Anda di halaman 1dari 9

NOTULENSI TANYA JAWAB SEPUTAR LPDP

Narasumber: Kak Atika (Awardee LPDP 2018 Afirmasi Bidikmisi DN)


Moderator : Dedy Setyawan (Awardee LPDP 2019 AAMIIN)

1. Kak Aisyah
a. Pertanyaan: Bagaimana cara supaya kita bisa percaya diri saat menyampaikan
proposal rencana studi dan terutama kontribusi yang nanti akan dilakukan untuk
Indonesia?
Jawaban: Agar percaya diri saat menyampaikan proposal terutama kontribusi
untuk Indonesia, yang pertama harus dilakukan adalah kuasai dulu esai yang kakak
tulis, karena interviewer tidak akan keluar dari esai. Misal kalau saya ingin jadi
dosen, dulu saya jawab seperti ini, “Saya senang jika saya bisa bermanfaat untuk
orang lain dengan cara mengaplikasikan ilmu yang saya peroleh.” Pemikiran yang
sederhana seperti itu yang dicari interviewer (menurut saya pribadi).
b. Pertanyaan: Bagaimana cara meyakinkan interviewer dengan kontribusi kita nanti
(setelah lulus mau jadi dosen), padahal sebelumnya saya belum pernah mengajar
dalam waktu yang lama? (hanya ngajar les anak-anak SD saja)
Jawaban: Hal kecil seperti pernah mengajari anak SD itu sudah termasuk
pengalaman dalam mengajar atau menyampaikan materi. Bagaimana cara kita
membuat orang lain paham apa yang kita sampaikan sudah menjadi poin plus jika
mau berkontribusi sebagai tenaga pengajar.
c. Pertanyaan: Apakah nanti semua sertifikat yang dicantumkan di CV wajib dibawa
dan akan diperiksa? Soalnya saya ada 2 yang tidak ada sertifikat dan memang
tidak diberikan sertifikat.
Jawaban: Kalau pengalaman saya dulu, sertifikat yang diverifikasi hanya berkas
yang kita lampirkan saat seleksi administrasi. Berkas tersebut dicek apakah sesuai
dengan yang kita apply. Kebetulan saya dulu juga pernah waktu SMA mengikuti
ekstra pramuka, ikut PMR waktu SMP dan ikut karang taruna desa. Kemudian
waktu daftar saya tulis di pengalaman organisasi tetapi tidak saya lampirkan
sertifikatnya, karna memang tidak ada sertifikat dari sekolah dan saat verifikasi
tidak ditanyakan pula.
2. Kak Marina
a. Pertanyaan: Sesuai pengalaman kakak, dari ketiga reviewer yang mewawancarai,
siapa yang paling dominan bertanya? Dan siapa yang paling tajam
pembahasannya?
Jawaban: Interviewer 1 orang psikolog dan 2 orang dari bidang kita (fisika).
Pengalaman saya, psikolog sedikit bertanya tetapi kita akan lebih banyak
berargumen mengenai pertanyaan psikolog, seperti seputar keluarga yang dapat
membuat kita mengharu-biru. Dulu sempat berkaca-kaca saat menyampaikan
motivasi saat ditanya psikolog, “Siapa yang menjadi motivasi anda mendaftar
LPDP?”
b. Pertanyaan: Apa pertanyaan paling sulit yang pernah didapatkan dan bagaimana
menjawabnya?
Jawaban: Saya sempat ditanya dan menurut saya agak sulit untuk dijawab kalau
tidak baca materi, seperti ini “mata kuliah apa yang ada di S2 dan ada juga di S1?
Apa yang membedakan diantara keduanya?” Saran saya untuk teman-teman pejari
silabus kampus tujuan kakak, terutama mata kuliah apa saja yang akan kakak
ambil dan membahas tentang apa. Saat kepepet tidak tahu jawabannya, dulu saya
jawab, “Saya belum tahu materi ini, dan saya sangat terbuka untuk belajar lebih
baik lagi.”
c. Pertanyaan: Sedetail apa pertanyaan tentang tesis?
