Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Karakteristik Responden Pendamping atau Posyandu

Responden yang diteliti adalah ibu hamil yang mengikuti kls ibu hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Sidomulyo dan Wilayah kerja Puskesmas Basuki

Rahmat yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel

sebanyak 46 orang dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yang diberi perlakuan dengan

kelompok kontrol. Distribusi karakteristik responden disajikan pada Tabel 4.1

Tabel 1.
Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian pada Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol di Awal Penelitian

Karakteristik Perlakuan Kontrol


p
Subjek Minimal Maksimal Rerata ± SD Minimal Maksimal Rerata ± SD
Usia ibu (tahun) 21 39 27,5 ± 4,63 18 41 27,6 ± 6,56 0,770a
Umur Kehamilan 2 7 4,58 ± 2,00 2 7 4,60 ± 1,373 0,867b
Paritas 1 4 1,87 ± 0,919 1 5 2,21 ± 0,99 0,224b
a b
Independent t-test Mann Whitney

Tabel 1 menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik subjek secara statistik

berdasarkan usia ibu, umur kehamilan dan parietas antara kelompok perlakuan dan

kontrol (p > 0,05) atau kedua kelompok homogen. Penelitian ini dilaksanakan pada kls

ibu hamil dengan usia kehamilan Trisemester I,II dan III, usia kehamilan pada kedua

kelompok sama yaitu 2 bulan dan 7 bulan, sedangkan untuk usia ibu paling tua pada

kelompok perlakuan adalah 39 tahun dan pada kelompok kontrol adalah 41 tahun.

Terdapatnya homogenitas variabel usia ibu dan umur kehamilan pada kedua kelompok

maka variabel usia ibu dan umur kehamilan bukan lagi sebagai variabel perancu.

Sedangkan untuk parietas jumlah anak minimum 1 dan maksimum 4 pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol jumlah anak minimum 1 dan maksimum 5. Rerata

parietas pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sama yaitu 2 orang. Hasil uji

statistik menunjukkan nilai p = 0,224 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna secara statistik pada kedua kelompok atau kedua kelompok homogen.

Terdapatnya homogenitas kedua kelompok maka variabel tingkat pendidikan ibu bukan

lagi sebagai variabel perancu.

2. Diskripsi Pengetahuan, kadar HB, kepatuhan konsumsi tablet Fe, Asupan zat gizi
makro dan asupan Fe Sebelum dan Sesudah Perlakuan

a. Pengetahuan, Kadar HB Sebelum Perlakuan pada Kedua Kelompok

Tabel 2 Deskripsi Tingkat Pengetahuan dan kadar HB Sebelum perlakuan pada


masing-masing kelompok
Kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol
Sebelum Perlakuan Sebelum Perlakuan
Min Max Mean+ SD Min Max Mean+ SD

Pengetahuan 14 86 47,7+ 18,17 14 73 35,0 + 14,49


Kadar HB 9,2 13,4 11,4+ 1,10 9,7 14,4 12,0+ 1,37
e = Independent t - test
Tabel 2 menunjukan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan responden yang

diberi perlakuan adalah 47,7 standar deviasi 18,17, nilai pengetahuan terendah 14

dan tertinggi 86. Sedangkan kelompok kontrol rata-rata tingkat pengetahuan 35,0

standar deviasi 14,49 nilai terendah 14 dan tertinggi 73. Rata-rata kadar HB

responden yang diberi perlakuan adalah 11,4 standar deviasi 1,10, kadar Hb

terendah 9,2 dan tertinggi 13,4. Kadar HB responden kelompok kontrol 12,0

dengan standar deviasi 1,37 dengan kadar Hb terendah 9,7 dan tertinggi 14,4.

Tabel 3 Deskripsi Protein, Zat Besi dan Vitamin C Sebelum perlakuan pada
masing-masing kelompok
Kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol
Sebelum Perlakuan Sebelum Perlakuan
Min Max Mean+ SD Min Max Mean+ SD
Protein 21 116 55,2+ 24,3 14 73 35,0 + 14,49
Zat Besi 10 67 26,1+ 15,1 9,7 14,4 12,0+ 1,37
Vitamin C 12 299 78,8+ 61,3 28 142 62,0+ 34,7
e = Independent t - test
Tabel 3 menunjukan bahwa rata-rata asupan protein responden yang diberi

perlakuan adalah 55,2 standar deviasi 24,3, asupan protein terendah 21 dan

tertinggi 116. Sedangkan kelompok kontrol rata-rata asupan 35,0 standar deviasi

14,49 nilai terendah 14 dan tertinggi 73. Rata-rata asupan zat besi responden yang

diberi perlakuan adalah 26,1 standar deviasi 15,1, asupan zat besi terendah 10 dan

