BAHASA
INDONESIA
Modul 1
Kaidah Bahasa Indonesia
01
Teknik Sipil Bahasa indonesia U001700008 Mahmud Suhermanto, M.Pd
Abstract Kompetensi
1.3 Indikator :
(1) Mampu menjelaskan kaidah bahasa Indonesia yang baik
(2) Mampu menjelaskan kaidah bahasa Indonesia yang benar.
1.4 Pengantar
Bangsa Indonesia beruntung memiliki bahasa Indonesia yang berkududukan sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, Sedangkan sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa administrasi negara, bahasa
pengantar di lembaga pendidikan dan sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan budaya. Keberhasilan bangsa Indonesia menjadikan bahasa Indonesia menjadikan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara tak terlepas dari perjuangan pemuda
nasional dan generasi muda. Sumpah Pemuda juga menyatakan kebulatan tekad sosial, budaya
dan politik yamg menjiwai perjuangan generasi Indonesia pada masa sekarang. Karena itu,
Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah yang amat penting, baik pada masa itu dan lebih-
merupakan jaringan pernyataan kebulatan tekad yang dijalin oleh tiga unsur yang berkaitan erat
dan memiliki hubungan timbal balik. Tiga unsur tersebut adalah bertanah air satu tanah air
Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Amran Halim berpendapat bahwa penghayatan dan penerapan isi dan semangat ketiga unsur
itulah yang dimaksud dengan pembinaan bahasa Indonesia.1 Dengan kata lain, pembinaan bahasa
Indonesia adalah proses sosial budaya dan kebahasaan yang bertujuan menempatkan bahasa
Masalah pembinaan bahasa Indonesia adalah masalah yang menyangkut pemeliharaan bahasa
Indonesia. Sedangkan salah satu wujud pembinaan bahasa Indonesia adalah terselenggaranya
pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh masyarakat Indonesia. Dengan demikian,
masalah pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah masalah nasional Indonesia.
Peranan bahasa yang utama ialah sebagai penyampaian maksud dan pengungkapan perasaan
seseorang kepada oang lain. Ditinjau dari sudut ini, maka dapat dikatakan bahwa benarlah sudah
bahasa seseorang bila dia sudah mampu mengemban amanat tersebut.2 Namun mengingat bahwa
situasi kebahasaan itu bermacam-macam, maka tidak selamanya bahasa yang benar itu baik, atau
Berpegang dalam batasan tadi, maka ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap
pemakai bahasa Indonesia agar bahasa yang dipakainya itu baik dan benar. Kedua syarat yang
dimaksud yaitu :
1
http;// /kaidah bahasa/Kaidah Dasar Bahasa Indonesia – wendisaja, diakses tanggal 24 Feb 2018
2
http://kaidahbahasa/KAIDAH-DASAR-BAHASA-INDONESIA://, diakses tanggal 24 Feb 2018
Ada dua hal yang harus dijelaskan secara terpisah, yakni bahasa Indonesia yang baik dan
bahasa Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang sesuai
dengan situasi dan kondisi pembicara.3 Dalam setiap komunikasi bahasa selalu melibatkan dua
buah pihak yang lazim disebut komunikator dan komunikan. Situasi dan kondisi pembicaraan
antara komunikator dan komunikan inilah yang menyebabkan apakah bahasa yang digunakan baik
atau tidak baik. Ada berbagai varian situasi yang menuntut norma kebahasaan yang berbeda. Ada
situasi yang sedang duka cita, situasi darurat, situasi khusuk, situasi santai, situasi kekeluargaan
yang akrab dan situasi lainnya. Hampir semua situasi menuntut penggunaan bahasa yang sesuai
dengan konteks sosialnya, Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa cocok dengan situasi
pemakaiannya. Ada dua situasi pemakaian bahasa, yaitu situasi resmi dan tidak resmi. Situasi
resmi adalah situasi kebahasaan yang berkaitan dengan masalah kedinasan, keilmuan, berbicara di
depan umum dan berbicara dengan orang dihormati misalnya mengajar, surat-menyurat, membuat
laporan, karya ilmiah, berbicara dengan atasan dan guru. Pada situasi seperti ini selain sebagai alat
komunikasi, bahasa juga sebagai alat untuk menyampaikan gagasan atau informasi. Karena itu,
perlu menggunakan bahasa baku. Sedangkan situasi tidak resmi adalah pemakaian bahasa dalam
pasar adalah contoh situasi kebahasaan tidak resmi. Pada situasi seperti ini, bahasa hanyalah
merupakan alat komunikasi. Asal lawan bicara memahami maksud pembicaraan memadailah
bahasa tersebut. Penyimpangan kaidah bukanlah hal yang tercela benar, asal pelanggaran tidak
mengubah makna dari bahasa Indonesia. Bahkan penyisipan bahasa asing atau daerah bukanlah
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya selalu menaati
kaidah bahasa Indonesia (baku). Ciri kebahasaan ragam baku antara lain kebakuan ejaan,
3
Sri Satata dkk, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta : Mitra Wacana Media,
