Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema
merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli memanfaatkan
kata ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada
kulit. Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk
dermatitis atopik 0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik
2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari penduduk.
Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan
kulit yang mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa
terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan
kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopik atau
dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak
terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa masalah,
eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit
pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang
tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan
pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda
kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada
wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan
kemerahan muncul di daerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau
keropeng. Pada orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna
merah muda lalu berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada orang
dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga
daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.

B. RUMUSAN MASALAH

1
1. Apa itu penyakit dermatitis, klasifikasi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang dan diagnostik,
penatalaksanaan medis dan keperawatan, serta komplikasi dermatitis?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dermatitis kontak?

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu memahami definisi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang dan
diagnostik, penatalaksanaan medis dan keperawatan, serta komplikasi
dermatitis.
2. Mahasiswa mampu melakukan askep kepada klien dermatitis kontak.

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. DEFINISI
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis )
sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
( eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal ( Djuanda,
Adhi, 2007 ).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit )
yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik
( Brunner dan Suddart 2000 ). Jadi dermatitis adalah peradangan kulit
yang ditandai oleh rasa gatal.

B. KLASIFIKASI
1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik
terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :
a. Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
b. Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No. Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik
1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4. Lesi Batas lebih jelas Batas tidak begitu jelas
Eritema sangat jelas Eritema minus jelas
5. Uji Tempel Sesudah ditempel 24 jam,Bila sesudah 24 jam bahan
bila iritan di angkat reaksiallergen di angkat, reaksi
akan segera menetap atau meluas
berhenti.
2. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-
anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum
dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa
papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
tempatnya dilipatan atau fleksural.
3. Dermatitis numularis

3
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi
berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi
ekstensor ekstremitas.
4. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor
konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan
aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis
mata dan di belakang telinga.

C. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri
dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.
Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. ( Arief
Mansjoer.1998.”Kapita selekta” )
Penyebab dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
1. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen,
asam, basa), fisik (sinar matahari, suhu), mikroorganisme
(mikroorganisme, jamur).
2. Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik.

D. PATOFISIOLOGI

4
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda
radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan,
edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan
fungsi kulit dan genitalia eksterna.
1. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau
bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
2. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat
mengering menjadi kusta.
3. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi,
papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit
stadium kronis.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIC


1. Pemeriksaan penunjang :
a. Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi

5
2. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein
total, albumin, globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
1. Terapi sitemik à Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau
kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS –
A dan pada masalah berat dipertimbangkan pemberian
kortikosteroid.
2. Terapi topical à Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut
cukup diberi bedak kocok bila kronik diberi saleb.
3. Diet à Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging,
susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain
Manajemem keperawatan pada pasien dermatitis seboroik
1. Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor
pemicu yang menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik
ulangan, dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area
yang gatal.
2. Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan
selalu menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan
supaya tetap kering.
3. Instruksikan untuk memanfaatkan shampoo dan menghindari
kebiasaan yang buruk
4. Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang
sangat kronik dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.
5. Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari
dermatitis.

H. KOMPLIKASI
1. Infeksi saluran nafas atas
2. Bronkitis
3. Infeksi kulit

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DERMATITIS


1. Pengkajian Identitas Klien

6
Nama :
MR :
Masuk ke RS :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :

2. Pengkajian Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan dahulu
b. Riwayat kesehatan keluarga
c. Riwayat kesehatan sekarang
3. Pemerikasaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang :
1) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio
asetilkolin 1/5000).
2) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
b. Laboratorium
1) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit,
protein total, albumin, globulin
2) Urin : pemerikasaan histopatologi

4. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi
barier kulit
Sasaran : pemeliharaan integritas kulit
Hasil yang diharapkan :
1) Mempertahankan integritas kulit
2) Tidak ada laserasi
3) Tidak ada tanda – tanda cedera termal
4) Tidak ada infeksi
5) Memberikan obat topical yang diprogramkan
6) Memanfaatkan obat yang diresepkan sesuai jadwal.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri: 1) Mengetahui kondisi kulit untuk

