Anda di halaman 1dari 7

Ayat Alquran Tentang Bersikap Tawadhu Terhadap Sesama Mukmin –

Persoalan moral dan akhlak mendapat perhatian cukup besar dalam islam.
Islam memerintahkan umatnya untuk senantiasa menampilkan akhlak yang
mulia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu akhlak mulia yang ditekankan
dalam islam adalah untuk bersikap tawadhu atau rendah hati, lawan dari sifat
sombong. Jika seseorang menghiasi dirinya dengan sifat tawadhu, maka ia akan
berusaha menghilangkan sifat-sifat tidak terpuji seperti kesombongan,
keangkuhan, merasa paling hebat, tinggi hati, dan segudang penyakit hati yang
lain dari dalam dirinya.

Semua manusia sama statusnya di hadapan Allah, hanya ketakwaan yang


membedakan satu sama lain. Tidak pantas bagi siapapun merasa dirinya lebih
baik daripada orang lain. Maka tidak seharusnya orang kaya merasa lebih hebat
dari orang miskin, pejabat merasa lebih terhormat daripada rakyat biasa, kaum
tua merasa lebih tahu ketimbang yang muda, dan lain sebagainya. Karena
masing-masing mengemban misi yang sama dalam kehidupan ini, yaitu untuk
beribadah kepada Allah SWT.

Sungguh Rasulullah Muhammad SAW adalah manusia paling mulia. Beliau


adalah seorang Nabi, kepala Negara, panglima militer, manusia yang sudah
dijamin masuk surga, tapi tidak ada sedikit pun kesombongan yang nampak
pada diri Rasulullah. Sebaliknya, Rasulullah menampilkan contoh ketawadhuan
luar biasa yang perlu kita teladani.

Kumpulan Dalil Ayat Alquran Tentang Bersikap


Tawadhu Terhadap Sesama Mukmin
Tawadhu atau sikap rendah hati adalah akhlak mulia yang seharusnya menjadi
karakter orang-orang beriman. Cukup banyak ayat-ayat dalam alquran yang
membicarakan masalah ini. Berikut ini beberapa ayat alquran tentang bersikap
tawadhu kepada sesama mukmin yang memuat tentang perintah bersikap
tawadhu serta menampilkan contoh-contoh sikap tawadhu yang bisa kita
teladani.

‫عنَ مِ ن ُكمَ يَرت َََّد َمنَ آ َمنُوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬
َ ‫فَ دِينِ َِه‬ ََّ َ‫علَى أَذِلَّةَ َويُحِ بُّونَ َهُ يُحِ بُّ ُهمَ بِقَوم‬
َ َ‫ّللاُ يَأتِي ف‬
َ ‫سو‬ َ ََ‫علَى أَع َِّزةَ ال ُمؤمِ نِين‬ َ ََ‫يُ َجا ِه َُدونََ الكَاف ِِرين‬
‫ل فِي‬
َِ ‫سبِي‬
َ ‫ّللا‬ ََ ‫ل ذَلِكََ َلئِمَ لَو َم َةَ يَخَافُونََ َو‬
ََِّ ‫ل‬ َُ ‫ّللا فَض‬
ََِّ ‫ّللاُ يَشَا َُء َمنَ يُؤتِي َِه‬
ََّ ‫علِيمَ َواسِعَ َو‬ َ

Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad


dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, yang mana
kaum tersebut dicintai oleh Allah dan mereka pun mencintai-Nya, mereka
bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap
tegas terhadap orang-orang kafir, mereka berjihad di jalan Allah, dan mereka
tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang
diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha
Mengetahui. – (Q.S Al-Maidah: 54)

َ‫َّن َل‬ َ ‫علَي ِه َم ت َحزَ نَ َو َلَ مِ ن ُهمَ أَز َوا ًجا بِ َِه َمتَّعنَا َما ِإلَى‬
ََّ ‫عينَيكََ ت َ ُمد‬ َ َ‫لِل ُمؤمِ نِينََ َجنَا َحكََ َواخفِض‬

