PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
RUU PKS
RUU PKS lahir akibat kasus kekerasan seksual terhadap perempuan yang kian
hari kian menigkat. Gagasan ini juga datang karena banyaknya pengaduan
kekerasan seksual yang tidak tertangani dengan baik dikarenakan tidak adanya
payung hukum yang dapat memahami dan memiliki substansi yang tepat terkait
kekerasan seksual. Tingginya angka kekerasan seksual terhadap perempuan dan
anak dalam beberapa tahun terakhir seperti fenomena puncak gunung es.
Berdasarkan data Komnas Perempuan, dalam kurun waktu 10 tahuan (2001 - 2011)
sedikitnya terdapat 35 perempuan dan anak perempuan yang menjadi korban
kekerasan seksual setiap harinya. Melihat angka kekerasan yang semakin
mengkhawatirkan, kalangan masyarakat, penyintas kekerasan seksual dan Komnas
Perempuan menggagas RUU ini yang telah dihimpun berdasarkan pengaduan dan
data tahunan yang dimiliki Komnas Perempuan miliki.
Cedaw
CEDAW(Convention on the Elimination of All Forms of Discrimintion Against
Women) diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1979, dan sering
digambarkan sebagai undang-undang hak asasi perempuan internasional. Konvensi
ini dimaksudkan untuk melindungi perempuan dari diskriminasi berdasarkan jenis
kelamin, dan memberi mereka hak asasi manusia dan kebebasan mendasar dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau lainnya.
Dengan menerima Konvensi ini , negara-negara harus berkomitmen untuk
melakukan serangkaian langkah-langkah untuk mengakhiri diskriminasi terhadap
perempuan dalam segala bentuk, termasuk memasukkan prinsip kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan ke dalam sistem hukum mereka.
CEDAW sendiri telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-undang No.7
Tahun 1984 yang sampai saat ini telah pula diratifikasi oleh 177 negara di seluruh
dunia. Namun dengan Konvensi CEDAW yang telah mengikat negara-negara
peserta untuk mentaatinya masih saja terus terjadi berbagai diskriminasi terhadap
1
permpuan. Konvensi CEDAW disepakati oleh Komite Status Wanita PBB
berdasarkan rekomendasi dari Dewan ECOSOC (Economic and Social Council)
bertujuan untuk memperjuangkan kesetaran substantif antara perempuan dan laki-
laki dalam segala bidang. Bidang-bidang yang difokuskan dalam segala kehidupan
tercermin dalam artikel-artikel yang diatur baik bidang sipil, budaya, ekonomi,
politik maupun sosial.
Meskipun demikian, tidak jarang CEDAW tetap saja mendapat penolakan
karena isinya dianggap terlalu memperhatikan aspek sosialbudaya dalam melihat
persoalan diskriminatif terhadap perempuan. CEDAW juga dinilai terlalu
memperluas aplikasi HAM dalam ruang privat perempuan, sehingga ruang publik
dan privat dibahas sedemikian rupa hingga keduanya menjadi konsumsi publik.
Memang, CEDAW tidak hanya berisi tentang hak-hak perempuan di wilayah
domestik, ia juga menjamin hak-hak perempuan di wilayah publik. Tapi,
persoalannya adalah apakah hak-hak perempuan yang diatur dalam CEDAW
menyalahi hukum Islam? Seringkali pemahaman terhadap hak-hak perempuan
dipahami melalui penafsiran tekstual. Ini menyebabkan kreativitas hukum Islam
terbatasi dan dipersempit.
2
1. Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Yarsi angkatan 2018 terhadap RUUPKS tentang perkosaan?
2. Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Yarsi angkatan 2018 terhadap CEDAW tentang perkosaan?
3. Bagaimana pandangan islam terhadap perkosaan?
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Peneliti
Penulisan ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam pentingnya meningkatkan pengetahuan tentang RUUPKS dan
CEDAW terhadap korban perkosaan.