PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidup sebagai tanda
kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk menandakan seseorang hidup
berkecukupn. Namun sekarang obesitas telah menjadi masalah yang serius karena memicu
timbulnya berbagai komplikasi penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas kini telah
menjadi perhatian khusus badan kesehatan dunia.
Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda
masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia.
Perubahan gaya hidup termasuk kecenderungan mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak tinggi merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat
badan. Berbagai upaya untuk melangsingkan tubuh telah banyak dilakukan diantaranya
dengan pengaturan makanan, merubah gaya hidup, pemberian obat dan pembedahan untuk
mengurangi lemak atau mengangkat sebagian usus.
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga
kepada lokasi penimbunan lemak tubuh.Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan
wanita cenderung berbeda.Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong,
sehingga memberikan gambaran seperti buah pir.Sedangkan pada pria biasanya lemak
menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel
B. Rumusan Masalah
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor
eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen
(obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik
(meliputi 10%).
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3
proses fisiologis, yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju
pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan
penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di
hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus
dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar
serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek
dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan,
serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang
diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa
lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang
mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin
kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi
Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula
sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan
adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang
menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas
terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan
penurunan nafsu makan.
D. Komplikasi
Seorang obesitas menghadapi risiko masalah kesehatan yang berat, antara lain:
a. Hipertensi
Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah. Peningkatan kadar insulin
berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volum darah. Laju jantung
meningkat dan kapasitas pembuluh darah mengangkut darah berkurang.Semuanya
dapat menungkatkan tekanan darah.
b. Diabetes
Obesitas merupakan penyebab utama DM tipe 2.Lemak berlebih menyebabkan
resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
c. Dislipidemia.
Terdapat peningkatan kadar low-density lipoprotein cholesterol (jahat), penurunan
kadar high-density lipoprotein cholesterol (baik) dan peningkatan kadar trigliserida.
Dispilidemia berisiko terbentunya aterosklerosis.
d. Penyakit jantung koroner dan Stroke
Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis.
e. Osteoartritis.
Morbid obesity memperberat beban pada sendi-sendi.
f. Apnea tidur.
Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yang selanjutnya menyebabkan
henti napas sesaat sewaktu tidur dan mendengkur berat.
g. Asthma
Anak dengan BBL atau obes cenderung lebih banyak mengalami serangan asma atau
pembatasan keaktifan fisik.
h. Kanker
Banyak jenis kanker yang berkaitan dengan BBL misalnya pada perempuan kanker
payudara, uterus, serviks, ovarium dan kandung empedu; pada lelaki kanker kolon, rektum
dan prostat.
Orislat merupakan obat golongan Inhibitor lipase termasuk kelas obat yang digunakan
sebagai agen antiobesitas . Cara kerjanya adalah menghambat lipase lambung dan
pankreas, enzim yang berperan penting dalam pencernaan lemak makanan . Inhibitor
lipase diklasifikasikan dalam sistem klasifikasi ATC sebagai A08AB (produk
antiobesitas yang bekerja secara perifer. Sejumlah senyawa telah diisolasi dari alam,
semi-disintesis, atau sepenuhnya disintesis dan kemudian disaring untuk aktivitas
penghambatan lipase mereka tetapi satu-satunya inhibitor lipase di pasaran adalah
orlistat (Xenical, Alli). Inhibitor lipase juga menunjukkan aktivitas anti kanker, dengan
menghambat sintase asam lemak.
Orlistat berikatan secara kovalen dengan sisi aktif enzim lipase membentuk kompleks
enzim-inhibitor yang kuat dan stabil .Kestabilan ikatan ini dibuktikan dengan hidrolisis
tetrahidrolipstatin oleh buffer yang tidak mempengaruhi kekuatan ikatan kovalen. Ikatan ini
akan mengalkilasi gugus hidroksil serin pada sisi aktif enzim lipase. Lipase yang inaktif ini
tidak mampu menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan monoasilgliserol. Lipstatin
dan tetrahydrolipstatin tidak dapat menghambat aktivitas enzim lain, seperti tripsin,
chymotrypsin, fosfolipase A2, amilase, dan esterase hati
Seperti yang kita ketahui, lemak diserap dalam bentuk trigleserida yang
Sebagian besar proses pencernaan lemak terjadi pada bagian pertama usus kecil,
sampai 5000nm.
Enzim lipase yang berperan pada emulsifikasi ini, akan memecah trigliserida
menjadi asam lemak bebas dan monogliserida. Untuk dapat menembus dinding
usus, monogliserida dan asam lemak bebas ini harus berikatan terlebih dahulu
dengan garam empedu untuk membentuk micelle. Bagian dalam usus kecil
Saat lemak diabsorpsi, akan melewati small lymph vessels , yang disebut
Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN
DI INDONESIA, 15(1), 37–43.
Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan
Tunika Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja,11(3).