Anda di halaman 1dari 52

Perkuliahan Auditing 1 Auditing 1

Waktu 07.00 - 09.30 12.30 - 15.00


Kelas G C
Ruang Perkuliahan 1.12 2.11
Ketua Kelas Lina Rahayu Rani Ramadhaty
No. kontak Ketua 0895.0661.9967 0877.2221.4004
email kelas auditing1g@gmail.com raanirmd@gmail.com

Jadwal Tambahan
1. Kamis jam 9.30 - 12.00 - Jumat jam 07.00 - 09.30 2 org bentrok
2. Jumat jam 07.00 - 09.30 1 org bentrok
3.
4.

Catatan;
1. Perkuliahan dimulai jam 7.30 Perkuliahan dimulai jam 13.00
2. Diperkenankan keterlambatan 15 menit Keterlambatan 15 menit

Jadwal Perkuliahan Pengganti jika Mahasiswa telat atau tidak hadir


1. Hari Senin, Jam 07.00 - 09.30 R.1.12
2. Hari Selasa, Jam 12.30 - 15.00 R.2.11

Bobot Nilai
1. 10% Kehadiran
2. 30% Tugas
3. 30% UTS
4. 30% UAS

Materi Perkuliahan Auditing 1


1. Konsep Dasar, Pengantar Audit
2. Konsep Materialitas
3. Konsep Resiko Audit
4. Bukti Audit
5. Laporan Audit, Opini Audit
6. Etika Profesional, Standar Audit
Buku Referensi
1. Arens, Auditing: Book 1.
2. Mulyadi, Auditing.

Bimbim Maghriby
PENDAHULUAN AUDIT

Audit, adalah
(A.A. Arens)
Suatu proses yg dilakukan oleh ahli dan independen yang dapat menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi
dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari
keterangan yang terukur tersebut

Konsep Auditing, dapat disimpulkan menjadi


1 Evidence Pembuktian yang cukup
2 Due Care Memeriksa dengan hati-hati
3 Fair Presentation Penyajian yang wajar
4 Independence Bebas, Jujur dan Objektif
5 Ethichal Conduct Bertindak sesuai kode ethik

Evidende/ Bukti yang memadai, diantaranya adalah:


1 Pernyataan Tertulis pernyataan/ keterangan lisan dari manajemen auditee
2 Bukti Fisik diantaranya bukti uang kas, persediaan, aset dll
3 Bukti Kepemilikan diantaranya BPKB, sertifikat tanah, saham, obligasi dll
4 Bukti Kesaksian Informasi yang diperoleh pihak luar baik lisan maupun tertulis
5 Dokumen Pembukuan buku, catatan pada laporan keuangan perusahaan auditee
6 Laporan Analisis diantaranya Laporan Hasil riview pengendalian internal,
laporan produksi, laporan persediaan, lap. Kas, dll

Due Profesional Audit Care/ Memeriksa dengan hati-hati


Auditor harus yakin bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen telah memberikan
gambaran yang wajar serta prosedur yang diperiksannya telah sesuai dengan kebijakan
manajemen tersebut. Sehingga auditor harus menggunakan kecerdasan profesinya sesuai
dengan keahliannya.

Fair Presentation/ Penyajian yang wajar


Menyajikan penyajian yang wajar, auditor harus memperhatikan:
1 Accounting propriety, Ketepatan akuntansi
Ketepatan penyajian laporan keuangan, informasi yang lengkap dan tidak memiliki
kesalahan atau keliruan.
2 Adequate disclosure, Pengungkapan yang cukup
Pengungkapan informasi yang memadai, jujur, sesuai dengan sebenarnya.
3 Audit Obligation, Kewajiban pemeriksaan
Auditor harus dapat melindungi pembaca laporan keuangan agar tidak menyesatkan
pembacanya tersebut.

Independence/ Bebas, Jujur dan objektif


Auditor tidak boleh dipengaruhi siapapun terhadap auditee'nya. Auditor harus menghindari
keadaan yang dapat menimbulkan keraguan pihak ketiga mengenai independensinya.
Independence disini baik secara in fact maupun in appreance

Ethichal Conduct/ Bertindak sesuai kode ethik


Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor disyaratkan untuk melaksanakan pemeriksaan
sesuai dengan kode ethik profesionalnya, yaitu taat pada aturan yang khusus berlaku yang
mengatur tingkah laku tiap individu akuntan/ auditor dalam melakukan profesinya.
Sehingga dapat terlindungi kepentingan dari pengguna jasa akuntan dan kepentingan
sesama akuntan.
Jenis-jenis Auditor
1 Auditor Eksternal
Auditor Eksternal disini adalah auditor pada kantor akuntan publik/ KAP
2 Auditor Pemerintah
Auditor yang bekerja disektor-sektor pemerintah, diantaranya adalah Inspektorat
Jenderal (Irjen), BPK-RI (Badan Pemeriksa Keuangan RI), BPKP (Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan), Bawasda (Badan Pengawas Daerah).
3 Auditor Internal
Auditor Internal yang bekerja untuk dan atas nama pimpinan perusahaan. Tugasnya
memberikan informasi kepada pengambil keputusan dari perusahaan bersangkutan
Auditor Internal ini pada bagian perusahaan biasa disebut Satuan Pengawas Internal

Jenis-Jenis Audit
1 Operational Audit/ Audit Operasional, Audit Kinerja
Yaitu audit yang dilakukan oleh auditor untuk mengetahui seberapa efisien
dan efektifnya kegiatan operasional pada suatu perusahaan.
Dalam hal ini, auditor harus melakukan pengamatan yang obyektif
dan seluruh hasilnya terhadap kegiatan operasional pada perusahaan atau entitas.
Audit kinerja dilakukan untuk mendapatkan, mengevaluasi bukti-bukti
yang telah ditemukan dengan tujuan untuk mencapai target yang ditetapkan
oleh perusahaan tersebut.
2 Financial Audit/ Audit Keuangan
Yaitu audit yang dilakukan oleh auditor terhadap laporan-laporan keuangan pada
suatu perusahaan, apa laporan keuangan yang disajikan telah sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan atau belum. Hasil dari audit ini nantinya akan disampaikan
kepada pihak eksternal misalnya seperti para pemegang saham perusahaan tersebut.
3 Compliance Audit/ Audit Kepatuhan
Yaitu audit yang dilakukan untuk melihat kegiatan pada suatu perusahaan apakah
sudah sesuai dengan ketentuan, peraturan dan persyaratan yang berlaku misalnya
seperti perjanjian yang telah ditetapkan dan apakah telah sesuai dengan undang-undang
pada suatu negara. Kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan pada audit ini,
berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Misalnya bersumber dari manajemen yang
berbentuk prosedur-prosedur pengendalian internal.
Audit ini umumnya disebut dengan fungsi audit internal karena dilakukan
oleh pegawai pada perusahaan tersebut.
Adapun dalam perkembangan saat ini, jenis audit berkembang dan bertambah. Berikut
adalah tambahan jenis-jenis audit saat ini:
4 Special Audit/ Audit Khusus
Audit khusus merupakan audit dengan ruang lingkup yang sifatnya khusus.
Misalnya adalah audit pemeriksaan atas ketidaklancaran pelaksanaan pembangunan,
audit ketidakcocokan persediaan, dll
Dengan pengertian khusus ini berarti audit yang dilakukan adalah untuk
mengungkapkan kesalahan yang terjadi pengelolaan/ pelaksanaan aktivitas perusahaan
5 Information System Audit/ Audit Sistem Informasi
Yaitu pemeriksaan sistem yang mengatur pengembangan, pengoperasian, pemeliharaan,
dan keamanan sistem aplikasi informasi tertentu. Jenis audit ini melibatkan pusat data,
sistem operasi, perangkat lunak yang digunakan, dll.
6 Environment Audit/ Audit Lingkungan
Yaitu audit terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian
pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan
tentang pengelolaan lingkungan.
7 Forensic Audit/ Audit Forensik
Dengan demikian, Audit Forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan
membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, untuk menghasilkan
informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.
Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti di
muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan
audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan
saksi ahli (litigation support) di pengadilan

BUKTI AUDIT

Keyakinan atas bukti audit yang digunakan ditentukan oleh:


1 Kompetensi
Bukti yang kompeten mengacu kepada tingkat kepercayaan/ kehandalan atas bukti
yang didapatkan untuk digunakan dalam prosedur audit. Bahan bukti yang kompeten
ditentukan oleh faktor sebagai berikut:
a Relevan
Bahan bukti yang relevan adalah bahan bukti yang terkait dengan tujuan audit yang
ingin dicapai
b Independensi pemberi bahan bukti
Pada umumnya, bahan bukti yang didapatkan dari pihak eksternal entitas lebih
dapat diandalkan dari pada bukti dari pihak internal
c Efektifitas pengendalian internal klien
Semakin efektif pengendalian internal klien, semakin handal bahan bukti yang
didapatkan
d Bahan bukti yang diperoleh auditor secara langsung (misalnya pengujian fisik,
observasi, penghitungan dan pemeriksaan) lebih kompeten daripada informasi/
bahan bukti yang didapat secara tidak langsung
e Kualifikasi individu yang memberikan informasi
Bahan bukti audit yang digunakanakan lebih handal bila individu yang memberikan
bahan bukti/ informasi tersebut merupakan orang yang memang ahli di bidangnya
f Tingkat objektivitas
Bahan bukti yang objektif lebih dapat dihandalkan daripada bahan bukti yang
memerlukan penilaian (judgment) untuk menentukan apakah informasi dari bahan
bukti tersebut benar
g Ketetapan waktu
Semakin bukti audit yang diperoleh memiliki waktu sesuai dalam menentukan
suatu kejadian, maka semakin baik bukti audit tersebut.
2 Kecukupan (memadai)
Kecukupan bahan bukti diukur dengan ukur sampel yang dipilih auditor. Faktor yang
menentukan ketepatan ukuran sampel antara lain adalah ekspektasi auditor terhadap
terjadinya salah saji dan efektivitas pengendalian internal klien.
3 Efek Gabungan
Keyakinan atas bahan bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan kombinasi
kompetensi dan kecukupan, termasuk pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi
kompetensi dan kecukupan. Besarnya sampel bahan bukti tersebut relevan dengan tujuan
auditnya.
4 Keyakinan dan Biaya
Dalam membuat keputusan mengenai bahan bukti apa yang akan diambil, perlu
mempertimbangkan faktor keyakinan bahan bukti maupun biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkannya. Tujuan auditor untuk mendapatkan bahan bukti kompeten dengan
jumlah yang memadai dengan mengeluarkan biaya yang serendah mungkin.
Tehnik untuk Memperoleh Bukti Audit
1 Pengujian Fisik
Merupakan pemeriksaan atau penghitungan oleh auditor atas aktiva berwujud, misalnya
kas, persediaan, surat-surat berharga, dll
2 Konfirmasi
merupakan tanggapan tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diminta oleh auditor. Permintaan konfirmasi
dibuat oleh klien, dan klien meminta pihak ketiga yang independen untuk merespon
secara langsung kepada auditor.
3 Dokumentasi
Merupakan aktivitas pengujian yang dilakukan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien
untuk memverifikasi informasi yang harus atau seharusnya dimasukan dalam laporan
keuangan. Dokumen dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu dokumen internal
dan eksternal.
4 Observasi
Observasi menggunakan penginderaan untuk menilai aktivitas tertentu, misalnya dengan
cara melihat, mendengar, menyentuh, atau mencium untuk mengevaluasi item atau
aktivitas tertentu.
5 Menanyai Klien
Hal ini dilakukan dengan cara memperoleh informasi tertulis atau lisan dari klien terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh auditor.
6 Perhitungan ulang
Aktivitas ini melibatkan pengecekan ulang sebuah sampel atau penghitungan dan
memindahkan informasi yang dibuat oleh klien selama periode audit. Pengecekan ulang
penghitungan meliputi pengujian atas keakuratan matematis yang dibuat oleh klien
7 Prosedur Analisis
Perosedur ini mengunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo
akun atau data lain disajikan dengan wajar. Dalam kasus tertentu, prosedur analisis juga
digunakan untuk mendeteksi akun atau transaksi yang harus diselidiki lebih lanjut secara
lebih luas untuk membantu menentukan perlu atau tidaknya dilakukan verifikasi tambahan.

Soal Kasus
DriveGo adalah perusahaan taksi dengan kendaraan berupa mobil dan motor. Diketahui
bahwa perusahaan memiliki aset yang banyak pada mobil dan motor tersebut.
Diketahui pula pada saat audit, bahwa:
- Kepemilikannya ada yang berupa nama perusahaan langsung dan ada yang tidak.
- Aset perusahaan diantaranya aset yang dibeli, dan aset yang didapat dari persewaan.
- Ada sedikit aset kendaraan tidak digunakan karena rusak total.
- Ada juga aset kendaraan tidak sesuai spesifikasi yang terdaftar pada perusahaan.
Jika Anda diminta untuk memastikan aset-aset DriveGo yang dilaporkan pada laporan
keuangan, bukti apakah yang Anda akan cari untuk memastikan bahwa aset tersebut
adalah aset-aset perusahaan? Bagaimana Anda mengetahui aset-aset tsb layak digunakan
untuk perusahaan? Bagaimana untuk memastikan aset tsb sesuai dengan yang tertuang
dalam daftar aset perusahaan?

