Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Secara umum ada beberapa fungsi dari perpustakaan, diantaranya yaitu fungsi
penyimpanan, fungsi informasi, fungsi pendidikan, dan fungsi rekreasi. Fungsi
rekreasi dapat kita jumpai di perpustakaan, baik perpustakaan sekolah, perguruan
tinggi, umum maupun khusus. Sayangnya fungsi perpustakaan sebagai rekreasi
belum di laksanakan secara maksimal. Masih sering kita jumpai koleksi hiburan di
perpustakaan umum yang kurang memadai khusunya perpustakaan yang berada di
daerah atau kabupaten. Keterbatasan koleksi hiburan di perpustakaan merupakan
salah satu penyebab sedikitnya pemustaka yang berkunjung. Keterbatasan koleksi
dapat kita atasi dengan menambah koleksi-koleksi populer yang baru. Hal ini
tentunya memerlukan dana, dan masalah dana merupakan masalah yang stereotip di
dalam perpustakaan.

Oleh karena itu saya mencoba memunculkan salah satu alternatif rekreasi di
perpustakaan yaitu dengan menggunakan grafologi. Sebagai salah satu aspek yang
dipelajari di dunia psikologi, grafologi dapat kita terapkan sebagai salah satu fungsi
hiburan di perpustakaan. Diharapkan dengan hadirnya grafologi dalam fungsi rekreasi
di perpustakaan dapat menjadikan pengunjung bertambah serta terhibur. Selain
kemampuan untuk menguasi grafologi, pustakawan juga harus memperhatikan aspek
lain seperti bagaimana menggunakan bahasa tubuh yang baik, cara berpenampilan
yang menarik, dan berdialog yang efektif. Kesemua itu diharapkan dapat memebrikan
kesan positif bagi pemustaka yang datang, dimana akhirnya mereka mau berkunjung
ke perpustakaan kembali.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pustakawan dan Layanan Rekreasi


Pustakawan adalah orang yang bekerja di perpustakaan serta menangani segala hal
yang berhubungan dengan informasi dan perpustakaan. Demikian yang saya tangkap
dari pendapat buku dan pendapat para ahli. Tugas pustakawan adalah mengelola
informasi dan melayani pemustaka. Dari berbagai layanan di perpustakaan salah satu
yang menarik adalah layanan rekreasi. Rekreasi di dalam perpustakaan yang
dimaksud adalah rekreasi kultural yaitu dengan membaca. Karena rekreasi membaca
maka perpustakaan diharapkan menyediakan koleksi yang best seller atau populer.
Selain membaca, dapat juga perpustakaan memutar film-film berkualitas dan
memotivasi agar pemustaka yang berkunjung dapat terhibur, kembali fresh dan
termotivasi.
B. Komunikasi dan Bahasa Tubuh bagi Pustakawan
“Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak”,
demikian yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Komunikasi juga
terdapat di perpustakaan dimana pustakawan berkomunikasi dengan sesama staf,
pengunjung, dan lainnya. Komunikasi yang baik diharapkan dapat terjalin antara
pustakawan dan pemustaka. Setidaknya ada 5 hal yang saya tangkap dari mata kuliah
mengenai bagaimana menjadi Pustakawan yang disenangi pemustaka, yaitu:
Bersahabat, menjadi pendengar yang baik, mampu mengidentifikasi pertanyaan
secara baik, handal dalam menelusur, dan mampu mengetahui kepuasan pemsutaka
akan hasi pencarian. Kelima hal tadi harus dipelajari agar pustakawan ideal dapat
terwujud.
Selain memperhatikan aspek komunikasi, bahasa tubuh yang baik juga harus
kita terapkan ketika kita ingin menjadi pustakawan yang ideal. Cara termudah
mempelajari bahasa tubuh adalah dengan menonton film-film bisu jaman dahulu
seperti Charlie Chaplin. Terlihat bagaimana aktor mengungkapkan apa yang ingin
diungkapkan dengan menggunakan ekspresi wajah. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan agar berkomunikasi menggunakan bahasa tubuh berjalan secara
maksimal, yaitu: ekspresi wajah, gerakan tubuh, bentuk dan postur, penampilan
umum dan komunikasi taktil.
Mengenai ekspresi wajah, bagian yang intens harus kita perhatikan adalah
mata, kontak mata. Yang kedua mengenai gerakan tubuh, yang dimaksud gerak tubuh
sama dengan ekspresi wajah dimana hal yang harus kita perhatikan adalah gerakan
mata. Pandanglah pemustaka ketika berkomunikasi dengannya. Yang ketiga adalah
bentuk dan postur, yang harus diperhatikan dalam aspek ini adalah gerak isyarat,
posisi dan gerakan tubuh. Yang keempat adalah penampilan umum, hal ini
berhubungan dengan bentuk tubuh, pakaian, parfum, dan aksesoris yang kita pakai.
Intinya sebagai pustakawan kita harus berpakaian yang sopan dan rapi. Yang terakhir
berhubungan dengan komunikasi taktil, komunikasi taktil berkaitan dengan sentuhan
atau rabaan, setiap Negara berbeda-beda akan taktil ini. Contoh sederhana mengenai
penggunaan taktil adalah salam dimana setiap Negara akan berbeda-beda.
Kesemua hal tadi adalah hal-hal yang harus pustakawan latih agar bahasa
tubuh dalam berkomunikasi dapat terlaksana dengan baik.

C. Grafologi

Grafologi adaalah ilmu yang mempelajari tulisan tangan dimana pada akhirnya
tulisan tangan ini dapat dgunakan untuk membaca karekter seseorang. Isltilah ini
digunakan pertama kali oleh seseorang Perancis bernama Michon pada tahun 1875.
Kata grafologi berasal dari bahas Yunani, grapho berarti saya menulis dan logos yang
berarti ilmu. Maksud dari membaca karakter seseorang adalah mengenai kekuatan
diri, kelemahan, dan kelebihannya. Hal ini dapat terbaca karena tulisan tangan kita
sebenarnya berasal dari alam bawah sadar, ia memberikan informasi karakter kita
yang sesungguhnya. Di Indonesia sendiri masuknya grafologi tidak pasti. Dalam
jurusan psikologi sendiri grafologi dipelajari oleh di bebarapa perguruan tinggi.
Memang ada yang mengganggap grafologi ini belum ilmiah, namun kenyataannya
grafologi ini digunakan dalam perekrutan pegawai. Dalam pendidikan, grafologi juga
digunakan untuk mengetahui problem yang dihadapi oleh anak, dimana nantinya akan
dicari solusinya. Dalam pergaulan juga grafologi dapat digunakan untuk mengetahui
karakter seseorang yang kita kenal, walau sifatnya hanya untuk keisengan.

Dalam perpustakaan juga dapat kita gunakan grafologi ini sebagai salah satu
tambahan dalam fungsi rekreasi perpustakaan. Diharapkan nantinya selain membaca
koleksi populer dan menonton film, analisis tulisan tangan yaitu membaca karakter
seseorang dapat dimunculkan. Setidaknya ada dua hal yang dapat kita analisa
mengenai tulisan tangan yaitu pola penulisan dan tanda tangan. Di dalam pola
kepenulisan dibagi lagi menjadi beberapa bagian: Margin atau jarak pinggiran tulisan,
Spasi atau jarak antar kata, huruf, atau baris, Garis dasar penulisan atau baseline,
Ukuran tulisan, Tekanan tulisan, Zona penulisan, Kemiringan tulisan, Jenis penulisan
dan sambungan dalam tulisan, Kecepatan penulisan, huruf-huruf unik pembuka
cerita.

Yang akan saya bahas dalam artikel ini adalah mengenai tanda tangan saja.
Karena jika menggunakan analisa pola penulisan membutuhkan waktu yang cukup
lama. Dimana pemustaka harus menulis dahulu sebelum dianalisa oleh pustakawan
yang sudah bisa menggunakan grafologi. Dengan menggunakan tanda tangan selain
menghemat waktu, juga dapat meminimalisir kesalahan dalam analisa.

D. Analisa tanda tangan

Tanda tangan merupakan simbol miniatur dari seseorang yang kita ingin
ketahui karakternya. Bagaimanapun rekayasa seseorang dalam membuat tanda
tangan, ia merupakan gambaran asli dari sang pemilik tanda tangan. Melalui tanda
tangan kita dapat melihat banyak hal mengenai pemiliknya. Tanda tangan berkaitan
dengan pengendalian emosi, perlaku, survival strategy dan jeritan hati. Secara
sederhana dapat dikatakan tanda tangan adalah saya pada saat saya tidak ada disini.
Semakin mendekati kemiripan dengan nama asli pemiliknya semakin menunjukan
bahwa pemiliknya nyaman untuk berhubungan dengan orang lain.

Ada beberapa bentuk yang mewakili kepribadian seseorang dalam tanda


tangan, yang dapat digunakan untuk mengetahui jebakan kehidupan, survival
strategy, dan kepercayaan diri. Setidaknya ada 5 bentuk tanda tangan dan analisanya:
tanda tangan bentuk cangkang, Berhias disini berhias disana, Tanda tangan agresif,
Tanda tangan dengan ukuran yang jauh berbeda, Tanda tangan si haus pujian, dan
Don’t like my image much. Penjelasan lebih jauh mengenai bentuk tanda tangan:

1. Tanda tangan bentuk cangkang


Analisa terhadap tanda tangan yang berbentuk cangkang menunjukan bahwa
pemilik tanda tangan membentuk benteng antara dirinya dan orang lain.
Memberikan batas yang jelas dalam pergaulan dengan orang lain, bahkan
dalam hal yang ekstrim takut berlebihan untuk berkomunikasi dengan orang
lain. Hal ini berkaitan dengan pengalaman masa lalu yang dimiliki oleh
pembuat tanda tangan.
2. Berhias disini, berhias disana
Tanda tangan yang memilik banyak hiasan menunjukan bahwa pemiliknya
memiliki kekurangan akan dirinya. Kurang ganteng, kurang cantik, kurang pd
ataupun kurang perhatian. Wujud konkret dalam hiasan ini adalah pemilim
tanda tangan akan menggunakan banyak akseseoris dalam tubuhnya.
3. Tanda tangan agresif
Sifat yang agresif dan ingin melawan adalah analisa terhadap pemilik tanda
tangan ini. Pada beberapa kasus ada seseorang yang sebenarnya tidak agresif
namun karena tekanan dari orang lain dia menggunakan tanda tangan yang
agresif sebagai wujud perlawanan namun dikungkung ketidakberanian.
4. Tanda tangan dengan ukuran yang jauh berbeda
Ketika kita menemukan tanda tangan yang memiliki ukuran jauh berbeda
dengan tulisan tangan atau sebaliknya menunjukan bahwa orang tersebut
memiliki konflik batin dalam dirinya. Ia ingin diperhatikan karena ia
sebenarnya rapuh dan merasa tidak dihargai.
5. Tanda tangan si haus pujian
Ciri tanda tangan yang pemiliknya memiliki karakter ingin dipuji adalah
adanya goresan yang bertubi-tubi dalam bentuk penopang.
BAB III

KESIMPULAN

Ada beberapa fungsi perpustakaan, salah satunya adalah fungsi rekreasi. Yang
dimaksud dengan fungsi rekreasi adalah fungsi kultural dimana transfer ilmu tidak
diabaikan.

Untuk menerapkan grafologi ke dalam salah satu fungsi hiburan, pustakawan


harus memperhatikan bahasa tubuh, komunikasi, dan tentunya mempelajari grafologi.

Dalam artikel ini hanya dibahas mengenai tanda tangan, bukan grafologi
secara keseluruhan karena penerapan dalam perpustakaan lebih mudah dan cepat
dengan menggunakan tanda tangan.
DAFTAR PUSTAKA

Răzvan C. Dinică, Non-verbal Communication - Indispensable Complement of Oral


and Written Communication, Procedia - Social and Behavioral Sciences,
Volume 137, 9 July 2014.

Jayne Schofield, Communication, body language and so much more, Contact Lens
and Anterior Eye, Volume 34, Supplement 1, 1 December 2011, Page S11,
ISSN 1367-0484.

Norliza Abdul Majid, Zalizan Mohd Jelas, Norzaini Azman, Saemah Rahman,
Communication Skills and Work Motivation Amongst Expert Teachers,
Procedia - Social and Behavioral Sciences, Volume 7, 2010, Pages 565-567,
ISSN 1877-0428

Agostino P. Accardo, Mariangela Genna, Michela Borean, Development, maturation


and learning influence on handwriting kinematics, Human Movement
Science, Volume 32, Issue 1, February 2013, Pages 136-146, ISSN 0167-
9457.

Jane A. Lewis, Chapter 4 - Handwriting Individuality, In Forensic Document


Examination, edited by Jane A. Lewis, Academic Press, San Diego, 2014,
Pages 45-53, ISBN 9780124166936, http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-
416693-6.00004-7.
MEMUNCULKAN GRAFOLOGI DALAM SALAH SATU FUNGSI
REKREASI PERPUSTAKAAN
Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Teknologi Informasi

Oleh:
Muhammad Syafik Bahaudin
13040113140222
Kelas :F

S-1 ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Anda mungkin juga menyukai