Bab Iv
Bab Iv
A. HASIL
Responden yang diteliti adalah ibu hamil yang mengikuti kls ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Sidomulyo dan Wilayah kerja Puskesmas Basuki
Rahmat yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel
sebanyak 46 orang dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yang diberi perlakuan dengan
Tabel 1.
Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian pada Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol di Awal Penelitian
berdasarkan usia ibu, umur kehamilan dan parietas antara kelompok perlakuan dan
kontrol (p > 0,05) atau kedua kelompok homogen. Penelitian ini dilaksanakan pada kls
ibu hamil dengan usia kehamilan Trisemester I,II dan III, usia kehamilan pada kedua
kelompok sama yaitu 2 bulan dan 7 bulan, sedangkan untuk usia ibu paling tua pada
kelompok perlakuan adalah 39 tahun dan pada kelompok kontrol adalah 41 tahun.
Terdapatnya homogenitas variabel usia ibu dan umur kehamilan pada kedua kelompok
maka variabel usia ibu dan umur kehamilan bukan lagi sebagai variabel perancu.
Sedangkan untuk parietas jumlah anak minimum 1 dan maksimum 4 pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol jumlah anak minimum 1 dan maksimum 5. Rerata
parietas pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sama yaitu 2 orang. Hasil uji
statistik menunjukkan nilai p = 0,224 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna secara statistik pada kedua kelompok atau kedua kelompok homogen.
Terdapatnya homogenitas kedua kelompok maka variabel tingkat pendidikan ibu bukan
2. Diskripsi Pengetahuan, kadar HB, kepatuhan konsumsi tablet Fe, Asupan zat gizi
makro dan asupan Fe Sebelum dan Sesudah Perlakuan
diberi perlakuan adalah 47,7 standar deviasi 18,17, nilai pengetahuan terendah 14
dan tertinggi 86. Sedangkan kelompok kontrol rata-rata tingkat pengetahuan 35,0
standar deviasi 14,49 nilai terendah 14 dan tertinggi 73. Rata-rata kadar HB
responden yang diberi perlakuan adalah 11,4 standar deviasi 1,10, kadar Hb
terendah 9,2 dan tertinggi 13,4. Kadar HB responden kelompok kontrol 12,0
dengan standar deviasi 1,37 dengan kadar Hb terendah 9,7 dan tertinggi 14,4.
Tabel 3 Deskripsi Protein, Zat Besi dan Vitamin C Sebelum perlakuan pada
masing-masing kelompok
Kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol
Sebelum Perlakuan Sebelum Perlakuan
Min Max Mean+ SD Min Max Mean+ SD
Protein 21 116 55,2+ 24,3 14 73 35,0 + 14,49
Zat Besi 10 67 26,1+ 15,1 9,7 14,4 12,0+ 1,37
Vitamin C 12 299 78,8+ 61,3 28 142 62,0+ 34,7
e = Independent t - test
Tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata asupan protein responden yang diberi
perlakuan adalah 55,2 standar deviasi 24,3, asupan protein terendah 21 dan
tertinggi 116. Sedangkan kelompok kontrol rata-rata asupan 35,0 standar deviasi
14,49 nilai terendah 14 dan tertinggi 73. Rata-rata asupan zat besi responden yang
diberi perlakuan adalah 26,1 standar deviasi 15,1, asupan zat besi terendah 10 dan
tertinggi 67. Asupan zat besi responden kelompok kontrol 35,0 dengan standar
deviasi 14,49 dengan asupan zat besi terendah 9,7 dan tertinggi 14,4. Sedangkan
rata-rata asupan Vitamin C responden yang diberi perlakuan adalah 78,8 standar
deviasi 61,3, asupan vitamin C terendah 12 dan tertinggi 299. Asupan vitamin C
responden kelompok kontrol 62,0 dengan standar deviasi 34,7 dengan asupan
diberi perlakuan adalah 69,7 standar deviasi 21,4, nilai pengetahuan terendah 27
dan tertinggi 100. Sedangkan kelompok kontrol rata-rata tingkat pengetahuan 40,1
standar deviasi 17,49 nilai terendah 18 dan tertinggi 79. Rata-rata kadar HB
responden yang diberi perlakuan adalah 12,7 standar deviasi 0,96, kadar Hb
terendah 9,6 dan tertinggi 14,0. Kadar HB responden kelompok kontrol 10,6
dengan standar deviasi 14,4 dengan kadar Hb terendah 10,6 dan tertinggi 14,4.
Tabel 5 Deskripsi Asupan Protein, Energi dan Asupan Zat besi (Fe) Sesudah
perlakuan pada masing-masing kelompok
Kelompok
Asupan Perlakuan Kontrol
Responden Sesudah Perlakuan Sesudah Perlakuan
Min Max Mean+ SD Min Max Mean+ SD
kontrol mempunyai sekor yang berbeda, lebih tinggi pada kelompok perlakuan
post-test yaitu 72,1 dengan standar deviasi 33,6 sedangkan sekor asupan protein
kelompok kontrol post-testnya 59,7 dengan standar deviasi 24,7. Asupan zat besi
responden post-test kelompok perlakuan yaitu 37,0 dengan standar deviasi 19,0,
sedangkan kelompok kontrol post-test 32,0 dengan standar deviasi 16,5. Untuk
asupan vitamin C pada kelompok perlakuan yaitu post-test 116,7 dengan standar
deviasi 76,8, kelompok kontrol asupan vitamin C post-test yaitu 87,7 dengan
konsumsi tablet Fe responden pada kelompok kontrol rata-rata 51,3 dengan standar
deviasi 14,00 jumlah yang dikonsumsi minimum 20 butir dan maksimu 76 butir.
3. Perbedaan Pengetahuan, kadar HB, konsumsi tablet Fe, Asupan zat gizi Sebelum
dan Sesudah Perlakuan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 7 Perbedaan Pengetahuan dan Kadar HB Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol
Sebelum Sesudah P Sebelum Sesudah P
perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan
Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata
Pengetahua 47,7+ 18,17 69,7+ 21,4 0,001c 35,0 + 14,49 40,1 + 17,49 0,090c
n
Kadar HB 11,4+ 1,10 12,7+ 0,96 0,001d 12,0+ 1,37 12,6+ 1,11 0,025c
ket: a = Rata-rata + Standar Deviasi b = Median + Standar Deviasi
c = Paired t test d = Wilcoxon Signed Ranks test
adalah 47,7 dengan standar deviasi 18,17, pada pengukuran sesudah perlakuan
didapatkan rata-rata pengetahuan responden adalah 69,7 dengan standar deviasi 21,4,
sedangkan rata-rata kadar HB responden pada kelompok perlakuan adalah 11,4 dengan
tablet Fe (p=0,001) didapatkan nilai p<0,05, maka dapat disimpulkan ada perbedaan
yang signifikan pengetahuan, kadar HB responden sebelum dan sesuda perlakuan pada
kelompok perlakuan.
35,0 dengan standar deviasi 14,4, pada pengukuran post-test didapatkan rata-rata
pengetahuan responden adalah 40,1 dengan standar deviasi 17,49. Kadar HB responden
kelompok kontrol menunjukkan rata-rata pre-test adalah 12,0 dengan standar deviasi
1,37, pada pengukuran post-test didapatkan rata-rata kadar HB responden adalah 12,6
p<0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-
b. Asupan Protein, Zat besi (Fe) dan Vitamin C Sebelum dan Sesudah Pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Perbedaan Asupan zat Gizi Makro, Energi dan Fe pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 8 Perbedaan Asupan Protein, Zat besi (Fe), Vitamin C Sebelum dan Sesudah
Pelatihan pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Kelompok
Asupan Perlakuan Kontrol
Sebelum Sesudah P Sebelum Sesudah P
perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan
Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata
Protein 55,2+ 24,3 72,1a+ 33,6 0,001 35,0 + 14,49 59,7a + 24,7 0,951
Zat Besi 26,1+ 15,1 37,0b+ 19,0 0.000 12,0+ 1,37 32,0b + 16,5 0,689
Vitamin C 78,8+ 61,3 116,7a +76,8 0,000 62,0+ 34,7 87,7 a+ 58,7 0,481
ket: a = Rata-rata + Standar Deviasi b = Median + Standar Deviasi
c = Paired t test d = Wilcoxon Signed Ranks test
perlakuan adalah 55,2 dengan standar deviasi 24,3, sesudah perlakuan didapatkan rata-
rata asupan protein responden yaitu 72,1 dengan standar deviasi 33,6. Sedangkan rata-
rata asupan zat besi responden sebelum perlakuan adalah 26,1 dengan standar deviasi
15,1, sesudah perlakuan didapatkan rata-rata asupan zat besi responden adalah 37,0
dengan standar deviasi 19,0. Begitu juga rata-rata asupan vitamin C responden sebelum
perlakuan adalah 78,8 dengan standar deviasi 61,3, sesudah perlakuan didapatkan rata-
rata asupan vitamin C responden yaitu 116,7 dengan standar deviasi 76,8
Hasil uji statistik kelompok perlakuan asupan protein (p=0,001), zat besi
(p=0,000) dan vitamin C (p=0,000) didapatkan nilai p<0,05, maka dapat disimpulkan
ada perbedaan yang signifikan asupan protein, zat besi dan vitamin C sebelum dan
Hasil rata-rata asupan protein responden pre-test pada kelompok kontrol adalah
35,0 dengan standar deviasi 14,49, pada pengukuran post-test didapatkan rata-rata
asupan protein adalah 59,7 dengan standar deviasi 24,7. Zat besi responden kelompok
kontrol menunjukkan rata-rata pre-test adalah 12,0 dengan standar deviasi 1,37, pada
pengukuran post-test didapatkan rata-rata zat besi adalah 32,0 dengan standar deviasi
16,5. asupan vitamin C responden pre-test pada kelompok kontrol adalah 62,0 dengan
standar deviasi 34,7, pada pengukuran post-test didapatkan rata-rata asupan vitamin C
Hasil uji statistik kelompok perlakuan asupan protein (p=0,951), zat besi
(p=0,689) dan vitamin C (p=0,481) didapatkan nilai p>0,05, maka dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan yang signifikan asupan protein, zat besi dan vitamin C sebelum
adalah 49,8 dengan standar deviasi 14,04, sedagkan kelompok kontrol rata-rata
konsumsi tablet Fe yaitu 51,3 dengan standar deviasi 14,00. Hasil uji statistik kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan mengkonsumsi
tablet Fe.
4. Retensi Pengetahuan, Kadar HB, Asupan protein, Zat besi dan Vitamin C Bulan
Pertama dan Kedua Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Pengukuran tingkat pengetahuan, kadar HB, asupan protein, zat besi dan vitamin
C post-test bulan pertama dan bulan kedua pada kelompok perlakuan dan kelompok
Tabel 10 Perbedaan Skor Pengetahuan, Kadar HB dan Asupan Protein, Zat Besi dan
Vitamin C Bulan Pertama dan bulan kedua Sesudah Pelatihan pada Kedua
Kelompok
Kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol
Bulan Bulan Kedua P Bulan Bulan P
Pertama Pertama Kedua
Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata
Pengetahua 69,7+ 21,4 82,7 + 12,3 0,002 40,1 + 17,49 67,8 + 20,5 0,000
n
Kadar HB 11,4+ 1,10 12,7+ 0,96 0,001 12,0+ 1,37 12,6+ 1,11 0,025
Protein 72,1a+ 33,6 74,3 + 21,7 0,801 59,7a + 24,7 59,0 + 21,9 0,895
Zat Besi 37,0b+ 19,0 51,6 + 24,4 0,005 32,0b + 16,5 37,5 + 20,6 0,986
Vitamin C 116,7a+76,8 157 + 137 0,049 87,7 a+ 58,7 82,4 + 45,8 0,027
deviasi 21,4, dua bulan kemudian diukur pengetahuan responden adalah 82,7 dengan
standar deviasi 12,3. Sedangkan kadar HB post-test bulan pertama adalah 11,4 dengan
standar deviasi 1,10, dua bulan kemudian diukur kadar HB responden adalah 12,7
dengan standar deviasi 0,96. Begitu juga untuk asupan protein rata-rata post-test bulan
pertama adalah 72,1 dengan standar deviasi 33,6, dua bulan kemudian diukur asupan
protein responden adalah 74,3 dengan standar deviasi 21,7. Pengukuran post-test bulan
pertama zat besi didapatkan rata-rata adalah 37,0 dengan standar deviasi 19,0, dua bulan
kemudian diukur zat besi responden adalah 51,6 dengan standar deviasi 24,4.
Pengukuran post-test bulan pertama vitamin C didapatkan rata-rata adalah 116,7
dengan standar deviasi 76,8, dua bulan kemudian diukur zat besi responden adalah
Hasil uji beda pengetahuan (p=0,002), kadar HB (p=0,001) dan Asupan zat besi
(p=0,05) dan vitamin C (0,049) didapatkan nilai p<0,05, maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan antara post-test sesudah perlakuan dan post-test bulan
kedua pada kelompok perlakuan. Sedangan asupan protein tidak ada perbedaan yang
signifikan antara post-test sesudah perlakuan dan post-test bulan kedua pada kelompok
perlakuan.
responden post-test bulan pertama didapatkan adalah 40,1 dengan standar deviasi
17,49, dua bulan kemudian diukur pengetahuan responden adalah 67,8 dengan standar
deviasi 20,5. Sedangkan kadar HB post-test bulan pertama adalah 12,0 dengan standar
deviasi 1,37, dua bulan kemudian diukur kadar HB responden adalah 12,7 dengan
standar deviasi 1,11. Begitu juga untuk asupan protein rata-rata post-test bulan pertama
adalah 59,0 dengan standar deviasi 24,7, dua bulan kemudian diukur asupan protein
responden adalah 74,3 dengan standar deviasi 21,9. Pengukuran post-test bulan
pertama zat besi didapatkan rata-rata adalah 32,0 dengan standar deviasi 16,5, dua bulan
kemudian diukur zat besi responden adalah 37,5 dengan standar deviasi 20,6.
Pengukuran post-test bulan pertama vitamin C didapatkan rata-rata adalah 87,7 dengan
standar deviasi 58,7, dua bulan kemudian diukur zat besi responden adalah 82,4
Hasil uji beda pengetahuan (p=0,002) ada perbedaan yang signifikan antara post-
test sesudah perlakuan dan post-test bulan kedua. Untuk kadar HB (p=0,025), protein
(0,895), asupan zat besi (p=0,986) dan vitamin C (0,027) didapatkan nilai p>0,05, maka
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara post-test sesudah
5. Perubahan Skor (Pengetahuan, Kadar HB, Konsumsi tablet Fe, Asupan Zat Gizi
Makro, Energi dan Asupan Zat Besi) pada Kedua Kelompok
Tabel 4.11 Perubahan Skor Pengetahuan, Kadar HB, Konsumsi tablet Fe, Asupan Zat
Gizi Makro, Enenrgi dan Asupan Zat Besi (Fe) Responden Antara
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
nilai pengetahuan adalah 21,5 dengan standar deviasi 3,828, sedangkan untuk
kelompok kontrol nilai median perubahan skor pengetahuan 6,00 dengan standar
deviasi 14,63. Begitu juga untuk hasil kadar HB responden pada kelompok perlakuan
yaitu 1,33 dengan standar deviasi 1,11, kelompok kontrol peningkatan nilai kadar HB
adalah 0,64 dengan standar deviasi 1,12. Sedangkan untuk asupan protein kelompok
perlakuan menunjukkan adalah 11,20 dengan standar deviasi 16,67, untuk kelompok
kontrol nilai median perubahan skor asupan protein 7,50, dengan standar deviasi 34,97.
Sedangkan untuk asupan zat besi kelompok perlakuan menunjukkan adalah 12,10
dengan standar deviasi 15,44, untuk kelompok kontrol nilai perubahan skor asupan zat
besi 0,73, dengan standar deviasi 7,10. Sedangkan untuk asupan vitamin C kelompok
perlakuan menunjukkan adalah 40,70 dengan standar deviasi 59,88, untuk kelompok
kontrol nilai perubahan skor asupan vitamin C 0,73, dengan standar deviasi 53,95.
Hasil uji beda pengetahua (p=0,021), kadar HB (p=0,045), asupan zat besi
(0,005) dan asupan vitamin C (0,003), maka dapat disimpulkan ada perubahan skor
yang signifikan pengetahaun, kadar HB, asupan zat besi dan asupan vitamin C antara
Kesimpulan yang bisa diambil meskipun terjadi perbedaan yang sangat bermakan
pengetahuan, kadar HB, asupan zat besi dan asupan vitamin C pada kedua kelompok
sebelum dan sesudah perlakuan, akan tetapi perubahan yang terjadi pada kelompok
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
pelatihan dengan menggunakan modul dan 23 responden tidak mendapat pelatihan tapi
hanya diberi modul, responden yang menjadi sampel penelitian ini berasal dari kelas
ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo dan Puskesmas Basuki
rahmat Kota Bengkulu. Pelatihan di kelas ibu hamil ini merupakan sarana untuk belajar
bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai asupan gizi
pada saat kehamilan.(Depkes RI, 2009. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil,
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta) Hasil uji satistik menunjukan
tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
karakteristik responden.
Menurut Depkes RI (2009) kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan
antara 20 minggu s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-
ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan
anak (KIA) secara menyeluruh dan sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan
berkesinambungan.
Pengetahuan ibu hamil merupakan suatu proses mencari tahu, dari yang
sebelumnya tidak tahu akan menjadi tahu, melalui suatu proses pendidikan maupun
tahu, yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek
Penelitian ini dilakukan dua kelompok yaitu kelompok perlakuan kelas ibu
hamil dilakukan pendidikan gizi diberi modul dan kelompok kontrol kelas ibu
hamil tidak diberi pendidikan gizi hanya diberikan modul. Sebelum dilakukan
kegiatan pendidikan gizi, perlu diketahui apakah kedua kelompok berada pada
kondisi awal yang sama, maka perlu dilihat perbandingan hasil pre-testt kedua
bermakna sebelum perlakuan, baik itu pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Saat pre-test sebagian besar responden ada yang kurang mengetahui
makanan yang mengandung zat besi, Kebutuhan ibu hamil akan zat besi, porsi
mereka peroleh tersimpan lama. Saat pre-test pengetahaun responden baru ditahap
terjadi perbedaan yang sangat bermakna, akan tetapi perubahan yang terjadi pada
kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol, hasil post-
disebabkan pada kelompok perlakuan diberi edukasi gizi, modul, metode ceramah
serta tanya jawab. Menurut penelitian para ahli, indra yang paling banyak
menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai
87%), sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indra yang lain.
kelas ibu hamil merupakan informasi yang disampaikan kepada peserta berupa
pengetahuan, skill dan pengalaman (Alo Liliweri, 2011), serta menerangkan dan
menjelaskan pengertian atau pesan secara lisan kepada kelompok sasaran yang
faktor yang sangat penting karena responden dapat menerapkan informasi yang
diterima (Suharjo,2003).
Pendidikan gizi yang dilakukan merupakan salah satu kegiatan
penyebarluasan informasi gizi berdasarkan masalah yang dihadapi kelas ibu hamil,
seperti memilih makanan bergizi, bahan makanan yang mengandung zat besi, porsi
makan dan gizi seimbang untuk ibu hamil, (Supariasa, 2012) I Dewa Nyoman
peningkatan, hal ini bisa saja disebabkan pada kelompok perlakuan menggunkan
modul tidak hanya sekedar diberikan modul saja tetapi metode ceramah dengan
informasi.
terjadi penurunan yang mana penurunan ini tidak terlau, bisa saja disebabkan
karena terlalu lama jarak pengukuran pengetahuannya dan intesitas kunjungan atau
makin lama makin berkurang yang pada akhirnya manusia akan mengalami
kelupaan. Agar tidak muda lupa pengetahuan responden yang didapat setelah
adanya informasi atau pengetahuan yang sering dan berulang maka dapat
sama sekali tidak menunjukan peningkatan yang terlalu, hal ini disebabkan tidak
diberi pendidikan gizi jadi pada saat proses penelitian terjadi komunikasi satu arah
di mana materi yang didapat oleh responden hanya bersumber modul, tenaga
responden.
diterima oleh seseorang yang berupa pesan-pesan kesehatan baik melalui media
cetak atau elektronik dan pengetahuan merupakan peran yang sangat penting untuk
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
dilihat dari tiga aspek yaitu fisik, psikis dan sosial, yang secara terinci merupakan
Hasil pre-testt kadar HB pada kelompok perlakuan terendah 9,2 gr/dl dan
defisiensi Fe terjadi saat jumlah Fe yang diabsobsi tidak memadai untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, hal ini disebabkan intek Fe, penurunan bioavailabilitas Fe dalam
diberinya intervensi pendidikan gizi bagi ibu balita dan responden posyandu terjadi
peningkatan kadar HB, rerata kadar HB gizi responden lebih tinggi pada kelompok
darah, untuk menyediakan Fe bagi janin dan plasenta dan untuk menggantikan
trisemester III kehamilan dapat meningatkan berat bayi dan usia kehamilan.
Hasil pre-test dan post-test bulan ketiga dapat dilihat adanya peningkatan
Fe merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan intek Fe yang berhasil hanya
rendahnyah tingkat kepatuhan seperti individu sulit mengingat aturan minum tiap
hari, efek samping yang tidak nyaman dari Fe. Untuk itu dengan dilakukannya
edukasi ini ibu hamil dapat memahami petingnya mengkonsumsi tablet Fe.
kepala, mudah terinfeksi penyakit, mata berkunang-kunang, selain itu kelopak mata,
bibir, dan kuku tampak pucat. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan
dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari.
asupan protein sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan yang
menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara asupan protein sebelum
dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol yang ditandai dengan nilai p=0,951
(p>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widhayati (2009) yang menunjukkan bahwa sesudah pendidikan gizi ada pengaruh
pada tingkat kecukupan protein antara grup kelompok dan individu dan menurut
penelitian Sulastijah (2015) Pemberian edukasi gizi pada responden melalui kelas
ibu hamil pada penelitian ini mampu meningkatkan asupan protein secara
bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Ini menunjukkan bahwa pendikan gizi
satu zat yang memiliki peranan penting dalam membentuk hemoglobin, Protein
berguna untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Seperlima bagian tubuh
tersusun atas protein (Almatsier, 2010). Pada saat hamil terjadi peningkatan
pertumbuhan jaringan baru. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir
kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta,
Sedangkan hasil uji statistik asupan zat besi menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah perlakuan dimana nilai p = 0,000 (p<0,05)
pada kelompok perlakuan. dan pada kelompok kontrol menunjukan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan zat besi sebelum dan sesudah perlakuan
yang ditandai dengan nilai p=0,689 (p>0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian
Sulastijah (2015) pendidikan gizi pada responden melalui kelas ibu hamil pada
sedangkan hasil penelitian Sefaya, dkk, (2017) yang menunjukkan pendidikan gizi
tidak berpengaruh pada konsumsi zat besi. Hasil penelitian tersebut dapat
bervariasi seperti yang tergambar pada semi ffq yang dilakukan menunjukkan
bahwa mereka lebih sering mengkonsumsi lauk nabati (tahu dan tempe), dan
sebagian besar sampel tidak mengonsumsi sayuran hijau yang kaya akan zat besi.
Penyebab lain yaitu adan yang hanya menyukai makanan tertentu yang
ketidakcukupan asupan gizi termasuk zat besi yang akhirnya dapat memicu
terjadinya produksi sel darah merah, yang kemudian dapat menyebabkan anemia
(Fitriani, 2015). Anemia defisiensi besi pada wanita hamil mempunyai dampak
buruk, baik pada ibunya maupun terhadap janinnya. ibu hamil dengan anemia berat
lebih memungkinkan terjadinya partus prematur dan mewakili bayi dengan berat
badan lahir rendah serta dapat meningkatkan kematian perinatal. Menurut WHO
40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan
dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
mencukupi peningkatan sel darah merah yang membutuhkan 300-400 mg zat besi
dan mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan,Janin membutuhkan zat besi 100-
200 mg dan pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg. Sekitar 190
dengan cara pemberian tablet tambah drah serta peningkatan kualitas makanan
p.145).
signifikan sebelum dan sesudah perlakuan dimana nilai p = 0,000 (p<0,05) pada
kelompok perlakuan. dan pada kelompok kontrol menunjukan tidak ada perbedaan
yang signifikan antara asupan vitamin C sebelum dan sesudah perlakuan yang
ditandai dengan nilai p=0,481 (p>0,05). Hasil ini sejalan dengan penelitian
Silalahio (2016) yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan bermakna asupan
(2005) ada beberapa yang dapat mempengaruhi asupan, diantaranya tingkat sosial
ekonomi yang membaik dalam keluarga akan semakin mempermudah ibu untuk
mendapatkan berbagai macam bahan makanan yang sesuai dengan pilihan dan selera.
Hasil penelitian Kim (2014), juga menyatakan bahwa kecenderungan prevalensi anemia
semakin rendah seiring dengan semakin meningkatnya tingkat pendapatan pada
keluarga di Korea. Hal ini dikarenakan tiap individu pada keluarga dengan tingkat
Kelompok
Asupan Perlakuan Kontrol
Sebelum Sesudah P Sebelum Sesudah P
perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan
Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata
Protein 55,2+ 24,3 72,1a+ 33,6 0,001 35,0 + 14,49 59,7a + 24,7 0,951
Zat Besi 26,1+ 15,1 37,0b+ 19,0 0.000 12,0+ 1,37 32,0b + 16,5 0,689
Vitamin C 78,8+ 61,3 116,7a +76,8 0,000 62,0+ 34,7 87,7 a+ 58,7 0,481
Hasil pre-testt kadar HB pada kelompok perlakuan terendah 9,2 gr/dl dan
defisiensi Fe terjadi saat jumlah Fe yang diabsobsi tidak memadai untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, hal ini disebabkan intek Fe, penurunan bioavailabilitas Fe dalam