Anda di halaman 1dari 58

POMPA PANAS

PANAS
TANKI
GENERATOR

BIOMAS
KONDENSOR

SOLUTION
HE
VACCUM GAUGE

NADLE VALVE

WATER FLOW
EVAPORATOR

ABSORBER

POMPA SOLUTION

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
1 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
DAFTAR ISI.

Halaman
1. Halaman Judul ……………………………………………………………….. 1
2. Daftar Isi ………………………………………………………………………. 2
3. Pendahuluan ......................................................................................... 3
4. Macam – Macam Pengering ................................................................ 5
5. Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Dalam Proses Pengeringan ...... 14
6. Bahan Higroskopis Dan Non Higroskopis ............................................. 16
7. Kadar Air Dalam Bahan ........................................................................ 17
8. Psikometrik ............................................................................................ 20
9. Problem Solve 1. .................................................................................. 27
10. Problem Solve 2. .................................................................................. 38
11. Rangkuman ........................................................................................... 48
10. Daftar Pustaka ...................................................................................... 49
11. Diagram Psychrometric ......................................................................... 50
12. Promblem Solver ……………………………………………………………. 52

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
2 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
1. PENDAHULUAN
Pengeringan adalah adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi
dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air yang
ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber panas dan penerima uap cairan
dengan tujuan mengurangi sebagian air sampai kadar air tertentu. Proses pengeringan atau
penghidratan berlaku apabila bahan yang dikeringkan kehilangan sebahagian atau
keseluruhan air yang dikandungnya. Proses utama yang terjadi pada proses pengeringan
adalah penguapan. Penguapan terjadi apabila air yang dikandung oleh suatu bahan teruap,
yaitu apabila panas diberikan kepada bahan tersebut. Panas itu dapat diberikan melalui
berbagai sumber, seperti kayu api, minyak dan gas, arang baru ataupun tenaga surya.
Pengeringan juga dapat berlangsung dengan cara lain yaitu dengan memecahkan
ikatan molekul-molekul air yang terdapat di dalam bahan. Apabila ikatan molekul-molekul
air yang terdiri dari unsur dasar oksigen dan hidrogen dipecahkan, maka molekul tersebut
akan keluar dari bahan. Akibatnya bahan tersebut akan kehilangan air yang dikandungnya.
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses perpindahan panas dan perpindahan
massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Proses perpindahan panas yang terjadi
adalah dengan cara konveksi serta perpindahan panas secara konduksi dan radiasi tetap
terjadi dalam jumlah yang relative kecil. Pertama-tama panas harus ditransfer dari medium
pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang terbentuk harus
dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran
fluida dengan cairan harus ditransfer melalui struktur bahan selama proses pengeringan
berlangsung. Panas harus disediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui
berbagai macam tahanan agar dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas. Lama
proses pengeringan tergantung pada bahan yang dikeringkan dan cara pemanasan yang
digunakan, sedangkan waktu proses pengeringannya ditetapkan dalam dua periode (Batty dan
Folkman. 1984), yaitu:

1. Periode pengeringan dengan laju tetap (Constant Rate Periode)


Pada periode ini bahan-bahan yang dikeringkan memiliki kecepatan pengeringan
yang konstan. Proses penguapan pada periode ini terjadi pada air tak terikat, dimana
suhu pada bahan sama dengan suhu bola basah udara pengering. Periode
pengeringan dengan laju tetap dapat dianggap sebagai keadaan steady.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
3 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
2. Periode pengeringan dengan laju menurun (Falling Rate Periode)
Periode kedua proses pengeringan yang terjadi adalah turunnya laju pengeringan
batubara (R=0). Pada periode ini terjadi peristiwa penguapan kandungan yang ada di
dalam batubara (internal moisture).

Gambar 1.1. Grafik Peristiwa Perpindahan Proses Pengeringan

Prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian yaitu panas harus
diberikan pada bahan, dan air harus dikeluarkan dari bahan. Dua fenomena ini menyangkut
pindah panas ke dalam dan pindah massa ke luar. Yang dimaksudkan dengan pindah panas
adalah peristiwa perpindahan energi dari udara ke dalam bahan yang dapat menyebabkan
berpindahnya sejumlah massa (kandungan air) karena gaya dorong untuk keluar dari bahan
(pindah massa). Dalam pengeringan umumnya diinginkan kecepatan pengeringan yang
maksimum, oleh karena itu semua usaha dibuat untuk mempercepat pindah panas dan pindah
massa. Perpindahan panas dalam proses pengeringan dapat terjadi melalui dua cara yaitu
pengeringan langsung dan
pengeringan tidak langsung. Pengeringan langsung yaitu sumber panas berhubungan
denganbahan yang dikeringkan, sedangkan pengeringan tidak langsung yaitu panas dari
sumber panas dilewatkan melalui permukaan benda padat (conventer) dan konventer tersebut
yang berhubungan dengan bahan pangan. Setelah panas sampai ke bahan maka air dari sel-sel
bahan akan bergerak ke permukaan bahan kemudian keluar. Mekanisme keluarnya air dari
dalam bahan selama pengeringan adalah sebagai berikut:

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
4 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
a. Air bergerak melalui tekanan kapiler.
b. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian bahan.
c. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-lapisan
permukaan komponen padatan dari bahan.
d. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap.

3. Equilibrium moisture (X*) :


moisture content padatan ketika pada kondisi kesetimbangan dengan tekanan parsial uap
tertentu
4. Bound moisture :
moisture content padatan yang memberikan tekanan uap kesetimbangan kurang daripada
tekanan uap cairan murni pada temperatur tertentu.
5. Unbound moisture :
moisture content padatan yang memberikan tekanan uap kesetimbangan sama dengan
tekanan uap cairan murni pada temperatur tertentu.
6. Free moisture :
moisture content padatan yang berlebih dibanding dengan equilibrium moisture content
sebesar X - X*. Hanya free moisture yang bisa diuapkan.

2. MACAM – MACAM PENGERINGAN


a. Pengeringan mengunakan sinar matahari (Solar Drying)
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari terbatas pada iklim panas dan
kelembaban rendah sedangkan untuk aplikasi : prune, anggur, kurma, aprikot, pir Kadar air
buah-buahan >15% dan umur simpan atau batas waktu simpan terbatas Pengeringannya
lambat, tidak cocok untuk produk dengan mutu tinggi dan produk akhir sering
terkontaminasi debu, kotoran, serangga dan lain-lain. Menggunakan energi matahari secara
tidak langsung adalah hanya menggunakan energi matahari saja atau energi matahari
merupakan energi tambahan untuk pengeringan lebih cepat dibandinkan sun drying.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
5 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Gambar 2.1. Pengeringan menggunakan energi matahari

b. Kiln Drying

Alat pengering ini hampir sama dengan alat pengering kabinet, tetapi lebih luas dan besar. Alat ini
mempunyai pipa-pipa pemanas yang ditempatkan pada bagian bawah (lantai) dan pada bagian
atas (atap) ruangan.
• Menggunakan udara panas
• Pemanas/pembakar gas pada bagian bawah
• Udara panas dialirkan pada bagian atas tempat produk dikeringkan

Gambar 2.2. Pengeringan klin

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
6 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
c. Cabinet Drying
Batch Suhu dijaga konstan Kelembaban menurun selama proses pengeringan
Terdiri dari ruang tertutup dengan alat pemanas, fan untuk menghembuskan udara, outlet
udara, inlet udara Biasa digunakan untuk uji coba produk sebelum scale up, Alat
pengering ini memiliki rak-rak untuk menempatkan bahan yang akan dikeringkan.
Satualat pengering kabinet rata-rata memiliki 3 atau 4 rak sebagai wadah atau tempat hasil
tanamanyang akan dikeringkan, rak-rak ditempatkan secara tersusun dalam alat dan dengan
penyebaranudara panas kedalamnya selama waktu yang telah ditentukan, pengeringan
akan berlangsungdengan baik mendekati pengeringan sempurna dengan sinar matahari.