1) Pantau keadaan kulit pasien dilakukan pilihan intervensi yang

7
2) Jaga dengan cermat terhadap
resiko terjadinya cedera termal
akibat penggunaan kompres tepat
hangat dengan suhu yang terlalu
2) Penderita dermatosis dapat
tinggi dan akibat cidera panas
mengalami penurunan sensitivitas
yang tidak terasa (bantalan
terhadap panas.
pemanasan, radiator )
3) Banyak masalah kosmetika pada
HE:
hakekatnya semua kelainan
1) Anjurkan pasien untuk malignitas kulit dapat dikaitkan
memanfaatkan kosmetik dan dengan kerusakan kulit kronik.
preparat tabir surya.
4) Penggunaan anti histamine dapat
kolaborasi mengurangi respon gatal serta
1) Kolaborasi dengan dokter dalam mempercepat proses pemulihan
pemberian obat anti histamine
dan salep kulit

b. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit


Sasaran : peredaan ketidaknyamanan
Hasil yang diharapkan :
1) Mencapai peredaan gangguan rasa
2) Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda
3) Memperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena
garukan
4) Mematuhi terapi yang diprogramkan
5) Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
6) Menunjukkan kulit utuh ; kulit menunjukkan, kemajuan dalam
penampilan yang sehat.

8
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri: 1) Pemahaman tentang luas dan

1) Periksa daerah yang terlibat karakteristik kulit meliputi bantuan


2) Upaya untuk menemukan dalam menyusun rencana intervensi.
penyebab gangguan rasa
2) Membantu mengidentifikasi
nyaman
3) Mencatat hasil – hasil observasi tindakan yang tepat untuk
secara rinci dengan memakai memberikan kenyamanan.
terminology deskriptif
4) Mengantisipasi reaksi alergi 3) Deskripsi yang akurat tentang

yang mungkin terjadi ; erupsi kulit diperlukan untuk

mendapatkan riwayat diagnosisi dan pengobatan. Banyak

penggunaan obat. kondisi kulit tampak serupa tetapi


mempunyai etiologi yang berbeda.
5) Kendalikan factor – factor iritan
Respons inflamasi kutan mungkin
6) Pertahankan kelembaban kira – mati pada pasien lansia.
kira 60 % ; gunakan alat
4) Ruam menyeluruh terutama
pelembab.
dengan aeitan yang mendadak dapat
7) Pertahankan lingkungan dingin mennjukkan reaksi alergi terhadap
obat.
8) Gunakan sabun ringan (Dove)
atau sabun yang dibuat untuk 5) Rasa gatal diperburuk oleh
kulit sensitive (Neutrogena, panas, kimia, dan fisik.
Avveno).
Dengan kelembaban yang rendah, kulit
9) Lepaskan kelebihan pakaian akan kehilangan air.
atau peralatan di tempat tidur.
1) Kesejukan mengurangi gatal
10) Cuci linen tempat tidur dan 2) Upaya ini mencakup tidak
pakaian dengan sabun ringan adanya larutan detegen, zat pewarna
atau bahan pengeras.
11) Hentikan pemajanan berulang
terhadap detergen, pembersih, 3) Meningkatkan lingkungan yang
dan pelarut.

9
12) Gunakan tindakan perawatan sejuk
kulit untuk mempertahankan
4) Sabun yang keras dapat
integritas kulit dan
menimbulkan iritasi kulit.
meningkatkan kenyamanan
pasien. 5) Setiap substansi yang
mneghilangkan air, lipid atau
13) Lakukan kompres penyejuk
protein dari epidermis akan
dengan air suam – suam kuku
mengubah fungsi barier kulit.
ataukompres dingin guna
6) Kulit merupakan barier yang
14) Meredakan rasa gatal.
penting yang wajib dipertahankan
15) Atasi kekeringan (serosis) keutuhannya agar dapat berfungsi
sebagaimana dipreskripsikan. dengan benar.