tertinggi 67. Asupan zat besi responden kelompok kontrol 35,0 dengan standar

deviasi 14,49 dengan asupan zat besi terendah 9,7 dan tertinggi 14,4. Sedangkan

rata-rata asupan Vitamin C responden yang diberi perlakuan adalah 78,8 standar

deviasi 61,3, asupan vitamin C terendah 12 dan tertinggi 299. Asupan vitamin C

responden kelompok kontrol 62,0 dengan standar deviasi 34,7 dengan asupan

vitamin C terendah 62,0 dan tertinggi 34,7

b. Diskripsi Pengetahuan dan Kadar HB Responden Sesudah Perlakuan Ke Dua


Kelompok

Tabel 4 Deskripsi Tingkat Pengetahuan dan kadar HB Sesudah perlakuan pada


masing-masing kelompok
Kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol
Sesudah Perlakuan Sesudah Perlakuan
Min Max Mean+ SD Min Max Mean+ SD
Pengetahuan 27 100 69,7+ 21,4 18 79 40,1 + 17,49
Kadar HB 9,6 14,0 12,7+ 0,96 10,6 14,4 12,6+ 1,11
e = Independent t - test
Tabel 4 menunjukan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan responden yang

diberi perlakuan adalah 69,7 standar deviasi 21,4, nilai pengetahuan terendah 27

dan tertinggi 100. Sedangkan kelompok kontrol rata-rata tingkat pengetahuan 40,1

standar deviasi 17,49 nilai terendah 18 dan tertinggi 79. Rata-rata kadar HB

responden yang diberi perlakuan adalah 12,7 standar deviasi 0,96, kadar Hb
terendah 9,6 dan tertinggi 14,0. Kadar HB responden kelompok kontrol 10,6

dengan standar deviasi 14,4 dengan kadar Hb terendah 10,6 dan tertinggi 14,4.

Tabel 5 Deskripsi Asupan Protein, Energi dan Asupan Zat besi (Fe) Sesudah
perlakuan pada masing-masing kelompok
Kelompok
Asupan Perlakuan Kontrol
Responden Sesudah Perlakuan Sesudah Perlakuan
Min Max Mean+ SD Min Max Mean+ SD

Protein 31 162 72,1a+ 33,6 24 26 59,7a + 24,7


Zat Besi 15 78 37,0b+ 19,0 7 65 32,0b + 16,5
Vitamin C 32 312 116,7a +76,8 21 252 87,7 a+ 58,7
a = Rata-rata + Standar Deviasi b = Median + Standar Deviasi
e = Independent t – test f= Mann-Whitney
Rata-rata asupan protein responden kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol mempunyai sekor yang berbeda, lebih tinggi pada kelompok perlakuan

post-test yaitu 72,1 dengan standar deviasi 33,6 sedangkan sekor asupan protein

kelompok kontrol post-testnya 59,7 dengan standar deviasi 24,7. Asupan zat besi

responden post-test kelompok perlakuan yaitu 37,0 dengan standar deviasi 19,0,

sedangkan kelompok kontrol post-test 32,0 dengan standar deviasi 16,5. Untuk

asupan vitamin C pada kelompok perlakuan yaitu post-test 116,7 dengan standar

deviasi 76,8, kelompok kontrol asupan vitamin C post-test yaitu 87,7 dengan

standar deviasi 58,7.

c. Diskripsi Konsumsi Tablet Fe Dua Kelompok


Tabel 6 Deskripsi konsumsi tablet Fe pada masing-masing kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol
Min Max Rerata ± SD Mi Max Rerata ± SD
n
Konsumsi 32 78 49,8 ± 14,04 20 76 51,3 ± 14,00
Tablet Fe
Berdasarkan table 3 rata-rata responden konsumsi tablet Fe yang diberi

perlakuan adalah 49,8 dengan standar deviasi 14,04, responden yang

mengkonsumsi tablet Fe minimum 32 butir dan maksimum 78 butir, sedagkan

konsumsi tablet Fe responden pada kelompok kontrol rata-rata 51,3 dengan standar

deviasi 14,00 jumlah yang dikonsumsi minimum 20 butir dan maksimu 76 butir.
3. Perbedaan Pengetahuan, kadar HB, konsumsi tablet Fe, Asupan zat gizi Sebelum
dan Sesudah Perlakuan

a. Pengetahuan dan Kadar HB Responden Sebelum dan Sesudah Perlakuan


Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Perbedaan nilai skor pengetahuan, kadar HB pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 7 Perbedaan Pengetahuan dan Kadar HB Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol
Sebelum Sesudah P Sebelum Sesudah P
perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan
Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata
Pengetahua 47,7+ 18,17 69,7+ 21,4 0,001c 35,0 + 14,49 40,1 + 17,49 0,090c
n
Kadar HB 11,4+ 1,10 12,7+ 0,96 0,001d 12,0+ 1,37 12,6+ 1,11 0,025c
ket: a = Rata-rata + Standar Deviasi b = Median + Standar Deviasi
c = Paired t test d = Wilcoxon Signed Ranks test

Hasil uji beda menunjukkan rata-rata pengetahuan responden sebelum perlakuan

adalah 47,7 dengan standar deviasi 18,17, pada pengukuran sesudah perlakuan

didapatkan rata-rata pengetahuan responden adalah 69,7 dengan standar deviasi 21,4,

sedangkan rata-rata kadar HB responden pada kelompok perlakuan adalah 11,4 dengan

standar deviasi 1,10.