PERENCANAAN AUDIT

Dalam tahap perencanaan terdapat dua jenis resiko yang harus dipertimbangkan:
1 Resiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)
Resiko audit yang dapat diterima mengukur seberapa besar kesediaan auditor untuk
menerima kemungkinan terdapat salah saji material dalam laporan keuangan setelah audit
diselesaikan dan opini wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Ketika auditor
memutuskan bahwa resiko audit yang dapat diterima adalah rendah, hal ini berarti
auditor menginginkan keyakinan yang lebih tinggi bahwa tidak terjadi salah saji material
dalam laporan keuangan
2 Resiko bawaan (inherent risk)
Resiko bahwaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapat salah saji material
dalam saldo akun sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal klien.
Misalnya, jika auditor memutuskan bahwa terdapat kemungkinan salah saji yang tinggi
dalam saldo akun piutangm berarti auditor menyimpulkan bahwa risiko bawaan atas akun
piutang adalah besar.

Tahap Perencanaan Audit


1 Perencanaan Awal
2 Mendapatkan Pemahaman mengenai Bisnis dan industri Klien
3 Melakukan Penilaian atas Resiko Bisnis Klien
4 Melakukan Prosedur Analisis Awal

Soal Kasus
Sweet Donat adalah Perusahaan Produksi Donat, yang memproduksi donat aneka rasa.
Produksi donat tsb diketahui mendapatkan bahan-bahan dimulai pembelian dari
supplier-supplier besar. Kemudian seluruh bahan-bahan produksi disimpan digudang.
Dalam produksi 1 hari dalam produksi donat dalam pabrik dapat diketahui bahwa:
50% bahan digudang kemudian diproses produksi di pabrik donat. Dari proses produksi
menghasilkan donat, yang menggunakan 75% dari seluruh bahan yang masuk diolah
di pabrik. Seluruh donat yang dipabrik, dikirim ke toko untuk dijual. Dalam penjualan
di toko, donat dapat laku terjual sebesar 85% dari seluruh donat yang diterima dari pabrik
Jika Anda diminta untuk melakukan audit terhadap persediaan pada Sweet Donat
Apakah yang akan dilakukan oleh Anda terhadap pemeriksaan audit tersebut, dengan
melihat resiko yang diketahui oleh Anda sebagai auditor? Bagaimana Anda merencanakan
audit terhadap persediaan pada Sweet Donat tersebut?
TUJUAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDIT

Tujuan utama dilakukannya audit atas laporan keuangan adalah untuk menyampaikan opini atas laporan keuangan
tersebut. Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembangkan tujuan audit adalah sebagai berikut :
1. Memahami Tujuan dengan Tanggung Jawab Audit
Tanggung jawab manajemen adalah menerapkan kebijakan-kebijakan akuntansi yang sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia, memelihara pengendalian internal yang memadai dan menyajikan laporan
keuangan yang wajar.
Sedangkan tanggung jawab auditor adalah mengeluarkan opini atas kawajaran penyajian laporan keuangan.
Tanggung jawab tersebut diantaranya adalah menemukan :
a. Salah Saji Material vs Immaterial
b. Keyakinan yang memadai
c. Kesalahan vs Kecurangan (error vs fraud)
d. Skeptisme profesional
e. Pengaruh langsung atas tindakan ilegal
f. Pengaruh tidak langsung atas tindakan ilegal
g. Mengumpulkan bukti audit ketika tidak ada alasan yang memadai untuk mempercayai pengaruh tidak lang-
sung atas terjadinya tindakan ilegal
h. Mengumpulkan bukti audit dan tindakan lainnya ketika ada alasan yang memadai untuk mempercayai pe-
ngaruh langsung ataupun tidak langsung atas tindakan ilegal yang mungkin terjadi
i. Tindakan yang harus dilakukan ketika auditor mengetahui adanya tindakan illegal.

2. Membagi Laporan Keuangan ke dalam Beberapa Siklus


Audit dilalkukan dengan membagi laporan keuangan ke dalam bagian atau segmen yang lebih kecil. Pembagian
ini membuat audit lebih mudak dilakukan dan membantu penugasan kerja bagi tim auditor. Cara yang paling
umum digunakan adalah membagi transaksi-transaksi maupun saldo akun ke dalam kelompok yang sejenis.
Pendekatan ini disebut pendekatann siklus (cycle approach). Adapun siklus yang biasa digunakan adalah :
a. Siklus penjualan dan penagihan (sales and collection cycle)
b. Siklus pembelian dan pembayaran (acquisition and payment cycle)
c. Siklus gaji dan karyawan (payroll and personal cycle)
d. Siklus persedian barang dan gudang (inventory and warehouse cycle)
e. Siklus perolehan barang modal dan pembayaran (capital acquisition and repayment)

3. Mengetahui Asersi Manajemen untuk Masing-masing Akun


Asersi manajemen adalah pernyataan manajemen mengenai kelompok transaksi dan akun-akun terkait dalam
laporan keuangan. Asersi manajemen secara langsung terkait dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Asersi ini merupakan bagian dari kriteria yang digunakan oleh manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan
informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
Asersi manajemen terbagi dalam 5 kategori :
a. Keberadaan atau Keterjadian (existence and occurrence)
Asersi keberadaan terkait dengan apakah aktiva, hutang dan modal yang terdapat di neraca benar-benar
ada pada tanggal neraca tersubut. Sedangkan asersi keterjadian terkait dengan apakah pencatatan transak-
si yang terdapat di laporan keuangan benar-benar terjadi dalam periode akuntansi yang bersangkutan.
b. Kelengkapan (completenes)
Asersi ini menyatakan bahwa semua transaksi dan akun-akun yang seharusnya disajikan dalam laporan
keuangan telah disajikan secara lengkap.
c. Penilaian dan Alokasi (valuation and allocation)
Asersi ini terkait dengan apakah akun-akun aktiva, kewajiban, modal, pendapatan dan beban telah terma-
suk dalam laporan keuangan dengan jumlah (angka) yang tepat.
d. Hak dan Kewajiban (rights and obligations)
Asersi manajemen ini terkait dengan apakah aktiva benar-benar merupakan hak (milik) entitas (perusahaan)
dan kewajiban adalah kewajiban entitas (perusahaan) tersebut pada tanggal tersebut.
e. Penyajian dan Pengungkapan (presentation and disclosure)
Asersi ini terkait dengan apakah komponen laporan keuangan telah digabungkan atau dipisahkan, digam-
barkan dan diungkapkan dengan tepat.

4. Mengetahui Tujuan Umum Audit atas Kelompok Transaksi dan Akun


Tujuan audit terkait transaksi mengikuti dan sangat terkait erat dengan asersi manajemen. Hal ini bertujuan
untuk memberikan sebuah kerangka kerja untuk membantu auditor mengumpulkan bahan bukti kompeten
yang memadai yang dibutuhkan untuk pekerjaan lapangan dan memilih pengumpulan bukti yang tepat untuk
masing-masing kelompok transaksi pada saat penugasan diberikan.
Tujuan umum audit terkait transaksi adalah sebagai berikut :
a. Keberadaan-transaksi yang tercatat benar-benar ada
Tujuan ini terkait dengan apakah transaksi yang tercatat memang benar-benar ada.
b. Kelengkapan-transaksi yang terjadi telah dicatat
Tujuan ini terkait dengan apakah semua transaksi yang seharusnya terdapat dalam jurnal telah benar-benar
dimasukkan ke dalam jurnal tersebut.
c. Keakuratan-transaksi telah dicatat dengan jumlah yang benar
Tujuan ini terkait dengan keakuratan informasi dalam pembukaan transaksi. Misalnya untuk transaksi
penjualan, pelanggaran terhadap tujuan keakuratan terjadi apabila kuantitas barang yang dikirimkan ber-
beda dengan kuantitas barang yang muncul di faktur penjualan, penyantuman harga jual yang salah di
faktur penjualan, dll.
d. Klasifikasi-transaksi telah diklasifikasikan dengan tepat
Misalnya transaksi penjualan kredit harus diklasifikasikan sebagai penjualan kredit, bukan penjualan tunai.
e. Waktu-transaksi telah dicatat pada tanggal yang benar
Kesalahan waktu terjadi jika transaksi tidak dicatat pada saat tanggal terjadinya transaksi tersebut.
f. Posting dan pengikhtisaran-transaksi yang tercatat telah dimasukkan ke dalam file utama dan telah
diikhtisarkan dengan benar
Tujuan ini terkait dengan keakuratan pemindahan informasi dan transaksi yang telah dicatat di jurnal ke
buku besar utama dan buku besar pembantu.

5. Mengetahui Tujuan Khusus Audit atas Kelompok Transaksi dan Akun


Tujuan umum audit terkait transaksi harus diterapkan pada setiap jenis transaksi yang diaudit. Transaksi terse-
but biasanya melibatkan transaksi penjualan, penerimaan kas, penerimaan kas, pembelian barang (jasa), gaji
pegawai, dll. Tabel berikut merupakan contoh ikhtisar dari tujuan umum audit terkait transaksi dan tujuan
khusus audit terkait transaksi penjualan :
Tujuan Umum
Asersi Manajemen Audit-Terkait Tujuan Khusus Audit-Terkait Transaksi
Transaksi
Keberadaan atau keterjadian Keberadaan Penjualan yang tercatat adalah untuk pengiriman kepada
pelanggan yang benar-benar ada (bukan fiktif).
Kelengkapan Kelengkapan Seluruh transaksi penjualan yang ada telah dicatat.
Penilaian atau alokasi Keakuratan Transaksi penjualan telah dicatat dengan jumlah barang
yang benar dan telah ditagih dan dicatat dengan jumlah
yang benar.
Penilaian atau alokasi

Klasifikasi Transaksi penjualan telah diklasifikasikan dengan benar.


Waktu Penjualan telah dicatat.
Posting dan Transaksi penjualan telah dimasukkan ke dalam file utama
Pengikhtisaran dengan tepat dan telah diikhtisarkan dengan tepat.
Hak dan Kewajiban N/A N/A
Penyajian dan Pengungkapan N/A N/A
opini atas laporan keuangan
t adalah sebagai berikut :

ng sesuai dengan Standar


ai dan menyajikan laporan

nyajian laporan keuangan.

percayai pengaruh tidak lang-

adai untuk mempercayai pe-

n yang lebih kecil. Pembagian


m auditor. Cara yang paling
m kelompok yang sejenis.
asa digunakan adalah :

an akun-akun terkait dalam


ntansi Keuangan di Indonesia.
mencatat dan mengungkapkan

apat di neraca benar-benar


n apakah pencatatan transak-
tansi yang bersangkutan.

a disajikan dalam laporan


atan dan beban telah terma-

ak (milik) entitas (perusahaan)

an atau dipisahkan, digam-

ajemen. Hal ini bertujuan


an bahan bukti kompeten
ulan bukti yang tepat untuk

alam jurnal telah benar-benar

Misalnya untuk transaksi


barang yang dikirimkan ber-
harga jual yang salah di

edit, bukan penjualan tunai.

a transaksi tersebut.
m file utama dan telah

g telah dicatat di jurnal ke

ang diaudit. Transaksi terse-


mbelian barang (jasa), gaji
ait transaksi dan tujuan

udit-Terkait Transaksi

h untuk pengiriman kepada


ada (bukan fiktif).
ang ada telah dicatat.
tat dengan jumlah barang
dan dicatat dengan jumlah
asifikasikan dengan benar.

asukkan ke dalam file utama


sarkan dengan tepat.
MATERIALITAS DAN RISIKO DALAM PELAKSANAAN AUDIT

MATERIALITAS
Tanggung jawab auditor adalah untuk menilai apakah terdapat salah saji meterial dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan
sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang meterial,
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Jika terdapat salah saji material dalam laporan, maka
auditor akan memberitahukan kepada klien sehingga koreksi terhadap salah saji tersebut dapat dilakukan.

Terdapat lima (5) langkah dalam menentukan materialitas :


1. Penilaian Awal Materialitas
Idealnya, auditor menentukan di awal audit jumlah salah saji gabungan dalam laporan keuangan yang mungkin
dianggap material. Penilaian awal ini merupakan jumlah salah saji maksimal yang diyakini auditor bahwa terda-
pat kemungkinan salah saji laporan keuangan namun tidak mempengaruhi keputusan pengguna laporan
keuangan. Penilaian awal materialitas penting untuk dilakukan karena akan membantu auditor dalam merenca-
nakan pengumpulan bahan bukti yang tepat. Auditor juga seringkali merubah penilaian awal materialitas selama
audit berlangsung. Ketika hal tersebut dilakukan, penilaian yang baru tersebut dinamakan revisi penilaian atas
materialitas.
a. Materialitas adalah konsep yang relatif, bukan konsep yang absolut
Salah saji dalam besaran/jumlah tertentu mungkin material bagi perusahaan kecil, namun demikian, deng-
an jumlah yang sama mungkin tidak material bagi perusahaan besar.
b. Diperlukan dasar dalam mengevaluasi materialitas
Karena materialitas adalah relatif, maka penting untuk memperoleh dasar dalam menentukan materialitas.
Dasar yang biasanya digunakan oleh auditor antara lain adalah laba bersih sebelum pajak, penjualan bersih,
laba kotor dan total aktiva.
c. Faktor kualitatif dapat pula mempengaruhi materialitas
Beberapa jenis salah saji mungkin lebih penting bagi pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan
yang lainnya, meskipun jumlahnya sama besar. Misalnya salah saji yang diakibatkan karena adanya kecu-
rangan dianggap lebih penting untuk diperhatikan dibandingkan karena kesalahan perhitungan yang tidak
sengaja.
2. Mengalokasikan Penilian Awal Materialitas kepada Segmen-segmen
Hal ini penting untuk dilakukan karena bahan diakumulasikan per segmen daripada laporan keuangan secara
keseluruhan. Sebagian besar auditor mengalokasikan materialitas ke neraca daripada ke laporan laba rugi.
Ketika auditor mengalokasikan penilaian awal materialitas ke dalam saldo akun-akun neraca maka materialitas
yang dialokasikan ke saldo akun neraca tersebut disebut salah saji yang dapat toleransi (tolerable misstatement).
Misalnya, bila auditor memutuskan untuk mengalokasikan Rp.100.000.000 dari total penilaian awal materiali-
tas sebesar Rp.200.000.000 ke akun piutang, maka salah saji yang dapat ditoleransi atas akun piutang adalah
Rp.100.000.000.
3. Memperkirakan Total Salah Saji dalam Segmen
4. Memperkirakan Salah Saji Gabungan
5. Membandingkan Salah Saji Gabungan dengan Penilaian Awal atau Revisi Materialitas

Beberapa istilah terkait materialitas yang biasanya dikenal adalah sebagai berikut :
1 Planning Materiality
Merupakan ukuran materialitas yang ditentukan pada tahap perencanaan audit untuk menentukan akun-
akun yang material untuk dilakukan prosedur audit dan tingkat kedalaman prosedur yang akan dilakukan pada
tahap pekerjaan lapangan.
2 Performance/Overall Materiality
Merupakan ukuran materialitas yang ditentukan dan disesuaikan pada saat pekerjaan lapangan sebagai dasar
yang digunakan untuk menentukan perlu atau tidaknya penyesuaian terhadap laporan keuangan secara material.
3 Tolerable Error/Minimum Unadjusted Misstatement
Merupakan ukuran minimum salah saji yang memerlukan perhatian auditor pada tingkat transaksi.