Jangan sekali-kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada


kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara
mereka (orang kafir), dan janganlah engkau bersedih hati terhadap mereka dan
bersikap rendah hatilah engkau terhadap orang-orang yang beriman. – (Q.S Al-
Hijr: 88)

ِ َّ ِ ‫تَ فِي َما يَس ُج َُد َو‬


َ‫لِل‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َ ِ ‫ل َوه َُم َوال َم ََلئِ َك َةُ َدابَّةَ مِ نَ اْلَر‬
َّ ‫ض فِي َو َما ال‬ ََ ََ‫يَست َكبِ ُرون‬

Dan segala apa yang ada di langit dan di bumi hanya bersujud kepada Allah,
yaitu semua makhluk bergerak (bernyawa) dan juga para malaikat, dan mereka
(malaikat) tidak menyombongkan diri. – (Q.S An-Nahl: 49)

َّ ََ‫شونََ الَّذِين‬
‫الرح َم ِنَ َو ِعبَا َُد‬ ُ ‫علَى يَم‬
َ ‫ض‬ َ ‫جا ِهلُونََ خَا‬
َ ِ ‫طبَ ُه َُم َوإِذَا هَونًا اْلَر‬ ََ ‫س ََل ًما قَالُوا ال‬
َ

Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih, mereka itu adalah orang-
orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati. Dan apabila orang-
orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata hinaan), mereka
membalasnya dengan mengucapkan “salam,”. – (Q.S Al-Furqan: 63)

َ‫ال ُمؤمِ نِينََ مِ نََ اتَّبَعَكََ ِل َم ِنَ َجنَا َحكََ َواخفِض‬

dan bersikap rendah hatilah kamu terhadap orang-orang beriman yang


mengikutimu. – (Q.S As-Syuara: 215)

َ‫ل ُ أَيُّ َها يَا قَالَت‬ ََ ‫ي أُلق‬


َ َ ‫ِي إِنِي ال َم‬ ََّ َ‫سلَي َمانََ مِ نَ إِنَّ َهُ * ك َِريمَ ِكت َابَ إِل‬
ُ ُ‫ّللا بِس َِم َوإِنَّ َه‬
ََِّ ‫ن‬
َِ ‫الرح َم‬
َّ ‫يم‬
َِ ِ‫الرح‬ ََّ َ ‫ي ت َعلُوا أ‬
َّ * ‫ل‬ ََّ َ‫عل‬
َ ‫ُمسلِمِ ينََ َوأتُونِي‬

Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar, sesungguhnya telah sampai


kepadaku sebuah surat yang mulia.” (29) Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman
yang isinya, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, (30) janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah
kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (31) – (Q.S An-Naml: 29-
31)

ُ ‫ل لِلَّذِينََ نَجعَلُ َها اْلخِ َرَة ُ الد‬


ََ‫َّارَ تِلك‬ ََ ََ‫علُ ًّوا ي ُِريدُون‬ َ ِ ‫ل اْلَر‬
ُ ‫ض فِي‬ َ َ‫لِل ُمتَّقِينََ َوالعَاقِبَ َةُ ف‬
ََ ‫سادًا َو‬

Negeri akhirat itu Kami ciptakan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan
diri dan juga tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan (yang
baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa. – (Q.S Al-Qasas: 83)

َ‫ِر َو َل‬ َ ُ ‫اسَ َخدَّكََ ت‬


َ ‫صع‬ ِ َّ‫ش َو َلَ لِلن‬ َ ِ ‫ّللا ِإ َّنَ َم َر ًحا اْلَر‬
َ ِ ‫ض فِي ت َم‬ ََّ ‫فَ ُخورَ ُمخت َالَ ُك‬
ََ َُّ‫ل يُحِ ب‬
َََّ ‫ل‬

Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan penuh keangkuhan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. – (Q.S Luqman: 18)

