perencanaan kegiatan
pelayanan kesehatan tahun selanjutnya.
2) Tujuan ke Luar
Agar masyarakat luas dapat mengetahui gambaran
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kambangan secara
keseluruhan baik berupa organisasi maupun program
Puskesmas.
4. Struktur Organisasi
a. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Puskesmas Kambangan

Gambar 3.2 Dokumentasi Puskesmas Kambangan 2018

30
B. Tugas Jabatan Peserta Diklat
Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Apratur Negara
Nomor: 139/KEP/M.PAN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter
umum dan Angka Kreditnya diterangkan bahwa dokter adalah Pegawai
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh
oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan.
Tugas pokok dokter adalah memberikan pelayanan kesehatan pada
sarana pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif unutuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
serta membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di
bidang kesehatan kepada masyarakat.
Rincian kegiatan penulis sebagai calon Dokter Pertama yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: 139/KEP/M.PAN/11/2003 yaitu:
1. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan
2. Melakukan pemeliharaan kesehatan ibu, bayi dan balita
3. Melakukan pelayanan keluarga berencana, imunisasi dan
gizi
4. Melakukan penyuluhan medik
5. Melayani atau menerima konsultasi dari luar dan dari dalam
6. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan

31
C. Role Model

Gambar 3.3 Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM(K)


Nila Moeloek menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Kemudian ia melanjutkan
pendidikan spesialis mata, serta mengikuti program sub-spesialis di
International Fellowship di Orbita Centre, University of Amsterdam,
Belanda dan di Kobe University, Jepang. Setelah itu ia melanjutkan
pendidikan konsultan Onkologi Mata dan Program Doktor Pasca-
Sarjana di FKUI.

Selain menjadi dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo


Kirana, ia juga menjadi ketua umum Dharma Wanita Persatuan Pusat
(2004-2009), Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata (Perdami), dan
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) periode 2011-2016.
Sebagai seorang Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Mantan Menkes Nila F. Moeloek telah menulis lebih dari 250
karya dalam bentuk tulisan maupun buku. Tidak hanya itu, beliau juga
aktif memimpin sejumlah organisasi di Indonesia, seperti Ketua Umum
Dharma Wanita Persatuan, Ketua Dokter Spesialis Mata Indonesia dan
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia.
Nila F. Moeloek tidak asing di dunia kesehatan terutama sejak
ditunjuk sebagai Utusan Khusus Presiden RI untuk MDG’s semasa
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono – Kabinet
Indonesia Bersatu Jilid II. Di bawah kepemimpinannya, Nila Moeloek
menggagas, membangun dan melaksanakan Pencerah Nusantara,

32
sebuah gerakan inovasi sosial bidang kesehatan khususnya pada
Puskesmas, Indonesia MDG Awards pada tahun 2011 – 2014, dan peta
kemitraan untuk pembangunan yang memuat data kemitraan lintas
sektor dan multi aktor untuk mencapai MDGs.
Saat ini beliau juga menjabat sebagai board member The
Partnership for Maternal Child and Neonatal Health, sebuah lembaga
yang melaksanakan inisiatif strategis Sekjen PBB untuk Kesehatan Ibu
dan Anak, serta advisory board member dari EAT Forum, sebuah
inisiatif global berfokus pada isu pangan, kesehatan dan sustainability.
Sikap Keteladanan beliau sebagai Pemimpin yang memberi contoh
adanya komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan sehingga
memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula,
terhindar dari aspek yang dapat menggagalkan kinerja. Dengan
kedisiplinan, tanggung jawab dan transparansi dalam setiap kinerjanya
sehingga beliau dijadikan sebagai Role Model.

33

Anda mungkin juga menyukai