Istilah Hukum Tata Negara (HTN) merupakan padanan dari istilah dalam Bahasa Belanda
Staatrecht, dalam Bahasa Inggris Constitutional Law, dalam Bahasa Jerman Verfassungsrecht, atau
dalam Bahasa Perancis Droi Constitutionel.
Definisi dan Kesimpulan Hukum Tata Negara menurut M. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim
adalah:
Sekumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi daripada Negara, hubungan antar
alat perlengkapan Negara dalam garis vertical dan horizontal, serta kedudukan warga Negara
dan hak hak azasinya”
Sedengkan menurut R.G Kartasapoetra menggemukakan bahwa definisi Hukum Tata Negara
adalah :
Sebagai sekumpulan hukum yang mengatur tentang keorganisasian suatu Negara atau tentang
hubungan antar alat perlengkapan Negara dalam garis koordinasi vertical dan horizontal,
tentang kedudukan warga Negara pada Negara itu beserta hak-hak asasinya”
Dengan demikian, Hukum Tata Negara dapat diartikan secara luas, secara sempit, dalam arti
umum, dan dalam arti hukum positif. Dalam hal ini, Hukum Tata Negara yang di maksudkan adalah
Hukum Tata Negara dalam arti sempit, sebab Hukum Administrasi Negara, sebagai salah satu bidang
Hukum Tata Negara, sudah merupakan salah satu mata kuliah tersendiri. Namun, mencakup Hukum
Tata Negara Umum dan Hukum Tata Negara Positif, sebab bidang telaah tidak hanya mengenai
konstitusi di Indonesia, melainkan juga disertai dengan teori-teori ketatanegaraan secara umum. Oleh
karena itu, Hukum Tata Negara adalah sekumpulan peraturan – peraturan yang mengenai organisasi
Negara, lembaga-lembaga Negara, kekuasaanya, hubunganya satu dengan yang lain, dan hubungan
Negara dengan warga negaranya.
Hukum Tata Negara Indonesia dibedakan antara Hukum Tata Negara Umum dan Hukum
Tata Negara Positif. Hukum Tata Negara Umum disebut pula Pengantar Hukum Tata Negara yakni
mengenai teori-teori ketatanegaraan secara umum, sedangkan Hukum Tata Negara Positif hanya
membahas konstitusi yang berlaku di Indonesia saja.
1
B. Obyek dan Ruang Lingkup Hukum Tata Negara
Obyek Hukum Tata Negara adalah Negara, yaitu Negara dalam arti konkret negera tertentu
atau Negara yang terikat oleh kurun waktu dan tempat. Sedangkan mengenai ruang lingkup kajian
Hukum Tata Negara adalah mengenai organisasi Negara yang mencakup mengenai lembaga –
lembaga Negara, hubunganya satu dengan yang lain dan kekuasaanya, disamping itu, juga mengenai
warga Negara ( dalam hal ini termasuk hak asasi manusia atau HAM) dan Wilayah Negara.
Hukum Tata Negara Indonesia terpusat pada substansi dan penerapan UUD NRI 1945 di
dalam kenyataan, serta berkembang pada semua bidang hukum, sejauh mengenai prinsip- prinsip
konstitusional yang melandasi penerapannya dalam praktik.
Jika diidentifikasikan masalah ketatanegaraan yang terdapat dalam UUD NRI 1945 dapat
dikategorikan sebagai berikut :
2
BAB II
Sumber Hukum Tata Negara adalah Sumber / asal-usul dari mana Hukum Tata Negara itu
berasal, apakah dari hukum tertulis dan/atau tidak tertulis.
Sumber Hukum Tata Negara menurut Bagir Manan terdiri atas dua yaitu :
Sumber – sumber Hukum dalam Hukum Tata Negara Indonesia terdiri dari Hukum Materiil dan
Hukum Formil.