Kolaborasi: 7) Penghisapan air yang bertahap


dari kasa kompres akan
1) Oleskan lotion dan krim kulit
menyejukkan kulit dan meredakan
segera setelah mandi
pruritus.
2) Gunakan terapi topical seperti
yang dipreskripsikan. Kulit yang kering dapat menimbulkan
3) Anjurkan pasien untuk daerah dermatitis dengan kemerahan,
menghindari penggunaan salep gatal, deskuamasi dan pada bentuk yang
ayau lotion yang dibeli tanpa lebih berat, pembengkakan,
resep dokter. pembentukan lepuh, keretakan dan
eksudat.
4) Jaga agar kuku selalu
terpangkas. a) Hidrasi yang efektif pada
stratum korneum mencegah
gangguan lapisan barier pada kulit.
b) Tindakan ini membantu
meredakan gejala

c) Masalah pasien dapat


dikarenakan oleh iritasi atau

10
sensitisasi karena pengobatan
sendiri.

d) Pemotongan kuku akan


mengurangi kerusakan kulit karena
garukan.

c. Perubahan pola tidur berhubungan dengan pruritus


Sasaran : Pencapaian tidur yang nyenyak.
Hasil yang diharapkan :
1) Mencapai tidur yang nyenyak
2) Melaporkan peredaan rasa gatal
3) Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
4) Menghindari konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang
tidur pada malam hari.
5) Mengenali tindakan untuk mneingkatkan tidur.
6) Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri : 1) Gerak badan memberikan efek yang

1) Bantu pasien melakukan gerak menguntungkan untuk tidur jika

badan secara teratur dilaksanakan pada sore hari.


2) Jaga kamar tidur agar tetap
2) Udara yang kering membuat kulit
memiliki ventilasi dan
terasa gatal. Lingkungan yang
kelembaban yang baik.
nyaman meningkatkan relaksasi.
Kolaborasi:
3) Pruritus noeturnal mengganggu
a) Cegah dan obati kulit yang
tidur yang normal.
kering

HE: 4) Tindakan ini mencegah kehilangan


air. Kulit yang kering dan gatal
1) Anjurkan kepada klien menjaga
biasanya tidak dapat disembuhkan
kulit selalu lembab
2) Anjurkan klien Menghindari tetapi bisa dikendalikan.
minuman yang mengandung
5) Kafein memiliki efek puncak 2 – 4
kafein menjelang tidur di malam

11
jam sesudah dikonsumsi
hari.
3) Anjurkan klien Mengerjakan hal
6) Tindakan ini memudahkan peralihan
– hal yang ritual dan rutin
dari keadaan terjaga menjadi
menjelang tidur.
keadaan tertidur.

d. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang


tidak baik.
Sasaran : Pengembangan peningkatan penerimaan diri.
Hasil yang diharapkan :
1) Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima
keadaan diri.
2) Mengikuti dan turut berpatisipasi dalam tindakan perawatan –
mandiri.
3) Melaporkan perasaan dalam penegndalian situasi.
4) Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5) Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
6) Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.memanfaatkan
teknik menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik
untuk meningkatkan penampilan.

12
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri: 1) Gangguan citra diri akan menyertai
setiap penyakit atau keadaan yang
1) Kaji adanya gangguan pada citra
tampak nyata bagi pasien. Kesan
diri pasien ( menghindari kontak
sesorang terhadap dirinya sendiri
mata, ucapan yang merendahkan
akan berpengaruh pada konsep diri.
diri sendiri, ekpresi keadaan
muak terhadap kondisi 2) Terhadap hubungan antara stadium
kulitnya ). perkembangan, citra diri dan reaksi
2) Identifikasi stadium psikososial
serta pemahaman pasien terhadap
tahap perkembangan.
3) Berikan kesempatan untuk kondisi kulitnya.

pengungkapan. Dengarkan 3) Pasien membutuhkan pengalaman


( dengan cara yang terbuka, yang wajib didengarkan dan
tidak menghakimi ) untuk dipahami.
mengekspresikan berduka /
ansietas tentang perubahan citra 4) Tindakan ini memberikan

tubuh. kesempatan pada petugas kesehatan


4) Nilai rasa keprihatinan dan untuk menetralkan kecemasan yang
ketakutan pasien. Bantu pasien tidak perlu terjadi dan memulihkan
yang cemas dalam realitas situasi. Ketakutan
mengembangkan kemampuan merupakan unsure yang merusak
untuk menilai diri dan mengenali adaptasi pasien.
serta mengatasi masalah.
5) dorong sosialisasi dengan orang 5) Meningkatkan penerimaan diri dan
lain sosialisasi.

e. Minus pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara


menangani kelainan kulit.
Sasaran : Pemahaman terhadap perawatan kulit
Hasil yang diharapkan :
1) Memiliki pemahaman terhadap perawatan diri
2) Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat
mengungkapkan rasional tindakan yang dilakukan.