Hasil uji statistik pengetahuan (p=0,001), kadar HB (p=0,001) dan konsumsi

tablet Fe (p=0,001) didapatkan nilai p<0,05, maka dapat disimpulkan ada perbedaan

yang signifikan pengetahuan, kadar HB responden sebelum dan sesuda perlakuan pada

kelompok perlakuan.

Hasil rata-rata pengetahuan responden pre-test pada kelompok kontrol adalah

35,0 dengan standar deviasi 14,4, pada pengukuran post-test didapatkan rata-rata
pengetahuan responden adalah 40,1 dengan standar deviasi 17,49. Kadar HB responden

kelompok kontrol menunjukkan rata-rata pre-test adalah 12,0 dengan standar deviasi

1,37, pada pengukuran post-test didapatkan rata-rata kadar HB responden adalah 12,6

dengan standar deviasi 1,11,

Hasil uji beda Pengetahuan (p=0,001), Kadar HB (p=0,01) didapatkan nilai

p<0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-

test pengetahaun, kadar HB responden pada kelompok tanpa perlaku an walaupun

kenaikannya tidak terlalu.

b. Asupan Protein, Zat besi (Fe) dan Vitamin C Sebelum dan Sesudah Pada
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Perbedaan Asupan zat Gizi Makro, Energi dan Fe pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 8 Perbedaan Asupan Protein, Zat besi (Fe), Vitamin C Sebelum dan Sesudah
Pelatihan pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Kelompok
Asupan Perlakuan Kontrol
Sebelum Sesudah P Sebelum Sesudah P
perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan
Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata
Protein 55,2+ 24,3 72,1a+ 33,6 0,001 35,0 + 14,49 59,7a + 24,7 0,951
Zat Besi 26,1+ 15,1 37,0b+ 19,0 0.000 12,0+ 1,37 32,0b + 16,5 0,689
Vitamin C 78,8+ 61,3 116,7a +76,8 0,000 62,0+ 34,7 87,7 a+ 58,7 0,481
ket: a = Rata-rata + Standar Deviasi b = Median + Standar Deviasi
c = Paired t test d = Wilcoxon Signed Ranks test

Hasil uji beda menunjukkan rata-rata asupan protein responden sebelum

perlakuan adalah 55,2 dengan standar deviasi 24,3, sesudah perlakuan didapatkan rata-

rata asupan protein responden yaitu 72,1 dengan standar deviasi 33,6. Sedangkan rata-

rata asupan zat besi responden sebelum perlakuan adalah 26,1 dengan standar deviasi

15,1, sesudah perlakuan didapatkan rata-rata asupan zat besi responden adalah 37,0

dengan standar deviasi 19,0. Begitu juga rata-rata asupan vitamin C responden sebelum

perlakuan adalah 78,8 dengan standar deviasi 61,3, sesudah perlakuan didapatkan rata-

rata asupan vitamin C responden yaitu 116,7 dengan standar deviasi 76,8
Hasil uji statistik kelompok perlakuan asupan protein (p=0,001), zat besi

(p=0,000) dan vitamin C (p=0,000) didapatkan nilai p<0,05, maka dapat disimpulkan

ada perbedaan yang signifikan asupan protein, zat besi dan vitamin C sebelum dan

sesuda perlakuan pada kelompok perlakuan.

Hasil rata-rata asupan protein responden pre-test pada kelompok kontrol adalah

35,0 dengan standar deviasi 14,49, pada pengukuran post-test didapatkan rata-rata

asupan protein adalah 59,7 dengan standar deviasi 24,7. Zat besi responden kelompok

kontrol menunjukkan rata-rata pre-test adalah 12,0 dengan standar deviasi 1,37, pada

pengukuran post-test didapatkan rata-rata zat besi adalah 32,0 dengan standar deviasi

16,5. asupan vitamin C responden pre-test pada kelompok kontrol adalah 62,0 dengan

standar deviasi 34,7, pada pengukuran post-test didapatkan rata-rata asupan vitamin C

adalah 87,7 dengan standar deviasi 58,7.

Hasil uji statistik kelompok perlakuan asupan protein (p=0,951), zat besi

(p=0,689) dan vitamin C (p=0,481) didapatkan nilai p>0,05, maka dapat disimpulkan

tidak ada perbedaan yang signifikan asupan protein, zat besi dan vitamin C sebelum

dan sesuda perlakuan pada kelompok perlakuan.

c. Konsumsi Tablet Fe Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol


Tabel 9 Perbedaan konsumsi tablet Fe pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Kontrol
Variabel Perlakuan Kontrol p
Min Max Rerata ± SD Min Max Rerata ± SD
Konsumsi 32 78 49,8 ± 14,04 20 76 51,3 ± 14,00 0,730
Tablet Fe

Berdasarkan table 3 rata-rata responden konsumsi tablet Fe yang diberi perlakuan

adalah 49,8 dengan standar deviasi 14,04, sedagkan kelompok kontrol rata-rata

konsumsi tablet Fe yaitu 51,3 dengan standar deviasi 14,00. Hasil uji statistik kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan mengkonsumsi

tablet Fe.
4. Retensi Pengetahuan, Kadar HB, Asupan protein, Zat besi dan Vitamin C Bulan
Pertama dan Kedua Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Pengukuran tingkat pengetahuan, kadar HB, asupan protein, zat besi dan vitamin

C post-test bulan pertama dan bulan kedua pada kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol Perbedaan nilai rata-rata dapat dilihat pada tabel 10

Tabel 10 Perbedaan Skor Pengetahuan, Kadar HB dan Asupan Protein, Zat Besi dan
Vitamin C Bulan Pertama dan bulan kedua Sesudah Pelatihan pada Kedua
Kelompok
Kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol
Bulan Bulan Kedua P Bulan Bulan P
Pertama Pertama Kedua
Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata
Pengetahua 69,7+ 21,4 82,7 + 12,3 0,002 40,1 + 17,49 67,8 + 20,5 0,000
n
Kadar HB 11,4+ 1,10 12,7+ 0,96 0,001 12,0+ 1,37 12,6+ 1,11 0,025
Protein 72,1a+ 33,6 74,3 + 21,7 0,801 59,7a + 24,7 59,0 + 21,9 0,895
Zat Besi 37,0b+ 19,0 51,6 + 24,4 0,005 32,0b + 16,5 37,5 + 20,6 0,986
Vitamin C 116,7a+76,8 157 + 137 0,049 87,7 a+ 58,7 82,4 + 45,8 0,027

Hasil uji statistik menunjukkan rata-rata pengetahuan responden post-test bulan

pertama didapatkan rata-rata pengetahuan responden adalah 69,7 dengan standar

deviasi 21,4, dua bulan kemudian diukur pengetahuan responden adalah 82,7 dengan

standar deviasi 12,3. Sedangkan kadar HB post-test bulan pertama adalah 11,4 dengan

standar deviasi 1,10, dua bulan kemudian diukur kadar HB responden adalah 12,7

dengan standar deviasi 0,96. Begitu juga untuk asupan protein rata-rata post-test bulan

pertama adalah 72,1 dengan standar deviasi 33,6, dua bulan kemudian diukur asupan

protein responden adalah 74,3 dengan standar deviasi 21,7. Pengukuran post-test bulan

pertama zat besi didapatkan rata-rata adalah 37,0 dengan standar deviasi 19,0, dua bulan

kemudian diukur zat besi responden adalah 51,6 dengan standar deviasi 24,4.
Pengukuran post-test bulan pertama vitamin C didapatkan rata-rata adalah 116,7

dengan standar deviasi 76,8, dua bulan kemudian diukur zat besi responden adalah

157 dengan standar deviasi 137

Hasil uji beda pengetahuan (p=0,002), kadar HB (p=0,001) dan Asupan zat besi

(p=0,05) dan vitamin C (0,049) didapatkan nilai p<0,05, maka dapat disimpulkan ada

perbedaan yang signifikan antara post-test sesudah perlakuan dan post-test bulan

kedua pada kelompok perlakuan. Sedangan asupan protein tidak ada perbedaan yang

signifikan antara post-test sesudah perlakuan dan post-test bulan kedua pada kelompok

perlakuan.

Hasil uji statistik kelompok control menunjukkan rata-rata pengetahuan

responden post-test bulan pertama didapatkan adalah 40,1 dengan standar deviasi

17,49, dua bulan kemudian diukur pengetahuan responden adalah 67,8 dengan standar

deviasi 20,5. Sedangkan kadar HB post-test bulan pertama adalah 12,0 dengan standar

deviasi 1,37, dua bulan kemudian diukur kadar HB responden adalah 12,7 dengan

standar deviasi 1,11. Begitu juga untuk asupan protein rata-rata post-test bulan pertama

adalah 59,0 dengan standar deviasi 24,7, dua bulan kemudian diukur asupan protein

responden adalah 74,3 dengan standar deviasi 21,9. Pengukuran post-test bulan

pertama zat besi didapatkan rata-rata adalah 32,0 dengan standar deviasi 16,5, dua bulan

kemudian diukur zat besi responden adalah 37,5 dengan standar deviasi 20,6.

Pengukuran post-test bulan pertama vitamin C didapatkan rata-rata adalah 87,7 dengan

standar deviasi 58,7, dua bulan kemudian diukur zat besi responden adalah 82,4

dengan standar deviasi 45,8.

Hasil uji beda pengetahuan (p=0,002) ada perbedaan yang signifikan antara post-

test sesudah perlakuan dan post-test bulan kedua. Untuk kadar HB (p=0,025), protein

(0,895), asupan zat besi (p=0,986) dan vitamin C (0,027) didapatkan nilai p>0,05, maka
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara post-test sesudah

perlakuan dan post-test bulan kedua pada kelompok perlakuan.

5. Perubahan Skor (Pengetahuan, Kadar HB, Konsumsi tablet Fe, Asupan Zat Gizi
Makro, Energi dan Asupan Zat Besi) pada Kedua Kelompok

Penilaian perubahan skor pengetahuan, kadar HB dan konsumsi tablet Fe

responden pada kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.11

Tabel 4.11 Perubahan Skor Pengetahuan, Kadar HB, Konsumsi tablet Fe, Asupan Zat
Gizi Makro, Enenrgi dan Asupan Zat Besi (Fe) Responden Antara
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Variabel dan Kelompok N Rata-Rata Median +SD p


Pengetahuan
1. Perlakuan 23 21,5 20,50+25,12 0,021
2. Kontrol 23 7,35 6,00+14,63
Kadar HB
1. Perlakuan 23 1,33 1,29+1,11 0,045
2. Kontrol 23 0,64 0,35+1,12
Asupan Protein
1. Perlakuan 23 11,20 5,50+16,67 0,579
2. Kontrol 23 4,19 7,50+34,97
Asupan Zat Besi
1. Perlakuan 23 12,,10 8,00+15,44 0,005
2. Kontrol 23 0,73 0,50+7,10
Asupan Vitamin C
1. Perlakuan 23 40,70 21,00+59,88 0,003
2. Kontrol 23 0,73 0,83+53,95
ket= Mann-Whitney

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa untuk kelompok perlakuan peningkatan

nilai pengetahuan adalah 21,5 dengan standar deviasi 3,828, sedangkan untuk

kelompok kontrol nilai median perubahan skor pengetahuan 6,00 dengan standar

deviasi 14,63. Begitu juga untuk hasil kadar HB responden pada kelompok perlakuan

yaitu 1,33 dengan standar deviasi 1,11, kelompok kontrol peningkatan nilai kadar HB

adalah 0,64 dengan standar deviasi 1,12. Sedangkan untuk asupan protein kelompok

perlakuan menunjukkan adalah 11,20 dengan standar deviasi 16,67, untuk kelompok

kontrol nilai median perubahan skor asupan protein 7,50, dengan standar deviasi 34,97.

Sedangkan untuk asupan zat besi kelompok perlakuan menunjukkan adalah 12,10

dengan standar deviasi 15,44, untuk kelompok kontrol nilai perubahan skor asupan zat
besi 0,73, dengan standar deviasi 7,10. Sedangkan untuk asupan vitamin C kelompok

perlakuan menunjukkan adalah 40,70 dengan standar deviasi 59,88, untuk kelompok

kontrol nilai perubahan skor asupan vitamin C 0,73, dengan standar deviasi 53,95.

Hasil uji beda pengetahua (p=0,021), kadar HB (p=0,045), asupan zat besi

(0,005) dan asupan vitamin C (0,003), maka dapat disimpulkan ada perubahan skor

yang signifikan pengetahaun, kadar HB, asupan zat besi dan asupan vitamin C antara

kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

Kesimpulan yang bisa diambil meskipun terjadi perbedaan yang sangat bermakan

pengetahuan, kadar HB, asupan zat besi dan asupan vitamin C pada kedua kelompok

sebelum dan sesudah perlakuan, akan tetapi perubahan yang terjadi pada kelompok

perlakuan jahu lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol.

B. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Proses pelatihan diikuti oleh 46 responden yang mana 23 responden mendapat

pelatihan dengan menggunakan modul dan 23 responden tidak mendapat pelatihan tapi

hanya diberi modul, responden yang menjadi sampel penelitian ini berasal dari kelas

ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo dan Puskesmas Basuki

rahmat Kota Bengkulu. Pelatihan di kelas ibu hamil ini merupakan sarana untuk belajar

bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai asupan gizi

pada saat kehamilan.(Depkes RI, 2009. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil,

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta) Hasil uji satistik menunjukan

tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

karakteristik responden.
Menurut Depkes RI (2009) kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan

antara 20 minggu s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-

ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan

anak (KIA) secara menyeluruh dan sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan

berkesinambungan.

2. Perbedaan Pengetahuan, Kadar HB, Konsumsi Tablet Fe Responden dan Asupan

a. Pengetahuan Responden Antara Kelompok Perlakuan Dengan Kelompok


Kontrol

Pengetahuan ibu hamil merupakan suatu proses mencari tahu, dari yang

sebelumnya tidak tahu akan menjadi tahu, melalui suatu proses pendidikan maupun

melaui pengalaman (Harsoni,2004). Pengetahuan juga diartikan sebagai hasil dari

tahu, yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek

tertentu (Notoatmodjo, 2007)

Penelitian ini dilakukan dua kelompok yaitu kelompok perlakuan kelas ibu

hamil dilakukan pendidikan gizi diberi modul dan kelompok kontrol kelas ibu

hamil tidak diberi pendidikan gizi hanya diberikan modul. Sebelum dilakukan

kegiatan pendidikan gizi, perlu diketahui apakah kedua kelompok berada pada

kondisi awal yang sama, maka perlu dilihat perbandingan hasil pre-testt kedua

kelompok. Dari pertanyaan pengetahuan yang diberikan saat pre-testt, menunjukan

bahwa kelompok perlakuan nilai terendah 14 dan tertinggi 86 sedangkan kelompok

kontrol mempunyai nilai terendah 14 dan tertinggi 73.

Pengetahuan responden memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna sebelum perlakuan, baik itu pada kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol. Saat pre-test sebagian besar responden ada yang kurang mengetahui
makanan yang mengandung zat besi, Kebutuhan ibu hamil akan zat besi, porsi

makanan ibu selama hamil.

Pengalaman sangat mempengaruhi ibu hamil karena sumber informasi yang

mereka peroleh tersimpan lama. Saat pre-test pengetahaun responden baru ditahap

tahu karena responden mengingat kembali pengalaman sebelumnya atau

rangsangan yang telah diterima.

Uji beda pengetahuan yang dilakukan pada kedua kelompok meskipun

terjadi perbedaan yang sangat bermakna, akan tetapi perubahan yang terjadi pada

kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol, hasil post-

test peningkatan pengetahuan responden rata-rata jawaban meningkat. Hal ini

disebabkan pada kelompok perlakuan diberi edukasi gizi, modul, metode ceramah

serta tanya jawab. Menurut penelitian para ahli, indra yang paling banyak

menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai

87%), sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indra yang lain.

Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu seperti penelitian

……………………………..,. Demikian pula dengan penelitian….., menyatakan

bahwa adanya perbedaan yang bermakna pengetahuan,………...

Proses pendidikan giz yang dilakukan pada kelompok perlakuan khusunya

kelas ibu hamil merupakan informasi yang disampaikan kepada peserta berupa

pengetahuan, skill dan pengalaman (Alo Liliweri, 2011), serta menerangkan dan

menjelaskan pengertian atau pesan secara lisan kepada kelompok sasaran yang

memperoleh informasi (Nana, 2000) dan pengetahuan yang diperoleh merupakan

faktor yang sangat penting karena responden dapat menerapkan informasi yang

diterima (Suharjo,2003).
Pendidikan gizi yang dilakukan merupakan salah satu kegiatan

penyebarluasan informasi gizi berdasarkan masalah yang dihadapi kelas ibu hamil,

seperti memilih makanan bergizi, bahan makanan yang mengandung zat besi, porsi

makan dan gizi seimbang untuk ibu hamil, (Supariasa, 2012) I Dewa Nyoman

Supariasa, 2012. Pendidikan dan konsultasi gizi, EGJ, Jakarta

Hasil pengukuran pada kelompok perlakuan post-test bulan pertama terjadi

peningkatan, hal ini bisa saja disebabkan pada kelompok perlakuan menggunkan

modul tidak hanya sekedar diberikan modul saja tetapi metode ceramah dengan

cara ini (melihat, mendegar dan melakukan) mempermudah responden menerima

informasi.

Pengetahuan responden dari post-test bulan pertama ke post-test bulan kedua

terjadi penurunan yang mana penurunan ini tidak terlau, bisa saja disebabkan

karena terlalu lama jarak pengukuran pengetahuannya dan intesitas kunjungan atau

penyuluhan kurang. Sesuai dengan teori Ebbinghaus dan Broreas dalam

Prastyaningsih (2005) yang menyatakan bahwa kekuatan mengingat manusia

makin lama makin berkurang yang pada akhirnya manusia akan mengalami

kelupaan. Agar tidak muda lupa pengetahuan responden yang didapat setelah

edukasi gizi sebaiknya intesitas kunjungan responden pendampingan atau

penyuluhan tetap dilaksanakan secara rutin dan berulang.

Sesuai juga dengan teori Notoatmodjo (2003), yang menyatakan bahwa

adanya informasi atau pengetahuan yang sering dan berulang maka dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang dan seseorang memperoleh pengetahuan

berasal dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

Berbeda dengan pengetahuan responden yang tidak mendapat perlakuan

sama sekali tidak menunjukan peningkatan yang terlalu, hal ini disebabkan tidak
diberi pendidikan gizi jadi pada saat proses penelitian terjadi komunikasi satu arah

di mana materi yang didapat oleh responden hanya bersumber modul, tenaga

kesehatan (bidan). Sehingga kurang mampu menggali sejahumana pengetahuan

responden.

Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003), Pengetahuan seseorang sangat

dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan informasi yang

diterima oleh seseorang yang berupa pesan-pesan kesehatan baik melalui media

cetak atau elektronik dan pengetahuan merupakan peran yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan sesorang, berdasarkan dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

tidak didasari pengetahuan.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), perilaku manusia dapat pula

dilihat dari tiga aspek yaitu fisik, psikis dan sosial, yang secara terinci merupakan

refleksi dari berbagai gejola kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi dan

sebagainya, yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan,

sarana dan sosial budaya.

b. Kadar HB dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Responden Antara Kelompok


Perlakuan Dengan Kelompok Kontrol

Hasil pre-testt kadar HB pada kelompok perlakuan terendah 9,2 gr/dl dan

kelompok kontrol memiliki kadar HB terendah 9,7 gr/dl. Berdasrkan teori

rendahnya kadar HB kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat gizi,

defisiensi Fe terjadi saat jumlah Fe yang diabsobsi tidak memadai untuk memenuhi

kebutuhan tubuh, hal ini disebabkan intek Fe, penurunan bioavailabilitas Fe dalam

tubuh, peningkatan kebutuhan Fe karena perubahan fisiologi seperti kehamilan dan

proses pertumbuhan. (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI, 2007)


Hasil ini sejalan dengan penelitian Ellis (2009), menjelaskan bawah

diberinya intervensi pendidikan gizi bagi ibu balita dan responden posyandu terjadi

peningkatan kadar HB, rerata kadar HB gizi responden lebih tinggi pada kelompok

intervensi dibandingkan, kelompok kontrol. Sesuai dengan teori Kebutuhan Fe

meningkat selama hamil untuk memenuhi kebutuhan Fe akibat peningkatan volume

darah, untuk menyediakan Fe bagi janin dan plasenta dan untuk menggantikan

kehilangan darah saat persalinan. Peningkatan absobsi Fe selama trisemester II

kehamilan membantu penigkatan kebutuhan. Beberapa studi menggabarkan hubungan

antara suplementasi Fe selama kehamilan dan peningkatan konsentrasi HB pada

trisemester III kehamilan dapat meningatkan berat bayi dan usia kehamilan.

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI, 2007)

Hasil pre-test dan post-test bulan ketiga dapat dilihat adanya peningkatan

rerata kadar HB responden pada kedua kelompok. Cara mengembalikan nilai

Hb normal pada ibu hamil juga biasanya dilakukan dengan cara

mengonsumsi suplemen zat besi. Begitu juga dengan hasil kebiasaan

konsumsi table Fe kedua kelompok tidak ada perbedaan asupannya. Suplementasi

Fe merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan intek Fe yang berhasil hanya

jika individu mematuhi aturan konsumsinya. Banyak factor yang mendukung

rendahnyah tingkat kepatuhan seperti individu sulit mengingat aturan minum tiap

hari, efek samping yang tidak nyaman dari Fe. Untuk itu dengan dilakukannya

edukasi ini ibu hamil dapat memahami petingnya mengkonsumsi tablet Fe.

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI, 2007)

Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia.

Rendahnya nilai Hb pada ibu hamil sudah pasti berdampak pada

kesehatan ibu hamil itu sendiri. Ibu hamil tersebut cenderung


merasa badan lemah, kurang nafsu makan, kurang energi, konsentrasi menurun, sakit

kepala, mudah terinfeksi penyakit, mata berkunang-kunang, selain itu kelopak mata,

bibir, dan kuku tampak pucat. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan

dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari.

(Sulistyoningsih, 2010,pp.129-130) dan (Supariasa, et al., 2001, p.145).

c. Asupan Protein, Zat Besi dan Vitamin C Responden Antara Kelompok

Perlakuan Dengan Kelompok Kontrol

Hasil Penelitian menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara

asupan protein sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan yang

ditandai dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol

menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara asupan protein sebelum

dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol yang ditandai dengan nilai p=0,951

(p>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widhayati (2009) yang menunjukkan bahwa sesudah pendidikan gizi ada pengaruh

pada tingkat kecukupan protein antara grup kelompok dan individu dan menurut

penelitian Sulastijah (2015) Pemberian edukasi gizi pada responden melalui kelas

ibu hamil pada penelitian ini mampu meningkatkan asupan protein secara

bermakna sebesar 10,98% dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan

berdasarkan penelitian Nurmasyita,dkk (2015) menyatakan terdapat perbedaan

rerata tingkat kecukupan protein yang menunjukkan adanya pengaruh yang

bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Ini menunjukkan bahwa pendikan gizi

yang diberikan selain meningkatkan pengetahuan juga telah dipraktekkan dalam

pemenuhan kebutuhan proteinnya. Berdasarkan teori asupan protein adalah salah

satu zat yang memiliki peranan penting dalam membentuk hemoglobin, Protein
berguna untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Seperlima bagian tubuh

tersusun atas protein (Almatsier, 2010). Pada saat hamil terjadi peningkatan

kebutuhan protein yang disebabkan oleh peningkatan volume darah dan

pertumbuhan jaringan baru. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir

kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta,

serta janin (Aritonang, 2010).

Sedangkan hasil uji statistik asupan zat besi menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan sebelum dan sesudah perlakuan dimana nilai p = 0,000 (p<0,05)

pada kelompok perlakuan. dan pada kelompok kontrol menunjukan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara asupan zat besi sebelum dan sesudah perlakuan

yang ditandai dengan nilai p=0,689 (p>0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian

Sulastijah (2015) pendidikan gizi pada responden melalui kelas ibu hamil pada

penelitiannya mampu meningkatkan asupan Fe secara bermakna sebesar 6,68%.

sedangkan hasil penelitian Sefaya, dkk, (2017) yang menunjukkan pendidikan gizi

tidak berpengaruh pada konsumsi zat besi. Hasil penelitian tersebut dapat

disebabkan karena pemilihan bahan makanan yang dikonsumsi sampel kurang

bervariasi seperti yang tergambar pada semi ffq yang dilakukan menunjukkan

bahwa mereka lebih sering mengkonsumsi lauk nabati (tahu dan tempe), dan

sebagian besar sampel tidak mengonsumsi sayuran hijau yang kaya akan zat besi.

Penyebab lain yaitu adan yang hanya menyukai makanan tertentu yang

menyebabkannnya tidak mendapatkan asupan gizi yang bervariasi.

Ketidakberagaman makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan

ketidakcukupan asupan gizi termasuk zat besi yang akhirnya dapat memicu

terjadinya produksi sel darah merah, yang kemudian dapat menyebabkan anemia

(Fitriani, 2015). Anemia defisiensi besi pada wanita hamil mempunyai dampak
buruk, baik pada ibunya maupun terhadap janinnya. ibu hamil dengan anemia berat

lebih memungkinkan terjadinya partus prematur dan mewakili bayi dengan berat

badan lahir rendah serta dapat meningkatkan kematian perinatal. Menurut WHO

40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan

dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan

pendarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Misaroh,

2010). Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar 800-1000 mg untuk

mencukupi peningkatan sel darah merah yang membutuhkan 300-400 mg zat besi

dan mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan,Janin membutuhkan zat besi 100-

200 mg dan pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg. Sekitar 190

mg hilang selama melahirkan (Misaroh, 2010). Anemia dapat ditanggulangi

dengan cara pemberian tablet tambah drah serta peningkatan kualitas makanan

sehari-hari. (Sulistyoningsih, 2010,pp.129-130) dan (Supariasa, et al., 2001,

p.145).

Hasil uji statistik asupan vitamin C menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan sebelum dan sesudah perlakuan dimana nilai p = 0,000 (p<0,05) pada

kelompok perlakuan. dan pada kelompok kontrol menunjukan tidak ada perbedaan

yang signifikan antara asupan vitamin C sebelum dan sesudah perlakuan yang

ditandai dengan nilai p=0,481 (p>0,05). Hasil ini sejalan dengan penelitian

Silalahio (2016) yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan bermakna asupan

vitamin C sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan (p>0,05). Menurut Hadi

(2005) ada beberapa yang dapat mempengaruhi asupan, diantaranya tingkat sosial

ekonomi yang membaik dalam keluarga akan semakin mempermudah ibu untuk

mendapatkan berbagai macam bahan makanan yang sesuai dengan pilihan dan selera.

Hasil penelitian Kim (2014), juga menyatakan bahwa kecenderungan prevalensi anemia
semakin rendah seiring dengan semakin meningkatnya tingkat pendapatan pada

keluarga di Korea. Hal ini dikarenakan tiap individu pada keluarga dengan tingkat

pendapatan tinggi banyak mengonsumsi zat besi dan vitamin C.

Kelompok
Asupan Perlakuan Kontrol
Sebelum Sesudah P Sebelum Sesudah P
perlakuan perlakuan perlakuan perlakuan
Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata
Protein 55,2+ 24,3 72,1a+ 33,6 0,001 35,0 + 14,49 59,7a + 24,7 0,951
Zat Besi 26,1+ 15,1 37,0b+ 19,0 0.000 12,0+ 1,37 32,0b + 16,5 0,689
Vitamin C 78,8+ 61,3 116,7a +76,8 0,000 62,0+ 34,7 87,7 a+ 58,7 0,481

Hasil pre-testt kadar HB pada kelompok perlakuan terendah 9,2 gr/dl dan

kelompok kontrol memiliki kadar HB terendah 9,7 gr/dl. Berdasrkan teori

rendahnya kadar HB kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat gizi,

defisiensi Fe terjadi saat jumlah Fe yang diabsobsi tidak memadai untuk memenuhi

kebutuhan tubuh, hal ini disebabkan intek Fe, penurunan bioavailabilitas Fe dalam

tubuh, peningkatan kebutuhan Fe karena perubahan fisiologi seperti kehamilan dan

proses pertumbuhan. (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI, 2007)

Anda mungkin juga menyukai