Anda di halaman 1dari 6

1. Apa yang dimaksud dengan HIV dan AIDS?

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem
kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.
Dengan diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak akan berubah
menjadi AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini,
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

2. Bagaimana cara penularan HIV?

Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum suntik
saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:

 Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui.

 Melalui seks oral.

 Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.

 Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.

 Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi,
misalnya spon dan kain pembersihnya.

HIV tidak menular semudah itu ke orang lain. Virus ini tidak menyebar melalui udara
seperti virus batuk dan flu. HIV hidup di dalam darah dan beberapa cairan tubuh. Tapi cairan
seperti air liur, keringat, atau urine tidak bisa menularkan virus ke orang lain. Ini dikarenakan
kandungan virus di cairan tersebut tidak cukup banyak. Cairan yang bisa menularkan HIV ke
dalam tubuh orang lain adalah: Darah, cairan Dinding anus, Air Susu Ibu, Sperma, Cairan
vagina, termasuk darah menstruasi.

HIV tidak tertular dari ciuman, air ludah, gigitan, bersin, berbagi perlengkapan mandi,
handuk, peralatan makan, memakai toilet atau kolam renang yang sama, digigit binatang atau
serangga seperti nyamuk.
3. Bagaimana cara untuk mengetahui apabila saya terkena HIV atau tidak?

Jika Anda merasa memiliki risiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara untuk
mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV yang disertai konseling. Segeralah
mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat (klinik VCT) untuk tes HIV. Dengan tes ini akan
diketahui hasil diagnosis HIV pada tubuh Anda.

Layanan tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary Counseling and
Testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tes ini bersifat sukarela dan rahasia.
Sebelum melakukan tes, konseling diberikan terlebih dahulu. Konseling bertujuan untuk
mengetahui tingkat risiko infeksi dan juga pola hidup keseharian. Setelah tahap ini,
dibahaslah cara menghadapi hasil tes HIV jika terbukti positif. Tes HIV biasanya berupa tes
darah untuk memastikan adanya antibodi terhadap HIV di dalam sampel darah. Antibodi
adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang kuman atau
bakteri tertentu. Tes HIV mungkin akan diulang satu hingga tiga bulan setelah seseorang
melakukan aktivitas yang dicurigai bisa membuatnya tertular virus HIV.

Ada beberapa tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa menanyakan pada rumah sakit
atau klinik kesehatan terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan dan organisasi yang
fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya: Komunitas AIDS Indonesia, ODHA Indonesia,
Yayasan AIDS Indonesia. Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk
menangani HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN).

Jika hasilnya positif, Anda akan dirujuk menuju klinik atau rumah sakit spesialis HIV.
Beberapa tes darah lainnya mungkin akan diperlukan. Tes ini untuk memperlihatkan dampak
dari HIV kepada sistem kekebalan Anda. Anda juga bisa membicarakan tentang pilihan
penanganan yang bisa dilakukan.

4. Bagaimana cara mengobati HIV?

Meski belum ada obat untuk sepenuhnya menghilangkan HIV, tapi langkah pengobatan
HIV yang ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan yang dilakukan bisa memperpanjang
usia hidup penderita HIV dan mereka bisa menjalani pola hidup yang sehat.
Terdapat obat-obatan yang dikenal dengan nama antiretroviral (ARV) yang berfungsi
menghambat virus dalam merusak sistem kekebalan tubuh. Obat-obatan tersebut diberikan
dalam bentuk tablet yang dikonsumsi setiap hari. Anda akan disarankan melakukan pola
hidup sehat. Misalnya makanan sehat, tidak merokok, mendapatkan vaksin flu tahunan, dan
vaksin pneumokokus lima tahunan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko terkena
penyakit berbahaya.

Tanpa pengobatan, orang dengan sistem kekebalan yang terserang HIV akan menurun drastis.
Dan mereka cenderung menderita penyakit yang membahayakan nyawa seperti kanker. Hal
ini dikenal sebagai HIV stadium akhir atau AIDS.

5. Bagaimana cara untuk mencegah penyebaran HIV?

Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah dengan melakukan hubungan seks secara aman,
dan tidak pernah berbagi jarum, dan peralatan menyuntik apa pun. Semua yang pernah
berhubungan seks tanpa kondom dan berbagi jarum atau suntikan, lebih berisiko untuk
terinfeksi HIV.

6. Apa saja gejala seseorang yang terinfeksi HIV?

Infeksi HIV muncul dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah serokonversi (Periode waktu
tertentu di mana antibodi HIV sudah mulai berkembang untuk melawan virus.). Tahap kedua
adalah masa ketika tidak ada gejala yang muncul. Dan tahap yang ketiga adalah infeksi HIV
berubah menjadi AIDS.

Tahap Pertama
Orang yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip seperti flu. Setelah ini, HIV tidak
menimbulkan gejala apa pun selama beberapa tahun. Gejala seperti flu ini akan muncul
beberapa minggu setelah terinfeksi. Masa waktu inilah yang sering disebut sebagai
serokonversi.

Diperkirakan, sekitar 8 dari 10 orang yang terinfeksi HIV mengalami ini. Gejala yang paling
umum terjadi adalah: Tenggorokan sakit, demam, muncul ruam di tubuh, biasanya tidak
gatal, pembengkakan noda limfa, penurunan berat badan, diare, kelelahan, nyeri persendian,
nyeri otot.

Gejala-gejala di atas bisa bertahan selama satu hingga dua bulan, atau bahkan lebih lama. Ini
adalah pertanda sistem kekebalan tubuh sedang melawan virus.

Tahap Kedua
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama
bertahun-tahun. Periode ini disebut sebagai masa inkubasi, atau masa laten. Virus yang ada
terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pada tahapan ini, Anda akan merasa
sehat dan tidak ada masalah. Kita mungkin tidak menyadari sudah mengidap HIV, tapi kita
sudah bisa menularkan infeksi ini pada orang lain. Lama tahapan ini bisa berjalan sekitar 10
tahun atau bahkan bisa lebih.

Tahap Ketiga atau Tahap Terakhir Infeksi HIV


Jika tidak ditangani, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi.
Dengan kondisi ini, Anda akan lebih mudah terserang penyakit serius. Tahap akhir ini lebih
dikenal sebagai AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Berikut ini adalah gejala
yang muncul pada infeksi HIV tahap terakhir:

 Noda limfa atau kelenjar getah bening membengkak pada bagian leher dan pangkal paha.
 Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.

 Merasa kelelahan hampir setiap saat.

 Berkeringat pada malam hari.

 Berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya.

 Bintik-bintik ungu yang tidak hilang pada kulit.

 Sesak napas.

 Diare yang parah dan berkelanjutan.

 Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina.

 Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.


Risiko terkena penyakit yang mematikan akan meningkat pada tahap ini. Misalnya kanker,
TB, dan pneumonia. Tapi meski ini penyakit mematikan, pengobatan HIV tetap bisa
dilakukan. Penanganan lebih dini bisa membantu meningkatkan kesehatan.

7. Siapa saja orang yang berisiko terinfeksi HIV?

Ingatlah bahwa semua orang berisiko terinfeksi HIV, tanpa mengenal batasan usia. Tapi
terdapat beberapa kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi HIV. Mereka adalah:

 Pengguna narkotika suntik (panasun).

 Orang yang membuat tato atau melakukan tindik.

 Orang yang melakukan hubungan seks tanpa kondom baik sesama jenis kelamin, maupun
heteroseksual.

 Orang yang tinggal atau sering bepergian ke daerah-daerah dengan angka HIV tinggi,
misalnya Afrika, Eropa Timur, Asia, dan Amerika bagian selatan.

 Orang yang melakukan transfusi darah di daerah dengan angka HIV tinggi.

 Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.

 Orang yang melakukan hubungan seks dengan pengguna narkotika suntik.

8. Apakah ada obat darurat untuk HIV?

Jika merasa atau mencurigai baru saja terkena virus dalam rentan waktu 3x24 jam, obat anti
HIV bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini bernama post-exposure prophylaxis (PEP)
atau di Indonesia dikenal sebagai profilaksis pasca pajanan. Profilaksis adalah prosedur
kesehatan yang bertujuan mencegah daripada mengobati.

Pengobatan ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah terjadi pajanan (terpapar) terhadap
virus. Idealnya, obat ini bisa diminum langsung setelah pajanan terjadi. Makin cepat
pengobatan, maka lebih baik.

Pengobatan memakai PEP ini berlangsung selama sebulan. Efek samping obat ini serius dan
tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan berhasil. PEP melibatkan obat-obatan yang
sama seperti pada orang yang sudah dites positif HIV.
Obat ini bisa Anda dapatkan di dokter spesialis penyakit infeksi menular seksual (IMS) atau
di rumah sakit.

9. Apakah boleh wanita hamil minum ARV?

Bagi wanita hamil yang positif terinfeksi HIV, ada obat ARV khusus untuk wanita hamil.
Obat ini untuk mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayinya. Tanpa pengobatan,
terdapat perbandingan 25 dari 100 bayi akan terinfeksi HIV. Risiko bisa diturunkan kurang
dari satu banding 100 jika diberi pengobatan sejak awal.

Dengan pengobatan lebih dini, risiko menularkan virus melalui kelahiran normal tidak
meningkat. Tapi bagi beberapa wanita, tetap disarankan untuk melahirkan dengan operasi
caesar.

Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk tidak memberi ASI kepada bayinya. Virus
bisa menular melalui proses menyusui. Jika Anda adalah pasangan yang menderita HIV,
bicarakan kepada dokter sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko tertular
HIV.

10. Apa saja efek samping pengobatan HIV?

Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Jika terjadi
efek samping yang tidak normal, Anda mungkin perlu mencoba kombinasi obat-obatan ARV
yang lainnya. Berikut adalah contoh efek samping yang umumnya terjadi: Kelelahan, Mual,
Ruam pada kulit, Diare, Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus, Perubahan
suasana hati

Anda mungkin juga menyukai