RISIKO DAN BAHAN BUKTI


Auditor dapat menerima risiko atau ketidakpastian dalam level tertentu dalam menjalankan fungsi auditnya.
Auditor mengakui adanya ketidakpastian dalam kehandalan bahan bukti, ketidakpastian terhadap efektifitas peng-
endalian intern klien dan ketidakpastian apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketika audit telah
diselesaikan.
Auditor yang efektif mengakui bahwa risiko-risiko yang muncul sulit untuk diukur, sehingga membutuhkan pe-
mikiran yang sangat cermat untuk menghadapinya. Menghadapi risiko dengan cara yang tepat merupakan hal yang
sangat penting untuk mencapai tujuan audit yang berkualitas.
Audit memperoleh pemahaman mengenai bisnis klien dan industrinya, kemudian melakukan penilaian risiko
bisnis klien. Auditor menggunakan model risiko audit untuk mengidentifikasi lebih lanjut kemungkinan terjadinya
salah saji dan dimana kemungkinan terjadinya salah saji tersebut.
Berikut adalah contoh ilustrasi pembedaan bahan bukti dalam setiap siklus transaksi :

Example of Differing Evidence Among Cycles


Sales and Acquisition and Payroll and
Collection Cycle Payment Cycle Personel Cycle
A Inherent Risk Medium High Low
B Control Risk Medium High Low
C Acceptable Audit Risk Low Low Low
D Planned Detection Risk Medium Medium High

Example of Differing Evidence Among Cycles

Inventory and Capital Acquisition and Repayment Cycle


Warehousing
Cycle
A Inherent Risk High Low
B Control Risk High Medium
C Acceptable Audit Risk Low Low
D Planned Detection Risk Low Medium

Model Risiko Audit


Cara utama yang dilakukan oleh auditor dalam perencanaan bahan bukti audit adalah melalui aplikasi Model Risiko
Audit.
PDR = AAR : (IR x CR)
Dimana :
PDR = Risiko Deteksi (Planned Detection Risk)
AAR = Risiko Audit yang dapat Diterima (Accepted Audit Risk)
IR = Risiko Bawan (Inherent Risk)
CR = Risiko Pengendalian (Control Risk)

JENIS-JENIS RISIKO
Pembahasan berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks empat komponen risiko dalam Model Risiko Audit
diatas. Cara yang digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan kombinasinya melibatkan
pertimbangan profesional auditor dan tergantung pada pendekatan audit yang dilakukannya.
a. Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material de-
ngan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada
saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengann yang lain. Jika auditor menyimpulkan terdapat
kemungkinan yang tinggi atas terjadinya salah saji material, tanpa mempertimbangkan pengendalian intern,
auditor akan menyimpulkan terdapat risiko bawaan yang tinggi. Pengendalian intern diabaikan dalam memperkira-
kan risiko bawaan karena dianggap sebagai bagian yang terpisah dalam model risiko audit.
b. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak da-
pat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko pengendalian
menggambarkan :
1. Sebuah penilian mengenal efektivitas pengendalian intern klien dalam mencegah atau mendeteksi salah saji.
2. Maksud auditor untuk membuat penilaian tersebut berada pada level dibawah maksimum (100%) sebagai
bagian dari neraca audit.
Misalnya, asumsikan bahwa auditor menyimpulkan pengendalian intern klien sangat tidak efektif untuk mencegah
dan mendeteksi salah saji, sehingga auditor akan memberikan faktor risiko pengendalian yang tinggi. Semakin
efektif pengendalian intern, semakin rendah faktor risiko yang akan dibebankan pada risiko pengendalian.
Dari model risiko audit, menunjukkan hubungan yang erat antara risiko bawaan dan risiko pengendalian. Kombi-
nasi dari kedua risiko tersebut merupakan perkiraan salah saji mempertimbangkan pengaruh pengendalian
intern.
c. Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko deteksi adalah risiko bahwa audtor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu
asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan
transaksi dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi
tersebut telah diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu pro-
sedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru dar prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara
keliru hasil audit. Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui peren-
canaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Keuda risiko yang disebut terdahulu ada,
terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit da dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mem-
punyai hubungan terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko
pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin
besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima. Komponen risiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam presentase atau
secara nonkuantitatif yang berkisar, misalya minimun sampai maksimum.
d. Risiko Audit yang dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)
Seperti telah disinggung pada bahasan sebelumnya, risiko audit yang dapat diterima mengukur seberapa besar
kesediaan auditor untuk menerima kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan setelah audit sele-
sai dilaksanakan dan opini wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Jika auditor telah memutuskan risiko audit
yang dapat diterima adalah rendah, hal ini berarti auditor ingin lebih yakin tidak terjadi salah saji dalam laporan
keuangan. Auditor juga seringkali menggunakan istilah keyakinan audit, keyakinan menyeluruh atau tingkat keya-
kinan selain istilah risiko audit yang dapat diterima.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA


a. Tingkat ketergantungan pengguna eksternal terhadap laporan keuangan klien
Ketika pengguna eksternal laporan keuangan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap laporan keuangan,
maka sangat tepat apabila auditor memutuskan risiko audit yang dapat diterima rendah. Bebrapa faktor yang me-
rupakan indikator yang baik untuk mengukur tingkat ketergantungan pengguna eksternal terhadap laporan keua-
ngan adalah sebagai berikut :
1. Skala bisnis klien. Pada umumnya, semakin besar skala bisnis klien, maka pengguna laporan akan semakin be-
sar. Skala bisnis klien, yang diukur dari total aset atau total pendapat, memiliki pengaruh terdapat risiko audit
yang dapat diterima.
2. Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan publik pada umumnya digunakan oleh banyak pengguna
laporan dibandingkan dengan perusahaan tertutup.
3. Sifat dan jumlah kewajiban. Ketika dalam laporan keuangan terdapat kewajiban dalam jumlah yang sangat
besar, maka kemungkinan laporan keuangan akan digunakan secara ekstensif oleh para kreditor dibandingkan
dengan perusahaan yang mempunyai kewajiban dalam jumlah yang kecil.
b. Kemungkinan terjadinya kesulitan finansial pada klien setelah laporan audit dikeluarkan
Jika kemudian klien mengalami kebangkrutan atau pailit, atau mengalami kerugian yang sangat besar setelah audit
selesai, maka semakin besar kewajiban bagi auditor unutk mempertahankan kualitas audit dibandingkan jika klien
tidsak mengalami kesulitan finansial.
Dalam situasi dimana auditor yakin bahwa kemungkinan terjadinya kesulitan finansial atau kerugian besar dan ter-
dapat peningkatan risiko bisnis bagi auditor, risiko audit yang dapat diterima harus dikurangi. Jika kemudian yang
terjadi adalah sebaliknya, maka auditor akan berada dalam posisi yang lebih untuk mempertahankan hasil audit
dengan sukses. Jumlah bahan bukti audit dan biayanya bertambah, namun hal ini dapat dibenarkan karena risiko
tambahan terjadinya tuntutan hukum yang mungkin akan dihadapi auditor.
Sangat sulit bagi auditor untuk memperkirakan kemungkinan kesulitan finansial sebelum hal tersebut terjadi.
Namun ada beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator yang baik untuk memprediksi kemungkinan
tersebut :
1 Posisi likuiditas.Jika klien mengalami kesulitan kas dan modal kerja terus menerus, hal ini mengindikasikan
masalah dimasa yang akan datang dalam pelunasan kewajibannya.
2 Laba (rugi) tahun sebelum-sebelumnya. Ketika perusahaan terus menerus mengalami penurunan laba atau
kerugian yang terus meningkat selama beberapa tahun, maka auditor harus mengakui adanya kemungkinan
terjadinya masalah klien dalam menyelesaikan kewajiban jangka panjang. Penting pula untuk mempertimba-
ngkan perubahan laba relatif terhadap saldo laba ditahan.
3 Metode pertumbuhan keuangan. Jika klien semakin bergantung pada hutang sebagai alat pembiayaan maka
semakin besar risiko kesulitan keuangan jika kegiatan usaha klien tidak berhasil dengan baik. Penting pula
untuk mengevaluasi apakah aktiva tetap dibiayai oleh hutang jangka panjang atau jangka pendek. Jumlah ke-
butuhan kas yang besar dalam waktu jangka pendek dapat membuat perusahaan mengalami kebangkrutan.
4 Sifat operasi usaha klien. Beberapa jenis usaha memiliki risiko inherent yang lebih tinggi dibanding dengan
yang lain. Misalnya, dengan asumsi faktor-faktor lainnya tidak berubah, perusahaan baru yang berbasis tek-
nologi yang sangat bergantung pada satu jenis produk akan memiliki risiko kebangkrutan yang tinggi dibandi-
ngkan dengan perusahaan makanan yang memiliki diversifikasi produk.
5 Kompetensi manajemen. Manajemen yang kompeten secara konstan akan waspada terhadap kemungkinan
kesulitan keuangan dan memodifikasi metode operasi perusahaan untuk meminimalkan pengaruh masalah
jangka pendek. Kemampuan manajemen harus dinilai sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadi-
nya kebangkrutan.
c. Evaluasi auditor atas integritas manajemen
Jika integritas manajemen klien patut dipertanyakan maka auditor sebaiknya menerapkan risiko audit yang dapat
diterima rendah. Perusahaan yang memiliki integritas yang rendah seringkali terlibat masalah yang mengakibatkan
konflik dengan para pemegang sahamnya, pemerintah dan pelanggan.

PERTIMBANGAN DAMPAK DARI BEBERAPA FAKTOR DALAM PENILAIAN RISIKO BAWAAN


Adanya komponen risiko bawaan dalam model risiko audit mengimplikasikan bahwa auditor harus berusaha untuk
memprediksikan dimana kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. Informasi ini mempengaruhi ba-
han bukti yang dialokasikan dalam segmen audit.
Diawal audit, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mengubah risiko bawaan. Sebaliknya, auditor harus mem-
pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko tersebut dan memodifikasi bahan bukti auditnya. Auditor ha-
rus mempertimbangkan beberapa faktor utama ketika menilai risiko bawaan, antara lain :
1. Sifat Usaha Klien
Risiko bawaan untuk beberapa akun tertentu dipengaruhi oleh sifat usaha klien. Misalnya, terdapat kemungkinan
yang lebih besar akan terjadinya kerusakan dalam persediaan untuk perusahaan yang memproduksi barang elek-
tronik dibandingkan dengan persediaan besi baja.
2. Hasil Audit Terdahulu
Salah saji yang ditemukan dari audit sebelumnya memiliki kemungkinan yang besar untuk terjadi lagi dalam audit
tahun berjalan. Hal ini terjadi karena beberapa jenis salah saji bersifat sistemik dan perusahaan klien biasanya
cenderung lamban untuk melakukan perubahan untuk menghilangkan salah saji yang bersifat sistemik tersebut.
3. Penugasan Awal Lanjutan
Auditor mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan adanya salah saji setelah mengaudit
klien selama beberapa tahun. Tidak adanya hasil audit klien di tahun-tahun sebelumnya mengakibatkan auditor
menetapkan risiko bawaan yang lebih besar dibandingkan dengan mangaudit klien yang sudah dilakukan di tahun
sebelumnya.
4. Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa
Transaksi antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa seperti antara induk dann anak perusahaan memiliki
kecenderungan yang besar akan terjadinya salah saji, sehingga mengakibatkan semakin tingginya risiko bawaan.
Hal ini terjadi karena transaksi tersebut dilakukan oleh dua pihak yang tidak independen.
5. Transaksi Tidak Rutin
Transaksi yang tidak biasa atau jarang terjadi biasanya cenderung dicatat dengan tidak tepat dibandingkan dengan
transaksi yang bersifat rutin karena klien kurang memiliki pengalaman dalam mencatat transaksi yang jarang terja-
di tersebut.

HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN BAHAN BUKTI AUDIT SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO
Bagan berikut menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko, pengaruh dari ketiga komponen risiko
dalam menentukan risiko deteksi dan hubungan antara keempat jenis risiko untuk perencanaan bahan bukti. Huruf "D"
dalam bagan merupakan hubungan langsung antara komponen risiko dan risiko deteksi atau perencanaan bahan bukti.
Sedangkan huruf "I" mengindikasikan hubungan terbalik. Misalnya, semakin meningkat risiko audit yang dapat diterima
mengakibatkan meningkatnya risiko deteksi dan menurunnya perencanaan bahan bukti audit.
Sebagai tambahan, untuk memodifikasi bukti audit, terdapat dua cara lain yang dapat diubah auditor untuk meng-
hadapi risiko, misalnya :
1. Menugaskan staf yang lebih berpengalaman. Kantor akuntan publik diharuskan untuk menugaskan staf yang me-
menuhi syarat, namun khusus untuk audit yang memiliki risiko audit yang dapat diterima rendah, harus dilakukan
penugasan staf yang sangat berpengalaman di bidangnya.
2. Review penugasan secara mendalam. Ketika memutuskan risiko audit yang dapat diterima rendah, maka diperlu-
kan review yang lebih mendalam terhadap perikatan audit, termasuk review yang dilakukan oleh personel yang
ditugaskan dalam perikatan tersebut. Jika risiko bawaan atau risiko pengendalian tinggi untuk beberapa akun ter-
tentu, maka personel yang me-review akan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk meyakinkan bahwa ba-
han bukti audit telah tepat dan telah dievaluasi dengan benar.

Relationship of Risk Factors, Risk and Evidence


Acceptable Audit Risk
Factors Planned Detection Planned Audit
Influecing Inherent Risk Risk Evidence
Risks

Control Risk
D = Direct relationship; I = Inverse relationship
poran keuangan.
han, cukup signifikan
a hal yang meterial,
alam laporan, maka
apat dilakukan.

keuangan yang mungkin


kini auditor bahwa terda-
pengguna laporan
auditor dalam merenca-
n awal materialitas selama
kan revisi penilaian atas

, namun demikian, deng-

menentukan materialitas.
m pajak, penjualan bersih,

dibandingkan dengan
n karena adanya kecu-
perhitungan yang tidak

oran keuangan secara


e laporan laba rugi.
eraca maka materialitas
(tolerable misstatement).
enilaian awal materiali-
s akun piutang adalah

menentukan akun-
ng akan dilakukan pada
apangan sebagai dasar
keuangan secara material.

at transaksi.

ankan fungsi auditnya.


hadap efektifitas peng-
ajar ketika audit telah

ngga membutuhkan pe-


pat merupakan hal yang

akukan penilaian risiko


mungkinan terjadinya

alui aplikasi Model Risiko

alam Model Risiko Audit


an kombinasinya melibatkan
uatu salah saji material de-
n adalah lebih besar pada
tor menyimpulkan terdapat
pengendalian intern,
abaikan dalam memperkira-

alam suatu asersi tidak da-


pengendalian

atau mendeteksi salah saji.


aksimum (100%) sebagai

dak efektif untuk mencegah


an yang tinggi. Semakin
isiko pengendalian.
iko pengendalian. Kombi-
ngaruh pengendalian

ng terdapat dalam suatu


eh auditor. Risiko ini timbul
aldo akun atau golongan
atau golongan transaksi
mungkin memilih suatu pro-
, atau menafsirkan secara
at diabaikan melalui peren-
ndar pengendalian mutu.
g disebut terdahulu ada,
sendiri. Risiko deteksi mem-
l risiko bawaan dan risiko
ma. Sebaliknya, semakin
n kecil tingkat risiko deteksi
perti dalam presentase atau

engukur seberapa besar


euangan setelah audit sele-
ah memutuskan risiko audit
i salah saji dalam laporan
nyeluruh atau tingkat keya-

adap laporan keuangan,


h. Bebrapa faktor yang me-
nal terhadap laporan keua-

a laporan akan semakin be-


ngaruh terdapat risiko audit

nakan oleh banyak pengguna

alam jumlah yang sangat


para kreditor dibandingkan

g sangat besar setelah audit


udit dibandingkan jika klien

atau kerugian besar dan ter-


urangi. Jika kemudian yang
mpertahankan hasil audit
t dibenarkan karena risiko

m hal tersebut terjadi.


emprediksi kemungkinan

hal ini mengindikasikan

ami penurunan laba atau


akui adanya kemungkinan
pula untuk mempertimba-

gai alat pembiayaan maka


ngan baik. Penting pula
jangka pendek. Jumlah ke-
mengalami kebangkrutan.
tinggi dibanding dengan
n baru yang berbasis tek-
krutan yang tinggi dibandi-

da terhadap kemungkinan
malkan pengaruh masalah
i atas kemungkinan terjadi-

kan risiko audit yang dapat


masalah yang mengakibatkan

uditor harus berusaha untuk


masi ini mempengaruhi ba-

iknya, auditor harus mem-


bukti auditnya. Auditor ha-

nya, terdapat kemungkinan


memproduksi barang elek-

tuk terjadi lagi dalam audit


usahaan klien biasanya
bersifat sistemik tersebut.

ah saji setelah mengaudit


a mengakibatkan auditor
g sudah dilakukan di tahun

anak perusahaan memiliki


n tingginya risiko bawaan.

tepat dibandingkan dengan


transaksi yang jarang terja-

MPENGARUHI RISIKO
ketiga komponen risiko
naan bahan bukti. Huruf "D"
u perencanaan bahan bukti.
ko audit yang dapat diterima

diubah auditor untuk meng-

menugaskan staf yang me-


ma rendah, harus dilakukan

ima rendah, maka diperlu-


kukan oleh personel yang
i untuk beberapa akun ter-
uk meyakinkan bahwa ba-
LAPORAN AUDIT (AUDIT REPORT) &
UNSUR-UNSUR LAPORAN AUDIT

1. Laporan Audit (Audit Report)


Laporan audit merupakan "media komunikasi" yang digunakan oleh auditor kepada para
"pengguna laporan hasil audit". Laporan hasil audit yang diterbitkan oleh auditor independen
disajikan secara tertulis yang pada umumnya berupa "laporan dengan menggunakan kaidah
laporan audit baku atau terstandarisasi", yang dalam hal ini pada umumnya meliputi 3 (tiga)
paragraf yaitu :
1. Paragraf Pengantar (Introductory paragraph)
Berisi : Tipe jasa yang diberikan auditor, objek yang diaudit, pengungkapan tanggung jawab
manajemen a/LK, serta tanggung jawab auditor a/ pendapat (opini) yang diberikan.
2. Paragraf Lingkup (Scope Paragraph)
Berisi : Pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan oleh auditor.
3. Paragraf Pendapat (Opinion Paragraph)
Berisi : Pernyataan ringkas mengenai auditor tentang kewajaran laporan keuangan auditan.
Dari gambaran laporan audit diatas, dapat dirangkum bentuk dari laporan audit tersebut sbb :
Laporan Auditor Independen :
1. Pihak yang dituju oleh Auditor
2. Paragraf Pengantar (Introductory paragraph)
3. Paragraf Lingkup (Scope Paragraph)
4. Paragraf Pendapat (Opinion Paragraph)
5. Tanda tangan, nama rekan, no.izin akuntan publik, no.izin kantor akuntan publik
6. Tanggal

2. Unsur-unsur Laporan Audit


Dengan pemahaman atas laporan audit dan bentuk dari laporan audit diatas, maka laporan
audit "yang diterbitkan auditor d/ hasil auditnya" harus mencakup 9 (sembilan) unsur yaitu :
1. Pihak yang dituju
2. Paragraf pengantar
3. Paragraf lingkup / ruang lingkup
4. Paragraf pendapat (opini)
5. Nama auditor
6. Nomor izin Akuntan Publik
7. Nomor izin Kantor Akuntan Publik
8. Tanda tangan
9. Tanggal penerbitan laporan audit.
Unsur-unsur khusus dapat dikemukakan sbb :
1. Paragraf Pengantar
Antara auditor dengan manajemen (auditee) terdapat "batasan wewenang dan tanggung
jawab dari masing-masing pihak" yaitu :
a. Auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan "setelah melakukan audit" atas
laporan keuangan bersangkutan.
b. Objek yang diaudit "bukan catatan akuntansi" melainkan laporan keuangan klien, yang
meliputi : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas serta laporan arus kas.
c. Manajemen adalah pihak yang bertanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan yang
dibuatnya dan hanya manajemen yang mempunyai wewenang untuk merubah apa yang
disajikan dalam laporan keuangannya.
d. Auditor bertanggung jawab atas pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
audit yang telah dilakukannya.
2. Paragraf Lingkup / Ruang Lingkup
Dalam paragraf ini berisi pernyataan auditor bahwa audit yang dilakukannya telah didasar-
kan pada standar auditing yang berlaku dan ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan publik
serta beberapa penjelasan tambahannya dari standar auditing tersebut, sehingga audit yang
dilaksanakan dapat memberikan dasar memadai bagi auditor untuk dapat memberikan
pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Paragraf Pendapat (Opini)
Paragraf ini digunakan oleh auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran
laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian
penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi yang diterima umum
atau berlaku umum.

STANDAR AUDITING
STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

1. Standar Auditing (Auditing Standard)


Pengertian sederhana dari standar auditing adalah "suatu ukuran baku" atas mutu jasa
auditing. Hal ini berarti, standar auditing merupakan suatu ukuran untuk "pelaksanaan tindakan"
yang dapat digunakan oleh auditor sebagai "pedoman umum" dalam melaksanakan auditnya.
Standar auditing yang berlaku di Indonesia terdiri dari 10 standar dan seluruh Pernyataan
Standar Auditing (PSA) yang berlaku, yang terbagi dalam 3 kelompok berikut ini :
a. Kelompok 1 (STANDAR UMUM)
1 Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
tekhnis cukup sebagai auditor
2 Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor
3 Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b. Kelompok 2 (STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN)
1 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya, dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya
2 Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan
3 Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
c. Kelompok 3 (STANDAR PELAPORAN)
1 Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
2 Laporan auditor harus menunjukan atau menyatakan jika ada ketidak-konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
3 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor
4 Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada
dan tingkat tanggung jawab yang dipikul o/ auditor.
2. Standar Profesional Akuntan Publik
"Kualitas Jasa yang dihasilkan" oleh profesi bersangkutan. Demikian pula halnya dengan profesi
Akuntan Publik.
Berbagai standar yang digunakan oleh Akuntan Publik yang disusun oleh Dewan Standar
Profesional Akuntan Publik atau oleh IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia) adalah berupa buku
yang berisi "kodifikasi berbagai standar dan aturan etika" yang tujuan penerbitannya adalah
sebagai alat /pedoman pengendalian bagi Akuntan Publik pada saat "Akuntan Publik tersebut
menjalankan profesinya".
Dalam buku "Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)" selain berisi aturan etika bagi
kompartemen akuntan publik, juga berisi 5 macam standar profesional sebagai "aturan mutu
pekerjaan Akuntan Publik", yaitu :
a. STANDAR AUDITING
1 Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis, yang terdiri dari 10 standar
dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA).
2 PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman-pedoman utama yang harus diikuti & wajib
dipatuhi (mandatory) oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.
b. STANDAR ATESTASI
1 Merupakan standar untuk memberikan panduan umum semua jenis perikatan atestasi,
yang mencakup : jasa pemeriksaan (examinination), review dan kompilasi asersi
manajemen. Dalam standar ini termasuk Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi.
2 Memberikan kerangka u/ fungsi atestasi (membuktikan) bagi jasa akuntan publik, yang
mencakup : tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan
keuangan historis maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa nonaudit.
c. STANDAR JASA AKUNTANSI DAN REVIEW
1 Merupakan standar yang memberikan kerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa
akuntan publik, yang mencakup : jasa akuntansi dan review.
2 Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi
dan Review (PSAR), yang didalamnya termasuk interpretasinya yaitu interpretasi resmi
yang dikeluarkan Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkannya.
d. STANDAR JASA KONSULTASI
1 Merupakan standar yang memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan
jasa konsultasi bagi masyarakat.
2 Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, simpulan dan rekomendasi atas
lingkup pekerjaan yang diterimanya sesuai perjanjian antara praktisi dengan kliennya.
Umumnya pekerjaan jasa konsultasi ini adalah untuk kepentingan klien.
e. STANDAR PENGENDALIAN MUTU
1 Merupakan standar yang memberikan panduan bagi Kantor Akuntan Publik dalam
melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya, dengan mematuhi
2 berbagai standar yang diterbitkan Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan
Etika yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik atau Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI). Jadi KAP harus memiliki "Sistem Pengendalian Mutu".
PENDAPAT PEMERIKSA INDEPENDEN
(OPINION AUDITOR)

Auditor setelah melaksanakan pemeriksaan dan selanjutnya akan menyatakan pendapatnya atas
kewajaran laporan keuangan yang disajikan manajemen dalam laporan auditnya, harus mengacu pada
standar-standar yang berlaku baik standar laporan umum maupun standar laporan audit baku.
Auditor "dapat menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan", dalam
semua hal material, yang didasarkan pada kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum atau standar akuntansi keuangan.
Pada dewasa ini, pendapat (opini) yang dapat diberikan auditor dalam laporan auditnya sangat
bervariasi, dan hal tersebut merupakan gambaran objektif pemeriksaan auditor independen terhadap
kewajan penyajian laporan keuangan klien.
Sebelum tahun 2013, sesuai dengan standar yang diterbitkan oleh IAPI dalam laporan hasil audit
yang diterbitkan oleh auditor/lembaga audit independen atas laporan keuangan dapat diberikan
pendapat (opini) salah satu dari 5 tipe pendapat (opini) yang dapat diberikan oleh pemeriksa (auditor)
sesuai dengan kondisinya, yaitu :
1. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
2. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report with
Explanatory Languange)
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion).
Namun setelah tahun 2013 IAPI melakukan kembali perumusan opini atas laporan keuangan
sesuai dengan ISA (International Standards on Auditing), sehingga "informasi yang diberikan diharapkan
dapat memenuhi / memberikan keyakinan memadai bagi para penggunanya baik untuk dasar analisis
maupun pengambilan keputusan, sehubungan dengan pertanggung jawaban manajemen atas
pengelolaan perusahaan yang dilakukannya".