2012. Hal 37.
yang tata cara dan tertib penulisannya mengikuti ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan
serta tertib dalam pembentukan istilahnya yang berpedoman kepada pedoman umum
pembentukan istilah bahasa Indonesia. Bahasa baku harus menggunakan kata-kata baku seperti
bagaimana, mengapa, memberi bukannya gimana, kenapa, kasih dan sebagainya. Selain itu,
bahasa baku harus taat asas pada kaidah ketatabahasaan yaitu konsisten menggunakan hukum
diterangkan menerangkan pada pembentukan kata serta menggunakan subjek predikat dalam
pembentukan kalimat. Pada bahasa lisan, ragam baku bahasa Indonesia adalah ragam bahasa yang
relatif bebas dari atau sesedikit mungkin diwarnai oleh lafal bahasa daerah atau dialek setempat.
Hal yang sama diungkapakan Sri Satata dkk bahwa Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa
Indonesia yang sesuai dengan kaidah-kaidah ketatabahasaan yang berlaku. 4 Lima kaidah
ketatabahasaan :
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa Indonesia
yang sesuai situasinya dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Sesuai dengan asumsi ini, ada
dua syarat utama yang harus dipenuhi pemakai bahasa Indonesia agar pemakaian bahasa
Indonesia-nya baik dan benar. Syarat tersebut adalah memahami secara baik kaidah bahasa
Indonesia dan memahami benar situasi kebahasaan yang dihadapi. Seseorang yang menggunakan
bahasa baku dalam situasi resmi dan menggunakan ragam tidak baku dalam situasi tidak resmi
adalah orang yang mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar karena sesuai
dengan fungsi dan situasinya. Agar bisa memakai bahasa Indonesia secara baik dan benar, maka
perlu adanya sikap positif para pemakai bahasa Indonesia. Menurut Garvin dan Mathiot, sikap ini
4
Ibid., hal 38
kemandirian bahasanya.
Kebanggaan bahasa adalah sikap yang mendorong orang atau sekelompok menjadikan
yang lain.
Sedangkan kesadaran adanya norma adalah sikap yang mendorong penggunaan bahasa
secara cermat, korek, santun dan layak. Kesadaran demikian merupakan faktor yang
menentukan dalam perilaku tutur. Sikap tidak ada gairah untuk mempertahankan
miliknya dan sikap tidak memelihara cermat bahasa dan santun bahasanya harus
Karena itu, sebagai wujud penghargaan dan perhormatan terhadap pahlawan bangsa
yang telah mencetuskan ikrar Sumpah Pemuda, marilah kita tumbuh kembangkan sikap
positif terhadap bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
1.6 Ejaan
Pada tahun 1901 berdasarkan rancangan Ch A. van Ophyusen dengan bantuan Engku Nawawi
dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, menetapkan aturan ejaan bahasa Melayu dengan huruf
Latin. Berbagai Kongres diadakan untuk melakukan penyempurnaan, seperti Kongres Bahasa
Indonesia pertama di Solo pada tahun 1938 yang menyarankan agar ejaan Indonesia lebih banyak
hasil yang sempurna. Dalam pemakaian bahasa Indonesia, masih sering ditemukan kata-kata yang
5
Pengembangan Bahasa Indonesia, PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG
DISEMPURNAKAN (Jakarta; Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ;2000)hal.5
sehingga terjadi kesalahan pada pengucapan pula. Selain itu, pembacaan kata-kata yang sudah
betul ejaannya terkadang masih dibaca dengan lafal yang salah. Padahal dalam situasi resmi
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya salah eja atau salah ucap yaitu karena
pengaruh bahasa daerah. Seperti kata-kata nomor dan besok yang biasanya dieja atau diucapkan
nomer dan besuk oleh masyarakat yang bahsa pertamanya (mother tongue) bahsa Jawa. Kadang
pada ejaan sudah benar tetapi dalam pengucapannya masih salah, misalnya kata-kata fakultas dan
jalan yang oleh orang Bugis-Makassar diucapkan pakultas dan jalang. Faktor lain yang
menyebabkan kesalahan pengucapan yaitu adanya bunyi yang berbeda tetapi dalam ejaan tidak
dibedakan. Seperti kata ‘peka’ yang dilafalkan dengan ‘pepet’, padahal seharunya dilafalkan
seperti kata ‘teras’ (serambi). Kesalahan ucapan juga sering kali disebabkan penggunaan ejaan
bahasa daerah Jawa seperti huruf a yang harus dibaca seperti o dalam bahasa Indonesia. Misalnya,
nama ‘Poerwadarminta’ yang seharusnya dibaca Purwodarminta. Salah eja juga terjadi pada
penulisan kata-kata yang berasal dari bahasa asing seperti sistim, kongkrit, dan kwitansi, yang
Selain itu dalam penulisan ilmiah selain harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, juga harus dapat menggunakan bahasa tersebut sebagai sarana komunikasi ilmu.
Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam tulis-menulis, harus pula ditunjang
oleh penerapan peraturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia, yaitu Ejaan Yang
Disempurnakan. Agar gagasan atau pesan yang terdapat pada karya tulis kita mudah dipahami
oleh pembaca.
Sebelum sampai pada pembahasan Bahasa Indonesia yang benar dan baik, terlebih dahulu
kita perlu tahu bagaimana standar resmi pembakuan Bahasa Indonesia. Jika bahasa sudah
memiliki baku atau standar yang sudah disepakati dan diresmikan oleh negara atau pemerintah,
buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang
merupakan bahasa yang benar atau betul. Bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi antar
sesama manusia tentunya bertujuan agar dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Meskipun
berbicara dalam satu bahasa yang sama, dalam hal ini Bahasa Indonesia, namun ragam bahasa
yang dipakai tidaklah sama. Masing-masing kelompok menggunakan ragam yang berbeda. Orang
yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun
jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi
menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau
tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam baku (Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Sehingga jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai
sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar
Contohnya ;
“Adik tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”
Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar,
yang berarti “pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu
mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebaliknya
mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran”
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa Indonesia yang
sesuai situasinya dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Berdasarkan asumsi ini, ada dua
syarat utama yang harus dipenuhi pemakai bahasa Indonesia agar pemakaian bahasa Indonesia-
nya baik dan benar. Syarat tersebut adalah memahami secara baik kaidah bahasa Indonesia dan
memahami benar situasi kebahasaan yang dihadapi. Seseorang yang menggunakan bahasa baku
dalam situasi resmi dan menggunakan ragam tidak baku dalam situasi tidak resmi adalah orang
yang mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar karena sesuai dengan fungsi
dan situasinya. Agar bisa memakai bahasa Indonesia secara baik dan benar, maka perlu adanya
Daftar Pustaka
Firdaus, Winci. 2013. Bahasa Indonesia. Banda Aceh: CV. P&G Kilat Jaya
Pamungkas. 1972. PEDOMAN UMUM EJAAN YANG DISEMPURNAKAN ~EYD~, Surabaya: Giri
Surya
Satata, Sri dkk. 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kpribadian. Jakarta : Mitra
Wacana Media