Gambar 2.3. Pengeringan Cabinet

d. Tunnel drying
Prinsipnya tidak berbeda dengan kedua pengering di atas. Ruang pengeringan
lebih luas sehingga dapat digunakan untuk mengeringkan lebih banyak bahan. Seperti cabinet
drying tetapi bersifat kontinyu , Pengeringan dalam suatu tunnel dimana produk yang
dikeringakan dilewatkan, pengaringan bersifat cepat, seragam tanpa menyebabkan
kerusakan bahan , Biasa digunakan untuk buah-buahan, Bahan dimasukkan ke dalam
baki dalam kereta yang bergerak Jenis: Cocurrent , Counter current, Multistage

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
7 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Gambar 2.4. Pengeringan tunnel

e. Conveyor Draying

Gas, oven dua zona untuk mengeringkan air pencucian basis inti pada core pasir. Core
diangkut melalui oven pada conveyor slat tugas berat. Oven menggunakan nozel besar
kecepatan tinggi untuk pengeringan efisien cepat. Bahan diletakkan dalam conveyor
belt/ban berjalan proses terkontrol faktor yang dikontrol kecepatan aliran bahan suhu
kelembaban

Gambar 2.5. Pengeringan conveyor

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
8 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
f. Spray Drying

Jenis pengering ini juga digunakan untuk mengeringkan bahan berbentuk


cairan. Pada prinsipnya cairan disemprotkan melelui sebuah alat penyemprot (sprayer)
ke dalam ruanganyang panas. Dengan demikian air akan dapat menguap sehingga bahan
dapat kering menjadi bubuk atau powder

Pengeringan terjadi ketika dispersi cairan atau sluri dikeringkan oleh aliran udara
panas, partikel yang telah kering dipisahkan kemudian dikumpulkan dan biasa
digunakan untuk mengeringkan susu, jus buah Pemanas dan fan untuk menghasilkan
udara panas pada suhu dan kecepatan tertentu , Atomizer atau jet untuk menghasilkan
partikel-partikel cair dengan ukuran tertentu , Chamber dimana partikel cair kontak
dengan udara panas Tempat produk kering

Gambar 2.6. Pengeringan Spray

g. Drum drying

Pengering ini digunakan untuk mengeringkan zat-zat berbentuk cairan, misalnya susu atau
air buah. Alatnya terdiri dari pipa silinder yang besar, ada yang hanya satu ada yang dua,
bagian dalamnya berfungsi menampung dan mengalirkan uap panas. Cairan yang akan
dikeringkan disiramkan pada silinder pengering tersebut dan akan keluar secara teratur
dan selanjutnya menempel pada permukaan luar silinder yang panas sehingga mengering,
dan karena silinder tersebut berputar dan di bagian atas terdapat pisau pengerik (skraper)
maka tepung- tepung yang menempel akan terkerik dan berjatuhan masuk ke dalam
penampung, sehingga didapat tepung sari hasil tanaman yang kering dan memuaskan.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
9 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Lapisan tipis bahan dipanaskan pada permukaan drum yang panas setelah kering
dilepaskan dari drum dengan blade, lama kontak bahan dengan permukaan drum sekitar
beberapa menit serpihan bahan yang telah kering kemudian digiling dan hanya cocok
untuk bahan yang kurang sensitif terhadap panas .
• Suhu yang digunakan tinggi, yaitu >120°C
• Menyebabkan off flavor (cooked flavor) dan off color
• Kadar gula yang tinggi menyebabkan produk sulit diambil dari permukaan drum

Gambar 2.7. Pengeringan Drum

h. Vacuum Drying

Sistim kerja mesin vacuum frying (pengering buah) sebagai berikut.Buah / sayur
digoreng pada mesin vacuum fryer, dengan medium minyak goreng.Pemanasan minyak
goreng disetting pada suhu rendah (80-85 derajat celcius).Pemanasan ini menggunakan
bahan bakar LPG. Untuk mempercepat penggorengan, maka dilakukan penyedotan
kandungan air pada buah dengan cara pemvakuman. Pemvakuman ini menggunakan
pompa khusus, dengan tenaga listrik.Suhu penggorengan terkontrol otomatis (80-85
derajat celcius).Suhu yang terjaga rendah ini, menjadikan produk Anda tidak gosong,
sehingga warna sesuai aslinya.Suhu juga bisa Anda atur sesuai keinginan, baik
diturunkan atau dinaikkan. contohnya saja, jika Anda ingin menggoreng bahan lain, yang
suhunya butuh lebih rendah ataupun lebih tinggi. Mesin dirangkai sedemikian rupa,
sehinga Anda bisa mengoperasikannya dengan mudah.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
10 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Keuntungan: suhu lebih rendah
Kerusakan karena panas dapat dikurangi
Tidak terjadi oksidasi selama pengeringan
Bahan yang dikeringkan: cairan, pasta, tepung, produk dalam bentuk irisan

Gambar 2.8. Pengeringan vacuum

i. Freeze Drying

Air dihilangkan dari bahan melalui proses sublimasi tidak terjadi perpindahan cairan
dari bagian dalam produk ke permukaan , pada proses pengeringan kristal es menguap
menyebabkan rongga di dalam produk tidak terjadi pengerutan produk struktur porous :
mudah rehidrasi
Suhu yang rendah dan pengeringan cepat menyebabkan kerusakan karena
pengeringan seperti pencoklatan non enzimatis dapat dihindari
o Dapat mempertahankan flavor
Dua tahap utama:
o Pembekuan bahan
o Pengeringan dari bahan beku sampai kadar air < 2%
Kelemahan:
o Mahal
o Perlu pengemasan khusus

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
11 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Gambar 2.9. Pengeringan freeze

j. Penuematic Drying

Merupakan metode pengeringan yang memisahkan bahan selama proses pengeringan ,


bahan dikeringkan dengan cara melewatkan ban berjalan pada aliran udara panas. Selama
pengeringan partikel yang berukuran kecil akan cepat mengering dan terpisah lebih dulu.

Gambar 2.10. Pengeringan Penuematic

k. Fluidized bed drying

Pada proses penegringan ini udara panas di hembuskan pada partikel-partikel


makanan sehingga partikel tersebut tersuspensi dengan gerakan lambat, partikel semi
kering secara bertahap masuk ke bagian alat pengering yang berfungsi mengeringkan

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
12 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
sampai kering (bin dryer). Contoh produk yang dikeringkan dengan metode ini adalah
granula pati kentang dan kacang kapri

Gambar 2.11. Pengeringan Fluidized bed

l. Bin Drying

Digunakan sebagai tahap akhir pengeringan dari fluidized bed dryer atau berfungsi
menyempurnakan proses pengeringan setelah sebagian besar air menguap dari proses
pengeringan lain dan biasanya kadar air menurun dari 10-15% menjadi 3-6% atau lebih
rendah lagi

Gambar 2.12. Pengeringan Bin

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
13 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
m. Heat pump Drying

Untuk meningkatkan ekonomi dan efisiensi termal pengering heat pump


konvensional, penggunaan teknologi heat pump dipergunakan untuk pengembangan
pengering heat pump. Dalam bentuk yang paling sederhana, pengering heat pump melewati
udara pengeringan evaporator selama sistem pendinginan. Ini mendinginkan udara hingga di
bawah titik embun, kondensasi uap air dari aliran udara. Udara yang dingin selanjutnya
dilewatkan melalui kondensor pada sistem pendinginan untuk memanaskan udara dengan
suhu pengeringan
Tiga keuntungan utama dari pengering heat pump adalah :

1. Pengeringan pada suhu rendah dapat meningkatkan kualitas


2. Efisiensi energi yang lebih tinggi dapat dicapai karena kedua yaitu panas sensible dan
panas laten diperlukan dalam penguapan.
3. Dan karena itu kondisi pengeringan tidak dipengaruhi oleh tingkat kondisi pengeringan.

3. FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PROSES PENGERINGAN

Proses pengeringan suatu material padatan dipengaruhi oleh beberapa factor antara
lain : luas permukaan kontak antara padatan dengan fluida panas, perbedaan temperature
antara padatan dengan fluida panas, kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara.
Berikut ini dijelaskan tentang factor-faktor tersebut.

a. Luas Permukaan
Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah
akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat
pengeringan umumnya bahan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau dihaluskan
terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:

1. Pemotongan atau penghalusan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan


permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air
mudah keluar.
2. Partikel-partikel kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus
bergerak sampai ke pusat bahan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
14 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar
dari bahan tersebut.

b. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya


Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan, makin cepat
pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan. Air
yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga
kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu
pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai
dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case
Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian
dalamnya masih basah.

c. Kecepatan Aliran Udara


Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil
uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga
akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air.
Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses
pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa
dan teruapkan.

d. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan
disingkirkan dari bahan. Sebaliknya, jika tekanan udara semakin besar maka udara
disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan
menghambat proses atau laju pengeringan. Densitas batubara dapat bervariasi yang
menunjukkan hubungan antara rank dan kandungan karbon. Batubara dengan kandungan
karbon 85% biasanya menunjukkan suatu derajat ciri hidropobik yang lebih besar dari
batubara dengan rank paling rendah. Bagaimanapun, hasil temuan terbaru pada prediksi
sifat hidropobik batubara mengindikasikan bahwa korelasi kharakteristik kandungan air

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
15 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
lebih baik dari pada kandungan karbon dan begitupun rasio kandungan air/karbon lebih
baik daripada rasio atomik oksigen/karbon. Begitupun, terdapat suatu hubungan antara
sifat hidropobik batubara dan kandungan air. (Labuschagne. 1988). Udara merupakan
medium yang sangat penting dalam proses pengeringan, untuk menghantar panas kepada
bahan yang hendak dikeringkan, karena udara satu-satunya medium yang sangat mudah
diperoleh dan tidak memerlukan biaya operasional. Oleh karena itu untuk memahami
bagaimana proses pengeringan terjadi, maka perlu ditinjau sifat udara.

4. BAHAN HIGROSKOPIS DAN NON HIDROSKOPIS

 Higroskopis

Higroskopis adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari
lingkungannya baik melalui absorbsi atau adsorpsi. Suatu zat disebut higroskopis jika zat
itu mempunyai kemampuan menyerap molekul air yang baik. Contoh zat-zat higroskopis
adalah madu, gliserin, etanol, metanol, asam sulfat pekat, dan natrium hidrokida (soda
kaustik) pekat. Kalsium klorida merupakan zat yang sangat higroskopis, sehingga
kalsium klorida akan larut dalam molekul-molekul air yang diserapnya. Fenomena
tersebut disebut juga deliquescence (Bahasa Inggris). Karena bahan-bahan higroskopis
memiliki afinitas yang kuat terhadap kelembapan udara, biasanya mereka disimpan di
wadah tertutup. Beberapa zat higroskopis juga ditambahkan pada makanan atau bahan-
bahan tertentu untuk menjaga kelembapannya. Padatan higroskopis adalah mempunyai
air terikat dan biasanya mempunyai tekanan uap air yang lebih rendah dari pada tekanan
jenuh. Seperti tanah liat, kayu dan tekstil keriteria yang menentukan media pori
higroskopis diantaranya :

Ada ruangporiyang jelasdikenali


Mempunyai sejumlahbesarcairansecarafisikterikat
Mengalami strinkage
Penyusutan sering terjadi pada tahap awal pengeringan. Kategori ini lebih
diklasifikasikan menjadi

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
16 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
(a) Higroskopiskapiler-porimedia (microporesdanporimakro, termasuk media
bidisperse, sepertikayu, tanahliat, dantekstil) dan
(b) Media yang ketathigroskopis(hanyamikro-pori, sepertigelsilika,alumina,
danzeolit).

 Non Hidroskopis
Non Higroskopis yaitu bahan yang dapat mengeluarkan semua air yang dikandungnya
seperti bahan tekstil, dan bahan yang tidak dapat mengeluarkan semua air yang
dikandungnya seperti biji-bijian, dan bahan yang dapat mengeluarkan semua air yang
dikandungnya dinamakan bahan tak higroskopis, sedangkan bahan yang dapat
menyimpan sebagian air yang dikandungnya dinamakan bahan higroskopis.
Padatan Non higroskopis adalah bahan yang dapat mengeluarkan semua uap air yang
dikandungnya seperti pasir, mineral hancur, kristal nonhigroskopis, partikel polimer dan
beberapa keramik juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Ada ruang pori jelas dikenali ; ruang pori diisi dengan cairan jika dalam media
kapiler poribenar benar jenuh dan diisi dengan udara pada saat sedang benar –
benar kering.
Jumlah uap air secara fisik terikat diabaikan, yaitu, bahan yang non higroskopis.
Media tidak menyusut selama pengeringan.

5. KADAR AIR DALAM BAHAN

Bahan pangan terdiri dari bahan kering ditambah sejumlah air. Air yang terkandung di
dalam bahan makanan bisa merupakan bagian seutuhnya dari bahan
pangan itu sendiri. Air dalam bahan pangan bisa terdapat diantara sel-sel maupun
terdapat di dalam sel. Di dalam bahan pangan terdapat air dalam bentuk :
1. Air Bebas, yaitu air yang berada di permukaan benda padat dan sifatnya
mudah diuapkan,
2. Air Terikat, yaitu air yang terikat secara fisik menurut sistem kapiler atau air absorpsi
karena adanya tenaga penyerapan,
3. Air Terikat Secara Kimia, yaitu air yang berada dalam bahan dalam bentuk air kristal
dan air yang terikat dalam sistem dispersi koloid.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
17 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Peranan air dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
aktivitas metabolisme seperti misalnya aktivitas enzim, aktivitas mikroba, dan aktivitas
kimiawi, yaitu terjadinya ketengikan, dan reaksi-reaksi nonenzimatis, sehingga menimbulkan
perubahan sifat-sifat organoleptik, penampakan, tekstur dan citarasa serta nilai gizinya. Cara
mencegah pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dengan cara mengganggu lingkungan
hidupnya, dengan cara mengubah suhu, kadar air substrat (aw), pH kadar oksigen, komposisi
substrat, serta penggunaan bahan pengawet anti mikroba.
Pengeringan adalah salah satu cara untuk mengurangi jumlah kandungan air di
dalam suatu bahan pangan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan enersi panas. Penurunan kandungan air biasanya dilakukan sampai
mencapai kadar air tertentu sehingga enzim dan mikroba penyebab kerusakan bahan pangan
menjadi tidak aktif atau mati.
Selain itu pengeringan juga bertujuan agar volume bahan pangan menjadi lebih kecil
sehingga mempermudah pengangkutan, menghemat biaya angkut dan ruang untuk
pengangkutan, pengepakan maupun penyimpanan. Pada pengeringan, walaupun secara fisik
atau kimia masih terdapat molekul-molekul air yang terikat, air ini tidak dapat dipergunakan
untuk kepentingan mikroba. Demikian pula enzim tidak mungkin aktif pada bahan yang
dikeringkan, karena reaksi biokimia memerlukan air sebagai medianya. Jadi pada
pengeringan diusahakan bahwa kadar air yang tertinggal tidak memungkinkan enzim dalam
mikroba menjadi aktif, sehingga bahan yang dikeringkan dapat disimpan lebih lama.
Mikroba pada keadaan normal mengandung air kira-kira 80 persen. Air ini diperoleh
dari makanan tempat mereka tumbuh. Jika air dikeluarkan dari bahan pangan dengan cara
pengeringan, maka air dari dalam sel mikroba juga akan keluar dari mikroba tidak dapat
berkembang biak. Bakteri dan khamir umumnya
membutuhkan kadar air yang lebih tinggi dari pada kapang sering dijumpai tumbuh
pada makanan setengah kering dimana bakteri dan khamir tidak dapat tumbuh pada roti yang
basi, ikan asap, dendeng dan lain-lainnya. Peranan air dalam berbagai produk hasil pertanian
dapat dinyatakan sebagai kadar air (ka) dan aktifitas air (Aw). Sedangkan di udara (atmosfir)
dinyatakan dalam kelembaban relatif (kelengasan nisbi, relative humidity) atau RH, dan
kelembaban mutlak (H).
Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase bobot terhadap bahan basah,
misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gram bahan, dan disebut kadar air berat basah atau
basis basah (bb). Kadar air basis basah dapat ditetapkan dengan persamaan berikut:

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
18 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Dimana :

M = Kadar air basis basah ( % )

mw = Massa air dalam produk ( gr )

ms = Massa padatan ( gr )

mT = Massa total produk ( gr )

Disamping kadar air bobot basah, kadar air bahan juga dapat dinyatakan dalam kadar
air basis kering yaitu air yang diuapkan dibagi bobot bahan setelah pengeringan. Jumlah air
yang diuapkan adalah bobot bahan sebelum pengeringan dikurangi bobot bahan setelah
pengeringan, sebagaimana persamaan berikut:

Dimana :

X = Kadar air basis kering ( % )

mw = Massa air dalam produk ( gr )

ms = Massa padatan produk ( gr )

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
19 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Yang dimaksud dengan bobot bahan kering yaitu bobot bahan setelah mengalami pemanasan
dalam waktu tertentu sampai tercapai bobot konstan. Pada keadaan bobot konstan tersebut
tidak seluruh air yang terkandung dalam bahan teruapkan, akan tetapi hasil yang didapat
disebut bobot kering.

6. PSIKOMETRIK
Psikometrik merupakan suatu bahasan tentang sifat-sifat campuran udara dengan uap
air, dan ini mempunyai arti yang sangat penting dalam pengkondisian udara karena udara
pada atmosfir merupakan pencampuran antara udara dan uap air, jadi tidak benar-benar
kering. Kandungan uap air dalam udara pada suatu waktu keperluan harus dibuang atau dapat
di tambahkan.
Untuk memahami proses-proses yang terjadi pada psikometrik perlu adanya pemahaman
tentang hukum DALTON dan sifat-sifat yang ada dalam chart psikometrik, sebagai berikut :

 Kelembaban Relatif
Kelembaban Relative () adalah didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul
uap air di dalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada suhu dan tekanan
yang sama, atau perbandingan antara tekana parsial uap air yang ada di dalam udara dengan
tekanan jenuh uap air yang ada pada temperatur yang sama, kelembaban relatif dapat
dikatakan sebagai kemampuan udara untuk menerima kandungan uap air, jadi semakin besar
() semakin kecil kemampuan udara tersebut untuk menyerap uap air.
Kelembaban relatif dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

Hingga,

Dimana :
 = Kelembaban Relatif
Pv = Tekanan uap air
Pvs = Tekanan uap air jenuh

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
20 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
 Kelembaban Spesifik (rasio kelembaban)
Kelembaban Spesifik (W) adalah berat atau massa air yang terkandung didalam setiap
kilogram udara kering, atau perbandingan antara massa uap air dengan massa udara kering
yang ada di dalam atmosfire.
Kelembaban spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

Dimana ;
Wv = Massa uap air
Wa = Massa udara kering

 Temperature bola basah


Temperatur bola basah adalah merupakan temperatur yang terbaca pada
manometer dengan sensor yang dibalut dengan kain basah, untuk mengukur
temperatur ini, diperlukan udara sekurang-kurangnya adalah kecepatan 5 m/s. Dan
temperatur bola basah sering disebut dengan temperatur jenuh adiabatik.

 Temperatur bola kering


Temperatur bola kering merupakan temperatur yang terbaca pada manometer
sensor kering dan terbuka, namun menunjukan dari temperatur ini tidak tepat karena
adanya pengaruh radiasi panas.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
21 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Gambar 6.1. Psikrometer putar (Sling Psychrometer)

Suhu bagian yang ada kapasnya akan turun karena untuk penguapan tersebut
diperlukan kalor. Suhu bola basah akan terus turun sampai akhirnya tidak dapat turun lagi.
Pada keadaan tersebut uap air yang menguap sama dengan uap air yang mengembun di kapas
atau dengan kata lain suhu kapas terendah pada keadaan jenuh. Kemudian suhu yang
ditunjukkan masing-masing termometer dicatat, dan kelembabannya dapat ditentukan dengan
menggunakan Psychrometer chart.
Perbedaan suhu bola kering dan bola basah menunjukkan kelembaban udara itu. Makin besar
perbedaan suhu yang ada, maka makin rendah kelembaban nisbi yang ada di udara sekeliling
pada saat itu. Suhu bola kering pada carta psikrometrik ditunjukkan oleh garis tegak lurus,
sedangkan suhu bola basah oleh garis-garis miring.

 Titik embun
Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan uapnya sama dengan
tekanan uap air dari udara, jadi pada temperatur tersebut uap air dalam udara mulai
mengembun dan hal tersebut terjadi apabila udara lembab didinginkan, pada tekanan yang
berbeda titik embun uap air akan berbeda, semakin besar tekanannya maka titik embunnya
semakin besar.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
22 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
 Enthalphi
Enthalphi merupakan energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada temperatur
tertentu, atau jumlah energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg udara kering dan
kali kg air (dalam fasa cair) dari 0 0C sampai t 0C dan menguapkannya menjadi uap air (fasa
gas).

 Proses udara thermal


Proses udara yang terjadi dalam diagram psikometrik.

a. Proses pemanasan (heating)


b. Proses pendinginan (cooling)
c. Proses kelembaban (humidifikasi)
d. Proses penurunan kelembaban (dehumidifikasi)
e. Proses pemanasan dan kelembaban (heating and humidifikasi)
f. Prosen pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifikasi)
g. Proses pendinginan dan kelembaban (cooling and humidifikasi)
h. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifikasi)

Proses pemanasan (heating).

