Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Peranan intelegensi dalam belajar”


Dosen Pengampu : Ifdil,S.HI,S.Pd,M.Pd,Ph.D,Kons

Oleh :
Rizki Jayanto 18086476

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2019
1. Konsep Inteligensi/Kecerdasan

a. Pengertian Intelegensi
Konsep Intelegensi menimbulkan kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai reaksi
terhadap gagasan bahwa setiap orang punya kapasitas mental umum yang dapat diukur dan
dikuantifikasikan dalam angka.
1) Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir semua orang sudah mengenal istilah
tersebut, bahkan mengemukakannya.
2) Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
3) Beberapa pakar menyebutkan bahwa intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan
masalah.
4) Intelegensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak
belajar disekolah. Dengan kata lain, intelegensi dianggap sebagai faktor yang menentukan
berhasil atau tidaknya anak disekolah.
5) Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai
suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran.
Sternberg dalam Santrock mengatakan bahwa secara umum intelegensi dibedakan menjadi 3
diantaranya:
a. Inteligensi Analitis
b. Inteligensi Kreatif
c. Inteligensi Praktis

2. Klasifiksi IQ
Intelligence Quotient (IQ) adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan (Bunda
Lucy, 2010:51). Semakin tinggi hasil tes yang didapat oleh seseorang maka semakin tinggi pula
taraf kecerdasan intelektual yang dimilikinya.
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari
pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli
psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford
berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma
populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya
kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya
hanya berkaitan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-
Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.

3. Konsep Multiple Intelligence (Kemajemukan Inteligensi)


Multiple Intelligence (Kecerdasan Majemuk). Teori tersebut mencoba memperbaiki
pandangan umum di dunia psikologi dan dunia pendidikan yang mengatakan bahwa semua anak
adalah sama, sehingga semua anak harus dididik dengan cara yang sama, mata pelajaran yang
sama dan harus memiliki cita-cita yang sama. Semua serba seragam itulah nuansa pembelajaran
Mono Intelligence. Sebaliknya Howard Gardner melihat bahwa setiap anak adalah unik, karena
uniknya itulah maka setiap anak (setiap orang) itu berbeda, karena berbeda itulah maka sebaiknya
pendidikan dan pelatihan yang (efektif) diberikan pun harus berbeda-beda pula.
Dengan demikian bidang keahlian dan bidang ketrampilannya pun berbeda-beda dan itu adalah
fakta. Howard Gardner berpendapat bahwa setiap anak adalah cerdas pada bidangnya masing-
masing, dan tidak ada anak yang cerdas pada semua bidang. Kecerdasan merupakan salah satu
faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang
mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi.
Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan
sukses belajar di sekolah.
Selain penjelasan bentuk kecerdasan, juga dikaitkan dengan pelajaran yang diajarkan di sekolah
serta tokoh atau profesi yang memiliki kecerdasan tersebut.
1. Kecerdasan Verbal (Bahasa)
Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan
membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.
Berkaitan dengan pelajaran bahasa. William Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu
Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman “Lupus” Hariwijaya merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan
kecerdasan ini hingga puncak, demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, orator
pasti memiliki kecerdasan ini.
2. Kecerdasan Logika/Matematika
Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini
sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer
komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika.
3. Kecerdasan Spasial/Visual
Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental dan menciptakan
representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga dimensi, mampu mencipta ulang dunia visual.
4. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik
Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang
diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas2 seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni
bela diri dan memainkan drama.
5. Kecerdasan Musical/Ritmik
Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik dan ritmik secara natural dan kemudian dapat
memproduksinya. Bentuk kecerdasan ini sangat menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas
unutk mengubah kesadaran kita, menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak.
6. Kecerdasan Intrapersonal
Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja
terdalam dari karakter dan kepribadian. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan.
Berkaitan dengan jurusan psikologi atau filsafat. Tokoh2 sukses yang dapat dikenalkan untuk
memperkaya kecerdasan ini adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.
7. Kecerdasan Spiritual
Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi dan kesadaran interpersonal dan
kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita menjadi manusia
yang utuh, berada pada bagian yang paling dalam diri kita.
4. Usaha Guru Membantu Siswa Dalam Belajar Sesuai Dengan Potensinya
a. Pengertian Pendidikan, Pengajaran dan Potensi
Dalam sebuah proses pembelajaran terdiri atas berbagai unsur, mulai dari guru, siswa, materi
pelajaran, strategi dan metode pengajaran serta media pembelajaran. Proses belajar yang dialami
siswa merupakan bagian dari pendidikan dan pengajaran. Pendidikan pada hakikat untuk
perkembangan individu. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan.
b. Pentingnya Pembelajaran dengan Mengoptimalkan Potensi
Proses belajar yang dilalui seseorang secara umum bertujuan untuk perubahan perilaku agar lebih
baik dan berkembang. Pelaksanaan proses belajar itu sendiri sebenarnya melibatkan seluruh
potensi seseorang. Aspek pribadi yaitu kognisi, afeksi dan perilaku, masing-masing memberi
kontribusi untuk tercapainya tujuan belajar yang diinginkan. Proses belajar yang dialami
siswa/mahasiswa tidak hanya sebatas transfer ilmu dari guru/dosen (teaching oriented learning),
tetapi yang lebih penting adalah bagaimana siswa dapat memaknai proses belajarnya, siswa dapat
menggali dan mengotimalkan seluruh potensi yang ia miliki untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang dicita-citakan
c. Peranguru dalam Pengembangan Potensi Siswa

Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk watak bangsa serta
mengembangkan potensi siswa. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih
dalam masyarakat kita yang multikultural dan multidimensional, dimana peranan teknologi untuk
menggantikan tugas-tugas guru sangat minim.Guru memiliki perana yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan
yang berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum
di kelas yang perlu mendapat perhatian(Depdiknas,2005). Dalam proses belajar mengajar, guru
mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk
mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala sesuatu yang terjadi
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.

Anda mungkin juga menyukai