Pertimbangan auditor tentang seberapa pervasifnya


dampak/kemungkinan terhadap laporan keuangan
1. Masalah yang menyebabkan Modifikasi terhadap opini auditor
a. Laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material
b. Ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
2. Material, tetapi tidak pervasif
a. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
b. Opini wajar tanpa pengecualian (qualified opinion) dengan penjelasan tambahan
3. Material dan pervasif
a. Opini tidak wajar (adverse opinion)
b. Opini tidak menyatakan pendapat (disclaimer opinion)

Penjelasan mengenai opini tanpa modifikasian dan ketiga tipe opini modifikasian diatas, yaitu :
1. Opini tanpa modifikasian (Unqualified Opinion)
Pendapat (opini) ini akan diberikan oleh auditor, apabila pada saat pemeriksaan dilakukan
"tidak terdapat pembatasan" dalam lingkup audit serta "tidak terdapat pengecualian yang
signifikan" mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam
penyusunan laporan keuangan, "konsistensi" dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku
umum tersebut, serta "pengungkapan memadai" dalam laporan keuangan.
Istilah "wajar" dalam hubungannya dengan pendapat (opini) tidak hanya terbatas pada
"jumlah rupiah dan pengungkapan" dalam laporan keuangan saja, tetapi juga mencakup
"ketepatan penggolongan informasi" misalnya : aset/kewajiban kedalam kelompok lancar, tidak
lancar atau jangka panjang dsb, biaya usaha dan biaya diluar usaha. Sehingga makna dari
digunakannya istilah wajar, apabila :
- bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran
- lengkap informasi yang disajikan oleh manajemen
- prinsip akuntansi yang berlaku umum telah digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
- adanya penjelasan yang cukup atas perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dari suatu periode ke periode berikutnya, sehingga perubahan disini tidak menghapus-
kan pengertian bahwa penerapan "harus dilaksanakan sekonsisten dari periode ke periode".
- informasi dan catatan-catatan pendukung "secara cukup digambarkan dan dijelaskan" dalam
laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan audit yang memperoleh pendapat (opini) dari auditor pada tipe ini, memberikan gambaran
bahwa pengelolaan dan pertanggungjawaban yang dilakukan manajemen "telah layak&memadai".
2. Opini modifikasian
a. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor bilamana pada saat
pemeriksaan dijumpai salah satu dari kondisi berikut ini :
- Beberapa Ruang Lingkup audit "dibatasi" oleh klien
- Auditor "tidak bisa melaksanakan audit penting" atau tidak dapat memperoleh informasi
penting karena kondisi diluar kekuasaan klien atau auditor
- Bebarapa bagian dari Laporan keuangan "tidak disusun" sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum
- Beberapa bagian dari prinsip akuntansi yang berlaku/diterima umum yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan "tidak diterapkan secara konsisten".
Pendapat ini "hanya diberikan" jika secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan oleh
klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan yang pengecualiannya
tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
Auditor memberikan pendapat tipe ini apabila laporan keuangan klien "tidak disusun ber-
dasarkan prinsip akuntansi yang berlaku/diterima umum", sehingga tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien.
Persyaratan lain untuk dapat diberikannya pendapat ini adalah apabila auditor juga "tidak di
batasi lingkup auditnya" sehingga bukti kompeten yang cukup dapat dikumpulkan untuk
mendukung pendapatnya.
Laporan audit dengan tipe pendapat ini, memberikan petunjuk kepada para pemakai
informasi keuangan bahwa informasi yang disajikan manajemen dalam laporan keuangannya
"tidak dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai" sebagai dasar u/ pengambilan keputusan.
c. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Auditor akan memberikan pendapat tipe ini apabila pada saat pemeriksaan auditor
menghadapi kondisi, antara lain :
- Adanya pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit
- Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Dalam hal auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion) karena auditor
bersangkutan tidak memperoleh bukti yang cukup mengenai kewajaran laporan keuangan
auditan atau karena auditor tersebut tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

Soal Kasus
AXEhardware adalah perusahaan yang menjual alat berat dengan mekanisme secara kredit
Diketahui bahwa terdapat piutang usaha yang tidak dapat diyakini kebenarannya. Adapun
pada saat audit dilakukan auditor menemukan temuan yang penting, yaitu:
- Pada saat audit dilakukan, konfirmasi piutang usaha terhadap konsumen perusahaan
sebagian besar memberikan jawaban bahwa tidak memiliki sebesar piutang usaha
sebagaimana perusahaan mencatat tersebut
- Piutang usaha dicatat oleh perusahaan terlalu besar, dan berdampak juga terhadap
pencatatan pendapatan perusahaan yang terlalu besar juga.
- Jika perusahasan mengkoreksi atas kesalahan saji atas piutang usaha tersebut, maka
perusahaan akan menerima kerugian yang besar pada tahun buku tersebut.
Jika Anda adalah auditor yang akan memberikan opini terhadap laporan keuangan
perusahaan tersebut, opini apakah yang Anda akan berikan terhadap auditee tersebut?
Jika Auditee menginginkan opini wajar atas laporan keuangan-nya, saran apa yang akan
berikan kepada auditee? Dan Opini wajar apakah yang akan Anda berikan?
Laporan Audit Independen

Kepada Yth. (Auditee)


di (Alamat Auditee)

Paragraf Pengantar….
…. (menjelaskan jasa apa yang diberikan auditor)
….
Paragraf Ruang Lingkup Audit….
…. (Batasan, Cakupan terkait yang objek yang diperiksannya)
….
Paragraf Opini Auditor….
…. (Menjelaskan opini auditor terhadap objek yang diperiksannya)
….

Tanda tangan Auditor


BAB
ETIKA PROFESIONAL

Ukuran keberhasilan suatu kegiatan profesi apabila para pelakunya "mempunyai dan mampu mene-
rapkan etika profesinya dalam melaksanakan aktivitas pekerjaannya".
Untuk akuntan, etika profesional yang mengatur perilaku para anggotanya pada saat menjalankan
praktek profesinya bagi masyarakat dikenal dengan istilah "kode etik" dan dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi akuntan.
Kode Etik Akuntan Indonesia secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu pasal-pasal
yang mengatur :
1. Perilaku semua akuntan "anggota IAI"
2. Perilaku semua akuntan "yang berpraktek dalam profesi Akuntan Publik".
Khusus untuk akuntan yang berpraktek dalam Kantor Akuntan Publik (KAP), dalam melaksanakan jasa
profesinya yang dapat berupa : auditing, atestasi, akuntansi dan review harus berdasarkan "Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP)" yang dikeluarkan oleh IAI.
Kerangka "KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA" terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. PRINSIP ETIKA
yi. Kerangka dasar bagi Aturan Etika yang disahkan oleh kongres IAI dan berlaku bagi seluruh
anggota IAI, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional anggotanya.
Dalam prinsip etika disini, semua anggota IAI harus dapat memenuhi tanggung jawab profesio-
nalnya dengan berkomitmen pada dirinya untuk berperilaku terhormat, yaitu dengan mampu
melaksanakan 8 prinsip etika, yaitu :
Tanggung Jawab dalam hal ini setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimba-
Profesi ngan moral serta profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
Kepentingan Publik dalam hal ini setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan
publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Integritas dalam hal ini untuk dapat memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalis-
menya, karena integritas merupakan "elemen karakter" yang menda-
sari timbulnya pengakuan profesional, yaitu :
~ Bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan raha-
sia penerima jasa.
~ Dapat mengemukakan bentuk apa yang benar dan adil, dimana
mengharuskan setiap anggota untuk mentaati baik bentuk maupun
jiwa dari standar teknis dan etika.
~ Setiap anggota harus mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-hatian
profesional.
Objektivitas dalam hal ini setiap anggota harus dapat bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.
Kompetensi dan dalam hal ini setiap anggota mempunyai kewajiban untuk melaksana-
Kehati-hatian kan jasa profesionalnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemam-
puannya, demi kepentingan pengguna jasa, serta tekun dan konsisten
dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Auditor harus memiliki
pendidikan dan pengalaman memadai, sehingga kompetensi profesio-
nal dapat mencakup 2 fase yi : "pencapaian kompetensi profesional"
dan "pemeliharaan kompetensi profesional".
Kerahasiaan dalam hal ini setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh
memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali kalau ada hak dan kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
Perilaku Profesional dalam hal ini setiap anggota harus selalu berperilaku konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendis-
kriditkan profesi. Hal tersebut sebagai perwujudan tanggung jawabnya
kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf pemberi
kerja maupun masyarakat umum.
Standar Teknis dalam hal ini anggota sesuai dengan keahliannya dan berhati-hati
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima
jasa sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Dalam melaksanakan kewajiban tersebut, setiap anggota harus men-
taati standar tekhnis dan standar profesional yang dikeluarkan oleh
IAI/IAPI serta peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
relevan.
2. ATURAN ETIKA
yi. Aturan etika yang disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen Akuntan Publik dan hanya
mengikat anggota kompartemen, yang mengatur secara khusus perilaku profesional anggotanya.
yang menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dulu : IAI Kompartemen Akuntan
Publik (IAI-KAP).
Aturan etika yang berlaku dan harus ditaati oleh para akuntan anggota IAPI, mencakup 5 aturan
etika meliputi :
1. Independensi, Integritas dan Objektivitas
a. Independen : yi. Anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen baik
meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun independen dalam penampilan
(in appearance).
b. Integritas dan Objektivitas : yi. Anggota KAP harus bebas dari benturan kepentingan
(conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material miss-
tatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya
kepada pihak lain.
2. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
a. Standar Umum : yi. Anggota KAP harus mematuhi standar yang berlaku beserta interpreta-
sinya yang ditetapkan IAI, berupa :
Kompetensi Profesional, yaitu anggota KAP hanya boleh memberikan jasa profesional
yang secara layak (reasonable) dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
Kecermatan dan Keseksamaan Profesional, dalam hal ini anggota KAP wajib untuk
memberikan jasa profesinya secara cermat dan seksama.
Perencanaan dan Supervisi, yaitu anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi
secara memadai atas setiap pelaksanaan pemberian jasa profesinya.
Data Relevan yang Memadai, dalam hal ini anggota KAP wajib memperoleh data yang
relevan secara memadai agar dapat dijadikan dasar yang layak dalam pembuatan sim-
pulan dan rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesinya.
b. Kepatuhan terhadap Standar : dalam hal ini anggota KAP yang melaksanakan penugasan
auditing, atestasi, review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan dan jasa profesio-
nal lainnya wajib mematuhi standar yang ditetapkan oleh IAI.
c. Prinsip-prinsip Akuntansi : dalam hal ini anggota KAP tidak diperkenankan untuk :
Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan terhadap laporan keuangan atau
data keuangan lain yang disajikan suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Menyatakan tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan
terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.
Apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap lapo-
ran atau data secara keseluruhan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
IAI.
3. Tanggung Jawab kepada Klien
a. Informasi Klien yang Rahasia : anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi
klien yang rahasia, tanpa persetujuan klien.
Larangan ini tidak boleh membatasi anggota dalam pemberian informasi sehubungan
dengan proses penyidikan, penegakan disiplin maupun review praktek profesional (review
mutu) sesuai kewenangan IAI.
b. Fee Profesional : ada 2 jenis fee anggota KAP sebagai berikut :
Besaran Fee, disini besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung pada antara lain :
risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian serta struktur
biaya KAP dan pertimbangan lainnya.
Fee Kontinjen, disini merupakan fee bersyarat yaitu baru dibebankan apabila ada
temuan atau hasil tertentu, tetapi bila mengurangi independensi maka fee kontinjen
tidak diperkenankan untuk ditetapkan.
4. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
a. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi : dalam hal ini anggota wajib memelihara citra
profesi yaitu tidak berkata atau berbuat yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
b. Komunikasi antar Akuntan Publik : dalam hal ini anggota KAP wajib berkomunikasi secara
tertulis dengan akuntan publik sebelumnya bila akan mengadakan perikatan (engagement)
audit yang menggantikan akuntan publik pandahulunya. Akuntan publik pendahulunya
wajib untuk menanggapi secara tertulis dan memadai permintaan komunikasi dari akuntan
publik pengganti.
c. Perikatan Atestasi : dalam hal ini akuntan publik tidak boleh melakukan perikatan atestasi
yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan akuntan publik
yang lebih dulu ditunjuk oleh klien, kecuali apabila untuk memenuhi ketentuan perundang-
undangan atau peraturan yang berlaku yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
5. Tanggung Jawab dan Praktek Lain
a. Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskriditkan : artinya anggota KAP tidak boleh melaku-
kan tindakan dan mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.
b. Iklan, Promosi dan Kegiatan Pemasaran Lainnya : disini anggota KAP diperbolehkan menca-
ri klien melalui pemasangan iklan atau sejenisnya asalkan tidak merendahkan citra profesi.
c. Komisi dan Fee Referal : pengertian dari kedua hal tersebut apabila dihubungkan dengan
tanggung jawab dari anggota KAP adalah :
Komisi, merupakan imbalan dalam bentuk uang, barang atau bentuk lainnya yang
diberikan atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan.
Anggota KAP tidak boleh menerima/memberikan komisi apabila penerimaan/pemberi-
an komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
Fee Referal (Rujukan), adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama
penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal hanya diperkenankan bagi sesa-
ma profesi.
d. Bentuk Organisasi dan KAP : dalam hal ini anggota KAP hanya dapat berpraktek akuntan
publik dalam bentuk organisasi yang diperbolehkan/diizinkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan/atau yang tidak menyesatkan dan merendahkan profesi.
3. INTERPRETASI DAN ATURAN ETIKA
yi. Merupakan interpretasi dan Pengurus Kompartemen Akuntan Publik setelah memperhatikan
tanggapan anggota dan pihak lain yang berkepentingan, sebagai panduan penerapan Aturan Etika.
4. TANYA DAN JAWAB
yi. Memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota Kompartemen tentang Aturan ]
Etika beserta interpretasinya, yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik.
BAB
BUKTI AUDIT