Jawaban: Menurut pengalaman saya, pertanyaan seputar tesis masih di permukaan,
misal “Apasih manfaat tesis anda untuk masyarakat luas?” Kebetulan calon tesis
saya berhubungan dengan skripsi di S1 dan sudah saya aplikasikan di kehidupan
sehari-hari. Kemudian interviewer bertanya kembali “Siapa calon dosen
pembimbing tesis anda di kampus tujuan?” Kebetulan saya sudah mempelajari
dosen pengajar di UGM jadi saya jawab nama orangnya dan bidang penelitiannya
tentang apa.
3. Kak Resi
a. Pertanyaan: Terkait berkas-berkas yang wajib dibawa saat interview, apakah selain
yang tercantum dichecklist kartu wawancara, apakah sertifikat seminar/pelatihan
dan prestasi juga wajib dibawa saat interview? Jika tidak wajib, apakah perlu
ditunjukkan saat interview?
Jawaban: Saya dulu untuk berjaga-jaga semua berkas yang saya lampirkan di
ceklis dan berkas lain yang sekiranya ditanyakan (sertifikat-sertifkat) semua saya
bawa. Interviewer meminta saya untuk menunjukkan transkrip nilai S1. Karena
waktu wawancara, kita diperbolehkan bawa tas jadi semua berkas bisa disimpan
dalam tas, dan yang dipegang berkas di ceklis saja (saran saya).
b. Pertanyaan: Jika mendapat pertanyaan tentang kegagalan/kejadian paling
menyedihkan dalam hidup, apakah jawabannya sebaiknya berkaitan dengan
pengalaman akademis atau tentang kehidupan pribadi?
Jawaban: Kalau ditanya tentang kegagalan atau kejadian paling menyedihkan
dalam hidup, jawab saja bagaimana sikap kita dalam mengatasi kegagalan
tersebut. Sama halnya ketika kita ditanya kekurangan dalam diri kita, pasti setiap
orang punya kekurangan tetapi poin utama pertanyaan tersebut adalah bagaimana
kita meminimalisir bahkan mengatasi kekurangan tersebut dengan kelebihan yang
kita miliki. Saran saya dikombinasikan saja antara akademik dengan motivasi
pribadi untuk meraih kesuksesan. Karena orang sukses bukan tanpa gagal.
c. Pertanyaan: Jika mendapat pertanyaan “Mengapa tidak daftar universitas luar
negeri, bukankah jurusanmu lebih bagus di luar negeri?” Kira-kira bagaimana
jawaban yang meyakinkan? Apakah boleh memasukkan unsur personal, misalnya
karena ingin dekat keluarga sebagai salah satu pertimbangannya?
Jawaban: Realistis saja, pada waktu itu toefl saya tidak memumpuni untuk
mendaftar di luar negeri. Akan tetapi dengan belajar di dalam negeri tidak
menutup kemungkinan untuk saya memberikan kontribusi lebih. Boleh
memberikan unsur personal karena saya ada pengalaman menarik waktu ditanya
kenapa pilih UGM. Awalnya saya jawab karena UGM merupakan kampus terbaik
bla bla blaaaa. Dikejar pertanyaannya, memang kampusmu yang lama bukan
kampus terbaik? Lalu apa yang membuat anda pilih UGM? Setiap saya menjawab
pasti selalu dikejar, akhirnya (the power of kepepet) saya jawab, saya punya
kewajiban di rumah saya yang harus saya tuntaskan yang membuat saya tidak bisa
jauh dari rumah. Pasti ditanya dong kewajibannya apa? Saya jawab dengan penuh
kejujuran mengenai keluarga. Mungkin itu salah satu yang membuat saya diterima
LPDP, karena ada psikolog yang dapat membaca gerak-gerik kita berbohong atau
tidak, tulus atau tidak.
4. Kak Fazita
a. Pertanyaan: Jika nilai skor toefl belum memenuhi syarat kampus, hanya cukup
untuk administrasi LPDP, bagaimana menjelaskannya? Karena setahu saya ada
program pengayaan bahasa untuk afirmasi, cukupkah menjawab seperti itu?
Jawaban: Kebanyakan teman-teman afirmasi pasti punya keluhan yang sama
tentang bahasa inggris, hehe (begitupun saya). Iya betul sekali jawab saja ada
program pengayaan Bahasa dari LPDP yang akan membantu kita belajar tentang
toefl untuk persiapan mendaftar kampus tujuan. Tetapi jangan hanya terpaku pada
program tersebut, kita sebagai pemuda juga harus belajar mandiri. Kebetulan toefl
saya sedikit di atas syarat minimal daftar UGM dan waktu ditanya “apakah anda
yakin dengan toefl sekian dapat masuk kampus UGM? Saya jawab “iya saya
yakin” (dengan menatap mata interviewer, pokoknya jangan sampai pandangan
kita kemana-mana, kalau bisa tatap matanya, kalau tidak sanggup bisa dilihat
bagian diantara alis, saran saja). Minimal toefl ITP UGM dulu 400 (sekarang pakai
accept) dan skor saya 400 lebih dikit, tidak sampai 450.
b. Pertanyaan: Apakah akan ada pertanyaan seputar nilai selama kuliah? Saya
memiliki nilai jelek dan itu memang seangkatan yang dapat. Sudah mencoba untuk
mengulang, tetap saja jelek. Bagaimana menjawab pertanyaan seperti itu agar
tidak terkesan menyalahkan orang lain atau dosen? Saya memilih lulus dengan
nilai demikian karena regulasi kampus juga memperbolehkan membungkus nilai
seperti itu.
Jawaban: Saya dulu disuruh menjelaskan salah satu materi kuliah di S1 (mungkin
karena interviewer meminta transkrip nilai yang saya bawa). Tetapi tidak menutup
kemungkinan juga ditanya masalah nilai, misalnya sudah berusaha mengulang
tetapi masih saja jelek, jawab saja dengan demikian yang menjadi motivasi saya
untuk lebih giat belajar lagi melalui program LPDP ini saya ingin terus belajar dan
lain sebagainya. Oh ya jangan sampai menyalahkan dosen atau pihak lain. Giring
pewawancara pada jawaban bahwa kita benar-benar serius ingin belajar.
5. Kak Sulaeman
a. Pertanyaan: Apakah masih ada kesempatan pindah universitas (di luar 3 pilihan)
jika sudah jadi awardee?
Jawaban: Masalah pindah universitas itu bisa diijinkan apabila ada alasan kuat,
misal sudah daftar berkali-kali tetap saja tidak diterima. Karena LPDP
memberikan waktu 1 tahun untuk mencari LoA. Pengalaman saya di PK
(Persiapan Keberangkatan), materi tentang pindah jurusan akan disampaikan oleh
pihak LPDP syarat dan ketentuannya. Lagipula di booklet LPDP sudah tertulis
tidak boleh pindah, jadi alangkah lebih baiknya jika kita sudah mantap dengan
universitas yang kita pilih.
6. Kak Ida
a. Pertanyaan: Apakah hasil EOTSW (Essay On The Spot Writing) akan ditanyakan
saat wawancara? Kalau iya, berapa persenkah pertanyaan tentang itu?
Jawaban: Pengalaman saya dulu tidak ditanya apapun tentang EOTSW. Tetapi
untuk mengantisipasi, belajar saja mengenai essay yang kakak tulis waktu SBK,
belajar di permukaan tidak apa-apa, agar kita punya materi jika tiba-tiba ditanya
seputar hal tersebut.
b. Pertanyaan: Kalau semisal kita saat ini sudah bekerja tapi waktu dapat LPDP mau
mengundurkan diri, apakah itu bakal ditanyakan?
Jawaban: Kalau mengundurkan diri dari bekerja karena memilih LPDP siapkan
alasannya karena kemungkinan besar ini akan ditanya. Dulu saya juga masih
bekerja sebagai tentor di salah satu bimbel, tetapi memang sengaja tidak saya tulis
mengundurkan diri karena menurut saya tidak ada efek setelah saya lulus S2 LPDP
dan tidak mungkin saya kembali bekerja disana. Saya hanya menuliskan di
pengalaman bekerja saja.
7. Kak Taufiq
a. Pertanyaan: Saya pernah dapat cerita dari awardee tahun lalu. Ada awardee yang
ditanya kenapa pilih kampus dalam negeri bla bla bla. Pada akhirnya, si
pewawancara berkata, “Kamu saya terima kalau pilih luar negeri, gimana?” Nah
dalam menghadapi kasus pertanyaan pilihan yang bertentangan dengan pilihan
kita, menurut kaka bagaimana ya?
Jawaban: Hati-hati dengan pernyataan dari interviewer seperti ini, karena bisa jadi
ini jebakan untuk menggoyahkan pendirian kita. Karena interviewer akan selalu
mencari celah agar kita mengikuti alur mereka. Saran saya tetap pada pendirian
kita kalau di DN ya tetap pilih DN kalau di LN ya tetap pilih LN. Realistis saja
kalau kita jawab iya pak saya daftar LN, impossible sekali kakak akan
mendapatkan interviewer yang sama yang katanya tadi mau menerima menjadi
awardee LPDP kalau daftar di LN.
b. Pertanyaan: Dalam proposal studi, saya baru sadar ternyata banyak kesalahan-
kesalahan yang saya buat. Contohnya, saya menuliskan kontribusi saya setelah
lulus menjadi analis di kementerian A, ternyata setelah saya cek apa yang saya
tulis bertentangan dengan jodesk posisi yang sebenarnya. Ada keteledoran saya
dalam menulis. Nah, menurut kakak, bagaimana cara kita menjelaskan kepada
reviewer tentang hal tersebut?
Jawaban: Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Kalau mendapat
pertanyaan seperti ini jawab kontribusi apa yang sebenarnya akan kakak lakukan.
Tidak apa-apa bilang proposal saya kurang tepat pak, sebenarnya maksud saya
seperti ini ini ini dan lain sebagainya. Ini kalau semisal ditanya, tetapi kalau tidak
ditanya ya jangan dibiarkan tahu :D
c. Pertanyaan: Bagi seorang pelamar LPDP yang fresh graduate kan belum punya
pengalaman kerja, sedetail-detailnya kontribusi pun masih belum paham akan
kondisi lapangan terutama posisi/karir setelah lulus nanti. Selain itu, menurut saya,
dibandingkan yang sudah bekerja, rencana kontribusi bisa lebih konkret dan sudah
punya posisi. jadi, menurut saya, argumen fresh graduate tentang kontribusi masih
bisa dipatahkan oleh reviewer yang ngeyel. Apa nih tipsnya untuk para fresh
graduate?
Jawaban: Benar sekali kak, kita yang dari freshgraduate jika dibandingkan dengan
yang sudah bekerja pasti tidak seberapa. Itulah sebabnya kita disuruh menulis
pengalaman organisasi, prestasi apa yang diraih untuk menambah bekal
menghadapi dunia luar. Pasti setiap orang punya pengalaman atau hal sederhana
yang membuat kita diperhitungkan dihadapan reviewer. Maka dari itu matangkan
kontribusi yang telah dilakukan, yang sedang dilakukan dan yang akan dilakukan
karena ini akan selalu ditanya.
8. Kak Putri Keumala
a. Pertanyaan: Apakah ada pertanyaan terkait jurusan S1 kita? Semacam kenapa
memilih jurusan dan apa pencapaian setelah lulus dari jurusan tersebut?
Jawaban: Pertanyaan seperti ini kemungkinan besar keluar dan kakak harus
menyiapkan jawabnnya. Jawaban saya mirip dengan pertanyaan Kak Marina pada
nomor 2.
b. Pertanyaan: Bagaimana cara yang baik ketika menjawab pertanyaan yang kita
tidak tahu jawabannya dan pertanyaan yang membuat kita blank seketika?
Jawaban: Jawaban ini sedikit saran dari saya, kakak bisa mengembangkan sendiri
agar lebih mengena pada interviewer, “Saya belum paham mengenai hal tersebut,
tetapi saya sangat terbuka untuk belajar lagi.” Wajar saja kalau kita belum
mengetahui banyak hal, melalui LPDP ini sebagai wadah kita untuk belajar.
Waktu saya wawancara, kalau tidak salah saya 2 kali mengucap kalimat tersebut,
karena saya memang benar-benar tidak tahu atau lupa. Saya berfikir apabila kita
memaksakan jawaban yang kita tidak tahu, interviewer akan lebih menekan
pertanyaan kepada kita.
9. Kak Firdana Alfianti
a. Pertanyaan: Menurut Kak Atika, kenapa kakak bisa terpilih jadi awardee LPDP?
Jawaban: Pertanyaan yang keren sekali, jujur saja awalnya saya pesimis diterima
LPDP karena saat wawancara, salah satu interviewer memberikan statement
“kamu itu orang fisika atau bukan” karena saya salah memberikan jawaban tentang
soal fisika. Sudah pasti pernyataan tersebut menjatuhkan mental saya saat
wawancara. Tetapi saya mengucapkan maaf dan berusaha untuk belajar lebih giat
lagi. Selain itu saya memberikan pernyataan tentang kontribusi yang sudah saya
lakukan, kegiatan yang sedang saya lakukan saat ini yang berhubungan dengan
kontribusi saya kedepannya. Ada hal menarik yang menurut saya menjadi salah
satu alasan saya diterima yaitu saya memberikan jawaban yang jujur dan tulus
ingin belajar. Jangan lupa fokus menatap interviewer, jangan biarkan pandangan
kita kemana-kemana karena lagi-lagi disitu ada psikolog yang tidak henti-hentinya
melihat kita.
10. Kak Shalih
a. Pertanyaan: Jika ditanya apa yang membuat kita yakin akan diterima dan
mendapat LoA dari universitas tujuan (sementara program magister umumnya
tidak memerlukan korespondensi dengan profesor dari universitas terkait tesis,
tidak seperti doktoral), bagaimana sebaiknya menjawabnya?
Jawaban: Sebelumnya kita lihat dulu persyaratan untuk mendaftar kampus tujuan,
apabila kita merasa sudah memenuhi syarat misal toefl, TPA sudah memenuhi,
kita boleh mengatakan yakin untuk diterima. Mohon maaf sebelumnya kalau
mengenai korespondensi dengan professor untuk doktoral saya tidak berani
menjawab karena belum tahu, mungkin bisa disimpan pertanyaannya untuk
pemateri selanjutnya kalau tidak salah dari doktoral juga.
b. Pertanyaan: Bagaimana cara LPDP menginterview seputar nasionalisme? Apa saja
kira-kira pertanyaannya dan bagaimana Kakak menjawabnya?
Pengalaman saya dulu waktu wawancara, tidak ada pertanyaan khusus tentang
nasionalisme. Tapi kalau ditanya seputar nasionalisme, kita bisa memberikan
contoh nasionalisme dalam kehidupan kita seperti apa, lantas apakah kita sudah
paham dan menerapkan hal tersebut.
c. Pertanyaan: Bagaimana meyakinkan interviewer ketika ditanya apa yang membuat
kita layak atau yakin akan diterima dalam program beasiswa ini?
Jawaban: Jawaban saya sama seperti jawaban Kak Firda.
11. Kak Rini Indri
a. Pertanyaan: Apakah Kak Atika pernah mendengar atau tahu ada pewawancara
yang meminta interviewee untuk menunjukkan integritas ataupun nasionalisme
pada saat wawancara berlangsung? Apa yang pantas dilakukan secara spontan
pada saat wawancara? (terutama terkait integritas atau mungkin ada hal lain yang
diminta interviewer selain dua hal tersebut)
Jawaban: Apabila ditanya tentang 2 hal tersebut, alangkah lebih baiknya jika kita
memberi contoh real yang ada di kehidupan kita atau pengalaman-pengalaman kita
yang berhubungan dengan hal tersebut. Saran saya, kakak menyiapkan jawaban
seputar pengalaman kakak tentang integritas dan nasionalisme. Jika ditanya hal
lain, apapun itu, saya lebih prefer untuk memberi contoh dalam kehidupan saya
yang pernah saya lakukan.
b. Pertanyaan: Kalau boleh, saya ingin mengetahui cerita (apapun yang ingin
diceritakan) pada kami saat interview dulu.
Jawaban: Wah nanti jadi novel kak wkwkwk sudah saya rangkum menjadi essay
jawaban kak dan sudah saya tambahi jika belum sempat ditanyakan teman-teman.