Proses pemanasan adalah


penambahan kalor sensibel keudara
sehingga temperatur udara tersebut
naik, proses ini hanya disebabkan oleh
perubahan temperatur bola kering udara
Heating
tanpa perubahan rasio kelembaban,
garis horizontal ke arah kanan.
Gambar 6.2. Proses Heating

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
23 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Proses pendinginan (cooling)
Proses pendinginan adalah proses
pengambilan kalor sensibel dari udara
sehingga temperatur udara tersebut
mengalami penurunan, proses ini hanya

Cooling disebabkan oelh perubahan temperatur


bola kering udara tanpa perubahan rasio
kelembaban, garis horizontal ke arah kiri
Gambar 6.3. Proses Cooling

Proses kelembaban (humidifikasi)


Proses kelembaban adalah proses
penambahan kandungan uap air ke
udara sehingga terjadi kenaikan
enthalphi dan rasio kelembaban, pada
proses ini terjadi perubahan kalor
laten tanpa disertai perubahan kalor
sensibel, garis vertikal kearah atas
Gambar 6.4. Proses Humidifikasi

Proses penurunan kelembaban (dehumidifikasi)


Proses penurunan kelembaban
adalah proses pengurangan kandung
an uap air ke udara sehingga terjadi
penurunan entalphi dan rasio
kelembaban, pada proses ini terjadi
perubahan kalor laten tanpa disertai
perubahan kalor sensibel, garis
vertikal ke arah bawah
Gambar 6.5. Proses dehumidifikasi

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
24 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Proses pemanasan dan kelembaban (heating and humidifikasi)

Proses ini udara dipanaskan disertai


dengan penambahan uap air, yaitu dengan
mengalirkan udara melewati ruangan
semburan air atau uap yang temperaturnya
lebih tinggi dari temperatur udara, sehingga
didapatkan peningkatan kalor sensibel dan
laten secara bersamaan, pada proses ini
terjadi kenaikan rasio kelembaban, entalphi
dan kelembaban relatif, arah garis ke arah
kanan atas
Gambar 6.6. Proses Heating and
Humidifikasi

Prosen pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifikasi)

Pada proses ini udara mengalami


pendinginan dahulu sampai temperatur nya
dibawah titik embun udara, pada temperatur
ini udara mengalami pengembunan
sehingga kandungan uap air akan
berkurang, kemudian udara dilewatkan
melalui koil pemanas sehingga temperatur
udara akan meningkat, proses ini terjadi
pada alat pengering udara (dehumidifier),
pada proses ini terjadi penurunan rasio
kelembaban, entalphi dan relatif tetapi
peningkatan temperatur bola kering
Gambar 6.7. Proses Heating and dehumidifikasi

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
25 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Proses pendinginan dan kelembaban (cooling and humidifikasi)

Proses ini dilakukan dengan


melewatkan udara pada ruangan
semburan air yang temperaturnya lebih
rendah dari temperatur udara, tetapi
lebih tinggi dari titik embun udara
sehingga temperatur akan mengalami
penurunan dan rasio kelembaban akan
mengalami peningkatan, garis kearah
kiri atas

Gambar 6.8. Proses Cooling and


Humidifikasi

Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifikasi)

Proses ini dilakukan dengan


cara melewatkan udara pada koil
pendingin atau ruang semburan air
dimana temperaturnya lebih rendah
dari temperatur udara sehingga
terjadi penurunan kalor laten dan
kalor sensibel, garis ke arah bawah
kiri.

Gambar 6.9. Proses Cooling and dehumidifikasi

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
26 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
7. PROBLEM SOLVE 1

 PROBLEM 1. :
1. Uraikan kondisi air dalam material, yaitu dalam hubungannya dengan berbagai type
padatan higroskopis dan non higroskopis.
2. Selesaikan permasalahan berikut :
a. Produk berkadar air 65 % b.b. dikeringkan menjadi 15 % b.b. Berat awal produk
sebelum dikeringkan adalah 750 kg. Berapakah berat air yang diuapkan
b. Produk seberat 5000 kg. Berkadar air 180 % b.k. dikeringkan sedemikian hingga
berat akhirnya menjadi 2500 kg. Berapakah kadar air akhir (dalam % b.k. dan %
b.b.) dari produk tersebut.
c. Produk dikeringkan sedemikian hingga jumlah air yang diuapkan adalah 250 kg.
Jika kadar air akhirnya adalah 10 % b.k. Berpakah berat awal dan akhir produk
dan berapakah kadar air awalnya 25 % b.k.
3. Uraikan kadar air keseimbangan, sorpsi isotermis serta hubungannya dengan
penyimpanan produk pertanian.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
27 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
 SOLVE 1 :
1. Uraikan kondisi air dalam material, yaitu dalam hubungannya dengan berbagai type
padatan higroskopis dan non higroskopis.

 Bila material basah dikeringkan secara thermal, maka akan terjadi dua proses simultan
yang utama yaitu : Perpindahan panas dari udara pengering ke material untuk
penguapan air di permukaan material, yang selanjutnyat terjadi konduksi panas
kedalam butiran, dan perpindahan internal air dari dalam kepermukaan material
(difusi) yang selanjutnya terjadi penguapan ke udara pengering. Proses perpindahan
ini pada kenyataaannya lebih komplek, perpindahan cairan dalam bahan dapat
disebabkan oleh tegangan permukaan (aliran kapiler), beda konsentrasi air (difusi
cairan) dan difusi air di permukaan pori (difusi permukaan).
 Perpindahan uap dapat disebabkan oleh beda konsentrasi air (difusi uap) dan beda
temperatur (difusi termal), perpindahan cairan dan uap ini dapat juga disebabkan oleh
beda tekanan total (aliran hidrodinamika)
 Padatan higroskopis adalah mempunyai air terikat dan biasanya mempunyai tekanan
uap air yang lebih rendah dari pada tekanan jenuh. Seperti tanah liat, kayu dan tekstil
keriteria yang menentukan media pori higroskopis diantaranya :
 Ada ruangporiyang jelasdikenali
 Mempunyai sejumlahbesarcairansecarafisikterikat
 Mengalami strinkage
 Penyusutanseringterjadipadatahapawalpengeringan.Kategoriinilebihdiklasifikasik
anmenjadi
(b) higroskopiskapiler-porimedia (microporesdanporimakro, termasuk media
bidisperse, sepertikayu, tanahliat, dantekstil) dan
(b) Media yang ketathigroskopis(hanyamikro-pori, sepertigelsilika,alumina,
danzeolit).
 Padatan Non higroskopis adalah bahan yang dapat mengeluarkan semua uap air yang
dikandungnya seperti pasir, mineral hancur, kristal nonhigroskopis, partikel polimer
dan beberapa keramik juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 Ada ruangporijelasdikenali; ruangporidiisidengancairanjikadalam mediakapiler-
poribenar-benarjenuhdandiisidenganudarapadasaatsedangbenar-benarkering.
 Jumlahuap airsecarafisikterikatdiabaikan, yaitu, bahan yang nonhygroscopic.
 Mediatidakmenyusutselamapengeringan.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
28 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
2. Selesaikan permasalahan berikut :
a. Produk berkadar air 65 % b.b. dikeringkan menjadi 15 % b.b. Berat awal produk
sebelum dikeringkan adalah 750 kg. Berapakah berat air yang diuapkan,

======

Sedangkan berat WT(1) = 750 kg

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
29 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
 Sedangkan pers. untuk (M) adalah basis basah (b.b.)

 ==

 Dan persamaan untuk (X) adalah basis kering(b.k)

Sedangkan (M) = 15 % b.b. (basis basah) :

Jadi :

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
30 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Wk(1) yaitu = 262.51 kg.

Berat akhir produk setelah setelah dikeringkan :

 Jadi berat produk setelah air yang diuapkan :

Atau dengan persamaan lain :

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
31 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
2.b. Produk seberat 5000 kg Berkadar air 180 % b.k. dikeringkan sedemikian hingga berat
akhirnya menjadi 2500 kg. Berapakah kadar air akhir (dalam % b.k. dan % b.b.) dari
produk tersebut.

Kadar air (X) = 180 % b.k. atau (X) = 1.8

===Berat produk (WT(1)) = 5000 kg

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
32 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Jadi kadar air akhir b.k. (basis kering) = X

 Jadi kadar air akhir b.b. (basis basah) = M

======

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
33 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
2.c. Produk dikeringkan sedemikian hingga jumlah air yang diuapkan adalah 250 kg. Jika
kadar air akhirnya adalah 10 % b.k. Berpakah berat awal dan akhir produk dan
berapakah kadar air awalnya 25 % b.k.

Jumlah air yang diuapkan = WT1 - WT2


250 kg = = WT1 - WT2
WT1 = ..................... ?, WT2 = ...................... ?

