Anda di halaman 1dari 13

NAMA : KARASINDA NURUl AFIFA

NIM : 201014417043
KELAS: 3B

PERILAKU
presipitasi predisposi
KEKERASAN
si

psikologi biologis
dirinya merasa Perbuatan seseorang
diancam atau atau kelompok yang
ancaman terhadap menebabkan cidera, perilaku
konsep Seseorang mati atau kerusakan
akan marah. fisik
Social Aspek
budaya spiritual

Fisik: muka merah, berkeringat,


pandangan tajam.

Social: menarik diri, penolakan, ejekan


Tanda dan
humor.
gejala

Spiritual: keragu-raguan, kebejatan

adaptif

asentif

Rentang frostasi
respon
marah
pasif

agresif
Mekaisme
koping amuk

maladaptif

1. Sublimasi: menerima suatu


sasaran pengganti
2. Proyeksi: menyalahkan orang
lainmengenai kesukarannya atau
keinginannya yg tdk baik
3. Represi: mencegah pikiran yang
menyakitkan atau
membahayakan.
4. Reaksi formasi: mencegah
keinginan yg berbahaya.
5. Displacement: melepaskan
perasaan yg tertekan.

PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
2. Intervensi
3. Implementasi
4. Evaluasi
5. dokumentasi
GANGGUAN CITRA TUBUH

Sikap individu yg tdk disadari maupun


disadarai trhadap tubuhnya, termasuk
persepsi, perasaan, ukuran, funsi,
penampilan dan potensi

1. Hilangnya bagian
tubuh
2. Perubahan anggota
tubuh
3. Menyembunyikan Factor presipitasi
bagian tubuh Factor predisposisi
adalah semua
4. Menolak melihat Meliputi: kehilangan, ketegangan dalam
bagian tubuh perpisahan, penolakan, kehidupan yang dapat
5. Menolak menyentuh kegagalan, mencetuskan
bagian tubuh timbulnya kecemasan
6. Aktivitas social
menurun

Mekanisme koping
Ketika mengalami ansietas individu Faktor yang mempengaruhi kecemasan
menggunakan berbagai mekanisme koping
1. Lingkungan Keluarga
untuk mencoba mengatasinya dan
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara 2. Lingkungan Sosial
konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ketika mengalami Menurut Stuart and Sundeen, faktor-
ansietas individu menggunakan berbagai
faktor yang mempengaruhi
mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi kecemasan individu antara lain :
ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama terjadinya perilaku patologis. Ketika 1. Jenis kelamin
mengalami ansietas individu menggunakan 2. Lingkungan
berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi 3. Pengalaman
ansietas secara konstruktif merupakan penyebab 4. Pendidikan
utama terjadinya perilaku patologis.
5. umur
Proses keperawatan

Pengkajian

6. Identitas pasien Diagnosa keperawatan


7. Keluhan utama/
Alasan MRS Pohon Masalah Potensial gangguan citra
8. Faktor tubuh berhubungan
Predisposisi. dengan perubahan
9. Faktor Presipitasi penampilan
10. Perilaku.
11. Sumber Koping
12. Mekanisme koping

Intervensi Implementasi
13. Bina hubungan saling percaya dengan Pelaksanaan atau implementasi perawatan
mengungkapkan prinsip komunikasi merupakan tindakan dari rencana
14. Memberikan pendidikan kesehatan keperawatan yang disusun sebelumnya
15. Dorong pasien untuk merawat diri dan berdasarkan prioritas yang telah dibuat
berperan serta dalam proses keperawatan dimana tindakan yang diberikan mencakup
16. Tingkatkan peran serta sesama pasien tindakan mandiri dan kolaboratif
17. Tingkatkan dukungan keluarga pasien terutama
pasangan pasien
18. Membantu pasien memutuskan alternatif
tindakan yang dapat mengurangi seminimal
mungkin perubahan gambaran tubuh
19. Rehabilitasi bertahap untuk adaptasi terhadap
perubahan, misalnya berjalan dengan tongkat
pada amputasi
Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:


S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan
yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan
yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif
dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masih tetap atau masuk
giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan
hasil analisa pada respon pasien.

Dokumentasi

Dokumentasi berisi catatan,


foto atau video yang kita
lakukan saat proses asuhan
keperawatan mulai dari
pengkajian sampai evaluasi.
HARGA DIRI perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga
RENDAH diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi
Ana Keliat, 1999).

Pengkajian TANDA DAN GEJALA

Data yang perlu dikaji pada 1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat
masalah keperawatan HDR penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit
1. Data Subjektif
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Perkataan klien yang tidak
mampu, tidak tau, tidak 3. Merendahkan martabat sendiri, merasa
bias, mengkritik diri sendiri, tidak mampu
mengungkapkan perasaan 4. Gangguan hubungan sosial seperti
malu terhadap dirinya menarik diri
sendiri. 5. Percaya diri kurang
2. Data Objektif
6. Mencederai diri
Klien tampak sendirian,
bingung bila disuruh, ingin
mencederai diri sendiri.

Rentang
respon
konsep diri

Respon Respon
adaptif maladaptif

akualisasi Harga depersonalis


diri asi
diagnosa
Pohon keracuna
konsep
masalah n

Isolasi social perilaku kekerasan

1. Harga diri rendah


2. Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri
: Harga diri rendah

Berduka
disfungsional

Tindakan
keperawata
n

Diagnosa 1. Harga Diri Rendah


Diagnosa 2: Menarik diri
1. Bina hubungan saling percaya : salam
terapeutik, perkenalan diri, 1. Bina hubungan saling percaya
2. Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
lingkungan yang tenang, 2. Kaji pengetahuan klien tentang
3. Bbuat kontrak yang jelas (waktu, perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
tempat dan topik pembicaraan)
3. Beri kesempatan kepada klien untuk
4. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
mengungkapkan perasaannya penyebab menarik diri atau mau
bergaul
5. Sediakan waktu untuk mendengarkan 4. Diskusikan bersama klien tentang
klien perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
6. Katakan kepada klien bahwa dirinya
5. Berikan pujian terhadap
adalah seseorang yang berharga dan kemampuan klien mengungkapkan
bertanggung jawab serta mampu perasaannya

menolong dirinya sendiri


Pengertian

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan


sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan tanpa stimulus yang nyata

Faktor terjadinya halusinasi

Predisposisi
Presipitasi
a. Faktor genetis
1) Berlebihannya proses
Secara genetis,
informasi pada sistem
skizofrenia diturunkan
saraf yang menerima
melalui kromosom-
dan memproses
kromosom tertentu
informasi di thalamus
b. Faktor neurobiologis
dan frontal otak.
 Studi neuro
2) Mekanisme
trnsmiter
penghantaran listrik
 Teori virus
di syaraf terganggu
 psikologis
3) Kondisi kesehatan
4) Lingkungan
5) Sikap/perilaku
Rentang respon neurobiologis

Respon adapti Respon malaadaptif

 Pikiran logis
 Persepsi akurat
 Emosi konsisten
 Kadang-kadang proses proses pikiran terganggu
 Halusinasi
 Sulit berespon
 Menarik diri
 Ilusi
 Isolasi sosial

Tahapan halusinasi

a. Comforting-ansietas tingkat
sedang, secara umum, halusinasi
bersifat menyenangka
b. Fase II: Condemning-ansietas
tingkat berat, secara umum,
halusinasi menjadi menjijikkan
c. Controlling-ansietas tingkat berat,
pengalaman sensori menjadi
berkua
d. Conquering Panik, umumnya
halusinasi menjadi lebih rumit,
melebur dalam halusinasinya

Jenis - jenis halusinasi

1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %


2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
4. Halusinasi peraba (tactile)
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
6. Halusinasi cenesthetik
Proses keperawatan
. Pengkajian

Pada proses pengkajian, data penting yang harus didapatkan adalah :


Data yang diperoleh dari wawancara :
1. Alasan Masuk :
Apa yang menyebabkan klien dibawa ke RS?
Bagaimana kondisi klein di rumah sehingga dibawa ke RS?
2. Faktor Herediter
Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (halusinasi)?
3. Resiko bunuh diri
Apakah klien pernah mencoba melakukan percobaan bunuh diri atau
menyatakan ingin melakukan bunuh diri?
Pernahkan isi halusinasi tersebut memerintahkan klien untuk bunuh diri?
4. Halusinasi
- Apa jenis halusinasinya?
- Apa isi halusinasi?
- Kapan halusinasi itu terjadi? Berapa kali halusinasi tersebut terjadi dalam
sehari?
- Apa situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi?
- Bagaimana perasaan klien untuk menghadapi saat halusinasi terjadi?

Data yang diperoleh melalui observasi :


1. Pasien dibawa karena sering terlihat tertawa sendiri, berbicara sendiri,
mulut komat-kamit
2. Klien sulit berkonsentrasi, cemas
3. Klien tampak sulit berhubungan dengan orang lain, tidak dapat
mengendalikan diri
Klien tidak mampu membedakan realita dan bukan realita
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan pada klien dengan halusinasi
ditetapkan berdasarkan data subyektif dan objektif yang
ditemukan pada pasien :
Gangguan sensori persepsi : halusinasi

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Bina hubungan saling percaya menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
2. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
3. Bantu klien mengenal halusinasinya
4. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan
klien mengungkapkan perasaannya

Implementasi

1. Membntu klien mengenal halusinasi dan


melatih mengontrol halusinasi
2. Melatih mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap
3. Meltih mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan secara terjadwal
4. Melatih pasien menggunakan obat secara
teratur
Evaluasi

1. Klien dapat mengenal halusinasi


2. Klien dapat menghardik halusinasi
3. Klien dapat berckap cakap dengan
orang lain untuk mengontrol
halusinasi
4. Klien dapat menggunakan obat
dengan benar

Anda mungkin juga menyukai