3
BAB III
Konsep dan pengertian mendasar dari sistem pemerintahan dan lembaga – lembaga Negara
terbagi dua yaitu :
Pertama, di dalam bahan hukum primer yakni pada bagian penjelasan Undang – Undang
Dasar Tahun 1945 sebelum amandemen adalah sebagai berikut :
Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas Hukum
Sistem Konstitusional
Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan MPR
Presiden adalah peyelenggara pemerintahan Negara yang tertinggi di bawah MPR
Presiden tidak bertanggung jawab kpada DPR
Menteri Negara ialah Pembantu Presiden
Kekuaasan Kepala Negara tidak tak terbatas bermakna “ Kepala Negara bukan
diktator .
Kedua, di dalam bahan sekunder yakni Negara meliputi tiga kekuasaan yaitu :
Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan Federatif
Lembaga Eksekutif
Lembaga Legislatif
Lembaga Yudikatif
Berdasarkan penamaan dan atribusi wewenang mengenai lembaga-lembaga Negara dalam Perubahan
Undang – Undang Dasar Tahun 1945, Maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
4
Komisi Yudisial
Badan Pemeriksa Keuangan
Pemerintah Daerah
Komisi Pemiliha Umum
Bank Sentral
Tentara Nasional Indonesia
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dewan Pertimbangan
Dalam waktu yang akan dating diperkirakan masih aka nada beberapa Komisi yang akan dibentuk
seperti :
Dalam konteks lembaga Negara di Indonesia dari awal kemerdekaan hingga pada reformasi ini,
terjadi perubahan yang signifikan mengigat perkembangan dan dinamika ketatanegaraan sebagai
ekses dari Amandemen atas Undang – Undang Dasar Tahun 1945 dan mengarah pada terciptanya
politik hukum nasional dengan pembentukan peraturan perundang – undangan terkait tugas, fungsi,
konsep, peranandan wewenang, kedudukan, susunan maupun konstruksi dari keseluruhan Lembaga
Negara di Indonesia.
5
BAB IV
A. Wilayah Negara
Dalam UUD 1945, tidak ada satu pasal pun yang menyinggung mengenai luas wilayah
Negara Indonesia, Bila ingin melihat batas-batas wilayah secara jelas, maka harus melihat dahulu
perjanjian – perjanjian yang diadakan antara kerajaan Belanda dengan Inggris dan Kerajaan Portugis
yang masih berlaku, bedasarkan pasal 5 Persetujuan Perpindahan Kekuasaan sebagai berikut ‘ segala
hak dan kewajiban Kerajaan Belanda yang disebabkan karena perjanjian-perjanjian dan persetujuan
internasional menjadi kewajiban Negara Republik Indonesia serikat sekedar perjanjian-perjanjian dan
perjanjian – perjanjian itu berlaku atas daerah hukum RIS”
Mengenai wilayah batas laut territorial, pada awalnya adalah 3 mil laut ( kurang lebih 5 Km)
dari pantai. Dengan dasar pertimbangan jarak tembak meriam pada saat itu. (Territoriaale zee en
Maritime Kringen Ordonnantie 1939). Teori ini kemudian ditinggalkan karena sangat merugikan
Negara – Negara keplauan (Archipelago) dan juga bila d kaitkan dengan perkembangan tehknologi.
Maka kemudian dikeluarkan PERPU No.4 Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia yang menentukan
batas laut territorial Indonesia sejauh 12 Mil laut dari pantai-pantai terluar kepulauan Indonesia, di
samping itu juga, ada hak untuk Negara melakukan eksploitasi kekayaan laut seluas 200 Mil dari
batas laut territorial.
B. Otonomi Daerah
Pasal 1 Ayat 1 Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia menentukan’ Negara
Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”.
Kata Otonomi berasal dari kata Latin auto = sendiri, nomoi = undang-undang, sehingga
Otonomi Daerah berarti membuat undang – undang sendiri. Pengertian ini terlalu sempit karena
dalam kenyataanya pemerintah daerah tidak hanya membuat undang-undang atau menjalankan fungsi
legislative saja, melainkan menjalankan fungsi peyelenggaraan pemerinta (eksekutip) daerah. Dilihat
dari sejarah perkembangan pemeirntah daerah, istilah daerah otonom disebut dengan daerah swatantra
dalam UU No.1 Tahun 1957 dan UU No.18 Tahun 1965 atau Swapraja dalam UU No.22 Tahun 1948,
yang berarti menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Tetapi kemudian dalam UU No.5 Tahun 1974
dan UU No.22 Tahun 1999 menggunakan nama daerah otonom,, dengan UU No.32Tahun 2004
disebut dengan Provinsi dan daerah yang lebih kecil disebut Kabupaten / Kota.
6
BAB V
A. Warga Negara
Warga Negara adalah istilah yuridis sementara rakyat adalah istilah politik, baik yang tinggal
di dalam negeri maupun diluar negeri. Ada juga istilah penduduk yang mengandung arti lebih luas
yaitu meliputi warganegara dan orang asing. Penduduk Indonesia meliputi warga Negara Indonesia
maupun orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Cara untuk menentukan seorang menjadi warga Negara suatu Negara berdasarkan atas asas
ius soli dan asas ius sanguinis. Ius Soli adalah cara memperoleh kewarganegaraan berdasarkan tempat
dimana ia dilahirkan sedangkan Ius Sanguinis adalah dalam menentukan kewarganegaraan
berdasarkan keturunan darah, bila orang tuanya warganegara Indonesia, maka ia juga akan menjadi
warga Negara Indonesia. Sementara Hak untuk menentukan kewarganegaraan ada dua macam yaitu
Hak Opsi dan Hak Repudiasi, Hak Opsi adalah hak untuk memilih menjadi warganegara suatu Negara
dan Hak Repudiasi adalah Hak untuk menolak menjadi warga Negara suatu Negara. Seseorang yang
memiliki lebih dari satu kewarganegaraan di sebut Bipatride dan Seseorang yang tidak memiliki
kewarganegaraan suatu Negara disebut Apatride.
Hak Asasi Manusia dapat ditemukan dalam rumusan Pasal – Pasal di bawah ini seperti Pasal
28, 28 A, 28 B, 28 C, 28 D, 28 E, 28 F, 28 G, 28 H, 28 I, 28 J, PASAL 29 dan Pasal 34.
Semua hak asasi yang dimuat dalam pasal-pasal mengenai warga Negara maupun hak asasi
manusia diatas merupakan hak dasar atau hak constitutional warga Negara. Penjabaran dari hak – hak
dasar ini juga tersirat dalam berbagai peraturan perundangan dibawh Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945. Setiap warga Negara memiliki hak untuk mempertahankan hak – hak
konstitusionalnya ini dengan melakukan permohonan pengujian undang – undang bila hak – hak ini
dilanggar oleh pembuat Undang – Undang.
7
BAB VI
A. Partai Politik
Partai politik pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terorganisir, di mana para
anggotanya memiliki orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, dengan tujuan untuk memperoleh
kekuasaan politik dengan merebut jabatan-jabatan politik secara konstitusional lewat pemilihan
umum.
Ditinjau dari perspektif peraturan perundang – undangan dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal
1 Angka (1) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 sebagaimana di ubah dalam
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 disebutkan bahwa “ partai politik adalah
organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita – cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan Negara, serta memelihara keutuhan Negara
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945”.
Partai sebagai sarana komunikasi politik dimana partai politik bertugas sebagai alat
komunikasi du arah
Partai politik berfungsi sebagai sarana sosialisasi politik ( Instrument of political
socialization).
Partai Politik sebagai sarana recruitment politik.
Partai Politik sebagai sarana manajemen konflik
B. Pemilihan Umum
Pemilihan umum merupakan satu cara untuk menentukan wakil wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat. Dilakukan sekali dalam satu periode yang berjangka waktu lima tahun.
Untuk memahami sistem pemilihan Umum di Indonesia, Maka dapat dikaji dari segi perjalanan
sejarah perkembangan Pemilihan Umum di Indonesia dalam tinjauan sejarah ketatanegaraan
Indonesia, dengan mempelajari lebih mendalam undang – undang pemilihan umum yang menjadi
dasar penyelanggaraan pemilihan umum, pandangan doktrin ketatanegaraan yang tekait dengan
konsep partai politik dan pemilihan umum, khususnya bilamana merujuk pada undang – undang
teentunya haruslah mengikuti dinamika ketatanegaraan Indonesia yang di nilai paling cepat berubah.
8
9