Pentingnya kelengkapan bukti audit bagi auditor, maka bukti audit tersebut dapat diartikan sbb :
Merupakan semua informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan
dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan dasar yang layak untuk menyatakan pendapat.
Tipe Bukti Audit yang mendukung laporan keuangan, dapat kelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Tipe Data Akuntansi
2. Tipe Informasi Penguat.
"Bukti yang cukup, kompeten dan layak"
Secara sederhana pengertian cukup, kompeten dan layak dapat dikemukakan sebagai berikut :
Cukup atau Tidaknya Bukti Audit : dalam hal ini berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikum-
pulkan berdasarkan pertimbangan profesional audit, yang meliputi :
- Materialitas dan resiko
- Faktor Ekonomi
- Ukuran dan karakterisktik populasi.
Kompeten Bukti Audit : dalam hal ini berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi
dan informasi penguat.
Dasar dan Layak : dalam hal ini berkaitan dengan tingkat keyakinan secara menyeluruh dan diperlu-
kan auditor untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Pertimbangan auditor atas kelayakan bukti audit dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
- Pertimbangan profesional
- Integritas manajemen
- Kepemilikan publik versus terbatas
- Kondisi keuangan.
Tipe Bukti Audit dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu :
1. TIPE DATA AKUNTANSI
a. Pengendalian Intern sebagai bukti : dalam hal ini untuk setiap kegiatan perusahaan dibentuk
sistem pengendaliannya sehingga dapat mengecek "ketelitian dan keandalan" data akuntansi.
b. Catatan Akuntansi sebagai bukti : dimaksud dengan catatan akuntansi disini dapat meliputi
jurnal (journal), buku besar (general ledger), serta buku pembantu (subsidy ledger) yang berfu-
ngsi untuk mengolah transaksi keuangan (proses akuntansi serta proses pengikhtisaran) berda-
sarkan bukti yang mendukung terjadinya transaksi tersebut, sampai dapat disajikannya laporan
keuangan.
2. TIPE INFOFRMASI PENGUAT
a. Bukti Fisik : merupakan bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan yang dila-
kukan atas aset berwujud (tangible assets).
b. Bukti Dokumenter : merupakan bukti yang dibuat dengan kertas yang berisi tulisan huruf,
angka dan atau simbol-simbol.
Berdasarkan sumbernya, Bukti Dokumenter dibagi menjadi 3 golongan, sebagai berikut :
Dibuat oleh "pihak luar yang bebas" yang dikirimkan langsung kepada auditor.
Dibuat oleh "pihak luar yang bebas" yang disimpan didalam arsip klien
Dibuat dan disimpan dalam "Organisasi Klien".
3. PERHITUNGAN
Dalam hal ini merupakan perhitungan yang dilakukan oleh auditor untuk membuktikan keteliti-
an perhitungan yang terdapat dalam catatan akuntansi klien, sehingga perhitungan tersebut menja-
di bukti audit yang berisi fat kuantitatif.
4. BUKTI LISAN
Bukti lisan merupakan jawaban lisan yang diberikan oleh orang, karyawan, manager dan klien
atas permintaan keterangan yang diminta oleh auditor berkenaan dengan masalah-masalah yang
terkait dengan proses pelaksanaan audit.
5. PERBANDINGAN DAN RATIO
Dalam hal ini auditor melakukan analisis sehubungan dengan ingin menentukan akun atau
transaksi yang akan dilakukan penyelidikan lebih intensif, dengan cara membandingkan setiap
aktiva, hutang, biaya dan penghasilan dengan saldo yang berkaitan tahun sebelumnya.
6. BUKTI DARI SPESIALIS
Merupakan hasil pekerjaan yang dikemukakan oleh seseorang atau perusahaan yang memiliki
keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing.
BAB
PROSEDUR AUDIT

PENGERTIAN & CARA PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT


* Pengertian : Merupakan "instruksi rinci" untuk mengumpulkan tipe bukti audit ter-
tentu yang harus peroleh auditor pada saat tertentu, berkenaan
dengan pemeriksaan yang dilakukannya.
* Cara Pelaksanaan : Auditor dapat menggunakan 10 prosedur audit berdasarkan "standar
pekerjaan lapangan ketiga" atau "prosedur audit lainnya" yang meli-
puti antara lain :
Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga
~ Inspeksi (inspection)
~ Pengamatan (observation)
~ Permintaan keterangan (enquiry)
~ Konfirmasi (confirmation)
Prosedur Audit Lainnya
~ Penelusuran (tracing)
~ Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
~ Penghitungan (counting)
~ Review secara cepat (scanning)
~ Pelaksanaan ulang (reperforming)
~ Teknik audit berbantuan komputer (computer assisted audit
techniques).
Untuk memperjelas dalam pelaksanaan pemeriksaan, berikut ini aka dijelaskan pengertian dan
masing-masing prosedur audit dimaksud secara sederhana sebagai berikut :
1. Inspeksi (Inspection) => yaitu pemeriksaan dokumen atau kondisi fisik sesuatu secara rinci, dengan
tujuan :
- untuk dapat menentukan keaslian dokumen
- mengetahui eksistensi dan keadaan fisik aset (aktiva).
2. Pengamatan (Observation) => yaitu untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan
yang obyeknya dapat karyawan, prosedur atau proses, dengan tujuan agar dapat memperoleh
bukti visual tentang pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Permintaan Keterangan (Enquiry) => yaitu prosedur audit dengan melakukan permintaan keterang-
an secara lisan, dimana hasilnya dapat berupa "bukti lisan dan bukti dokumenter".
4. Konfirmasi (Confirmation) => yaitu penyelidikan yang memungkinkan auditor untuk memperoleh
informasi secara langsung dari pihak ke III, yaitu dengan cara :
- Auditor kepada klien, untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar
- Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk auditor untuk memberikan jawaban langsung
informasi yang ditanyakan auditor
- Auditor menerima langsung jawaban informasi yang dibutuhkan dari pihak ke III.
5. Penelusuran (Tracing) => yaitu penelusuran informasi data tersebut mula-mula direkam untuk per-
tama kali dalam dokumen yang kemudian dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut
dalam proses akuntansi.
6. Pemeriksaan Bukti Pendukung (Vouching) => yaitu prosedur audit terkait dengan inspeksi terhadap
dokumen yang mendukung suatu transaksi, serta pembandingan dokumen dengan catatan akun-
tansi, dengan tujuan untuk "memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi
terhadap transaksi yang terjadi".
7. Penghitungan (Counting) => yaitu penghitungan fisik maupun pertanggung jawaban semua formulir
tercetak yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas, dengan tujuan untuk mengevaluasi bukti
fisik yang dimiliki/dikuasai maupun bukti dokumenter yang mendukung catatan akuntansi.
8. Review Secar Cepat (Scanning) => yaitu pengecekan kembali yang dilakukan secara cepat terhadap
dokumen, catatan dan daftar, dengan tujuan untuk mendeteksi unsur-unsur yang tidak biasa yang
memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
9. Pelaksanaan Ulang (Reperforming) => yaitu pengulangan aktivitas yang dilakukan klien, dan biasa-
nya diterapkan pada aktivitas penghitungan maupun rekonsiliasi.
10. Teknik Audit Berbantuan Komputer (Computer assisted audit techniques)=> dalam hal ini prosedur
auditnya menggunakan "computer audit software" karena pencatatan akuntansi klien mengguna-
kan media elektronik. Misalnya untuk :
- Penghitungan jumlah saldo piutang usaha
- Pemilihan debitur untuk yang akan dikirimi konfirmasi
- Perhitungan berbagai ratio dalam prosedur analitik
- Perbandingan unsur data dalam berbagai file.
Dari prosedur diatas, gambaran hubungan antara berbagai "Tipe Bukti Audit" dengan "Prosedur
Auditnya" dapat terlihat sebagai berikut :
CONTOH PENERAPAN
TIPE BUKTI PROSEDUR AUDIT
PROSEDUR AUDIT
~ Bukti Fisik ~ Inspeksi ~ Inspeksi mesin pabrik
~ Penghitungan ~ Penghitungan Kas, Persediaan

~ Bukti Dokumenter ~ Konfirmasi ~ Konfirmasi saldo Bank


~ Inspeksi ~ Inspeksi faktur penjualan
~ Penelusuran ~ Menelusuri faktur penjualan ke dalam
kartu piutang usaha
~ Wawancara ~ Wawancara dengan penasehat hukum
klien, yang menghasilkan surat pernya-
taan dengan penasehat hukum tersebut

~ Bukti Penghitungan ~ Penghitungan kembali ~ Footing terhadap jurnal penjualan


~ Cross-footing terhadap jurnal pembeli-
an

~ Bukti Lisan ~ Wawancara ~ Meminta keterangan tentang tingkat


keusangan persediaan barang di gudang

~ Bukti Perbandingan ~ Prosedur Analitik ~ Membandingkan realisasi penjualan


dengan anggarannya
~ Membandingkan ratio likuiditas tahun
berjalan dengan likuiditas tahun yang
lalu
AUDIT YANG MENGANDUNG RISIKO BESAR
AUDIT RISK

Risiko terjadinya suatu kesalahan penyajian dalam akun atau didalam laporan keuangan pada situasi
tertentu atau situasi yang tidak biasa, dimungkinkan risiko dapat terjadi jauh lebih besar.
Dalam situasi demikian, auditor harus senantiasa waspada untuk menghadapinya, terutama apabila
terjadi kondisi sebagai berikut :
1. Pengendalian internal yang lemah : dalam situasi demikian, auditor harus waspada dan mengumpulkan
bentuk bukti audit rinci yang lain, yang dapat mengganti bukti-bukti yang telah dihasilkan oleh
kondisi pengendalian intern yang lemah tersebut.
2. Kondisi keuangan yang tidak sehat : dalam hal ini perusahaan mengalami kerugian atau posisi sulit
untuk menyelesaikan kewajiban terutama kewajiban jangka pendeknya, sehingga manajemen
mempunyai kecenderungan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Menunda penghapusan piutangnya yang sudah sulit untuk ditagih
- Menunda penghapusan persediaan barang dagangannya yang rusak berat dan yang sudah
tidak laku dijual
- Tidak melakukan pencatatan atas kewajiban/hutangnya.
Dalam kondisi keuangan perusahaan sehat, hal diatas tidak mungkin terjadi/dilakukan perusahaan.
3. Manajemen yang tidak dapat dipecaya : dalam hal ini auditor sebelum menerima perusahaan tersebut
menjadi klien, harus diwaspadai kemungkinan adanya pernyataan-pernyataan lisan yang
tidak benar yang diberikan oleh manajemen.
Untuk dapat menghindarinya, maka auditor harus mencari informasi rinci mengenai latar belakang
dari para pengambil keputusan dalam jajaran manajemen perusahaan bersangkutan.
4. Penggantian auditor : penggantian auditor ini biasanya terjadi karena alasan yang tidak jelas, misalnya
karena adanya :
- Perselisihan antar klien dengan auditor, sehubungan dengan penyajian laporan keuangan dan
pengungkapannya.
- Ketidakpuasan klien terhadap jasa yang diberikan auditor.
Klien yang mengganti auditornya, merupakan klien yang berisiko besar bagi auditor baru atau auditor
pengganti.
5. Perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba : dalam hal terjadinya perubahan tarif pajak yang
tiba-tiba secara drastis sangat besar, auditor harus mewaspadai kecenderungan dengan manajemen
perusahaan yang akan mencari cara untuk melakukan :
- Mengurangi penghasilan atau laba kena pajak.
- Menggeser pengakuan pendapatan ke periode yang pajaknya masih relatif rendah.
- Penggantian prinsip akuntansi yang diterapkan perusahaan.
- Penafsiran atas transaksi yang sejenis/sama tidak konsisten dengan penafsiran dalam periode
sebelumnya.
6. Usaha yang bersifat spekulatif : auditor harus lebih hati-hati apabila memeriksa laporan keuangan
dari perusahaan/klien yang kegiatan usahanya bersifat spekulatif. Hal ini karena akan menyulitkan
auditor dalam meprediksikan dan membandingkan kontinuitas hasil perkembangan usahanya dari
periode yang satu dengan periode lainnya.
Auditor yang melakukan audit atas perusahaan dengan kondisi diatas, akan menghadapi risiko yang
jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan audit atas perusahaan yang kondisi kegiatan usahanya
relatif stabil dalam jangka panjang.
7. Transaksi perusahaan yang kompleks : dalam hal ini, auditor akan dihadapkan dengan risiko yang
lebih besar apabila audit yang dilakukannya terhadap klien yang melaksankan kegiatan untuk
memperoleh keuntungan atau hasil dengan transaksi yagn sangat rumit/kompleks, bila dibandingkan
dengan audit terhadap perusahaan yang kegiatannya bersifat konvensional.
Risiko tersebut dapat terjadi karena kompleksnya transaksi, sehingga dimungkinkan penyimpangan
atas suatu transaksi karena tidak terprediksi dan terdeteksi oleh auditor yang bersangkutan.
KEPUTUSAN BERKAITAN DENGAN BUKTI AUDIT

Auditor sebelum melaksanakan "Proses pengumpulan bukti audit" perlu melakukan pengambilan
keputusan lebih dahulu terkait dengan "penentuan arah/langkah" agar bukti audit yang dibutuhkan
dapat diperoleh secara benar dan tepat. Keputusan dimaksud meliputi :
1. Penentuan Prosedur Audit yang akan Digunakan
a. Auditor harus menggunakan prosedur audit untuk mengumpulkan bukti audit.
b. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu disebut program audit.
c. Program audit harus menjelaskan : besarnya sampel, tanggal pelaksanaan prosedur audit,
dan pelaksanaan prosedur audit tersebut.
Contoh prosedur audit :
- Mintalah out-off bank statement dari Bank untuk jangka waktu 1 bulan setelah tanggal Neraca.
- Lakukan pengamatan atas perhitungan fisik persediaan yang dilakukan klien.
- Hitung penerimaan kas yang belum disetor ke Bank pada tanggal Neraca, dst.
2. Penentuan Besarnya Sampel
a. Besarnya sampel dapat ditentukan berbeda oleh auditor diantara unsur yang ada dalam populasi
yang diperiksa.
b. Untuk setiap prosedur audit, auditor harus memutuskan banyaknya unsur yang harus diuji.
c. Besarnya sampel akan berbeda-beda diantara audit yang dilaksanakan.
d. Besarnya sampel juga akan berbeda-beda antara prosedur audit yang satu ke prosedur audit
yang lain.
Catatan : Hal diatas dapat dilakukan apabila prosedur audit telah ditetapkan.
3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih sebagai Anggota Sampel
Unsur mana yang akan dipilih dan diputuskan sebagai anggota sampel oleh auditor untuk
diperiksa, setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu.
Contoh :
- Auditor menentukan faktur penjualan yang akan diperiksa 400 lbr dengan populasi 1500 lbr.
- Pemeriksaan akan mencakup : otorisasi dan ketelitian yang tercantum dalam faktur tersebut.
- Metode yang dapat digunakan ada 3 metode :
a. Memilih minggu tertentu sebagai periode pengujian (test period).
b. Memilih yang bernilai >1 juta.
c. Memilih 400 lbr secara acak.
4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit
a. Audit atas Laporan Keuangan mencakup suatu periode tertentu, biasanya 1 tahun.
b. Pengumpulan bukti audit oleh auditor harus dilakukan segera setelah awal tahun.
c. Hal tersebut karena :
- Audit harus diselesaikan dalam beberapa minggu atau bulan setelah tanggal Neraca.
- Prosedur audit dapat digunakan/dilaksanakan pada awal tahun yang diaudit, akhir tahun
yang diaudit, atau beberapa minggu atau bulan setelah tanggal Neraca.
Soal Kasus
GORgom adalah perusahaan yang melakukan pekerjaan jasa kontruksi. Perusahaan ini
memiliki keuntungan yang besar dalam tahun 2016. Perusahaan bermaksud meminta
Anda untuk melakukan audit laporan keuangan 2016. Adapun diketahui bahwa perusahaan
memiliki maksud sebagai berikut:
- Perusahaan memiliki keuntungan yang besar terkait proyek jasa kontruksi dengan
pemerintah. Dimana ada beberapa biaya fee yang diberikan kepada pejabat negara
yang tidak memiliki bukti-bukti pendukung yang memadai.
- Perusahaan memberikan bonus yang besar kepada direksi perusahaan, dimana
perusahaan tidak mengenakan pajak atas penghasilan tersebut.
- Perusahaan menginginkan penyajian laba perusahaan yang rendah pada laporan keuangan
yang diauditnya nanti. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pembayaran pajak nantinya.
- Perusahaan meminta audit dikerjakan sesingkat mungkin sehingga perusahaan dapat
mengajukan projek baru kembali dengan pemerintah.
- Perusahaan meminta untuk dapat memberikan opini wajar dalam laporan keuangan
yang akan diterbitkannya.
Jika Anda diminta untuk melakukan audit laporan keuangan terhadap perusahaan tersebut,
Apakah Anda menerima tawaran tersebut? Mengapa, alasan Anda?
Jika Anda menerima tawaran tersebut, resiko audit apa yang mungkin terjadi pada
pemeriksaan nanti?
PEMAHAMAN PENGENDALIAN INTERNAL

Sistem pengendalian internal terdiri dari seperangkat kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
membantu manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. Kebijakan dan prosedur ini dinamakan
pengendalian internal.

Kepentingan perusahaan dalam membuat sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut:
1. Kehandalan Laporan Keuangan
2. Efisiensi dan efektifitas operasi
3. Kepatuhan terhadap peraturan dan hukum berlaku

Kepentingan auditor terhadap sistem pengendalian internal perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian terkait dengan keandalan laporan keuangan. Untuk mematuhi standar pekerjaan
lapangan, auditor sangat memperhatikan pengendalian yang terkait dengan tujuan utama
pengendalian yang dilakukan manajemen yaitu keandalan laporan keuangan. Hal ini merupakan
wilayah yang secara langsung mempengaruhi laporan keuangan dan asersi-asersi manajemen
yang terkait sehingga mempengaruhi tujuan auditor dalam menentukan apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar.
2. Pengendalian terhadap kelompok-kelompok transaksi. Penekanan utama oleh auditor lebih
besar terhadap pengendalian internal kelompok transaksi dibandingkan saldo akun. Alasannya
adalah keakuratan hasil sistem akuntansi sangat tergantung pada faktor masukan (input) dan
prosesnya (transaksi).

Komponen Pengendalian Internal


1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap
menyeluruh manajemen puncak, direktur dan komisaris, dan pemilik suatu satuan usaha terhadap
pengendalian dan pentingnya satuan usaha tersebut.
2. Penilaian Resiko
Penilaian Resiko untuk pelaporan keuangan adalah identifikasi dan analisis oleh manajemen atas
resiko-resiko yang relevan terhadap penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia. Manejemen menilai resiko sebagai bagian dari perancangan dan pengoperasian
struksur pengendalian internal untuk meminimalkan salah saji dan ketidakbenaran.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur untuk memenuhi tujuannnya. Kebijakan disini
adalah terkait pada pembagian tugas, pengolahan informasi, pengendalian fisik dan peninjauan terhadap
kinerja.
4. Informasi dan Komunikasi
Tujuan dari sistem informasi dan komunikasi akuntansi organisasi adalah untuk memulai pencatatan,
proses dan pelaporan transaksi dan untuk memelihara akuntabilitas aset-aset terkait.
5. Pemantauan
Aktivitas pemantauan berkaitan dengan penilaian efektifitas rancangan dan operasi struktur pengendalian
internal secara periodik dan terus menerus oleh manejemen untuk melihat apakah telah dilaksanakan
dengan semestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan keadaan.

Dokumen dari Pemahaman terhadap Pengendalian Internal Perusahaan


Terdapat 3 metode yang biasanya digunakan dalam mendokementasikan pemahaman struktur pengendalian
internal adalah sebagai berikut:
a. Deskripsi Naratif
deskripsi tertulis dari struktur pengendalian internal klien. Narasi sistem akuntansi dan prosedur
pengendalian terkait yang pantas mencakup:
1. Permulaan timbulnya setiap dokumen dan catatan dalam sistem
2. Seluruh pemrosesan yang terjadi
3. Penyelesaian setiap dokumen dan catatan dalam sistem
4. Indikasi adanya prosedur pengendalian yang relevan untuk penetapan resiko pengendalian
b. Bagan Arus (Flow Chart)
Bagan arus pengendalian internal adalah penggambaran dengan simbol, diagram atas dokumen klien
dan urutan arus dalam organisasi. Bagan arus yang memadai mencakup karakteristik pada deskripsi
naratif. Pada metode ini lebih mudah untuk mengikuti diagram daripada membaca uraian.
c. Kuisioner Pengendalian Internal
Kuisioner pengendalian klien menanyakan suatu rangkaian pertanyaan mengenai pengendalian dalam
setiap bidang audit termasuk lingkungan pengendalian, sebagai alat auditor untuk mengindikasikan
aspek-aspek struktur pengendalian internal yang mungkin tidak memadai.

Penetapan resiko pengendalian


Setelah auditor memahami pengendalian internal klien secara memadai untuk perencanaan audit, selanjutnya
auditor harus melakukan penilaian awal resiko pengendalian. Penilaian spesifik yang dilakukan adalah:
a. Menilai apakah laporan keuangan dapat diaudit
b. Menentukan penilaian atas resiko pengendalian yang didukung oleh pemahaman yang diperoleh
c. Menilai apakah terdapat kemungkinan bahwa penilaian resiko pengendalian yang rendah dapat didukung
d. Menentukan penilaian resiko pengendalian yang tepat

Mengindentifikasi dan Mengevaluasi Kelemahan Pengendalian Internal


Kelemahan pengendalian internal merupakan ketiadaan pengendalian yang memadai, sehingga meningkatkan
resiko salah saji yang muncul dalam laporan keuangan. Jika menurut penilaian auditor pengendalian tidak
memadai untuk memenuhi salah satu tujuan audit terkait transaksi, ekspektasi kemungkinan terjadinya salah
saji menjadi meningkat. Terdapat langkah-langkah untuk mengindentifikasi kelemahan pengendalian internal
yang signifikan:
1. Identifikasi Pengendalian yang sudah ada
Karena kelemahan merupakah ketiadaan pengendalian yang memadai, maka auditor pertama kali harus
mengetahui pengendalian apa yang sudah ada.
2. Identifikasi Ketiadaan Pengendalian Kunci.
Pendokumentasian sistem pengendalian internal berguna untk mengindentifikasi area pengendalian
yang lemah dan dimana kemungkinan salah saji akan meningkat.
3. Menentukan salah saji yang besar dan potensial yang mungkin dihasilkan
Langkah ini bertujuan untuk mengindentifikasi salah saji spesifik yang mungkin terjadi akibat ketiadaan
pengendalian.
4. Mempertimbangkan kemungkinan pengendalian yang terjadi
Pengendalian pengganti adalah apa saja yang ada dalam sistem, untuk menutupi kelemahan.

Soal Kasus
PADAMARA adalah perusahaan yang melakukan pekerjaan jasa kontruksi. Diketahui dalam
melakukan pengeluaran biaya proyek, berikut prosedur yang biasa perusahaan lakukan:
a. Menyiapkan pendanaan pada Bendahara, pada saat kas di Bendahara sudah habis. Dana
akan disiapkan dan diberikan oleh Direktur Perusahaan kepada Bendahara.
b. Bendahara melakukan pengeluaran biaya untuk segala belanja yang terjadi
c. Bendahara melakukan pencatatan pengeluaran setiap harinya, begitu juga dalam
pekerjaan akuntansi. Bagian Akuntansi adalah orang yang sama dengan Bendahara
d. Pekerjaan Bendahara akan dilaporkan kepada Manager Proyek, dimana Manager
melakukan pekerjaan lapangan secara bersamaan. Manager Proyek tidak memahami
keilmuan akuntansi dan pengawasan biaya sepenuhnya.
e. Setelah proyek selesai, maka pekerjaan Bendahara melaporkan laporan keuangan
kepada Direktur. Begitu pula pekerjaan Manager Proyek melakukan laporan proyek
kepada Direktur.
Jelaskan oleh Anda, jika asumsi dibawah diketahui:
1. Jika Anda menilai pengendalian internal tersebut lemah, maka jelaskan kelemahan
sistem pengendalian internal tersebut? Bagaimana saran untuk mengatasi kelemahan
tersebut?
2. Jika Anda sebagai perusahaan, menilai bahwa saran tersebut tidak tepat dan tidak
diperlukan, maka jelaskan tanggapan untuk membantah saran auditor?
PENYELESAIAN AUDIT

Menelaah Kewajiban Kontinjensi


Kewajiban bersyarat adalah kemungkinan potensi kewajiban di masa yang akan datang kepada
pihak ketiga untuk jumlah yang tidak diketahui sebagai akibat aktivitas yang telah terjadi. Tiga kondisi
yang menyebabkan adanya kewajiban bersyarat:
1. terdapat kemungkinan pembayaran di masa yang akan datang kepada pihak ketiga
2. terdapat ketidakpastian atas jumlah pembayaran dimasa mendatang tersebut
3. hasilnya akan ditentukan oleh peristiwa di masa datang.

Beberapa kewajiban bersyarat yang merupakan kepentingan utama auditor antara lain:
1. Pending litigation atas paten, kewajiban produk, atau tindakan lain.
2. Perselisihan mengenai pajak penghasilan.
3. Garansi barang.
4. Wesel tagih yang didiskontokan.
5. Jaminan atas kewajiban pihak lain.
6. Saldo yang belum digunakan dalam letter of credit yang masih berlaku.

Prosedur Audit untuk menentukan kewajiban kontinjensi


Prosedur audit yang lazim untuk menguji kewajiban kontijensi kurang terdefinisikan daripada prosedur
audit yang telah dibahas dalam area audit yang lain karena tujuan utama pada tahap awal pengujian
adalah untuk menentukan keberadaan hal bersyarat. Berikut ini adalah beberapa prosedur
audit yang lazim digunakan untuk mencari kewajiban kontijensi :
1. Tanya jawab dengan manajemen mengenai kemungkinan adanya kewajiban bersyarat yang belum
dicatat.
2. Telaah surat ketetapan pajak tahun berjalan dan tahun lalu untuk melihat penyelesaian perselisihan
atas pajak penghasilan.
3. Telaah notulen rapat direksi dan komisaris serta pemegang saham atas adanya indikasi tuntutan
atau kewajiban lain.
4. Analisa beban hukum untuk periode yang telah diaudit dan telaah faktur dari pernyataan dari
penasihat hukum atas adanya indikasi kewajiban kontinjensi, khususnya tuntutan dan penetapan
pajak yang ditunda.
5. Dapatkan konfirmasi dari seluruh pengacara utama yang melaksanakan jasa pelayanan hukum
kepada klien mengenai status pending litigation atau kewajiban bersyarat lainnya.
6. Telaah kertas kerja yang ada mengenai informasi yang menunjukkan potensi hal bersyarat.
7. Dapatkan letter of credit sedekat mungkin dari tanggal neraca dan dapatkan konfirmasi atas saldo
yang digunakan maupun yang belum digunakan.

Evaluasi atas kewajiban bersyarat yang diketahui


Jika auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontinjensi, dia harus mengevaluasi signifikan
dari potensi kewajiban dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam laporan keuangan.

Komitmen
Dalam komitmen, karakteristik terpenting adalah kesepakatan untuk komit perusahaan atau
sekumpulan kondisi yang tetap di masa mendatang tanpa melihat apa yang terjadi pada laba dan kondisi
ekonomi keseluruhan. Dalam ekonomi bebas, anggapan suatu satuan usaha sepakat untuk komitmen
adalah cara untuk memperbaiki kepentingan sendiri, tetapi sebaliknya akan kurang atau lebih
mengutungkan dari yang diantisipasi semula. Seluruh komitmen biasanya diuraikan bersama-sama dalam
catatan terpisah atau digabungkan dalam satu catatan yang berkaitan dengan hal kontinjensi.
Menelaah Peristiwa Kemudian
Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menelaah transaksi dan peristiwa yang terjadi setelah
tanggal neraca untuk menentukan apakah terjadi sesuatu yang mempengaruhi penilaian atau pengungkapan
atas laporan keuangan yang sedang diaudit. Tanggung jawab auditor untuk menelaah persitiwa
kemudian biasanya dibatasi untuk periode yang diawali tanggal neraca dan berakhir pada tanggal
laporan audit. Karena tanggal laporan audit terkait dengan penyelesaian prosedur audit yang penting
di kantor klien, penelahaan peristiwa kemudian seharusnya diselesaikan mendekati akhir penugasan.

Jenis-jenis Peristiwa Kemudian


a. Peristiwa kemudian yang mempunyai dampak langsung terhadap laporan keuangan dan memerlukan
penyesuaian
Misal : Pengumuman pailit satu pelanggan dengan saldo piutang usaha yang outstandingyang
mempengaruhi kondisi keuangan, penyelesaian perkara hukum dengan jumlah yang berbeda dari
jumlah yang dicatat dalam buku, pengafkiran peralatan (disposal) yang tidak digunakan dalam operasi
pada harga dibawah nilai buku saat ini, atau penjualan investasi pada harga di bawah harga
perolehan yang dicatat.
b. Peristiwa yang tidak mempunyai dampak langsung terhadap laporan keuangan tetapi dianjurkan
dibuat pengungkapan
Peristiwa jenis ini memberikan bahan bukti atas kondisi yang tidak terjadi pada tanggal neraca yang
dilaporkan tetapi sangat signifikan sehingga diperlukan pengungkapan meskipun tidak diperlukan
penyesuaian, misalnya terjadi penurunan nilai pasar efek-efek yang disimpan sebagai investasi
sementara atau penjualan kembali efek-efek, penerbitan obligasi atau sekuritas modal, atau penjualan
nilai pasar persediaan sebagai akibat tindakan pemerintah menghalangi penjualan barang.

Pengujian Audit
Prosedur audit untuk menelaah peristiwa kemudian dapat dengan mudah dibagi dalam dua kategori
Kategori pertama meliputi pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai begian dari
pengujian terinci atas saldo. Kategori pengujian kedua dilaksanakan dengan secara khusus dengan tujuan
mendapatkan informasi yang harus dimasukkan ke dalam saldo akun tahun berjalan atau diungkapkan
dengan catatan kaki. Pengujian tersebut antara lain:
1. tanya jawab dengan manajemen mengenai keberadaan potensi kewajiban kontinjensi, komitmen,
perubahan yang signifikan dalam aktiva atau struktur modal perusahaan.
2. korespondensi dengan pengacara sebagai bagian dari penelitian kewajiban kontinjensi.
3. menelaah laporan intern yang disiapkan setelah tanggal neraca,
4. menelaah catatan yang disiapkan setelah tanggal neraca,
5. memeriksa notulen yang dibuat klien kepada auditor yang merupakan pernyataan formal klien
mengenai berbagai masalah yang berbeda dalam keseluruhan audit, termasuk diskusi mengenai
peristiwa kemudian.

Tanggal Ganda (Dual Dating)


Terkadang auditor menentukan bahwa peristiwa kemudian penting terjadi setelah pekerjaan lapangan
telah selesai dilakukan, tetapi sebelum laporan audit diterbitkan. Misalnya, terjadi perolehan perusahaan
lain oleh klien yang diaudit pada tanggal 23 April, sedangkan hari terakhir pekerjaan lapangan adalah
11 April. Dalam situasi tersebut, SA 530 mewajibkan auditor untuk memperluas pengujian audit atas peristiwa
kemudian terbaru yang terungkap untuk meyakinkan bahwa klien telah mengungkapkannya dengan benar.
Auditor mempunyai dua pilihan yang dapat diterima untuk memperluas pengujian atas peristiwa kemudian
sampai tanggal dimana auditor merasa puas bahwa peristiwa terbaru yang ditetapkan telah dinyatakan
dengan benar, atau membatasi penelaahan pada hal yang berkaitan dengan peristiwa kemudian yang baru.
Untuk pilihan pertama, tanggal laporan audit akan diubah, sedangkan pilihan kedua, laporan audit akan
ditanggali ganda.
Pengumpulan Bukti Akhir
Prosedur Analitis Akhir
Prosedur analitis dilaksanakan selama penyelesaian audit, bermanfaat sebagai penelaahan akhir
atas salah saji material atau masalah keuangan dan untuk membantu auditor mengambil tinjauan objektif
akhir atas laporan keuangan. Sudah lazim bagi partner untuk melaksanakan prosedur analitis selama
penelaahan akhir kertas kerja dan laporan keuangan.

Evaluasi atas Asumsi Kelangsungan Hidup


SA 341 meminta auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan mengenai kemampuan
klien menjaga kelangsungan hidupnya paling tidak satu tahun setelah tanggal neraca. Penetapan ini
awalnya dibuat sebagai bagian dari perencanaan tetapi direvisi manakala diperoleh infromasi baru yang
penting. Penetapan akhir diperlukan setelah seluruh bahan bukti telah dikumpulkan dan penyesuaian
audit yang diusulkan dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Salah satu jenis bahan bukti yang penting
untuk kelangsungan hidup klien adalah prosedur analitis. Diskusi dengan manajemen dan penelaahan
rencana masa depan merupakan pertimbangan penting dalam mengevaluasi prosedur analitis.
Pengetahuan mengenai bidang usaha klien yang diperoleh sepanjang audit merupakan informasi penting
yang digunakan dalam menetapkan kemungkinan kegagalan keuangan tahun berikutnya.

Surat Pernyataan Klien


Surat pernyataan klien (letter of representation) mendokumentasikan pernyataan lisan manajemen
yang terpenting selama audit. Surat pernyataan ini disiapkan oleh klien dan merupakan tanggung jawab
hukum, ditujukan kepada kantor akuntan publik yang mengauditnya, dan ditandatangani oleh manajemen
puncak, seperti presiden direktur atau Chief Financial Officer. Tujuan dibuatnya representasi manajemen
adalah sebagai pernyataan resmi tanggung jawabnya manajemen atas asersi dalam laporan keuangan serta
untuk mendokumentasikan tanggapan manajemen untuk pencarian berbagai aspek audit.

Mengevaluasi Hasil
Untuk mengevaluasi hasil audit, terdapat lima aspek yang harus diperhatikan :
a. Kecukupan bahan bukti
Pengikhtisaran akhir atas kecukupan bahan bukti adalah berupa penelaahan oleh auditor atas seluruh
audit untuk menentukan apakah seluruuh aspek penting telah secara cukup diuji setelah
mempertimbangkan situasi setelah penugasan. Langkah utama dalam proses ini adalah penelaahan
program audit untuk meyakinkan bahwa seluruh bagian telah secara akurat diselesaikan dan
didokumentasikan dan bahwa seluruh tujuan audit telah dipenuhi.
b. Bahan bukti yang mendukung pendapat auditor
Bagian terpenting dari evaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara wajar adalah mengikhtisarkan
kekeliruan yang ditemukan dalam audit. Manakala auditor menemukan kekeliruan yang material, neraca
saldo harus disesuaikan untuk mengkoreksi laporan keuangan.
c. Pengungkapan laporan keuangan
Pertimbangan utama dalam menyelesaikan audit adalah untuk menentukan apakah pengungkapan
dalam laporan keuangan telah cukup. Dalam keseluruhan audit, penekanan pada kebanyakan
pemeriksaan adalah verifikasi akurasi saldo pada buku besar dengan menguji akun yang paling dalam
neraca saldo auditor. Tugas utama lainnya adalah untuk meyakinkan bahwa saldo akun dalam neraca
saldo diagregasi dengan benar dan diungkapkan dalam laporan keuangan.
d. Penelaahan kertas kerja
Dalam tahap penyelesaian audit, perlu dilakukan penelaahan kertas kerja sebagai alat evaluasi hasil
audit. Penelaahan kertas kerja bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan staf yang belum berpengalaman
untuk meyakinkan bahwa audit memenuhi standar pelaksanaan kantor akuntan publik serta untuk
mentralkan kepemihakkan yang seringkali masuk ke dalam pertimbangan auditor.
e. Penelaahan independen
Saat penyelesaian audit yang lebih besar, sudah lazim untuk mempunyai laporan keuangan dan
satu set kertas kerja yang telah ditelaah oleh penelaah independen yang tidak berpartisipasi dalam
penugasan.

Komunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen


Setelah audit diselesaikan, ada beberapa komunikasi yang potensial dari auditor kepada pegawai
klien.
a. Mengkomunikasikan ketidakberesan dan tindakan melawan hukum
SA 316 dan 317 meminta auditor untuk mengkomunikasikan seluruh ketidakberesan dan tindakan
melawan hukum kepada komite audit atau kelompok sejenis tanpa memperhatikan materialitas.
Tujuannya adalah untuk membantu komite audit dalam melaksanakan peranan supervisi atas laporan
keuangan yang andal. Persyaratan ini menunjukkan peningkatan perhatian mengenai tanggung
jawab auditor untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan yang dilakukan manajemen.
b. Komunikasi lain dengan komite audit
SA 380 meminta auditor untuk mengkomunikasikan informasi tambahan tertentu yang diperoleh
selama audit untuk semua penugasan dari BAPEPAM dan audit yang lain dimana terdapat komite
audit atau badan yang sejenis. Komunikasi ini tidak diminta untuk kebanyakan perusahaan non
publik yang kecil.
c. Surat kepada manajemen
Tujuan surat kepada manajemen (management letter) dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi
akuntan publik untuk memperbaiki usaha kllien. Rekomendasi memusatkan pada saran untuk
dapat beroperasi lebih efisien. Gabungan dari pengalaman auditor dalam berbagai bisnis dan
pengalaman menyeluruh yang didapatkan dalam pelaksanaan audit menempatkan auditor dalam
posisi yang "unik" untuk memberikan bantuan kepada manajemen.

Soal Kasus
SEMraut adalah perusahaan industri yang melakukan kegiatan produksi sepatu.
Anda dipilih menjadi auditor laporan keuangan untuk memeriksa laporan keuangan tahun 2016.
Auditor melakukan pemeriksaan 3 bulan dan menerbitkan laporan pada tanggal 31 Maret 2017.
Diketahui bahwa:
1. Pada tanggal 15 Januari 2017, perusahaan membayar kekalahan sengketa pajak, dimana
perusahaan diwajibkan membayar uang yang cukup besar. Sengketa ini adalah terhadap
Tahun Pajak 2015, dimana perusahaan dilakukan pemeriksaan.
2. Pada tanggal 20 Februari 2017, perusahaan menerima pendapatan berupa sanksi bunga dari
Konsumen yang melakukan keterlambatan pembayaran yang nilai-nya tidak besar.
3. Pada tanggal 25 April 2017, perusahaan tertimpa bencana kebakaran pabrik yang merugikan
perusahaan dengan nilai yang besar. Adapun sejumlah klaim asuransi yang akan mengganti
kerugian atas kebakaran tersebut. Dinilai bahwa terdapat keuntungan jika perusahaan
menerima pembayaran klaim atas kecelakaan tersebut.
4. Pada tanggal 3 Mei 2017, perusahaan melakukan penjualan investasi berupa obligasi
dengan penjualan dibawah harga pasar. Hal ini diketahui bahwa perusahaan mengalami
kesulitan liquiditas.
Jika Anda adalah auditor yang telah menerbitkan laporan keuangan 2016, dengan mengetahui
kondisi-kondisi diatas tersebut, Anda akan melakukan penyajian kembali (restatement)
terhadap opini yang diberikan sebelumnya. Apa saja yang menjadi penyesuaian atas laporan
keuangan yang baru nanti? Mengapa penyesuaian tersebut dilakukan?

Anda mungkin juga menyukai