12. Kak Dea
a. Pertanyaan: bolehkah share pengalaman kak Atika terkait interview, apa saja
pertanyaan dari interviewer? (Karena ketika saya bertanya ke beberapa teman
awardee, jawaban mereka, “Saya interview seperti ngobrol biasa dengan ibu-ibu
yang baru kenal di bandara.” Dan mereka berhasil jadi awardee).
Jawaban: Seluruh pertanyaan dan jawaban sudah saya rangkum ya kak, nanti saya
tambahi jika belum ditanyakan. Pada intinya kita masuk, duduk, ditanya, jawab,
keluar ruang, jadi awardee :D
13. Kak Maryana
a. Pertanyaan: Apakah ada awardee yang merupakan fresh graduate? Atau awardee
yang lulus kuliah namun dia pengangguran (tidak bekerja setelah lulus) terus
daftar LPDP dan kemudian lolos?
Jawaban: Banyak kak. Tetapi pasti ada kan ya sedikit pengalaman atau kontribusi
yang pernah dilakukan. Nah itu diutarakan saja kak. Tidak mungkin kita sebagai
freshgraduate hanya diam saja ketika ditanya pengalaman.
14. Kak Syaichon Yusuf Rojali
a. Pertanyaan: Di tahap wawancara apakah ada pertanyaan seputar topik esai waktu
SBK?
Jawaban: Jawabannya sudah ada di Kak Ida ya kak :D
b. Pertanyaan: Enak gak jadi awardee?
Jawaban: Pertanyaan keren sekali ini kak, saya ketawa-ketawa bacanya. Pokoknya
LPDP itu debest deh, apa yang kita peroleh nantinya itu worth it dengan apa yang
kita lakukan hari ini, kita berjuang, belajar demi lolos LPDP. Dan pastinya saya
bangga sekali bisa menjadi salah satu awardee LPDP. Sampai terharu nulisnya kak
hehehee.
15. Kak Layi
a. Pertanyaan: Menurut Kak Atika, setelah wawancara, jawaban dari pertanyaan
interviewer mana yang membuat kak Atika hingga saat ini yakin bahwa jawaban
itulah yang mengantarkan Kak Atika menjadi awardee?
Jawaban: Menurut saya jawaban unik saya yang membuat saya diterima LPDP.
Salah satunya di jawaban Kak Marina (nomor 1) dan Kak Resi (nomor 3). Ketika
saya ditanya kenapa pilih UGM, saya sudah menjawab secara akademik tetap saja
dikejar akhirnya saya jawab “saya tidak ingin jauh-jauh dari Pacitan pak, saya
punya tanggungan disana yang membuat saya tidak boleh jauh dari rumah” dan
menggiring ke pertanyaan, “Siapa motivasi kamu untuk sukses?” Ada teman PK
saya ditanya seperti ini, “Apakah anda pernah mencontek?” kemudian teman saya
menjawab, “Saya itu pencontek kelas kakap waktu SMA pak” jawaban-jawaban
unik seperti inilah yang mungkin dicari oleh LPDP. Tunjukkan kalau kita itu
berbeda dengan orang lain, itulah diri kita. Hal kecil untuk sesuatu yang lebih
besar.
16. Kak Krisnawati
a. Pertanyaan: Saya pernah tanya tentang nilai atau score maksimal wawancara,
kalau boleh tahu dulu kakak dapat nilai berapa? Nilai tertinggi dan terendah saat
wawancara berapa? Berapa nilai passing gradenya?
Jawaban: Wah saya malah tidak tahu kak kalau ada nilai wawancara, dan saya juga
tidak tahu dapat nilai berapa kak. Yang saya tahu hanya nilai waktu TPA SBK
kak.
b. Pertanyaan: Poin tertinggi dari wawancara dilihat dari aspek mana ya kak? Apakah
bobot nilai dari wawancara terkait akademis sama dengan materi tentang
nasionalisme dan psikologis peserta?
Jawaban: Saya kurang tahu tentang poin tertinggi wawancara kak. Sebaiknya kita
mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Saran saja, dulu saya membuat list
pertanyaan dan jawaban untuk saya haflkan dan saya pahami, jadi ketika ditanya,
saya sudah memiliki materi untuk menjawab, karena tata bahasa kita akan berbeda
ketika menjawab spontan dengan menjawab ketika sudah belajar sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai