Jadwal Tambahan
1. Kamis jam 9.30 - 12.00 - Jumat jam 07.00 - 09.30 2 org bentrok
2. Jumat jam 07.00 - 09.30 1 org bentrok
3.
4.
Catatan;
1. Perkuliahan dimulai jam 7.30 Perkuliahan dimulai jam 13.00
2. Diperkenankan keterlambatan 15 menit Keterlambatan 15 menit
Bobot Nilai
1. 10% Kehadiran
2. 30% Tugas
3. 30% UTS
4. 30% UAS
Bimbim Maghriby
PENDAHULUAN AUDIT
Audit, adalah
(A.A. Arens)
Suatu proses yg dilakukan oleh ahli dan independen yang dapat menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi
dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari
keterangan yang terukur tersebut
Jenis-Jenis Audit
1 Operational Audit/ Audit Operasional, Audit Kinerja
Yaitu audit yang dilakukan oleh auditor untuk mengetahui seberapa efisien
dan efektifnya kegiatan operasional pada suatu perusahaan.
Dalam hal ini, auditor harus melakukan pengamatan yang obyektif
dan seluruh hasilnya terhadap kegiatan operasional pada perusahaan atau entitas.
Audit kinerja dilakukan untuk mendapatkan, mengevaluasi bukti-bukti
yang telah ditemukan dengan tujuan untuk mencapai target yang ditetapkan
oleh perusahaan tersebut.
2 Financial Audit/ Audit Keuangan
Yaitu audit yang dilakukan oleh auditor terhadap laporan-laporan keuangan pada
suatu perusahaan, apa laporan keuangan yang disajikan telah sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan atau belum. Hasil dari audit ini nantinya akan disampaikan
kepada pihak eksternal misalnya seperti para pemegang saham perusahaan tersebut.
3 Compliance Audit/ Audit Kepatuhan
Yaitu audit yang dilakukan untuk melihat kegiatan pada suatu perusahaan apakah
sudah sesuai dengan ketentuan, peraturan dan persyaratan yang berlaku misalnya
seperti perjanjian yang telah ditetapkan dan apakah telah sesuai dengan undang-undang
pada suatu negara. Kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan pada audit ini,
berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Misalnya bersumber dari manajemen yang
berbentuk prosedur-prosedur pengendalian internal.
Audit ini umumnya disebut dengan fungsi audit internal karena dilakukan
oleh pegawai pada perusahaan tersebut.
Adapun dalam perkembangan saat ini, jenis audit berkembang dan bertambah. Berikut
adalah tambahan jenis-jenis audit saat ini:
4 Special Audit/ Audit Khusus
Audit khusus merupakan audit dengan ruang lingkup yang sifatnya khusus.
Misalnya adalah audit pemeriksaan atas ketidaklancaran pelaksanaan pembangunan,
audit ketidakcocokan persediaan, dll
Dengan pengertian khusus ini berarti audit yang dilakukan adalah untuk
mengungkapkan kesalahan yang terjadi pengelolaan/ pelaksanaan aktivitas perusahaan
5 Information System Audit/ Audit Sistem Informasi
Yaitu pemeriksaan sistem yang mengatur pengembangan, pengoperasian, pemeliharaan,
dan keamanan sistem aplikasi informasi tertentu. Jenis audit ini melibatkan pusat data,
sistem operasi, perangkat lunak yang digunakan, dll.
6 Environment Audit/ Audit Lingkungan
Yaitu audit terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian
pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan
tentang pengelolaan lingkungan.
7 Forensic Audit/ Audit Forensik
Dengan demikian, Audit Forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan
membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan
informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.
Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di
muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan
audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan
saksi ahli (litigation support) di pengadilan
BUKTI AUDIT
Soal Kasus
DriveGo adalah perusahaan taksi dengan kendaraan berupa mobil dan motor. Diketahui
bahwa perusahaan memiliki aset yang banyak pada mobil dan motor tersebut.
Diketahui pula pada saat audit, bahwa:
- Kepemilikannya ada yang berupa nama perusahaan langsung dan ada yang tidak.
- Aset perusahaan diantaranya aset yang dibeli, dan aset yang didapat dari persewaan.
- Ada sedikit aset kendaraan tidak digunakan karena rusak total.
- Ada juga aset kendaraan tidak sesuai spesifikasi yang terdaftar pada perusahaan.
Jika Anda diminta untuk memastikan aset-aset DriveGo yang dilaporkan pada laporan
keuangan, bukti apakah yang Anda akan cari untuk memastikan bahwa aset tersebut
adalah aset-aset perusahaan? Bagaimana Anda mengetahui aset-aset tsb layak digunakan
untuk perusahaan? Bagaimana untuk memastikan aset tsb sesuai dengan yang tertuang
dalam daftar aset perusahaan?
PERENCANAAN AUDIT
Dalam tahap perencanaan terdapat dua jenis resiko yang harus dipertimbangkan:
1 Resiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)
Resiko audit yang dapat diterima mengukur seberapa besar kesediaan auditor untuk
menerima kemungkinan terdapat salah saji material dalam laporan keuangan setelah audit
diselesaikan dan opini wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Ketika auditor
memutuskan bahwa resiko audit yang dapat diterima adalah rendah, hal ini berarti
auditor menginginkan keyakinan yang lebih tinggi bahwa tidak terjadi salah saji material
dalam laporan keuangan
2 Resiko bawaan (inherent risk)
Resiko bahwaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapat salah saji material
dalam saldo akun sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal klien.
Misalnya, jika auditor memutuskan bahwa terdapat kemungkinan salah saji yang tinggi
dalam saldo akun piutangm berarti auditor menyimpulkan bahwa risiko bawaan atas akun
piutang adalah besar.
Soal Kasus
Sweet Donat adalah Perusahaan Produksi Donat, yang memproduksi donat aneka rasa.
Produksi donat tsb diketahui mendapatkan bahan-bahan dimulai pembelian dari
supplier-supplier besar. Kemudian seluruh bahan-bahan produksi disimpan digudang.
Dalam produksi 1 hari dalam produksi donat dalam pabrik dapat diketahui bahwa:
50% bahan digudang kemudian diproses produksi di pabrik donat. Dari proses produksi
menghasilkan donat, yang menggunakan 75% dari seluruh bahan yang masuk diolah
di pabrik. Seluruh donat yang dipabrik, dikirim ke toko untuk dijual. Dalam penjualan
di toko, donat dapat laku terjual sebesar 85% dari seluruh donat yang diterima dari pabrik
Jika Anda diminta untuk melakukan audit terhadap persediaan pada Sweet Donat
Apakah yang akan dilakukan oleh Anda terhadap pemeriksaan audit tersebut, dengan
melihat resiko yang diketahui oleh Anda sebagai auditor? Bagaimana Anda merencanakan
audit terhadap persediaan pada Sweet Donat tersebut?
TUJUAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDIT
Tujuan utama dilakukannya audit atas laporan keuangan adalah untuk menyampaikan opini atas laporan keuangan
tersebut. Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembangkan tujuan audit adalah sebagai berikut :
1. Memahami Tujuan dengan Tanggung Jawab Audit
Tanggung jawab manajemen adalah menerapkan kebijakan-kebijakan akuntansi yang sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia, memelihara pengendalian internal yang memadai dan menyajikan laporan
keuangan yang wajar.
Sedangkan tanggung jawab auditor adalah mengeluarkan opini atas kawajaran penyajian laporan keuangan.
Tanggung jawab tersebut diantaranya adalah menemukan :
a. Salah Saji Material vs Immaterial
b. Keyakinan yang memadai
c. Kesalahan vs Kecurangan (error vs fraud)
d. Skeptisme profesional
e. Pengaruh langsung atas tindakan ilegal
f. Pengaruh tidak langsung atas tindakan ilegal
g. Mengumpulkan bukti audit ketika tidak ada alasan yang memadai untuk mempercayai pengaruh tidak lang-
sung atas terjadinya tindakan ilegal
h. Mengumpulkan bukti audit dan tindakan lainnya ketika ada alasan yang memadai untuk mempercayai pe-
ngaruh langsung ataupun tidak langsung atas tindakan ilegal yang mungkin terjadi
i. Tindakan yang harus dilakukan ketika auditor mengetahui adanya tindakan illegal.
a transaksi tersebut.
m file utama dan telah
udit-Terkait Transaksi
MATERIALITAS
Tanggung jawab auditor adalah untuk menilai apakah terdapat salah saji meterial dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan
sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang meterial,
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Jika terdapat salah saji material dalam laporan, maka
auditor akan memberitahukan kepada klien sehingga koreksi terhadap salah saji tersebut dapat dilakukan.
Beberapa istilah terkait materialitas yang biasanya dikenal adalah sebagai berikut :
1 Planning Materiality
Merupakan ukuran materialitas yang ditentukan pada tahap perencanaan audit untuk menentukan akun-
akun yang material untuk dilakukan prosedur audit dan tingkat kedalaman prosedur yang akan dilakukan pada
tahap pekerjaan lapangan.
2 Performance/Overall Materiality
Merupakan ukuran materialitas yang ditentukan dan disesuaikan pada saat pekerjaan lapangan sebagai dasar
yang digunakan untuk menentukan perlu atau tidaknya penyesuaian terhadap laporan keuangan secara material.
3 Tolerable Error/Minimum Unadjusted Misstatement
Merupakan ukuran minimum salah saji yang memerlukan perhatian auditor pada tingkat transaksi.
JENIS-JENIS RISIKO
Pembahasan berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks empat komponen risiko dalam Model Risiko Audit
diatas. Cara yang digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan kombinasinya melibatkan
pertimbangan profesional auditor dan tergantung pada pendekatan audit yang dilakukannya.
a. Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material de-
ngan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada
saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengann yang lain. Jika auditor menyimpulkan terdapat
kemungkinan yang tinggi atas terjadinya salah saji material, tanpa mempertimbangkan pengendalian intern,
auditor akan menyimpulkan terdapat risiko bawaan yang tinggi. Pengendalian intern diabaikan dalam memperkira-
kan risiko bawaan karena dianggap sebagai bagian yang terpisah dalam model risiko audit.
b. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak da-
pat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko pengendalian
menggambarkan :
1. Sebuah penilian mengenal efektivitas pengendalian intern klien dalam mencegah atau mendeteksi salah saji.
2. Maksud auditor untuk membuat penilaian tersebut berada pada level dibawah maksimum (100%) sebagai
bagian dari neraca audit.
Misalnya, asumsikan bahwa auditor menyimpulkan pengendalian intern klien sangat tidak efektif untuk mencegah
dan mendeteksi salah saji, sehingga auditor akan memberikan faktor risiko pengendalian yang tinggi. Semakin
efektif pengendalian intern, semakin rendah faktor risiko yang akan dibebankan pada risiko pengendalian.
Dari model risiko audit, menunjukkan hubungan yang erat antara risiko bawaan dan risiko pengendalian. Kombi-
nasi dari kedua risiko tersebut merupakan perkiraan salah saji mempertimbangkan pengaruh pengendalian
intern.
c. Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko deteksi adalah risiko bahwa audtor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu
asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan
transaksi dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi
tersebut telah diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu pro-
sedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru dar prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara
keliru hasil audit. Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui peren-
canaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Keuda risiko yang disebut terdahulu ada,
terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit da dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mem-
punyai hubungan terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko
pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin
besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima. Komponen risiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam presentase atau
secara nonkuantitatif yang berkisar, misalya minimun sampai maksimum.
d. Risiko Audit yang dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)
Seperti telah disinggung pada bahasan sebelumnya, risiko audit yang dapat diterima mengukur seberapa besar
kesediaan auditor untuk menerima kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan setelah audit sele-
sai dilaksanakan dan opini wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Jika auditor telah memutuskan risiko audit
yang dapat diterima adalah rendah, hal ini berarti auditor ingin lebih yakin tidak terjadi salah saji dalam laporan
keuangan. Auditor juga seringkali menggunakan istilah keyakinan audit, keyakinan menyeluruh atau tingkat keya-
kinan selain istilah risiko audit yang dapat diterima.
HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN BAHAN BUKTI AUDIT SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO
Bagan berikut menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko, pengaruh dari ketiga komponen risiko
dalam menentukan risiko deteksi dan hubungan antara keempat jenis risiko untuk perencanaan bahan bukti. Huruf "D"
dalam bagan merupakan hubungan langsung antara komponen risiko dan risiko deteksi atau perencanaan bahan bukti.
Sedangkan huruf "I" mengindikasikan hubungan terbalik. Misalnya, semakin meningkat risiko audit yang dapat diterima
mengakibatkan meningkatnya risiko deteksi dan menurunnya perencanaan bahan bukti audit.
Sebagai tambahan, untuk memodifikasi bukti audit, terdapat dua cara lain yang dapat diubah auditor untuk meng-
hadapi risiko, misalnya :
1. Menugaskan staf yang lebih berpengalaman. Kantor akuntan publik diharuskan untuk menugaskan staf yang me-
menuhi syarat, namun khusus untuk audit yang memiliki risiko audit yang dapat diterima rendah, harus dilakukan
penugasan staf yang sangat berpengalaman di bidangnya.
2. Review penugasan secara mendalam. Ketika memutuskan risiko audit yang dapat diterima rendah, maka diperlu-
kan review yang lebih mendalam terhadap perikatan audit, termasuk review yang dilakukan oleh personel yang
ditugaskan dalam perikatan tersebut. Jika risiko bawaan atau risiko pengendalian tinggi untuk beberapa akun ter-
tentu, maka personel yang me-review akan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk meyakinkan bahwa ba-
han bukti audit telah tepat dan telah dievaluasi dengan benar.
Control Risk
D = Direct relationship; I = Inverse relationship
poran keuangan.
han, cukup signifikan
a hal yang meterial,
alam laporan, maka
apat dilakukan.
menentukan materialitas.
m pajak, penjualan bersih,
dibandingkan dengan
n karena adanya kecu-
perhitungan yang tidak
menentukan akun-
ng akan dilakukan pada
apangan sebagai dasar
keuangan secara material.
at transaksi.
da terhadap kemungkinan
malkan pengaruh masalah
i atas kemungkinan terjadi-
MPENGARUHI RISIKO
ketiga komponen risiko
naan bahan bukti. Huruf "D"
u perencanaan bahan bukti.
ko audit yang dapat diterima
STANDAR AUDITING
STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK
Auditor setelah melaksanakan pemeriksaan dan selanjutnya akan menyatakan pendapatnya atas
kewajaran laporan keuangan yang disajikan manajemen dalam laporan auditnya, harus mengacu pada
standar-standar yang berlaku baik standar laporan umum maupun standar laporan audit baku.
Auditor "dapat menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan", dalam
semua hal material, yang didasarkan pada kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau standar akuntansi keuangan.
Pada dewasa ini, pendapat (opini) yang dapat diberikan auditor dalam laporan auditnya sangat
bervariasi, dan hal tersebut merupakan gambaran objektif pemeriksaan auditor independen terhadap
kewajan penyajian laporan keuangan klien.
Sebelum tahun 2013, sesuai dengan standar yang diterbitkan oleh IAPI dalam laporan hasil audit
yang diterbitkan oleh auditor/lembaga audit independen atas laporan keuangan dapat diberikan
pendapat (opini) salah satu dari 5 tipe pendapat (opini) yang dapat diberikan oleh pemeriksa (auditor)
sesuai dengan kondisinya, yaitu :
1. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
2. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report with
Explanatory Languange)
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion).
Namun setelah tahun 2013 IAPI melakukan kembali perumusan opini atas laporan keuangan
sesuai dengan ISA (International Standards on Auditing), sehingga "informasi yang diberikan diharapkan
dapat memenuhi / memberikan keyakinan memadai bagi para penggunanya baik untuk dasar analisis
maupun pengambilan keputusan, sehubungan dengan pertanggung jawaban manajemen atas
pengelolaan perusahaan yang dilakukannya".
Penjelasan mengenai opini tanpa modifikasian dan ketiga tipe opini modifikasian diatas, yaitu :
1. Opini tanpa modifikasian (Unqualified Opinion)
Pendapat (opini) ini akan diberikan oleh auditor, apabila pada saat pemeriksaan dilakukan
"tidak terdapat pembatasan" dalam lingkup audit serta "tidak terdapat pengecualian yang
signifikan" mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam
penyusunan laporan keuangan, "konsistensi" dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku
umum tersebut, serta "pengungkapan memadai" dalam laporan keuangan.
Istilah "wajar" dalam hubungannya dengan pendapat (opini) tidak hanya terbatas pada
"jumlah rupiah dan pengungkapan" dalam laporan keuangan saja, tetapi juga mencakup
"ketepatan penggolongan informasi" misalnya : aset/kewajiban kedalam kelompok lancar, tidak
lancar atau jangka panjang dsb, biaya usaha dan biaya diluar usaha. Sehingga makna dari
digunakannya istilah wajar, apabila :
- bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran
- lengkap informasi yang disajikan oleh manajemen
- prinsip akuntansi yang berlaku umum telah digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
- adanya penjelasan yang cukup atas perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dari suatu periode ke periode berikutnya, sehingga perubahan disini tidak menghapus-
kan pengertian bahwa penerapan "harus dilaksanakan sekonsisten dari periode ke periode".
- informasi dan catatan-catatan pendukung "secara cukup digambarkan dan dijelaskan" dalam
laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan audit yang memperoleh pendapat (opini) dari auditor pada tipe ini, memberikan gambaran
bahwa pengelolaan dan pertanggungjawaban yang dilakukan manajemen "telah layak&memadai".
2. Opini modifikasian
a. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor bilamana pada saat
pemeriksaan dijumpai salah satu dari kondisi berikut ini :
- Beberapa Ruang Lingkup audit "dibatasi" oleh klien
- Auditor "tidak bisa melaksanakan audit penting" atau tidak dapat memperoleh informasi
penting karena kondisi diluar kekuasaan klien atau auditor
- Bebarapa bagian dari Laporan keuangan "tidak disusun" sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum
- Beberapa bagian dari prinsip akuntansi yang berlaku/diterima umum yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan "tidak diterapkan secara konsisten".
Pendapat ini "hanya diberikan" jika secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan oleh
klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan yang pengecualiannya
tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
Auditor memberikan pendapat tipe ini apabila laporan keuangan klien "tidak disusun ber-
dasarkan prinsip akuntansi yang berlaku/diterima umum", sehingga tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien.
Persyaratan lain untuk dapat diberikannya pendapat ini adalah apabila auditor juga "tidak di
batasi lingkup auditnya" sehingga bukti kompeten yang cukup dapat dikumpulkan untuk
mendukung pendapatnya.
Laporan audit dengan tipe pendapat ini, memberikan petunjuk kepada para pemakai
informasi keuangan bahwa informasi yang disajikan manajemen dalam laporan keuangannya
"tidak dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai" sebagai dasar u/ pengambilan keputusan.
c. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Auditor akan memberikan pendapat tipe ini apabila pada saat pemeriksaan auditor
menghadapi kondisi, antara lain :
- Adanya pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit
- Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Dalam hal auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion) karena auditor
bersangkutan tidak memperoleh bukti yang cukup mengenai kewajaran laporan keuangan
auditan atau karena auditor tersebut tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Soal Kasus
AXEhardware adalah perusahaan yang menjual alat berat dengan mekanisme secara kredit
Diketahui bahwa terdapat piutang usaha yang tidak dapat diyakini kebenarannya. Adapun
pada saat audit dilakukan auditor menemukan temuan yang penting, yaitu:
- Pada saat audit dilakukan, konfirmasi piutang usaha terhadap konsumen perusahaan
sebagian besar memberikan jawaban bahwa tidak memiliki sebesar piutang usaha
sebagaimana perusahaan mencatat tersebut
- Piutang usaha dicatat oleh perusahaan terlalu besar, dan berdampak juga terhadap
pencatatan pendapatan perusahaan yang terlalu besar juga.
- Jika perusahasan mengkoreksi atas kesalahan saji atas piutang usaha tersebut, maka
perusahaan akan menerima kerugian yang besar pada tahun buku tersebut.
Jika Anda adalah auditor yang akan memberikan opini terhadap laporan keuangan
perusahaan tersebut, opini apakah yang Anda akan berikan terhadap auditee tersebut?
Jika Auditee menginginkan opini wajar atas laporan keuangan-nya, saran apa yang akan
berikan kepada auditee? Dan Opini wajar apakah yang akan Anda berikan?
Laporan Audit Independen
Paragraf Pengantar….
…. (menjelaskan jasa apa yang diberikan auditor)
….
Paragraf Ruang Lingkup Audit….
…. (Batasan, Cakupan terkait yang objek yang diperiksannya)
….
Paragraf Opini Auditor….
…. (Menjelaskan opini auditor terhadap objek yang diperiksannya)
….
Ukuran keberhasilan suatu kegiatan profesi apabila para pelakunya "mempunyai dan mampu mene-
rapkan etika profesinya dalam melaksanakan aktivitas pekerjaannya".
Untuk akuntan, etika profesional yang mengatur perilaku para anggotanya pada saat menjalankan
praktek profesinya bagi masyarakat dikenal dengan istilah "kode etik" dan dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi akuntan.
Kode Etik Akuntan Indonesia secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu pasal-pasal
yang mengatur :
1. Perilaku semua akuntan "anggota IAI"
2. Perilaku semua akuntan "yang berpraktek dalam profesi Akuntan Publik".
Khusus untuk akuntan yang berpraktek dalam Kantor Akuntan Publik (KAP), dalam melaksanakan jasa
profesinya yang dapat berupa : auditing, atestasi, akuntansi dan review harus berdasarkan "Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP)" yang dikeluarkan oleh IAI.
Kerangka "KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA" terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. PRINSIP ETIKA
yi. Kerangka dasar bagi Aturan Etika yang disahkan oleh kongres IAI dan berlaku bagi seluruh
anggota IAI, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional anggotanya.
Dalam prinsip etika disini, semua anggota IAI harus dapat memenuhi tanggung jawab profesio-
nalnya dengan berkomitmen pada dirinya untuk berperilaku terhormat, yaitu dengan mampu
melaksanakan 8 prinsip etika, yaitu :
Tanggung Jawab dalam hal ini setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimba-
Profesi ngan moral serta profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
Kepentingan Publik dalam hal ini setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan
publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Integritas dalam hal ini untuk dapat memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalis-
menya, karena integritas merupakan "elemen karakter" yang menda-
sari timbulnya pengakuan profesional, yaitu :
~ Bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan raha-
sia penerima jasa.
~ Dapat mengemukakan bentuk apa yang benar dan adil, dimana
mengharuskan setiap anggota untuk mentaati baik bentuk maupun
jiwa dari standar teknis dan etika.
~ Setiap anggota harus mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-hatian
profesional.
Objektivitas dalam hal ini setiap anggota harus dapat bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.
Kompetensi dan dalam hal ini setiap anggota mempunyai kewajiban untuk melaksana-
Kehati-hatian kan jasa profesionalnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemam-
puannya, demi kepentingan pengguna jasa, serta tekun dan konsisten
dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Auditor harus memiliki
pendidikan dan pengalaman memadai, sehingga kompetensi profesio-
nal dapat mencakup 2 fase yi : "pencapaian kompetensi profesional"
dan "pemeliharaan kompetensi profesional".
Kerahasiaan dalam hal ini setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh
memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali kalau ada hak dan kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
Perilaku Profesional dalam hal ini setiap anggota harus selalu berperilaku konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendis-
kriditkan profesi. Hal tersebut sebagai perwujudan tanggung jawabnya
kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf pemberi
kerja maupun masyarakat umum.
Standar Teknis dalam hal ini anggota sesuai dengan keahliannya dan berhati-hati
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima
jasa sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Dalam melaksanakan kewajiban tersebut, setiap anggota harus men-
taati standar tekhnis dan standar profesional yang dikeluarkan oleh
IAI/IAPI serta peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
relevan.
2. ATURAN ETIKA
yi. Aturan etika yang disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen Akuntan Publik dan hanya
mengikat anggota kompartemen, yang mengatur secara khusus perilaku profesional anggotanya.
yang menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dulu : IAI Kompartemen Akuntan
Publik (IAI-KAP).
Aturan etika yang berlaku dan harus ditaati oleh para akuntan anggota IAPI, mencakup 5 aturan
etika meliputi :
1. Independensi, Integritas dan Objektivitas
a. Independen : yi. Anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen baik
meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun independen dalam penampilan
(in appearance).
b. Integritas dan Objektivitas : yi. Anggota KAP harus bebas dari benturan kepentingan
(conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material miss-
tatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya
kepada pihak lain.
2. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
a. Standar Umum : yi. Anggota KAP harus mematuhi standar yang berlaku beserta interpreta-
sinya yang ditetapkan IAI, berupa :
Kompetensi Profesional, yaitu anggota KAP hanya boleh memberikan jasa profesional
yang secara layak (reasonable) dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
Kecermatan dan Keseksamaan Profesional, dalam hal ini anggota KAP wajib untuk
memberikan jasa profesinya secara cermat dan seksama.
Perencanaan dan Supervisi, yaitu anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi
secara memadai atas setiap pelaksanaan pemberian jasa profesinya.
Data Relevan yang Memadai, dalam hal ini anggota KAP wajib memperoleh data yang
relevan secara memadai agar dapat dijadikan dasar yang layak dalam pembuatan sim-
pulan dan rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesinya.
b. Kepatuhan terhadap Standar : dalam hal ini anggota KAP yang melaksanakan penugasan
auditing, atestasi, review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan dan jasa profesio-
nal lainnya wajib mematuhi standar yang ditetapkan oleh IAI.
c. Prinsip-prinsip Akuntansi : dalam hal ini anggota KAP tidak diperkenankan untuk :
Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan terhadap laporan keuangan atau
data keuangan lain yang disajikan suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Menyatakan tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan
terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.
Apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap lapo-
ran atau data secara keseluruhan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
IAI.
3. Tanggung Jawab kepada Klien
a. Informasi Klien yang Rahasia : anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi
klien yang rahasia, tanpa persetujuan klien.
Larangan ini tidak boleh membatasi anggota dalam pemberian informasi sehubungan
dengan proses penyidikan, penegakan disiplin maupun review praktek profesional (review
mutu) sesuai kewenangan IAI.
b. Fee Profesional : ada 2 jenis fee anggota KAP sebagai berikut :
Besaran Fee, disini besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung pada antara lain :
risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian serta struktur
biaya KAP dan pertimbangan lainnya.
Fee Kontinjen, disini merupakan fee bersyarat yaitu baru dibebankan apabila ada
temuan atau hasil tertentu, tetapi bila mengurangi independensi maka fee kontinjen
tidak diperkenankan untuk ditetapkan.
4. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
a. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi : dalam hal ini anggota wajib memelihara citra
profesi yaitu tidak berkata atau berbuat yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
b. Komunikasi antar Akuntan Publik : dalam hal ini anggota KAP wajib berkomunikasi secara
tertulis dengan akuntan publik sebelumnya bila akan mengadakan perikatan (engagement)
audit yang menggantikan akuntan publik pandahulunya. Akuntan publik pendahulunya
wajib untuk menanggapi secara tertulis dan memadai permintaan komunikasi dari akuntan
publik pengganti.
c. Perikatan Atestasi : dalam hal ini akuntan publik tidak boleh melakukan perikatan atestasi
yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan akuntan publik
yang lebih dulu ditunjuk oleh klien, kecuali apabila untuk memenuhi ketentuan perundang-
undangan atau peraturan yang berlaku yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
5. Tanggung Jawab dan Praktek Lain
a. Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskriditkan : artinya anggota KAP tidak boleh melaku-
kan tindakan dan mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.
b. Iklan, Promosi dan Kegiatan Pemasaran Lainnya : disini anggota KAP diperbolehkan menca-
ri klien melalui pemasangan iklan atau sejenisnya asalkan tidak merendahkan citra profesi.
c. Komisi dan Fee Referal : pengertian dari kedua hal tersebut apabila dihubungkan dengan
tanggung jawab dari anggota KAP adalah :
Komisi, merupakan imbalan dalam bentuk uang, barang atau bentuk lainnya yang
diberikan atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan.
Anggota KAP tidak boleh menerima/memberikan komisi apabila penerimaan/pemberi-
an komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
Fee Referal (Rujukan), adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama
penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal hanya diperkenankan bagi sesa-
ma profesi.
d. Bentuk Organisasi dan KAP : dalam hal ini anggota KAP hanya dapat berpraktek akuntan
publik dalam bentuk organisasi yang diperbolehkan/diizinkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan/atau yang tidak menyesatkan dan merendahkan profesi.
3. INTERPRETASI DAN ATURAN ETIKA
yi. Merupakan interpretasi dan Pengurus Kompartemen Akuntan Publik setelah memperhatikan
tanggapan anggota dan pihak lain yang berkepentingan, sebagai panduan penerapan Aturan Etika.
4. TANYA DAN JAWAB
yi. Memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota Kompartemen tentang Aturan ]
Etika beserta interpretasinya, yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik.
BAB
BUKTI AUDIT
Pentingnya kelengkapan bukti audit bagi auditor, maka bukti audit tersebut dapat diartikan sbb :
Merupakan semua informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan
dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan dasar yang layak untuk menyatakan pendapat.
Tipe Bukti Audit yang mendukung laporan keuangan, dapat kelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Tipe Data Akuntansi
2. Tipe Informasi Penguat.
"Bukti yang cukup, kompeten dan layak"
Secara sederhana pengertian cukup, kompeten dan layak dapat dikemukakan sebagai berikut :
Cukup atau Tidaknya Bukti Audit : dalam hal ini berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikum-
pulkan berdasarkan pertimbangan profesional audit, yang meliputi :
- Materialitas dan resiko
- Faktor Ekonomi
- Ukuran dan karakterisktik populasi.
Kompeten Bukti Audit : dalam hal ini berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi
dan informasi penguat.
Dasar dan Layak : dalam hal ini berkaitan dengan tingkat keyakinan secara menyeluruh dan diperlu-
kan auditor untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Pertimbangan auditor atas kelayakan bukti audit dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
- Pertimbangan profesional
- Integritas manajemen
- Kepemilikan publik versus terbatas
- Kondisi keuangan.
Tipe Bukti Audit dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu :
1. TIPE DATA AKUNTANSI
a. Pengendalian Intern sebagai bukti : dalam hal ini untuk setiap kegiatan perusahaan dibentuk
sistem pengendaliannya sehingga dapat mengecek "ketelitian dan keandalan" data akuntansi.
b. Catatan Akuntansi sebagai bukti : dimaksud dengan catatan akuntansi disini dapat meliputi
jurnal (journal), buku besar (general ledger), serta buku pembantu (subsidy ledger) yang berfu-
ngsi untuk mengolah transaksi keuangan (proses akuntansi serta proses pengikhtisaran) berda-
sarkan bukti yang mendukung terjadinya transaksi tersebut, sampai dapat disajikannya laporan
keuangan.
2. TIPE INFOFRMASI PENGUAT
a. Bukti Fisik : merupakan bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan yang dila-
kukan atas aset berwujud (tangible assets).
b. Bukti Dokumenter : merupakan bukti yang dibuat dengan kertas yang berisi tulisan huruf,
angka dan atau simbol-simbol.
Berdasarkan sumbernya, Bukti Dokumenter dibagi menjadi 3 golongan, sebagai berikut :
Dibuat oleh "pihak luar yang bebas" yang dikirimkan langsung kepada auditor.
Dibuat oleh "pihak luar yang bebas" yang disimpan didalam arsip klien
Dibuat dan disimpan dalam "Organisasi Klien".
3. PERHITUNGAN
Dalam hal ini merupakan perhitungan yang dilakukan oleh auditor untuk membuktikan keteliti-
an perhitungan yang terdapat dalam catatan akuntansi klien, sehingga perhitungan tersebut menja-
di bukti audit yang berisi fat kuantitatif.
4. BUKTI LISAN
Bukti lisan merupakan jawaban lisan yang diberikan oleh orang, karyawan, manager dan klien
atas permintaan keterangan yang diminta oleh auditor berkenaan dengan masalah-masalah yang
terkait dengan proses pelaksanaan audit.
5. PERBANDINGAN DAN RATIO
Dalam hal ini auditor melakukan analisis sehubungan dengan ingin menentukan akun atau
transaksi yang akan dilakukan penyelidikan lebih intensif, dengan cara membandingkan setiap
aktiva, hutang, biaya dan penghasilan dengan saldo yang berkaitan tahun sebelumnya.
6. BUKTI DARI SPESIALIS
Merupakan hasil pekerjaan yang dikemukakan oleh seseorang atau perusahaan yang memiliki
keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing.
BAB
PROSEDUR AUDIT
Risiko terjadinya suatu kesalahan penyajian dalam akun atau didalam laporan keuangan pada situasi
tertentu atau situasi yang tidak biasa, dimungkinkan risiko dapat terjadi jauh lebih besar.
Dalam situasi demikian, auditor harus senantiasa waspada untuk menghadapinya, terutama apabila
terjadi kondisi sebagai berikut :
1. Pengendalian internal yang lemah : dalam situasi demikian, auditor harus waspada dan mengumpulkan
bentuk bukti audit rinci yang lain, yang dapat mengganti bukti-bukti yang telah dihasilkan oleh
kondisi pengendalian intern yang lemah tersebut.
2. Kondisi keuangan yang tidak sehat : dalam hal ini perusahaan mengalami kerugian atau posisi sulit
untuk menyelesaikan kewajiban terutama kewajiban jangka pendeknya, sehingga manajemen
mempunyai kecenderungan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Menunda penghapusan piutangnya yang sudah sulit untuk ditagih
- Menunda penghapusan persediaan barang dagangannya yang rusak berat dan yang sudah
tidak laku dijual
- Tidak melakukan pencatatan atas kewajiban/hutangnya.
Dalam kondisi keuangan perusahaan sehat, hal diatas tidak mungkin terjadi/dilakukan perusahaan.
3. Manajemen yang tidak dapat dipecaya : dalam hal ini auditor sebelum menerima perusahaan tersebut
menjadi klien, harus diwaspadai kemungkinan adanya pernyataan-pernyataan lisan yang
tidak benar yang diberikan oleh manajemen.
Untuk dapat menghindarinya, maka auditor harus mencari informasi rinci mengenai latar belakang
dari para pengambil keputusan dalam jajaran manajemen perusahaan bersangkutan.
4. Penggantian auditor : penggantian auditor ini biasanya terjadi karena alasan yang tidak jelas, misalnya
karena adanya :
- Perselisihan antar klien dengan auditor, sehubungan dengan penyajian laporan keuangan dan
pengungkapannya.
- Ketidakpuasan klien terhadap jasa yang diberikan auditor.
Klien yang mengganti auditornya, merupakan klien yang berisiko besar bagi auditor baru atau auditor
pengganti.
5. Perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba : dalam hal terjadinya perubahan tarif pajak yang
tiba-tiba secara drastis sangat besar, auditor harus mewaspadai kecenderungan dengan manajemen
perusahaan yang akan mencari cara untuk melakukan :
- Mengurangi penghasilan atau laba kena pajak.
- Menggeser pengakuan pendapatan ke periode yang pajaknya masih relatif rendah.
- Penggantian prinsip akuntansi yang diterapkan perusahaan.
- Penafsiran atas transaksi yang sejenis/sama tidak konsisten dengan penafsiran dalam periode
sebelumnya.
6. Usaha yang bersifat spekulatif : auditor harus lebih hati-hati apabila memeriksa laporan keuangan
dari perusahaan/klien yang kegiatan usahanya bersifat spekulatif. Hal ini karena akan menyulitkan
auditor dalam meprediksikan dan membandingkan kontinuitas hasil perkembangan usahanya dari
periode yang satu dengan periode lainnya.
Auditor yang melakukan audit atas perusahaan dengan kondisi diatas, akan menghadapi risiko yang
jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan audit atas perusahaan yang kondisi kegiatan usahanya
relatif stabil dalam jangka panjang.
7. Transaksi perusahaan yang kompleks : dalam hal ini, auditor akan dihadapkan dengan risiko yang
lebih besar apabila audit yang dilakukannya terhadap klien yang melaksankan kegiatan untuk
memperoleh keuntungan atau hasil dengan transaksi yagn sangat rumit/kompleks, bila dibandingkan
dengan audit terhadap perusahaan yang kegiatannya bersifat konvensional.
Risiko tersebut dapat terjadi karena kompleksnya transaksi, sehingga dimungkinkan penyimpangan
atas suatu transaksi karena tidak terprediksi dan terdeteksi oleh auditor yang bersangkutan.
KEPUTUSAN BERKAITAN DENGAN BUKTI AUDIT
Auditor sebelum melaksanakan "Proses pengumpulan bukti audit" perlu melakukan pengambilan
keputusan lebih dahulu terkait dengan "penentuan arah/langkah" agar bukti audit yang dibutuhkan
dapat diperoleh secara benar dan tepat. Keputusan dimaksud meliputi :
1. Penentuan Prosedur Audit yang akan Digunakan
a. Auditor harus menggunakan prosedur audit untuk mengumpulkan bukti audit.
b. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu disebut program audit.
c. Program audit harus menjelaskan : besarnya sampel, tanggal pelaksanaan prosedur audit,
dan pelaksanaan prosedur audit tersebut.
Contoh prosedur audit :
- Mintalah out-off bank statement dari Bank untuk jangka waktu 1 bulan setelah tanggal Neraca.
- Lakukan pengamatan atas perhitungan fisik persediaan yang dilakukan klien.
- Hitung penerimaan kas yang belum disetor ke Bank pada tanggal Neraca, dst.
2. Penentuan Besarnya Sampel
a. Besarnya sampel dapat ditentukan berbeda oleh auditor diantara unsur yang ada dalam populasi
yang diperiksa.
b. Untuk setiap prosedur audit, auditor harus memutuskan banyaknya unsur yang harus diuji.
c. Besarnya sampel akan berbeda-beda diantara audit yang dilaksanakan.
d. Besarnya sampel juga akan berbeda-beda antara prosedur audit yang satu ke prosedur audit
yang lain.
Catatan : Hal diatas dapat dilakukan apabila prosedur audit telah ditetapkan.
3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih sebagai Anggota Sampel
Unsur mana yang akan dipilih dan diputuskan sebagai anggota sampel oleh auditor untuk
diperiksa, setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu.
Contoh :
- Auditor menentukan faktur penjualan yang akan diperiksa 400 lbr dengan populasi 1500 lbr.
- Pemeriksaan akan mencakup : otorisasi dan ketelitian yang tercantum dalam faktur tersebut.
- Metode yang dapat digunakan ada 3 metode :
a. Memilih minggu tertentu sebagai periode pengujian (test period).
b. Memilih yang bernilai >1 juta.
c. Memilih 400 lbr secara acak.
4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit
a. Audit atas Laporan Keuangan mencakup suatu periode tertentu, biasanya 1 tahun.
b. Pengumpulan bukti audit oleh auditor harus dilakukan segera setelah awal tahun.
c. Hal tersebut karena :
- Audit harus diselesaikan dalam beberapa minggu atau bulan setelah tanggal Neraca.
- Prosedur audit dapat digunakan/dilaksanakan pada awal tahun yang diaudit, akhir tahun
yang diaudit, atau beberapa minggu atau bulan setelah tanggal Neraca.
Soal Kasus
GORgom adalah perusahaan yang melakukan pekerjaan jasa kontruksi. Perusahaan ini
memiliki keuntungan yang besar dalam tahun 2016. Perusahaan bermaksud meminta
Anda untuk melakukan audit laporan keuangan 2016. Adapun diketahui bahwa perusahaan
memiliki maksud sebagai berikut:
- Perusahaan memiliki keuntungan yang besar terkait proyek jasa kontruksi dengan
pemerintah. Dimana ada beberapa biaya fee yang diberikan kepada pejabat negara
yang tidak memiliki bukti-bukti pendukung yang memadai.
- Perusahaan memberikan bonus yang besar kepada direksi perusahaan, dimana
perusahaan tidak mengenakan pajak atas penghasilan tersebut.
- Perusahaan menginginkan penyajian laba perusahaan yang rendah pada laporan keuangan
yang diauditnya nanti. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pembayaran pajak nantinya.
- Perusahaan meminta audit dikerjakan sesingkat mungkin sehingga perusahaan dapat
mengajukan projek baru kembali dengan pemerintah.
- Perusahaan meminta untuk dapat memberikan opini wajar dalam laporan keuangan
yang akan diterbitkannya.
Jika Anda diminta untuk melakukan audit laporan keuangan terhadap perusahaan tersebut,
Apakah Anda menerima tawaran tersebut? Mengapa, alasan Anda?
Jika Anda menerima tawaran tersebut, resiko audit apa yang mungkin terjadi pada
pemeriksaan nanti?
PEMAHAMAN PENGENDALIAN INTERNAL
Sistem pengendalian internal terdiri dari seperangkat kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
membantu manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. Kebijakan dan prosedur ini dinamakan
pengendalian internal.
Kepentingan perusahaan dalam membuat sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut:
1. Kehandalan Laporan Keuangan
2. Efisiensi dan efektifitas operasi
3. Kepatuhan terhadap peraturan dan hukum berlaku
Kepentingan auditor terhadap sistem pengendalian internal perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian terkait dengan keandalan laporan keuangan. Untuk mematuhi standar pekerjaan
lapangan, auditor sangat memperhatikan pengendalian yang terkait dengan tujuan utama
pengendalian yang dilakukan manajemen yaitu keandalan laporan keuangan. Hal ini merupakan
wilayah yang secara langsung mempengaruhi laporan keuangan dan asersi-asersi manajemen
yang terkait sehingga mempengaruhi tujuan auditor dalam menentukan apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar.
2. Pengendalian terhadap kelompok-kelompok transaksi. Penekanan utama oleh auditor lebih
besar terhadap pengendalian internal kelompok transaksi dibandingkan saldo akun. Alasannya
adalah keakuratan hasil sistem akuntansi sangat tergantung pada faktor masukan (input) dan
prosesnya (transaksi).
Soal Kasus
PADAMARA adalah perusahaan yang melakukan pekerjaan jasa kontruksi. Diketahui dalam
melakukan pengeluaran biaya proyek, berikut prosedur yang biasa perusahaan lakukan:
a. Menyiapkan pendanaan pada Bendahara, pada saat kas di Bendahara sudah habis. Dana
akan disiapkan dan diberikan oleh Direktur Perusahaan kepada Bendahara.
b. Bendahara melakukan pengeluaran biaya untuk segala belanja yang terjadi
c. Bendahara melakukan pencatatan pengeluaran setiap harinya, begitu juga dalam
pekerjaan akuntansi. Bagian Akuntansi adalah orang yang sama dengan Bendahara
d. Pekerjaan Bendahara akan dilaporkan kepada Manager Proyek, dimana Manager
melakukan pekerjaan lapangan secara bersamaan. Manager Proyek tidak memahami
keilmuan akuntansi dan pengawasan biaya sepenuhnya.
e. Setelah proyek selesai, maka pekerjaan Bendahara melaporkan laporan keuangan
kepada Direktur. Begitu pula pekerjaan Manager Proyek melakukan laporan proyek
kepada Direktur.
Jelaskan oleh Anda, jika asumsi dibawah diketahui:
1. Jika Anda menilai pengendalian internal tersebut lemah, maka jelaskan kelemahan
sistem pengendalian internal tersebut? Bagaimana saran untuk mengatasi kelemahan
tersebut?
2. Jika Anda sebagai perusahaan, menilai bahwa saran tersebut tidak tepat dan tidak
diperlukan, maka jelaskan tanggapan untuk membantah saran auditor?