===== X = 10 % b.k.

===

===== X = 25 % b.k.

===

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
34 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
 Jadi jumlah air yang diuapkan = W T1 - WT2

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
35 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
3. Uraikan kadar air keseimbangan, sorpsi isotermis serta hubungannya dengan penyimpanan
produk pertanian.

Kadar air keseimbangan adalah Kadar air saat tekanan uap air bahan setimbang dengan
lingkungannya, pada saat terjadi keseimbangan jumlah uap air yang menguap dari bahan
ke udara sama dengan jumlah air yang masuk ke bahan. Kadar air keseimbangan yang
terjadi karena bahan kehilangan air disebut kadar air keseimbangan desorpsi, sedangkan
apabila terjadi bahan menyerap air disebut kadar air keseimbangan absorpsi.

 Bila bahan padat yang basah dibiarkan berhubungan dengan udara kering disekitarnya,
maka air akan berpindah dari bahan tersebut ke fasa udara, hal ini terjadi karena tekanan
uap air diudara lebih kecil dari pada tekanan uap air cairan padatan. Jika tekanan parsial
uap air di udara sama dengan tekanan parsial uap air cairan di padatan, maka dikatakan
bahwa kandungan air bahan tersebut merupakan kandungan air kesetimbangan atau
equilibrium moisture content (EMC). Perbandingan antara tekanan uap air kesetimbangan
dengan tekana uap air jenuhnya disebut kelembaban relatif kesetimbangan atau
equilibrium relative humidity (ERH) atau disebut juga dengan aktivitas air (water activity).

Hubungan antara kandungan air kesetimbangan dengan aktivitas air yang sesuai pada
temperatur tertentu dinamakan isoterm sorpsi (sorption isotherm), parameter ini sangat
menentukan sifat-sifat bahan kaitannya dengan proses penyimpanan bahan pertanian dan
isoterm sorpsi dapat digunakan untuk menetukan panas isotermis sorpsi dan selanjutnya
kebutuhan energi untuk pengeringan bahan padat dapat diperkirakan, dengan isotem dapat
ditentukan mekanisme sorpsi air seprtihalnya derajat keterikatan air (degree of bound
water), isoterm ini berbeda-beda tergantung tergantung pada jalannya proses, jika
diperoleh dengan cara pembasahan disebut adsorpsi dan jika dengan pengeringan disebut
desorpsi.

 Teknologi pengeringan dan penyimpanan memegang peranan sangat penting dalam


proses industri khusus industri pertanian, makanan, farmasi, pulp dan kertas,mineral,
polimer dan tekstil. Produk-produk pertanian berbentuk butiran seperti : jagung, padi, kopi
dan lain-lain biasanya dipanen dengan kadar air yang tinggi, teknologi pengeringan

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
36 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
banyak dilakukan dalam rangka proses pengawetan untuk penyimpanan produk-produk
hasil pertanian sebelum proses pengepakan, konsep penting dalam teori pengeringan dan
pembasahan bahan-bahan biologis (khusus bidang pertanian) adalah kandungan air
kesetimbangan (equilibrium moisture content) EMC. Proses pengeringan merupakan
proses yang kompleks dalam penggambaran fenomena-fenomena perpindahan yang
simultan, multifasa dan multidimensi seperti perpindahan massa, energi dan momentum.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
37 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
8. PROBLEM SOLVE 2 :

1. Moist air exists under conditions of 75 oF (23.89 oC) dry-bulb temperature, 55 oF (12.78 oC)
wet-bulb temperature, and atmospheric pressure.
Determine (a) The humidity ratio, (b) Enthalpy, (c) Volume, and (d) relative humidty, using
the psychrometric chart.
Diketahui :
Udara lembab dalam Tbk = 75 oF (23.89 oC) , Tbb = 55 oF (12.78 oC) dan Patm =101325 Pa.
Ditanyakan : (a). , (b). h, (c) v, (d) RH.
Didapat dari gambar Psychrometric adalah :
a) Rasio Kelembaban () ;

==== = 0.0048 kJ/kg uk

b) Enthalpy (h) ;

c) Volume (v) ;

d) Kelembaban Relative (RH) ;

Pada dan

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
38 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
2. Calculate the moist-air properties at the inlet conditions of an in-bin grain dryer (i.e., 50 oC,
15 % RH), Using the thermodynamic equations.
Hitung kelembaban udara pengering jagung pada kondisi masuk T = 50 oC dan
RH = 15 %
Dari gambar Psychrometric didapat :

Secara thermodynamika :

======

=====

Dimana : Rv = 287.09 kg m2/s2 kg K. Dan Ruk = 461.91 kg m2/s2 kg K.

Dimana kelembaban udara :

==== ====== RH = 15 %.

Dari tabel 3.1 H. 32 (Drying Air properties) pada temperatur 50 0C = Pvs = 12.35 kPa.

==== hasil perhitungan dengan tabel terbukti.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
39 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
3. A bin of grain is to be dried with air at a dry-blub temperature of 43.3 oC and an airflow rate
of 28.3 m3 /min. If the ambient air conditions are 29.4 oC dry-bulb and 21.1 oC wet-bulb,
and the average outlet air relative humidity of the air after passing through the grain is 85 %,
determine the a mount of sensible heat required per hour to heat the air. Also, calculate the
amount of moisture removed from the grain per hour.
Diketahui :
3 o o
Tbk = 43.3 oC, m = 28.3 m /min, Tab = 29.4 C, Tbb = 21.1 C dan RH = 85 %

Ditanyakan : Panas puncak yang dibutuhkan per jam untuk memanaskan udara dan
kebutuhan kelembaban udara per jam untuk memanaskan udara.

Dari gambar didapat :

===== Proses pengeringan h2 = h3 = konstan

==== Proses pemanasan 1 = 2 = konstan

Diketahui :

 Jadi kebutuhan panas per jam untuk memanaskan udara adalah 464.4 kilo Joule per jam.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
40 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
4. Air at 20 oC and 80 % RH is cooled with an air chiller to 11 oC wet-bulb temperature at
saturation. If the airflow rate is 1.175 kg/hr, find (a) the moisture removed from the air per
hour; (b) the heat removed to condense the moisture; (c) teh sensible heat removed, and (d)
the total amount of heat removed.
Diketahui : Tudara = 20 oC, RH = 80 % , Tbb = 11 oC, m = 1.175 kg/hr,
Ditanyakan :
a. Penurunan kelembaban udara per jam
b. Penurunan panas laten
c. Penurunan panas sensibel
d. Jumlah total panas yang dibutuhkan.

Didapat dari gambar :

 Penurunan panas laten :

 Penurunan panas sensibel :

 Penurunan panas sensibel :

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
41 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
5. In a crossflow dryer, 142 m3 / min of air from the cooling section aremixed with 227 m 3 /
min of air from the second drying section. The air from the cooling section is at 27 oC and
70 % relative humidity ; the air from the drying section is at 46 oC and 60% relative
humidity. Calculate the (a) enthalpy, (b) absolute humidity, (c) dry-bulb temperature, and (d)
wet-bulb temperature of the air mixture.
Diketahui : muk = 142 m3/min, mub = 227 m3/min , Tuc = 27 oC dan RH = 70 %,
Tuh = 46 oC dan RH = 60 %,
Ditanyakan :

Dari gambar Psychrometric didapat

a) Enthalpy (h) ;

b) Kelembaban mutlak () ;

c) Temperatur (T) ;

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
42 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
6. Air to be used for grain chilling enters a refrigeration evaporator at 32 oC dry-bulb
temperature and 18 oC wet-bulb temperature at a flow rate of 40 m3 / min. The refrigeration
unit removes 11 kW of energy from the air as it passes over the evaporator. Assume
atmospheric pressure at sea level.
Diketahui : Tbk = 32 oC, Tbb = 18 oC, Q = 40 m3/min = 0.667 m3/s, dan P = 11 kW.
Unit pendingin membutuhkan energi 11 kW dari udara ketika melalui evaporaor
Didapat dari gambar :

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
43 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
7. Two airstreams, both at standard atmospheric pressure, are mixed adiabatically. One stream
is at 38 oC dry-blub temperature and has a humidity ratio of 0.01 kg / kg, the other stream is
at 118 oC dry-bulb temperature and has a humidity ratio of 0.08 kg/kg, If the resultant
mixture has a humidity ratio of 0.05 kg/kg, (a) what is the proportion in which the two
streams are mixed ?. (b) what is the temperature of the mixture ?
Diketahui : Tbk = 38 oC dengan 1 = 0.01 kg/kg, dan Tbk = 118 oC dengan
2 = 0.08 kg/kg, Jika rasio kelembaban campuran 3 = 0.05 kg/kg
Ditanyakan :
a) Proporsi kedua aliran campuran == h3 = 200 kJ/kg
b) Temperatur campuran == Tmix = 78 oC

Perbandingan :

===

Atau :

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
44 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Dari Gambar didapat sebagai berikut :

h1 = 63 kJ/kg
h2 = 344 kJ/kg
h3 = 200 kJ/kg
1 = 0.01 kg/kg ud
2 = 0.08 kg/kg ud

V1 = 0.0844 m3/kg
V2 = 1.250 m3/kg

====

Dimana :

=== === P + r = 1 == r = 1 - P

======

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
45 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
8. Ambient air at a dry-bulb temperature of 20 o C and a wet-bulb temperature of 18 oC is
cooled to a wet-bulb temperature of 110C, at saturation by passing it the through a
refrigeration unit. The airflow rate is 17 m 3 / min. Regarding the air as it is cooled, find (a)
the moisture removed per hour, (b) the laten heat removed to condense the moisture, (c) the
sensible heat removed to cool the air, and (d) the total amount of heat removed.

Diketahui : Tbk = 20 oC, Tbb = 18 oC, Tbb = 11 0C dan


m = 17 m3/min x 60 min/hr = 1020 m3/hr.
Ditanyakan :
a) Penurunan kelembaban per jam
b) Penurunan panas laten uap air
c) Penurunan panas sensibel untuk mendinginkan udara
d) Jumlah total panas yang terbuang

Solusi :

===== =====

===== ==

===

 Penurunan panas laten :

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
46 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
 Penurunan panas sensibel :

 Penurunan panas total :

9. A farm shop with a heat loss of 59 kW is heated by air that has a dry-bulb temperature of
54.5 oC and humidity ratio of 0.006 kg water / kg dry air. Air returns to the furnace at 18 oC
without a significant change in humidity ratio. Find (a) the amount of air (kg) the must be
circulated for heating, and (b) the amount of air (m 3 / min ) maesured at the inlet conditions.
Diketahui : Qloss = 59 kW, Tbk = 54.5 oC, RH = 0.006 kg/kg dan Tbb = 18 oC
Ditanyakan :
a) Jumlah udara panas yang disikulasikan
b) Jumlah udara masuk dalam (m3/min) kondisi teratur.

Solusi didapat dari gambar :


h1 = 33 kJ/kg
h2 = 72 kJ/kg

a)

b)

=== v didapat dari gambar 0.93 m3/kg

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
47 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
9. RAKUMAN
Dalam proses pengeringan bahan pangan akan terjadi 2 (dua) fenomena yaitu
(1) panas harus diberikan pada bahan, dan (2) air harus dikeluarkan dari dalam bahan pangan.
Perpindahan panas dalam proses pengeringan dapat terjadi dalam 2 cara yaitu ; (1)
Pengeringan langsung, dimana bahan pangan yang dikeringkan berhubungan langsung
dengan sumber panas, dan (2) Pengeringan tidak langsung , yaitu bahan pangan yang
dikeringkan tidak berhubungan langsung dengan bahan pemanas melainkan melalui
conventer. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan antara lain : (1). Luas
permukaan bahan yang dikeringkan, (2) Suhu ruang pengeringan, (3) Kecepatan aliran udara,
dan (4) Tekanan udara dalam ruang pengeringan.
Bahan pangan terdiri dari bahan kering ditambah sejumlah air. Air yang terkandung di
dalam bahan makanan bisa merupakan bagian seutuhnya dari bahan pangan itu sendiri. Di
dalam bahan pangan terdapat air dalam bentuk (1) Air Bebas, yaitu air yang berada di
permukaan benda padat dan sifatnya mudah diuapkan, (2) Air Terikat, yaitu air yang terikat
secara fisik menurut sistem kapiler atau air absorpsi karena adanya tenaga penyerapan, dan
(3) Air Terikat Secara Kimia, yaitu air yang berada dalam bahan dalam bentuk air kristal dan
air yang terikat dalam sistem dirpersi koloid. Peranan air dalam berbagai produk hasil
pertanian dapat dinyatakan sebagai kadar air (ka) dan aktifitas air (Aw). Sedangkan di udara
(atmosfir) dinyatakan dalam kelembaban relatif (kelengasan nisbi, relative humidity) atau ()
, dan kelembaban relatif (W).

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
48 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
10. DAFTAR PUSTAKA
1. Arun S. Mujumdar, Hand Book of Industrial Drying, Third Edition, CRC Press.
2. Donald B. Brooker, Fred W. Bakker-Arkema and Carl W. Hall, 1992., Drying and
Storage of Grains and Oilseeds, An avi Book, Published Van Reinhold, New York.
3. Wilbert F. Stoecker and Jerold W. Jones, 1982., Refrigeration and Air Conditioning,
second Edition, McGraw-Hill, Inc.
4. Loepold O. Nelwan, 2012., Materi Kuliah Topik Khusus, Departemen Teknik Mesin
dan Biosistem (TMB), Ilmu Keteknikan Pertanian (TEP), Institut Pertanian Bogor.
5. Damawidjaya Biksono, 2012., Tugas-tugas Topik Khusus, Departemen Teknik
Mesin dan Biosistem (TMB), Ilmu Keteknikan Pertanian (TEP), Institut Pertanian
Bogor.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
49 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
11. DIAGRAM PSYCHROMETRIC :

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
50 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
51 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
12. PROMLEM SOLVER PENGERINGAN UNTUK KADAR AIR (bb) dan (bk)
1. Uraikan kondisi air dalam material, yaitu dalam hubungannya dengan berbagai type padatan
higroskopis dan non higroskopis.
2. Selesaikan permasalahan berikut :
a. Produk berkadar air 65 % b.b. dikeringkan menjadi 15 % b.b. Berat awal produk sebelum
dikeringkan adalah 750 kg. Berapakah berat air yang diuapkan
b. Produk seberat 5000 kg. Berkadar air 180 % b.k. dikeringkan sedemikian hingga berat
akhirnya menjadi 500 kg. Berapakah kadar air akhir (dalam % b.k. dan % b.b.) dari
produk tersebut.
c. Produk dikeringkan sedemikian hingga jumlah air yang diuapkan adalah 250 kg. Jika kadar
air akhirnya adalah 10 % b.k. Berpakah berat awal produk dan berapakah kadar air
awalnya (dalam % b.k. dan % b.b.)
d. Uraikan kadar air keseimbangan, sorpsi isotermis serta hubungannya dengan
penyimpanan produk pertanian.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
52 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
SOLUSI :
1. Uraikan kondisi air dalam material, yaitu dalam hubungannya dengan berbagai type padatan
higroskopis dan non higroskopis.

 Bila material basah dikeringkan secara thermal, maka akan terjadi dua proses simultan yang
utama yaitu : Perpindahan panas dari udara pengering ke material untuk penguapan air di
permukaan material, yang selanjutnyat terjadi konduksi panas kedalam butiran, dan
perpindahan internal air dari dalam kepermukaan material (difusi) yang selanjutnya terjadi
penguapan ke udara pengering. Proses perpindahan ini pada kenyataaannya lebih komplek,
perpindahan cairan dalam bahan dapat disebabkan oleh tegangan permukaan (aliran kapiler),
beda konsentrasi air (difusi cairan) dan difusi air di permukaan pori (difusi permukaan).
 Perpindahan uap dapat disebabkan oleh beda konsentrasi air (difusi uap) dan beda temperatur
(difusi termal), perpindahan cairan dan uap ini dapat juga disebabkan oleh beda tekanan total
(aliran hidrodinamika)
 Padatan higroskopis adalah mempunyai air terikat dan biasanya mempunyai tekanan uap air
yang lebih rendah dari pada tekanan jenuh. Seperti tanah liat, kayu dan tekstil keriteria yang
menentukan media pori higroskopis diantaranya :
 Ada ruang pori yang jelas dikenali
 Mempunyai sejumlah besar cairan secara fisik terikat
 Mengalami strinkage
 Penyusutan sering terjadi pada tahap awal pengeringan. Kategori ini lebih diklasifikasikan
menjadi
(c) higroskopis kapiler-pori media (micropores dan pori makro, termasuk media
bidisperse, seperti kayu, tanah liat, dan tekstil) dan
(b) Media yang ketat higroskopis (hanya mikro-pori, seperti gel silika, alumina, dan zeolit).
 Padatan Non higroskopis adalah bahan yang dapat mengeluarkan semua uap air yang
dikandungnya seperti pasir, mineral hancur, kristal nonhigroskopis, partikel polimer dan
beberapa keramik juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 Ada ruang pori jelas dikenali; ruang pori diisi dengan cairan jika dalam media kapiler-pori
benar-benar jenuh dan diisi dengan udara pada saat sedang benar-benar kering.
 Jumlah uap air secara fisik terikat diabaikan, yaitu, bahan yang nonhygroscopic.
 Media tidak menyusut selama pengeringan.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
53 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
2. Selesaikan permasalahan berikut :
a. Produk berkadar air 65 % b.b. dikeringkan menjadi 15 % b.b. Berat awal produk sebelum
dikeringkan adalah 750 kg. Berapakah berat air yang diuapkan,

M b.b.1 M b.b.2
 Diketahui :
Mb.b.1 = 65 % b.b.
m1 m2 Mb.b.2 = 15 % b.b.
M b.b.2 .m1 m1 = 750 [kg]
m2  m2 = ................. ?
M b.b.1

750[kg]x0,15[b.b.2 ]
m2   173,077[kg]
0,65[b.b.1 ]

Jadi berat air yang menguap adalah 173,077 [kg].

b. Produk seberat 5000 kg. Berkadar air 180 % b.k. dikeringkan sedemikian hingga berat
akhirnya menjadi 500 kg. Berapakah kadar air akhir (dalam % b.k. dan % b.b.) dari produk
tersebut.

m1 m2
 Diketahui :
M b.k .1 M b.k .2 Mbk1 = 180 % b.k.
m1 = 5000 [kg]
m2 = 500 [kg]
M b.k .1.m2
M b.k .2 
m1

1,80 x500[kg]
M b.k .2  x100%  18[%b.k ]
5000[kg]

 Jadi kadar air akhir basis kering adalah 18 % b.k.

mw
M 
mw  ms

mw  M (mw  ms )
Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
54 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
mw (1  M )  M .ms

mw M b.k .1

ms (1  M b.k .2 )

1,80[b.k .]
X b.b  x100%  219,5[%b.b]
(1  0,18[b.k ])

 Jadi kadar air basis basah 219,5 % b.b.

c. Produk dikeringkan sedemikian hingga jumlah air yang diuapkan adalah 250 kg. Jika kadar air
akhirnya adalah 10 % b.k. Berpakah berat awal produk dan berapakah kadar air awalnya
(dalam % b.k. dan % b.b.)

m Diketahui :
M b. k .  2 m2 = 250 [kg]
m1 Mb.k. = 10 [ % b.k.]

m2 250[kg]
m1    2500[kg]
M b. k . 0,1

m1 m2

M b.b M b.k

m1 xM b.k
M b.b. 
m2
2500[kg]x0,1
M b.b.  x100%  100[%b.b.]
250[kg]

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
55 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
d. Uraikan kadar air keseimbangan, sorpsi isotermis serta hubungannya dengan penyimpanan
produk pertanian.
 Kadar air keseimbangan adalah proses proses penguapan air dari permukaan bahan ke udara
memerlukan panas, yaitu panas penguapan yang menukarkan sejumlah air menjadi uap pada
suhu dan tekanan tertentu, udara yang mengandung uap air harus dialirkan keluar untuk
dipindahkan ke tempat lain, dalam keadaan setimbang hanya dua proses yang terlihat, panas
diperlukan oleh uap air untuk menjadi uap dan akibatnya udara disejukan ketika proses
penguapan berlangsung.
 Sorpsi isotermis : Diukur secara eksperimental dalam kondisi isotermal digunakan untuk
menggambarkan sifat higroskopis dari produk. Grafik adalah con-structed di mana kelembaban
yang terikat oleh resapan per satuan berat diplot terhadap kelembaban relatif, dan sebaliknya.
Isoterm tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.6 dan Gambar 1.7. Dari Gambar 1.7 terlihat
bahwa saringan molekul sangat higroskopis tetapi polyvinyl chloride (PVC) bubuk sedikit
higroskopis. Kentang dan susu higroskopisitas pameran menengah.

GAMBAR 1,6 Isoterm kelembaban Khas kesetimbangan pada suhu kamar untuk zat yang
dipilih: (1) serat asbes, (2) PVC (50 ° C), (3) arang kayu, (4) goni Kraft kertas,
(5), (6) gandum , (7) kentang.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
56 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
GAMBAR 1.7 Bentuk isoterm sorpsi dari bahan dari berbagai higroskopisitas.

 Hubungannya dengan produk penyimpanan pertanian adalah sebagai berikut : Pada sorpsi
isotermis produk pertanian ditetapkan mulai sebagian produk kering. Kelembaban awal dari
udara dimana produk berada dalam kesetimbangan harus dibawa ke nilai yang sangat rendah
baik menggunakan asam sulfat pekat atau pentoksida fosfor, sehingga kadar air produk awal
mendekati nol. Produk pertaniaan kemudian terkena kelembaban berturut-turut lebih besar
dalam suasana termostatik yang dikendalikan. Waktu yang cukup harus diperbolehkan untuk
keseimbangan antara udara dan padat yang harus dicapai untuk produksi bahan pertanian
dengan iris tipis,
Hal ini sangat penting untuk bahan makanan yang selalu ada bahaya pembusukan. Ada
masalah berat terkait dengan pemeliharaan kelembaban konstan dan suhu. Masalah-masalah
ini dapat diatasi dengan menggunakan asam sulfat-air campuran dan larutan garam jenuh
untuk mendapatkan kelembaban relatif berbeda Gambar 1.13 menggambarkan isoterm
serapan dari berbagai produk makanan.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
57 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.
GAMBAR 1,13 Rentang berbagai makanan Sorpsi Isotermis pada suhu kamar.

Modul 1 Materi Kuliah : “Teknik Pengeringan” @ by. Dr. Damawidjaya Biksono,Ir., MT.
58 Jurusan Teknik Mesin – Fakultas Teknik UNJANI 2016.

Anda mungkin juga menyukai