Anda di halaman 1dari 2

Oke, temen-temen, kali ini saya mau share tentang perjalanan saya mendaki gunung salak

Perjalanan di mulai dari Sukabumi, tepatnya di daerah mangkalaya cisaat.

saya sama temen2 lain prepare di rumah saya, sory, rumah orang tua saya, kita prepare dari mulai jam
20.00 mlm, sambil nunggu temen2 yang masih otw ke basecamp kita, jd rumah saya sama rumah si
akmal udah di jadiin basecamp dari komunitas PLB

Oke, singkat cerita, jadi trip kali ini ada sebagian temen2 gw yang udah standby di daerah cidahu,
tepatnya di rumah kang pacet atau akang ucu, karna posisi sebagian temen2 gw ada yang baru pulang
kerja dari jakarta, jadi ga memungkinkan buat kumpul ke cisaat, mengingat mereka lebih menghemat
energi karna sudah terkuras ketika pulang dari jakarta.

Nah setelah semua temen2 yang dari cisaat udah pada kumpul, kita memutuskan untuk berangkat
menuju rumah kang pacet, kami berangkat jam 2 pagi, dan sampai jam 3 pagi, lalu kami istirahat
sejenak, sambil prepare barang2 yang dirasa kurang lengkap.

Setelah shalat subuh, kami memutuskan untuk mulai berangkat menuju basecamp gunung salak,
seperti biasa, kami berpamitan dulu sambil memiminta do’a agar tidak ada hal yang tidak di inginkan.

Sesampainya kami di basecamp gunung salak, kami melakukan simaksi dan registrasi ulang, sambil
santai2 di sekitaran bc,

Sedikit ada kejadian waktu itu, kami mengalami kendala, jadi dikarenakan kita muncaknya di musim
kemarau, jadi pasokan air yang biasanya mengalir sampai pos bajuri, nah sekarang sumber air di
gunung salak itu, terisisa hanya sampai pintu rimba saja. Otomatis ini jadi sedikit merubah rencana,
tapi bagi sebagian pendaki gunung ini bukanlah hal yang sulit, ini resiko bagi kita yang sering mendaki
gunung dikala musim kemarau, ya mau ga mau kita harus siapin air dari bawah

Setelah menemukan titik terang, kita mulai berangkat, kurang lebih sekitar jam 07.30 pagi, menuju
pintu rimba.

Sesampainy akami di pintu rimba, sedikit agak kaget karna kali ini gunung salak rame banget, emangsih
kita naik gunung di waktu HUT Indonesia, udah ga aneh kalo pas 17 an banyak gunung yang tiba2
penuh sama pendaki, akhirnya kami istirahat sejenak sambil nunggu antrian di pintu rimba

Nah disini ada kejadian yang menarik bagi kami, karena setiap trip naik gunung, itu biasa nya ada
anggota kami yang ga pernah kelewat yaitu ada akmal sama rian, tapi kali ini 2 org itu ga itu, karna
ada Ujian akhir di kampus, cuman karna ikatan solidaritas, mereka ikut nganterin kita2 ke gunung
salak, ya meskipun sampe pintu rimba aja. hhe

Seperti biasa, sebelum trip dimulai gw dan kawan2 lainnya melakukan briefing, dulu, baik mengenai
aturan dan tingkah laku dan apa aja yang harus kita lakukan nanti.

Karena mendaki gunung itu bukan sekedar naik lalu kita turun, tp bagaimana kita menjaga diri dan
kawan2 kita dari sifat gunung yang memang liar, tujuan awal dari seorang pendaki itu adalah
bagaimana kita bisa pulang ke rumah dengan utuh dan selamat, kalo puncak, yaa itu cuman bonus lah.

Pokoknya konsekwensinya, ketika kita mendaki gunung, beraarti kita mendekatkan diri kepada sifat
yang sangat bahaya, tapi kalo kita bisa mawas diri, memlikiki ilmu tentang alam, dan rendah diri. Insya
Allah mendaki gunung bukan hal yang menakutkan. Karna bagi sebagian irang, banyak yang berfikir,
“Buat apa sih naik gunung, G ada faedahnya, cape lah, inilah, itulah”. Makanyaa kuys ah kapan2 kita
coba mendaki gunung bareng, dijamin.... pasti nagih.
Dan inilaaaah, pintu rimba, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, yang mana dibalik pintu gerbang
ini, pendakian yang sesungguhnya baru dimulai

Dan kabar baiknya buat para pendaki, jadi di gunung salak ini, ada yang disebut dengan sistem HM,
gw ga tau singkatanya, tapi yang jelas, setiap 100 M, di gunung ini akan ada papan nama yang
bertuliskan HM, dari HM 1 , 2 , dan seterusnya, katanya sih sampai pos persimpangan bajuri, itu total
HM nya ada 25. Tapi setelah HM 25, maka Hm nya itu akan di reset lagi dari 0, dari 0 – 50 HMs

Kalian, liat yaa jadi gunung salak ini tipikal gunung yang gabisa di tebak, meskipun cucacanya sedang
kemarau, tapi disini becek banget, lumpur semua. Belum lagi kabut yang katanya hampir setiap
mendaki ke gunung salak itu pasti ngalamin kabut, namanya juga Gunung Halimun yaa. Makanya suatu
kebanggaan kalo kalian ke puncak salak, dengan kondisi cuaca yang cerah tanpa kabut.

Sesampainya kami di HM 19, kami memutuskan untuk istirahat sejenak, karna untuk trak kali ini ,
dengan kontur tanah yang licin dan penuh akar, ditambah lagi sudut kemiringan hampir 75 derajat di
awal, belum lagi nanti bahkan sampai 90 derajat, alias pendakian yang mengharuskan kita
menggunakan tali temali atau bisa disebut webing.

Anda mungkin juga menyukai