PENYELESAIAN AUDIT
Beberapa kewajiban bersyarat yang merupakan kepentingan utama auditor antara lain:
1. Pending litigation atas paten, kewajiban produk, atau tindakan lain.
2. Perselisihan mengenai pajak penghasilan.
3. Garansi barang.
4. Wesel tagih yang didiskontokan.
5. Jaminan atas kewajiban pihak lain.
6. Saldo yang belum digunakan dalam letter of credit yang masih berlaku.
Komitmen
Dalam komitmen, karakteristik terpenting adalah kesepakatan untuk komit perusahaan atau
sekumpulan kondisi yang tetap di masa mendatang tanpa melihat apa yang terjadi pada laba dan kondisi
ekonomi keseluruhan. Dalam ekonomi bebas, anggapan suatu satuan usaha sepakat untuk komitmen
adalah cara untuk memperbaiki kepentingan sendiri, tetapi sebaliknya akan kurang atau lebih
mengutungkan dari yang diantisipasi semula. Seluruh komitmen biasanya diuraikan bersama-sama dalam
catatan terpisah atau digabungkan dalam satu catatan yang berkaitan dengan hal kontinjensi.
Menelaah Peristiwa Kemudian
Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menelaah transaksi dan peristiwa yang terjadi setelah
tanggal neraca untuk menentukan apakah terjadi sesuatu yang mempengaruhi penilaian atau pengungkapan
atas laporan keuangan yang sedang diaudit. Tanggung jawab auditor untuk menelaah persitiwa
kemudian biasanya dibatasi untuk periode yang diawali tanggal neraca dan berakhir pada tanggal
laporan audit. Karena tanggal laporan audit terkait dengan penyelesaian prosedur audit yang penting
di kantor klien, penelahaan peristiwa kemudian seharusnya diselesaikan mendekati akhir penugasan.
Pengujian Audit
Prosedur audit untuk menelaah peristiwa kemudian dapat dengan mudah dibagi dalam dua kategori
Kategori pertama meliputi pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai begian dari
pengujian terinci atas saldo. Kategori pengujian kedua dilaksanakan dengan secara khusus dengan tujuan
mendapatkan informasi yang harus dimasukkan ke dalam saldo akun tahun berjalan atau diungkapkan
dengan catatan kaki. Pengujian tersebut antara lain:
1. tanya jawab dengan manajemen mengenai keberadaan potensi kewajiban kontinjensi, komitmen,
perubahan yang signifikan dalam aktiva atau struktur modal perusahaan.
2. korespondensi dengan pengacara sebagai bagian dari penelitian kewajiban kontinjensi.
3. menelaah laporan intern yang disiapkan setelah tanggal neraca,
4. menelaah catatan yang disiapkan setelah tanggal neraca,
5. memeriksa notulen yang dibuat klien kepada auditor yang merupakan pernyataan formal klien
mengenai berbagai masalah yang berbeda dalam keseluruhan audit, termasuk diskusi mengenai
peristiwa kemudian.
Mengevaluasi Hasil
Untuk mengevaluasi hasil audit, terdapat lima aspek yang harus diperhatikan :
a. Kecukupan bahan bukti
Pengikhtisaran akhir atas kecukupan bahan bukti adalah berupa penelaahan oleh auditor atas seluruh
audit untuk menentukan apakah seluruuh aspek penting telah secara cukup diuji setelah
mempertimbangkan situasi setelah penugasan. Langkah utama dalam proses ini adalah penelaahan
program audit untuk meyakinkan bahwa seluruh bagian telah secara akurat diselesaikan dan
didokumentasikan dan bahwa seluruh tujuan audit telah dipenuhi.
b. Bahan bukti yang mendukung pendapat auditor
Bagian terpenting dari evaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara wajar adalah mengikhtisarkan
kekeliruan yang ditemukan dalam audit. Manakala auditor menemukan kekeliruan yang material, neraca
saldo harus disesuaikan untuk mengkoreksi laporan keuangan.
c. Pengungkapan laporan keuangan
Pertimbangan utama dalam menyelesaikan audit adalah untuk menentukan apakah pengungkapan
dalam laporan keuangan telah cukup. Dalam keseluruhan audit, penekanan pada kebanyakan
pemeriksaan adalah verifikasi akurasi saldo pada buku besar dengan menguji akun yang paling dalam
neraca saldo auditor. Tugas utama lainnya adalah untuk meyakinkan bahwa saldo akun dalam neraca
saldo diagregasi dengan benar dan diungkapkan dalam laporan keuangan.
d. Penelaahan kertas kerja
Dalam tahap penyelesaian audit, perlu dilakukan penelaahan kertas kerja sebagai alat evaluasi hasil
audit. Penelaahan kertas kerja bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan staf yang belum berpengalaman
untuk meyakinkan bahwa audit memenuhi standar pelaksanaan kantor akuntan publik serta untuk
mentralkan kepemihakkan yang seringkali masuk ke dalam pertimbangan auditor.
e. Penelaahan independen
Saat penyelesaian audit yang lebih besar, sudah lazim untuk mempunyai laporan keuangan dan
satu set kertas kerja yang telah ditelaah oleh penelaah independen yang tidak berpartisipasi dalam
penugasan.
Soal Kasus
SEMraut adalah perusahaan industri yang melakukan kegiatan produksi sepatu.
Anda dipilih menjadi auditor laporan keuangan untuk memeriksa laporan keuangan tahun 2016.
Auditor melakukan pemeriksaan 3 bulan dan menerbitkan laporan pada tanggal 31 Maret 2017.
Diketahui bahwa:
1. Pada tanggal 15 Januari 2017, perusahaan membayar kekalahan sengketa pajak, dimana
perusahaan diwajibkan membayar uang yang cukup besar. Sengketa ini adalah terhadap
Tahun Pajak 2015, dimana perusahaan dilakukan pemeriksaan.
2. Pada tanggal 20 Februari 2017, perusahaan menerima pendapatan berupa sanksi bunga dari
Konsumen yang melakukan keterlambatan pembayaran yang nilai-nya tidak besar.
3. Pada tanggal 25 April 2017, perusahaan tertimpa bencana kebakaran pabrik yang merugikan
perusahaan dengan nilai yang besar. Adapun sejumlah klaim asuransi yang akan mengganti
kerugian atas kebakaran tersebut. Dinilai bahwa terdapat keuntungan jika perusahaan
menerima pembayaran klaim atas kecelakaan tersebut.
4. Pada tanggal 3 Mei 2017, perusahaan melakukan penjualan investasi berupa obligasi
dengan penjualan dibawah harga pasar. Hal ini diketahui bahwa perusahaan mengalami
kesulitan liquiditas.
Jika Anda adalah auditor yang telah menerbitkan laporan keuangan 2016, dengan mengetahui
kondisi-kondisi diatas tersebut, Anda akan melakukan penyajian kembali (restatement)
terhadap opini yang diberikan sebelumnya. Apa saja yang menjadi penyesuaian atas laporan
keuangan yang baru nanti? Mengapa penyesuaian tersebut dilakukan?