‫خ ُّروا ِب َها ذُك ُِروا ِإذَا الَّذِينََ ِبآيَا ِتنَا يُؤمِ نَُ ِإنَّ َما‬
ََ ‫س َّجدًا‬
ُ ‫سبَّ ُحوا‬ ََ ََ‫يَست َك ِب ُرون‬
َ ‫ل َوه َُم َر ِب ِه َم ِب َحم ِدَ َو‬

Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah mereka yang


apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkurkan diri
bersujud dan bertasbih memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan
diri. – (Q.S As-Sajdah: 15)
‫ل ُم َح َّم َد‬ َّ ََ‫علَى أ َ ِشدَّا َُء َمعَ َهُ َوالَّذِين‬
ُ ‫ّللاَِ َر‬
َُ ‫سو‬ َ ‫ار‬ َِ َّ‫َل يَبتَغُونََ سُ َّجدًا ُر َّكعًا ت ََراهُمَ بَينَ ُهمَ ُر َح َما َُء ال ُكف‬ َ ً ‫ّللا مِ نََ فَض‬ ََِّ ‫فِي سِي َماهُمَ َو ِرض َوانًا‬
َ‫س ُجو ِدَ أَث َ َِر مِ نَ ُو ُجو ِه ِهم‬
ُّ ‫ال‬ ََ‫ِك‬
‫ل‬ َ ‫ذ‬ ‫م‬
َ ‫ه‬
ُ َ ُ ‫ل‬َ ‫ث‬‫م‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ َ
‫ة‬ ‫ا‬
ِ َ ‫ر‬ ‫و‬ َّ ‫ت‬‫ال‬ ‫م‬
َ ‫ه‬ ُ ‫ل‬
ُ َ ََ ‫ث‬‫م‬ ‫و‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ َ
‫ل‬ ‫ي‬‫ج‬
ِ ِ ِ ‫ن‬‫اْل‬ ‫ع‬
َ ‫ر‬ َ‫َز‬
‫ك‬ َ
‫ج‬ ‫ر‬
َ َ ُ‫خ‬ َ ‫أ‬ َ
‫ه‬َ ‫أ‬ ‫َط‬
‫ش‬ َ
‫ه‬
ُ َ‫ر‬ َ‫آز‬ َ ‫ف‬ َ
َ
‫ظ‬ َ ‫ل‬ ‫َغ‬ ‫علَى فَاست ََوى فَاست‬ َ ‫سو ِق َِه‬
ُ
َُ ‫ع يُع ِج‬
‫ب‬ ََ ‫الز َّرا‬ُّ ‫ظ‬ َ
َ ‫ار بِ ِه َُم ِليَغِي‬ َّ ُ
ََ ‫ع ََد الكف‬ َ ‫ّللاُ َو‬ َّ ُ
ََّ ََ‫عمِ لوا آ َمَنُوا الذِين‬ َ ‫ت َو‬ َِ ‫صا ِل َحا‬ َ
َّ ‫عظِ ي ًما َوأج ًرا َمغف َِرَة ً مِ ن ُهمَ ال‬ َ

Muhammad adalah utusan Allah. Dan orang-orang yang bersama dengannya


bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap
sesama mereka. Kamu melihat mereka senantiasa rukuk dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya. Nampak pada wajah mereka tanda-tanda
bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam kitab
Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam kitab Injil, yaitu
seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat
lalu menjulang menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya, tanaman itu
membuat senang hati penanam-penanamnya karena Allah hendak membuat
jengkel orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah
menjanjikan ampunan dan pahala yang besar kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal kebajikan di antara mereka. – (Q.S Al-Fath:
29)

َ‫ض ًّرا لَ ُكمَ أَملِكَُ َلَ ِإنِي قُل‬ َ ‫يرنِي لَنَ ِإنِي قُلَ * َر‬
َ َ‫شدًا َو َل‬ ََِّ َ‫ن أ َ َحد‬
َ ‫ّللا مِ نََ ي ُِج‬ َ َ‫ل * ُملت َ َحدًا دُو ِن َِه مِ نَ أ َ ِج ََد َول‬ ََّ ‫غا ِإ‬
ً ‫ّللا مِ نََ بَ ََل‬
ََِّ
‫س َالتِ َِه‬
َ ‫ص َو َمنَ َو ِر‬ َ
َََّ ُ‫سول َه‬
َ ِ ‫ّللا يَع‬ ُ ‫ن َو َر‬ َ ََ ‫أَبَدًا فِي َها خَا ِلدِينََ َج َهن ََم ن‬
ََّ ِ ‫َار ل َهُ فَإ‬ َّ

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak kuasa menolak bahaya maupun


mendatangkan kebaikan kepadamu.” (21) Katakanlah (Muhammad),
“Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang dapat melindungiku dari (adzab)
Allah dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya. (22)
(Aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia akan
mendapat (adzab) neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya.” (23) – (Q.S Al-Jin: 21-23)

Itulah beberapa ayat alquran tentang bersikap tawadhu kepada sesama


mukmin yang semoga semakin membangun kesadaran kita untuk menampilkan
sikap rendah hati dalam membina interaksi kepada sesama.
Memahami Tawadhu’

Tawadhu’ adalah ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang
sepantasnya. Tawadhu’ merupakan sikap pertengahan antara sombong dan melecehkan
diri. Sombong berarti mengangkat diri terlalu tinggi hingga lebih dari yang semestinya.
Sedangkan melecehkan yang dimaksud adalah menempatkan diri terlalu rendah sehingga
sampai pada pelecehan hak (Lihat Adz Dzari’ah ila Makarim Asy Syari’ah, Ar Roghib Al Ash-
fahani, 299). Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada
orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah
memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341)

Keutamaan Sifat Tawadhu’

Pertama: Sebab mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ت َما‬ َ َ‫ص َد َق َة نَق‬


َ ‫ص‬ َ ‫ّللاُ زَ ا ََد َو َما َم‬
َ َ‫ال ِمن‬ َ ‫لَّ ِبعَف َو‬
ََّ ‫عبدًا‬ َ ‫لَّ ِ َّلِلَِ أ َ َح َد ت ََوا‬
َ ِ‫ض َعَ َو َما ِع ًّزا إ‬ َ ‫ّللاُ َرفَ َع َهُ ِإ‬
ََّ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba
sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang
memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.”
(HR. Muslim no. 2588). Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di
dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan
memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia.
Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena
sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16: 142)

Tawadhu’ juga merupakan akhlak mulia dari para nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam.
Lihatlah Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, memantu memberi
minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah
tua renta. Lihat pula Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja keras tangannya
sendiri. Nabi Zakariya dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu’ Nabi Isa ditunjukkan
dalam perkataannya,

‫َّارا يَج َعلنِي َو َل َم بِ َوا ِل َدتِي َوبَ ًّرا‬


ً ‫ش ِقَيًّا َجب‬
َ

“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi
celaka.” (QS. Maryam: 32). Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat tawadhu’,
mereka menjadi mulia di dunia dan di akhirat.

Kedua: Sebab adil, disayangi, dicintai di tengah-tengah manusia.


Orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak
menyombongkan diri. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

َ َّ ‫ىَ أَو َحى‬


َ‫ّللاَ ََو ِإ َّن‬ َّ ‫ضعُوا أَنَ ِإ َل‬ َ َ‫علَى أ َ َح َد َيفخ ََر‬
َ ‫لَ َحتَّى ت ََوا‬ َ ‫لَ أ َ َح َد‬
َ ‫علَى أ َ َح َد يَب ِغى َو‬
َ ‫أ َ َح َد‬

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah
seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.”
(HR. Muslim no. 2865).

Mencontoh Sifat Tawadhu’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah Ta’ala berfirman,

َ‫سو ِلَ فِي لَ ُكمَ َكانََ لَقَد‬ َّ َ‫سنَةَ أُس َوة‬


ُ ‫ّللاَِ َر‬ َ ‫ن َح‬ َ َّ ‫ّللاَ َو َذ َك َرَ اْلَ ِخ ََر َواليَو ََم‬
َ ‫ّللاَ يَر ُجو َكانََ ِل َم‬ ً ِ‫َكث‬
ََّ ‫يرا‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)

Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih memberi salam pada anak kecil dan yang
lebih rendah kedudukan di bawah beliau. Anas berkata,

‫أن النبي صلى هللا عليه و سلم كان يزور األنصار ويسلم على صبيانهم ويمسح رؤوسهم‬

“Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berkunjung ke orang-orang Anshor.


Lantas beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap kepala mereka.”
(HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 459. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh
Syu’aib Al Arnauth) Subhanallah … Ini sifat yang sungguh mulia yang jarang kita temukan
saat ini. Sangat sedikit orang yang mau memberi salam kepada orang yang lebih rendah
derajatnya dari dirinya. Boleh jadi orang tersebut lebih mulia di sisi Allah karena takwa yang
ia miliki.

Coba lihat lagi bagaimana keseharian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya. Beliau
membantu istrinya. Bahkan jika sendalnya putus atau bajunya sobek, beliau menjahit dan
memperbaikinya sendiri. Ini beliau lakukan di balik kesibukan beliau untuk berdakwah dan
mengurus umat.

َ َ ‫عر َوَة‬
َ‫عن‬ َُ ‫ل‬ َ ِ‫ل يَصنَ َُع َكانََ شَيءَ أي ال ُمؤ ِمنِينََ أ ََُّم يَا ِلعَائ‬
ََ ‫ش َةَ قُلتَُ َقا‬ َُ ‫سو‬ ُ ‫إِ َذا وسلم عليه للا صلى للاَِ َر‬
ََ‫قَالَتَ ِعن َد ِك؟ َكان‬: “‫ل َما‬ َ َ
َُ َ‫ف أه ِل َِه ِمهنَ َِة فِي أ َح ُد ُكمَ يَفع‬ َُ ‫” َدل َوَهُ َو َيرفَ َُع ثَوبَ َهُ َوي ُِخي‬
ِ ‫ط نَعلَ َهُ يَخ‬
َُ ‫ص‬

Urwah bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah
menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika
sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat
air di ember.” (HR. Ahmad 6: 167 dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 5676. Sanad
hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth). Lihatlah beda dengan kita yang lebih
senang menunggu istri untuk memperbaiki atau memerintahkan pembantu untuk
mengerjakannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa rasa malu membantu pekerjaan istrinya.
‘Aisyah pernah ditanya tentang apa yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
berada di rumah. Lalu ‘Aisyah menjawab,

ُ ‫ت فَإ ِ َذا أَه ِل ِهَ ِخد َم َةَ ت َع ِني أَه ِل ِهَ ِمهنَ ِةَ ِفي َي ُك‬
ََ‫ونَ َكان‬ َ ‫ض َر‬ َّ ‫ص ََل ِةَ ِإلَى خ ََر َجَ ال‬
َ ‫ص ََلَة ُ َح‬ َّ ‫ال‬

“Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau
keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari no. 676). Beda dengan kita yang mungkin
agak sungkan membersihkan popok anak, menemani anak ketika istri sibuk di dapur, atau
mungkin membantu mencuci pakaian.

Nasehat Para Ulama Tentang Tawadhu’

‫ أن تخرج من منزلك فال تلقى مسلما ً إال رأيت له‬:‫ هل تدرون ما التواضع؟ التواضع‬:‫قال الحسن رحمه هللا‬
. ً‫عليك فضال‬

Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah engkau
keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa
bahwa ia lebih mulia darimu.”

» ‫ من ال يرى فضله‬: ‫ وأكبر الناس فضال‬، ‫ من ال يرى قدره‬: ‫ « أرفع الناس قدرا‬:‫يقول الشافعي‬

Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak
pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak
pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)

‫الحارث بن بشر يقول‬: “‫”فقير ي َدي بين جالسَ غنيَ من أحسنََ رأيتَُ ما‬.

Basyr bin Al Harits berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di tengah-
tengah orang fakir.” Yang bisa melakukan demikian tentu yang memiliki sifat tawadhu’.

‫سك عند من هو دونك في نعم ِة هللا حتى تع ِل َمه أن ليس لك‬


َ ‫ضع نف‬
َ ‫رأس التواضعِ أن ت‬
ُ “ :‫قال عبد هللا بن المبارك‬
.])298/6( ‫بدنياك عليه فضل [أخرجه البيهقي في الشعب‬

‘Abdullah bin Al Mubarrok berkata, “Puncak dari tawadhu’ adalah engkau meletakkan dirimu
di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau
memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi,
6: 298)

‫عيينة بن سفيان قال‬: ‫مشتهيَا ً عصى السَلم عليه آدم فإن التوبة له فارج شهوة في معصيته كانت من‬
‫له فغفر فاستغفر‬، ‫اللعنة عليه فاخش كبر من معصيته كانت فإذا‬. ‫فلعن مستكبرَا ً عصى إبليس فإن‬.

Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Siapa yang maksiatnya karena syahwat, maka taubat akan
membebaskan dirinya. Buktinya saja Nabi Adam ‘alaihis salam bermaksiat karena nafsu
syahwatnya, lalu ia bersitighfar (memohon ampun pada Allah), Allah pun akhirnya
mengampuninya. Namun, jika siapa yang maksiatnya karena sifat sombong (lawan dari
tawadhu’), khawatirlah karena laknat Allah akan menimpanya. Ingatlah bahwa Iblis itu
bermaksiat karena sombong (takabbur), lantas Allah pun melaknatnya.”
.‫ والشرف في التواضع‬، ‫ والغنى في اليقين‬، ‫ وجدنا الكرم في التقوى‬:‫قال أبو بكر الصديق‬

Abu Bakr Ash Shiddiq berkata, “Kami dapati kemuliaan itu datang dari
sifat takwa, qona’ah (merasa cukup) muncul karena yakin (pada apa yang ada di sisi Allah),
dan kedudukan mulia didapati dari sifat tawadhu’.”

.‫ وكل نعمة محسود عليها إال التواضع‬،‫التواضع أحد مصائد الشرف‬: ‫قال عروة بن الورد‬

‘Urwah bin Al Warid berkata, “Tawadhu’ adalah salah satu jalan menuju kemuliaan. Setiap
nikmat pasti ada yang merasa iri kecuali pada sifat tawadhu’.”

‫ما رأيت مثل أحمد بن حنبل!! صحبناه خمسين سنة ما افتخر علينا بشيء مما كان عليه‬: ‫قال يحيى بن معين‬
‫من الصالح والخير‬

Yahya bin Ma’in berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang semisal Imam Ahmad! Aku
telah bersahabat dengan beliau selama 50 tahun, namun beliau sama sekali tidak pernah
menyombongkan diri terhadap kebaikan yang ia miliki.”

‫ كالشجرة التي ال تثمر‬.. ‫الزاهد بغير تواضع‬: ‫قال زياد النمري‬

Ziyad An Numari berkata, “Orang yang zuhud namun tidak memiliki sifat tawadhu adalah
seperti pohon yang tidak berbuah.”[1]

Ya Allah, muliakanlah kami dengan sifat tawadhu’ dan jauhkanlah kami dari sifat sombong.

َ‫سنِ َها إِالَّ أ َ ْنت‬


َ ْ‫ق الَ يَ ْهدِى ألَح‬ َ ْ‫اللّ ُه َّم ا ْه ِدنِى ألَح‬
ِ َ‫س ِن األ َ ْخال‬

“Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah
padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut
kecuali Engkau)” (HR. Muslim no. 771).

Wallahu waliyyut taufiq.

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:


https://rumaysho.com/2056-memiliki-sifat-tawadhu.html

Anda mungkin juga menyukai