13
3) Menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah sesuai yang
diprogramkan.
4) Gunakan obat topical dengan tepat
5) Memahami pentingnya nutrisi unutk kesehatan kulit.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
1) Memberikan data dasar untuk
1) Tentukan apakah pasien
mengembangkan rencana
mnegetahui ( memahami dan
penyuluhan.
salah mengerti ) tentang kondisi 2) Pasien wajib memiliki perasaan
dirinya. bahwa ada sesuatu yang dapat
2) Jaga agar pasien mendapatkan mereka perbuat. Kebanyakan pasien
informasi yang benar ; merasakan manfaatnya.
3) Memungkinkan pasien memperoleh
memperbaiki kesalahan konsepsi
kesempatan untuk menunjukkan
/ informasi
cara yang tepat unutk melakukan
3) Peragakan penerapan terapi terapi.
yang diprogramkan ( kompres 4) Stratum korneum memerlukan air

basah ; obat topical ) agar fleksibilitas kulit tetap terjaga.


Pengolesan krim atau lotion untuk
4) Berikan nasihat kepada pasien melembabkan kulit akan memcegah
untuk menjaga agar kulit tetap agar kulit tidak menjadi kering,
lembab dan fleksibel dengan kasar, retak, dan bersisik.
tindakan hidrasi dan pengolesan 5) Penampakan kulit mencerminkan
krim serta lotion kulit kesehatan umum seseorang.
Perubahan pada kulit dapat
5) Dorong pasien untuk menandakan status nutrisi yang
mendapatkan status nutrisi yang abnormal.
sehat.

f. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah


pada kulit
Sasaran : tidak adanya komplikasi
Hasil yang diharapkan :
1) Tetap bebas dari infeksi

14
2) Mengungkapakn tindakan perawatan kulit yang mneingktakan
kebersihan dan mencegah kerusakan.
3) Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan
4) Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang wajib
dilaporkan ke petugas perawatan kesehatan
5) Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( mis :
penggantian balutan, mandi )

INTERVENSI RASIONAL
1) Setiap keadaan yang mneggangu
1) Miliki indeksi kecurigaan status imun akan memperbesar resiko
yang tinggi terhadap suatu terjadinya infeksi kulit.
infeksi pada pasien yang 2) Pendidikan pasien yang efektif
system kekebalannya bergantung pada ketrampilan –

teganggu. ketrampilan interpersonal


2) Berikan petunjuk yagn jelas professional kesehatan dan pada
dan rinci kepada pasien pemberian instruksi yang jelas yang
mengenai program terapi diperkuat dengan instruksi tertulis.
3) Laksanakan penggunaan 3) Kompres basah akan menghasilkan
kompres basah seperti yang pendinginan lewat pengisatan yang
diprogramkan untuk menimbulkan vasokontriksi
mengurangi intensitas pembuluh drah kulit dan dengan
inflamasi demikian mengurangi eritema serta
produksi serum.

15
16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis )
sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
( eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal. Klasifikasi
dermatitis adalah dermatitis kontak, dermatitis atopik, dermatitis
numularis dan demertitis soboik. Penyebab dermatitis belum diketahui
secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen
misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa
menyebabkan dermatitis. Manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-
tanda radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ),
gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna. Pemeriksaan penunjang dan
lab dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa medis maupun keperawatan,
komlikasi yang mungkin muncul pada penatalaksaan medis dan
keperawatan adalah infeksi.
Askep yang dapat dilakukan mencakup beberapa diagnosa yaitu
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi
barier kulit, nyeri dan gatal yang berhubungan dengan lesi kulit,
perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus, perubahan citra
tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik,
minus pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani
kelainan kulit, resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak
merah pada kulit.

17
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth’s. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing.


Penerbit : LWW, Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Penerbit : EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Penerbit: EGC, Jakarta
Djuanda, Adhi. 2005i Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai
Penerbit FK UI, Jakarta.
Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3.
Penerbit : Media Aesculapius FK UI, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai