Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidup sebagai tanda
kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk menandakan seseorang hidup
berkecukupn. Namun sekarang obesitas telah menjadi masalah yang serius karena memicu
timbulnya berbagai komplikasi penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas kini telah
menjadi perhatian khusus badan kesehatan dunia.
Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda
masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia.
Perubahan gaya hidup termasuk kecenderungan mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak tinggi merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat
badan. Berbagai upaya untuk melangsingkan tubuh telah banyak dilakukan diantaranya
dengan pengaturan makanan, merubah gaya hidup, pemberian obat dan pembedahan untuk
mengurangi lemak atau mengangkat sebagian usus.
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga
kepada lokasi penimbunan lemak tubuh.Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan
wanita cenderung berbeda.Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong,
sehingga memberikan gambaran seperti buah pir.Sedangkan pada pria biasanya lemak
menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan obesitas?


2. Bagaimana etiologi dari penyakit obesitas?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit obesitas?
4. Apa obat-obat pada penyakit obesitas?
5. Bagaimana hubungan struktur dan aktivitas obat-obat obesitas?
C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan obesitas


2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit obesitas
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit obesitas
4. Untuk mengetahui pengobatan dari obesitas
5. Untuk mengetahui hubungan struktur dan aktivitas obat-obat obesitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obesitas
Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai kelebihan akumulasi lemak tubuh
sedikitnya 20 % dari berat rata-rata untuk usia, jenis kelamin dan tinggi badan. Prognosis
umum untuk peningkatan dan mempertahankan penurunan berat badan buruk.Namun
keinginan untuk pola hidup lebih sehat dan penurunan faktor resiko sehubungan dengan
ancaman penyakit terhadap hidup memotivasi beberapa orang mengikuti diet dan program
penurunan berat badan. Pengertian lain dari Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapatnya
penimbunan lemak berlebihan yang diperlukan untuk fungsi tubuh manusia. Obesitas ini
merupakan faktor resiko untuk terjadinya berbagai penyakit degenerative, misalnya DM,
hipertensi, penyakit jantung koroner dan beragai jenis penyakit kanker.
Kelebihan nutrisi juga bisa menyebabkan malnutrisi. Mekanisme cenderung untuk
melindungi tubuh dengan akumulasi cadangan,atau untuk nutrisi dengan meningkatkan
kecepatan eksresi dari tubuh atau menurun efisiensi absorpsi.Bila kelebihan itu banyak
atau berlangsung lama meningkatkan konsentrasi nutrisi dan terjadi perubahan aktifitas
enzim dan tingkat metabolisme menjadi meningkat.Obesitas menggunakan campuran yang
memproduksi energy contohnya; protein,lemak,karbohidrat dan alcohol dalam jumlah
yang banyak dari kebutuhan.Akibatnya terjadi penyimpangan energy sebagai lemak
tubuh.Penyimpanan lemak tubuh ini menjadi pengaruh terhadap fungsi tubuh,mobilitas
dan kesehatan.Orang yang gemuk mempunyai resiko sangat besar untuk terjadinya
penyakit Osteoathristis,Diabetes Melitus tipe 2,Penyakit Kardiovaskuler,Hipertensi dan
Penyakit Kandung empedu.
Kelebihan kolesterol dan trigliserida dalam darah ada kaitannya dengan penyakit jantung
koroner. Kelebihan tersebut adalah akibat dari intake asam lemak jenuh disertai peningkatan
produksi ke hati.Intake yang tinggi dari kolesterol akan meningkatkan derajat kolesterol dalam
darah,hati pada keadaan normal mengadakan kompensasi akibat intake yang besar dengan
mensintesa lebih sedikit kolesterol dan mengubah lebih banyak kolesterol menjadi asam
empedu.Mekanisme kompensasi ini mengalami perubahan,mungkin karena factor genetika
dan orang yang beresiko tinggi untunk menderita penyakit jantung koroner
B. Etiologi Obesitas
Terdapat beberapa etiologi dari penyakit obesitas, yaitu:
a. Faktor biologis: kecepetan metabolisme dan jumlah minimum energy yang dibutuhkan
seseorang berperan penting dalam mengatur berat badan. Secara alami beerapa orang
menggunakan lebih banyak kalori untuk melakukan fungsi-fungsi utama dalam tubuh.
b. Faktor genetik : anak-anak yang mengalami obesitas, biasanya orang tuanya juga
mengalami hal yang sama. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti, gen apa yang
menyebabkan obesitas tersebut.
c. Gaya hidup modern : dengan meningkatnya konsumsi kalori dan berkurangnya
aktivitas fisik, berperan penting dalam menyebabkan obesitas. Restoran siap saji
menyediakan banyak pilihan, makanan kemasan dan soft drink. Disamping
menawarkan kemudahan, makanannya juga tinggi dalam hal kandungan lemak, gula
dan kalori.
d. Kurangnya aktivitas : Serta penggunaan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan
C. Patofisiologi Obesitas

Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor
eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen
(obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik
(meliputi 10%).
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3
proses fisiologis, yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju
pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan
penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di
hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus
dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar
serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek
dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan,
serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang
diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa
lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang
mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin
kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi
Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula
sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan
adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang
menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas
terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan
penurunan nafsu makan.

D. Komplikasi
Seorang obesitas menghadapi risiko masalah kesehatan yang berat, antara lain:
a. Hipertensi
Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah. Peningkatan kadar insulin
berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volum darah. Laju jantung
meningkat dan kapasitas pembuluh darah mengangkut darah berkurang.Semuanya
dapat menungkatkan tekanan darah.

b. Diabetes
Obesitas merupakan penyebab utama DM tipe 2.Lemak berlebih menyebabkan
resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan.

c. Dislipidemia.
Terdapat peningkatan kadar low-density lipoprotein cholesterol (jahat), penurunan
kadar high-density lipoprotein cholesterol (baik) dan peningkatan kadar trigliserida.
Dispilidemia berisiko terbentunya aterosklerosis.
d. Penyakit jantung koroner dan Stroke
Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis.

e. Osteoartritis.
Morbid obesity memperberat beban pada sendi-sendi.

f. Apnea tidur.
Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yang selanjutnya menyebabkan
henti napas sesaat sewaktu tidur dan mendengkur berat.

g. Asthma
Anak dengan BBL atau obes cenderung lebih banyak mengalami serangan asma atau
pembatasan keaktifan fisik.

h. Kanker
Banyak jenis kanker yang berkaitan dengan BBL misalnya pada perempuan kanker
payudara, uterus, serviks, ovarium dan kandung empedu; pada lelaki kanker kolon, rektum
dan prostat.

i. Penyakit perlemakan hati


Baik peminum alkohol maupun bukan dapat mengidap penyakit perlemakan hati (non
alcoholic fatty liver disease = NAFLD) atau non alcoholic steatohepatitis (NASH) yang
dapat berkembang menjadi sirosis.

j. Penyakit kandung empadu


Orang dengan BBL dapat menghasilkan banyak kolesterol yang berisiko batu kandung
empedu

E. Pengobatan untuk penyakit obesitas


Obat antiobesitas dapat dibagi menjadi beberapa golongan antara lain :
a. Golongan non adrenergik: Amfetamin (tidak diizinkan), fentermin ( meningkatkan
pelepasan NE saja), dietilpropion dan mazindol
b. Golongan seretonergik : Fenfluramin (meningkatkan pelepasan seretonin dan
mengihibisi reuptakenya) dan fluoksetin.
c. Campuran noradrenergik dan seretonergik : sibutramin (mengihibisi reuptake seretonin
dan NE).
d. Gastrointestinas noradrenergik dan seretonergik : orlistat (mengihibisi lipase lambung
dan pangkreas)

F. Hubungan struktur dan aktivitas obat-obat obesitas


1. Orislat
Orlistat, merupakan anti obesitas pertama yang tidak bekerja sebagai penekan nafsu
makan, tetapi bekerja secara lokal dengan cara menghambat enzim lipase saluran cerna.
Dengan cara kerja sebagai ‘penghambat lemak’ tersebut, maka 30% dari lemak yang
dikonsumsi tidak dapat diserap. Dengan demikian, terjadi defisit kalori yang akan
menghasilkan penurunan berat badan secara signifikan

(Struktur dari inhibitor lipase orlistatInhibitor lipase pankreas )

Orislat merupakan obat golongan Inhibitor lipase termasuk kelas obat yang digunakan
sebagai agen antiobesitas . Cara kerjanya adalah menghambat lipase lambung dan
pankreas, enzim yang berperan penting dalam pencernaan lemak makanan . Inhibitor
lipase diklasifikasikan dalam sistem klasifikasi ATC sebagai A08AB (produk
antiobesitas yang bekerja secara perifer. Sejumlah senyawa telah diisolasi dari alam,
semi-disintesis, atau sepenuhnya disintesis dan kemudian disaring untuk aktivitas
penghambatan lipase mereka tetapi satu-satunya inhibitor lipase di pasaran adalah
orlistat (Xenical, Alli). Inhibitor lipase juga menunjukkan aktivitas anti kanker, dengan
menghambat sintase asam lemak.
Orlistat berikatan secara kovalen dengan sisi aktif enzim lipase membentuk kompleks
enzim-inhibitor yang kuat dan stabil .Kestabilan ikatan ini dibuktikan dengan hidrolisis
tetrahidrolipstatin oleh buffer yang tidak mempengaruhi kekuatan ikatan kovalen. Ikatan ini
akan mengalkilasi gugus hidroksil serin pada sisi aktif enzim lipase. Lipase yang inaktif ini
tidak mampu menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan monoasilgliserol. Lipstatin
dan tetrahydrolipstatin tidak dapat menghambat aktivitas enzim lain, seperti tripsin,
chymotrypsin, fosfolipase A2, amilase, dan esterase hati
Seperti yang kita ketahui, lemak diserap dalam bentuk trigleserida yang

mengandung satu molekul monogliserida dan 2 molekul asam lemak bebas.

Sebagian besar proses pencernaan lemak terjadi pada bagian pertama usus kecil,

duodenum – yang benyak mengandung cairan pankreatik – dimana reaksi

ezimatik akan berlangsung. Di sini, lemak akan diemulsifikasi (dipecah menjadi

butiran-butiran kecil) membentuk ‘tiny fat globules’ yang berdiameter 200

sampai 5000nm.

Enzim lipase yang berperan pada emulsifikasi ini, akan memecah trigliserida

menjadi asam lemak bebas dan monogliserida. Untuk dapat menembus dinding

usus, monogliserida dan asam lemak bebas ini harus berikatan terlebih dahulu

dengan garam empedu untuk membentuk micelle. Bagian dalam usus kecil

diselimuti dengan apa yang disebut villi yang berfungsi memperluas

permukaan, guna mempercepat penyerapan hasil-hasil pencernaan.

Saat lemak diabsorpsi, akan melewati small lymph vessels , yang disebut

lacteal, untuk kemudian didistribusikan ke dalam sistem limpa dan masuk ke

dalam sistem sirkulasi.


Gambar . 3.
“ Selama pencernaan lemak , lipase dalam saluran pencernaan menghidrolisis
lemak (trigliserida ) menjadi molekul yang lebih kecil ( asam lemak bebas dan
monogliserida) yang dapat diserap melalui mukosa duodenum . Inhibitor lipase
mengikat lipase dan menonaktifkan enzim. Itu mengarah pada ekskresi lemak yang
tidak tercerna dengan feses”

Mekanisme inhibitor lipase dalam pencernaan lemak ditunjukkan pada gambar 3.


Inhibitor ini mengikat secara kovalen sebagai ester pada gugus hidroksil serin di lokasi
aktif pada pankreas dan lipase lambung dan membentuk kompleks yang stabil. Ini
menghasilkan perubahan konformasi pada enzim yang menyebabkan pemaparan situs aktif
katalitik. Ketika situs aktif terpapar, gugus hidroksil pada residu serin diasilasi . Hal ini
menyebabkan inaktivasi enzim yang ireversibel. Lipase yang tidak aktif tidak mampu
menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan monogliserida yang dapat diserap, oleh
karena itu trigliserida diekskresikan tanpa dicerna oleh feses. Dengan mode aksi ini,
penyerapan kalori dari lemak dalam makanan menjadi terbatas, maka berat badan
berkurang. Karena itu, peran utama inhibitor lipase adalah menghambat lipase dalam
saluran pencernaan, tetapi mereka tidak memiliki aktivitas yang signifikan terhadap
protease , amilase , atau enzim pencernaan lainnya.
Struktur kimia senyawa memainkan peran penting dalam mengikat target mereka.
Kelompok kimia yang paling penting dan perlu untuk pengikatan dan aktivitas senyawa-
senyawa ini adalah cincin β-lakton (beta-lakton) yang merupakan farmakofor pusat.
Bagian β-lakton ditunjukkan dalam warna merah pada struktur pada tabel di bawah ini.
Penelitian telah menunjukkan bahwa pembelahan cincin β-lakton mengakibatkan
hilangnya aktivitas penghambat inhibitor, yang membuat struktur β-lakton bagian penting
dalam aktivitas biologis . Struktur cincin lakton mengikat secara ireversibel ke situs aktif
lipase dan membentuk ikatan kovalen, yang mengarah pada penghambatan. Sebagian
besar inhibitor lipase alami hanya berbeda dalam struktur rantai samping dan sifat asam
amino terkait, tetapi memiliki cincin β-lakton yang sama dalam konfigurasi sebagai
struktur primer. Selain peran cincin β-lakton dalam hubungan struktur-aktivitas , sifat
kelompok fungsional (misalnya ester atau eter dan panjang rantai di situs β) juga penting.
Namun trans -posisi rantai samping pada cincin β-lakton sangat penting untuk aktivitasnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai kelebihan akumulasi lemak tubuh
sedikitnya 20 % dari berat rata-rata untuk usia, jenis kelamin dan tinggi badan. Kelebihan
nutrisi juga bisa menyebabkan malnutrisi. Mekanisme cenderung untuk melindungi tubuh
dengan akumulasi cadangan,atau untuk nutrisi dengan meningkatkan kecepatan eksresi
dari tubuh atau menurun efisiensi absorpsi. Salah satu obat yang digunakan untuk
antiobesitas adalah orislat dimana merupakan obat golongan Inhibitor lipase. Cara
kerjanya adalah menghambat lipase lambung dan pankreas, enzim yang berperan penting
dalam pencernaan lemak makanan.
B. Saran
Saran dan kritikan dari teman- teman sangat diharapkan untuk perbaikan dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syaiful. 2005. Obesitas dalam Masyarakat.Jakarta: Yudhistira.

Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN
DI INDONESIA, 15(1), 37–43.

Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan
Tunika Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja,11(3).

Horrison. 1999. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Ibrahim, Anwar. 2008. Obesitas. Surabaya: Pariwara.

Anda mungkin juga menyukai