Anda di halaman 1dari 11

Satya Widya, Vol. 32, No.2.

Desember 2016: 92 - 102

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SD DALAM MENYUSUN RPP


DAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN TUTOR SEJAWAT

Hanifah Kusumawati
hanifahkusumawati91@gmail.com
Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Penelitian ini berangkat dari hasil supervisi tentang adanya permasalahan kompetensi
guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) belum memadai (baru
mencapai 59,375%); Demikian juga kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran
baru mencapai 60,8. Kondisi devisit kompetensi guru yang cukup tinggi ini (40,625% dan
39,2%) merupakan kebutuhan guru akan pelayanan dari Kepala Sekolah selaku supervisor
dalam memberikan penilaian dan masukan terhadap keterampilan guru dalam menyusun
dan mengimplementasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan penelitian
tindakan sekolah ini untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun dan
mengimplementasikan RPP. Subjek penelitian ini adalah 4 guru SDIT AL-Fallah Kecamatan
Simo, Kabupaten Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang terdiri
dari dua siklus. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dan panduan
wawarcara. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru dalam
menyusun dan mengimplementasikan RPP. Pada Siklus I, meskipun belum tuntas (kriteria
PTS berhasil jika terjadi peningkatan kompetensi guru 30%), namun terjadi peningkatan
kompetensi guru dalam menyusun RPP sebesar 25% dan peningkatan kompetensi dalam
melaksanakan pembelajaran sebesar 26%. Pada Siklus II peningkatan kompetensi guru
sudah tuntas (kriteria PTS berhasil jika terjadi peningkatan kompetensi guru  25%), hasil
penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP sebesar
26% dan peningkatan kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran sebesar 25%.

Kata kunci: Kemampuan Guru, Supervisi Klinis.

PENDAHULUAN pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas guru.


Aktivitas guru yang akan memberikan layanan
Guru merupakan salah satu faktor yang
belajar yang berkualitas tentu membutuhkan
memegang peran penting terhadap mutu
pemahaman akan konsep belajar dan
pendidikan. Pendidikan yang bermutu ditandai
pengembangan kurikulum dalam bentuk
dengan keberhasilan proses pembelajaran di
penyusunan silabus, Rencana Pelaksanaan
sekolah. Jika guru dapat mengelola kelas dan
Pembelajaran (RPP), dan implementasinya
memberikan layanan belajar dengan baik, maka
dalam kegiatan pembelajaran baik di dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah akan berhasil.
maupun di luar kelas (Sagala, 2012: 32).
Dengan kata lain, keberhasilan suatu proses

92
Peningkatan Kompetensi Guru SD Dalam Menyusun RPP dan Melaksanakan Pembelajaran ...(Hanifah Kusumawati)

Hal tersebut sesuai dengan Permendiknas mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses Menurut Pidarta (2009: 124) permasalahan
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, kinerja guru yang dirasa masih amat lemah dapat
bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan diatasi menggunakan supervisi klinis. Sejalan
perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan dengan gagasan Pidarta, Sagala (2012: 194)
pengawasan. Perencanaan proses pembelajaran mengungkapkan salah satu upaya yang dapat
salah satunya adalah penyusunan silabus yang dilakukan untuk memperbaiki kelemahan guru
kemudian akan dijabarkan dalam RPP sebagai adalah melalui supervisi klinis.
pedoman guru dalam melaksanakan proses Supervisi klinis merupakan sebuah
pembelajaran. pertemuan antara supervisor dengan guru yang
Oleh sebab itu, setiap guru pada satuan telah sepakat untuk dilakukan pengamatan saat
pendidikan diwajibkan untuk menyusun RPP mengajar. Supervisi klinis dilakukan untuk
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran memecahkan masalah-masalah pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menye- sehingga dapat memperbaiki kelemahan guru
nangkan, menantang, memotivasi peserta didik dalam mengajar.Tahapan pelaksanaan supervisi
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan klinis dalam bentuk siklus dimulai dengan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kegiatan pra siklus, kemudian dilanjutkan pada
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan tahap pertemuan pendahuluan, pengamatan
perkembangan fisik serta psikologis peserta (observasi) kelas, dan pertemuan balikan
didik. Dengan demikian, penyusunan dan (Mukhtar, 2009: 63).
implementasi RPP oleh guru, perlu di fasilitasi dan Mukhtar menambahkan bahwa mengajar
dibimbing oleh kepala sekolah dan pengawas merupakan suatu kegiatan yang dapat dikontrol
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui tiga kegiatan pokok supervisi klinis, yaitu
(Sagala, 2012: 35). pertemuan pendahuluan, pengamatan, dan
Bertitik tolak dari pemikiran di atas bahwa pertemuan balikan yang mengacu pada
penyusunan RPP itu wajib dan dibutuhkan pelaksanaan kegiatan mengajar tersebut. Jadi
sebagai pedoman mengajar, maka dilakukan yang menjadi tujuan supervisi klinis secara umum
studi pendahuluan di SDITAl-Fallah Simo. Hasil adalah memperbaiki dan meningkatkan
studi pendahuluan diperoleh data sebagai berikut: keterampilan guru dalam mengajar. Berdasar-
1) skor rata-rata kemampuan guru dalam kan uraian latar belakang diatas, peneliti
menyusun RPP hanya sebesar 59 (berada pada bermaksud untuk memecahkan masalah dalam
kategori cukup); 2) skor rata-rata kemampuan penelitian ini yaitu apakah supervisi klinis dapat
dalam melakukan pembelajar-an sebesar 60,8 meningkatkan kemampuan guru SD dalam
(berada pada kategori cukup). menyusun dan mengimplementasikan RPP.
Berangkat dari hasil studi pendahuluan,
KAJIAN TEORI
yang menunjukan adanya kebutuhan guru akan
pelayanan supervisor, maka dibutuhkan Proses pembelajaran merupakan suatu
adanyasuatu upaya yang bertujuan untuk sistem yang dalam pencapaian tujuannya harus
memperbaiki kelemahan-kelemahan guru dalam dimulai dari menganalisis setiap komponen yang
menyusun dan mengimplementasikan RPP, mempengaruhinya. Dari sekian banyak
sehingga dapat meningkatkan kualitas komponen yang mempengaruhi pencapaian
pembelajaran yang pada akhirnya mampu tujuan pembelajaran, terdapat satu komponen

93
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 92 - 102

yang selama ini disebut-sebut sebagai komponen sehingga terjadi perubahan perilaku akademik
yang paling mempengaruhi. Komponen tersebut bagi murid (Sagala, 2012: 95). Supervisi
adalah guru. Guru disebut sebagai agen dilakukan bukan untuk mencari kesalahan guru,
pembelajaran (learning agent) yang berperan akan tetapi lebih untuk membantu guru
sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam
inovator bagi peserta didik. menjalankan tugasnya (Kompri, 2015: 241).
Asumsi yang selama ini berkembang Jenis supervisi yang cocok untuk
dimasyarakat adalah guru sebagai agen pem- mengatasi kelemahan-kelemahan guru dalam
belajaran yang hanya sekedar menyampaikan pengelolaan pembelajaran adalah supervisi klinis.
materi pelajaran saja. Namun tidak sesederhana Menurut Sagala (2012: 195) supervisi klinis
itu, guru bukan hanya sekedar menjadi agen merupakan suatu pendekatan melalui proses
penyampai materi pelajaran, namun lebih bimbingan dengan menyediakan konsultasi,
menekankan pada proses merubah tingkah laku dukungan, layanan dan bantuan kepada guru
peserta didik sesuai yang diharapkan. Oleh untuk meningkatkan kepro-fesionalannya melalui
sebab itu, seorang guru perlu mempunyai sejumlah tahapan yaitu observasi, implementasi
kemampuan merancang dan mengimplemen- pembelajaran, dan kegiatan diskusi hasil analisis
tasikan pembelajaran sesuai dengan bakat, data sebagai pegangan untuk perubahan tingkah
minat, perkembangan peserta didik, dan laku, memperbaiki dan meningkatkan kualitas
lingkungan belajar dengan menggunakan pembelajaran ke arah yang lebih baik.
berbagai sumber dan media pembelajaran untuk Sejalan dengan pendapat Sagala,
menjamin efektivitas pembelajaran (Sanjaya, Mukhtar (2009: 60-61) mendefinisikan supervisi
2015: 274). klinis adalah suatu proses bimbingan yang
Hal itu sesuai dengan Undang-Undang bertujuan untuk mengembangkan profesional
No.14 Tahun 2005, bahwa guru harus memiliki guru dalam hal penampilan mengajar
kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran berdasarkan observasi dan analisis data sebagai
yang sekurang-kurangnya meliputi perancangan pegangan untuk perubahan tingkah laku
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran mengajar. Tidak berbeda jauh dengan pendapat
yang mendidik dan dialogis. Sagala dan Mukhtar, Purwanto (2010: 90)
Kemampuan guru dalam pengelolaan mendefinisikan supervisi klinis sebagai pe-
pembelajaran tentunya dituntut agar kualitasnya ngamatan yang dilakukan secara langsung ter-
selalu baik bahkan meningkat. Usaha yang dapat hadap cara guru mengajar, kemudian mengada-
ditempuh untuk memperbaiki dan me-ningkatkan kan “diskusi balikan” untuk memecahkan
kemampuan guru dalam pengelolaan masalah yang dialami guru. Pidarta (2009: 124)
pembelajaran adalah melalui supervisi. Super- menegaskan bahwa supervisi merupakan
visi merupakan suatu upaya mengkoordinasi dan kegiatan pengamatan bagi guru yang betul-betul
membimbing guru-guru di sekolah yang membutuhkan bantuan dikarenakan kinerjanya
dilakukan secara berkelanjutan baik individu masih amat lemah, sehingga dengan adanya
maupun kelompok (Mukhtar, 2009: 41). Kegiat- balikan yang diberikan supervisor dapat
an supervisi bertujuan untuk meningkatkan memperbaiki kelemahan guru mengajar.
kemampuan profesionalis guru. Kemampuan Berdasarkan beberapa definisi supervisi
profesional ini tercermin pada kemampuan guru menurut para ahli di atas, dapat dirumuskan
dalam memberikan layanan pembelajaran, bahwa supervisi merupakan (1) pengamatan

94
Peningkatan Kompetensi Guru SD Dalam Menyusun RPP dan Melaksanakan Pembelajaran ...(Hanifah Kusumawati)

yang dilakukan secara langsung terhadap cara observasi, terutama pada aspek yang telah
guru mengajar; (2) penyediaan layanan dan disepakati (kontrak) - Berikan penguatan
bantuan untuk memecahkan masalah guru dalam terhadap penampilan guru. Hindari kesan
pembelajaran; (3) umpan balik sebgai upaya menyalahkan. Usahakan guru menemukan
untuk memperbaiki/ meningkatkan kemampuan sendiri kekurangannya; Berikan dorongan moral
guru dalam mengajar. bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya;
Supervisi klinis adalah suatu proses dan tentukan bersama rencana pembelajaran dan
bimbingan yang bertujuan untuk membantu supervisi berikutnya.
pengembangan profesional guru, khususnya Berkaitan dengan tindak lanjut supervisi
dalam menyiapkan dan penampilan mengajar, ini, salah satu metode yang dapat digunakan oleh
berdasarkan observasi dan analisis data secara kepala sekolah selaku supervisor adalah
teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk pe- meminta bantuan guru senior sebagai tutor
rubahan tingkah laku mengajar tersebut. Super- sejawat untuk melakukan bimbingan atau
visi klinis dilaksanakan secara berkesinam- pelatihan singkat. Berbagai penelitian
bungan melalui tahapan pra-observasi, obser- menunjukkan bahwa pelatihan yang dilakukan
vasi pembelajaran, dan pasca observasi (Slamet oleh teman sejawat sebagai tutor terbukti lebih
Lestasi, Nurtanio Agus, & Lia Yuliana, 2009: efektif. Ahmad Yusuf Sobri (2013) dalam
12). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pelaksanaan penelitiannya mengatakan pelaksanaan supervisi
supervisi klinis dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu tidak berjalan efektif apabila dilakukan hanya
tahap Pra-observasi, Observasi, dan Pasca- oleh kepala sekolah saja. Kepala sekolah
obsevasi. Hal-hal yang perlu diperhati-kan pada melibatkan guru senior dalam kegiatan supervisi.
tahap Pra-observasi, Observasi, dan Pasca- Ternyata guru yang disupervisi lebih merasa
obsevasi. Pada tahap Pra-observasi (Pertemuan terbantu karena keterlibatan guru senior membuat
awal): ciptakan suasana akrab dengan guru; guru tidak ada hambatan psikologis dalam
Membahas persiapan yang dibuat oleh guru dan kegiatana supervisi. Kegiatan diskusi dan
membuat kesepakatan mengenai aspek yang bertukar pengalaman untuk memecahkan
menjadi fokus pengamatan; dan menyepakati masalah dapat berangsung lebih keluasa. Sejalan
instrumen observasi yang akan digunakan. Pada dengan pendapat Yusuf Sobri, K Ahmad juga
tahap Observasi, sebaiknya memperhatikan hal- mengemukakan bahwa dalam menangani
hal berikut: pengamatan difokuskan pada aspek persoalan-persoalan di kelas, guru dapat bekerja
yang telah disepakati; gunakan instrumen sama dengan teman sejawat/ sesama guru untuk
observasi; perlu dibuat catatan (fieldnotes); berkolaborasi sehingga dapat menangani masalah
catatan observasi meliputi perilaku guru dan di kelas dengan lebih baik dan terjadi penularan
siswa; dan upayakan tidak mengganggu proses (transfer of learning) pengetahuan. Penelitian
pembelajaran. Pasca-observasi (Pertemuan lain yang dilakukan oleh Kirbani, Budiyono,
balikan), perhatikan hal-hal berikut: dilaksanakan Susanto (2013) membuktikan bahwa penilaian
segera setelah observasi; tanyakan bagaimana yang dilakukan oleh teman sejawat dapat
pendapat guru mengenai proses pembelajaran memberikan hasil yang lebih tinggi.
yang baru berlangsung; tunjukkan data hasil Berdasarkan rumusan permasalahan dan
observasi (instrumen dan catatan) - beri kajian teori di atas, dapat disusun hipotesis
kesempatan guru mencermati dan tindakan yaitu supervisi klinis dilanjutkan dengan
menganalisisnya; diskusikan secara terbuka hasil bimbingan tutor sejawat mampu meningkatkan

95
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 92 - 102

kemampuan guru dalam menyusun dan hasil pengamatan perilaku guru mengajar.
mengimplementasikan RPP. Balikan diberikan dengan segera dan secara
objektif.
METODE PENELITIAN
Siklus II
Penelitian ini merupakan penelitian
1. Perencanaan; Pada tahap ini supervisor
tindakan sekolah, dilaksanakan di SDITAl-Fallah
bersama guru membicarakan rencana
Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. Pelak-
kemampuan yang akan diamati, teknik yang
anaan penelitian ini dilakukan melalui tahap studi
akan digunakan, sasaran dan pelaksanaan
pendahuluan, penyusunan proposal penelitian,
supervisi. Supervisor menyiapkan instrumen
penyusunan instrumen, pengumpulan data,
observasi dan lembar wawancara. Berda-
analisis data, pembahasan hasil analisis data, dan
sarkan hasil analisa dan refleksi pada siklus
penyusunan laporan. Sampel sumber data dalam
I, supervisor melakukan review dokumen
penelitian ini adalah 4 orang guru, dengan
pembelajaran meliputi silabus dan RPP.
mengukur skor kemampuan guru dalam
2. Pengamatan; Supervisor melakukan
menyusun RPP dan skor kemampuan guru dalam
pengamatan kembali tentang perilaku guru
mengajar.
dalam mengimplementasikan RPP sambil
Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan
mencatat hasil pengamatan.
menggunakan model supervisi klinik yang terdiri
4. Pertemuan balikan; Supervisor bersama guru
dari 2 siklus dimana setiap siklus terdapat 3
berdiskusi melakukan analisa dan refleksi
tahap. Supervisi ini diawali dengan mendiskusi-
hasil pengamatan perilaku guru mengajar.
kan rencana pembelajaran antara supervisor
Balikan diberikan dengan segera dan secara
dengan guru, dilanjutkan supervisor meng-
objektif. Balikan diteruskan dengan
observasi guru, menemukan permasalahan dan
melakukan tindakan berupa pelatihan yang
diakhiri dengan mendiskusikan cara mem-
dilakukan oleh tutor sejawat.
perbaikinya.
Teknik pengumpulan data dalam peneliti-
Siklus I an ini adalah wawancara tidak terstruktur dan
1. Perencanaan; Pada tahap ini supervisor observasi terstruktur menggunakan lembar
bersama guru membicarakan rencana penilaian yang terdiri dari 7 item untuk menilai
kemampuan yang akan diamati, teknik yang RPP yang disusun guru dan 24 item untuk menilai
akan digunakan, sasaran dan pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran. Observasi ter-
supervisi. Supervisor menyiapkan instrumen struktur, dilengkapi dengan instrumen observasi
observasi dan lembar wawancara selanjut- yang digunakan untuk mengetahui skor kemam-
nya melakukan review RPP yang disusun oleh puan guru dalam menyusun RPP dan dalam
guru. melakukan pembelajaran. Teknik wawancara
2. Pengamatan; Pada tahap ini guru melatih tidak terstruktur dilakukan ketika melakukan
tingkah laku mengajar sesuai kesepakatan studi pendahuluan untuk mengetahui kebutuhan/
sebelumnya. Supervisor melakukan pe- masalah yang dialami guru.
ngamatan tentang perilaku guru yang sedang Tahap selanjutnya setelah data ter-
mengajar sambil mencatat hasil pengamatan. kumpul, dilanjutkan dengan analisis data.Analisis
3. Pertemuan balikan; Supervisor bersama guru data pada penelitian ini menggunakan analisis
berdiskusi melakukan analisa dan refleksi deskriptif kategoris dan komparatif melalui

96
Peningkatan Kompetensi Guru SD Dalam Menyusun RPP dan Melaksanakan Pembelajaran ...(Hanifah Kusumawati)

perbandingan skor rata-rata kemam-puan guru Kepala Sekolah selaku supervisor berdiskusi
dalam menyusun RPP dan kemam-puan guru dengan guru mencoba untuk memecahkan
dalam melakukan pembelajaran pada siklus I dan masalah yang dialami guru. Upaya yang dilaku-
siklus II. Hasil pengukuran kemam-puan guru kan untuk memecahkan masalah yang dialami
merancang RPP dan melaksanakan pembelajaran guru, dilakukan menggunakan pendekatan
dikategorikan menjadi lima kategori berikut: skor humanistik teknik tutor sejawat. Pada siklus ini
 80 = SB (Sangat Baik); 60 – 79 = Baik (B); supervisor sekaligus berperan sebagai tutor
40 – 59 = Kurang Baik (KB); 20 – 39 = Jelek sejawat yang memberikan masukan terhadap
(J); < 20 = Sangat Jelek (SJ). Selanjutnya hasil guru dan memecahkan masalah yang dialami
komparasi skor kompetensi guru merancang guru.
RPP dan melaksanakan pembelajaran Pada Siklus II, kegiatan perencanaan
dibandingkan dengan kriteria keberhasilan PTS secara umum menunjukkan bahwa kemampuan
berikut: 1) pada Siklus I, PTS dikatakan berhasil guru dalam menyusun RPP sudah lebih baik
jika persentase kenaikan skor kompetensi dibandingkan pada siklus I, hal tersebut ter-
guru dalam merancang RPP dan melaksanakan cermin pada skor penilaian perencanaan dimana
pembelajaran mencapai  30%; 2) Pada Siklus sudah tidak ada guru yang mendapatkan skor 1
II, PTS dikatakan berhasil jika persentase pada aspek tertentu.
kenaikan skor kompetensi guru dalam Pada tahap pengamatan pelaksanaan
merancang RPP dan melaksanakan pembe- pembelajaran, perilaku guru yang ditampilkan
lajaran mencapai  25%. ketika mengimplementasikan RPP sudah nampak
adanya peningkatan yang jelas. Hal tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN
diperkuat dengan skor penilaian pelaksanaan
Hasil Penelitian pembelajaran dimana skor guru berada pada
Penelitian ini dilaksanakan sesuai skor 4 dan 5. Pada pertemuan balikan,
rancangan yang telah ditetapkan, yaitu terdiri dari berdasarkan hasil analisa pengamatan yang
dua siklus (siklus I dan siklus II) dapat dipaparkan dilakukan oleh supervisor, terlihat adanya
sebagai berikut. Pada Siklus 1, kegiatan peningkatan guru dalam menyusun dan
perencanaan secara umum guru mampu mengimplementasikan RPP. Walaupun belum
menyusun RPP dengan baik, namun masih semua guru memperoleh skor 5.
ditemukan beberapa kelemahan misalnya pada Secara rinci data temuan penelitian ayng
aspek kerincian skenario pembelajaran dan menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
kesesuaian teknik dengan tujuan pem-belajaran. guru dalam menyusun dan mengimplemen-
Pada aspek tersebut, terdapat guru yang tasikan RPP dapat dilihat pada tabel 1. Ber-
mendapatkan skor 1. dasarkan data pada tabel 1, diperoleh beberapa
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, temuan. Temuan yang pertama, Temuan yang
hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara pertama, pada kondisi awal diperoleh skor
umum perilaku guru yang ditampilkan ketika kompetensi guru dalam menyusun rencana
mengimplementasikan RPP, ditemukan beberapa pembelajaran bergerak antara 55 sampai 65,
kelemahan dalam hal penguasaan kelas, dengan rerata sebesar 59,37, berada pada
menumbuhkan kebiasaan positif siswa, rentang skor 40 - 59, berarti berada pada
melibatkan siswa dalam pemanfaatan media kategori kurang baik (KB). Hal ini disebabkan
pembelajaran. Pertemuan balikan untuk refleksi, karena guru belum mampu memenuhi rambu-

97
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 92 - 102

Tabel 1 Komparasi Skor Kemampuan Guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan
pembelajaran
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Nama Peren- Pelak- Peren- Pelak- Peren- Pelak-
canaan sanaan canaan sanaan canaan sanaan
IK 65 68,3 80 78 95 96
AD 60 59,1 73 74 94 96
RD 55 57,5 69,1 80 90 98
S 57,5 58,3 75 75 94 95
Rerata 59,37 60,8 74,27 76,75 93,25 96,25
Selisih Rerata 14,9 15,95 18,97 19,5
Peningkatan (%) 25 26 26 25
Indikator Keberhasilan (%) 30 30 25 25

rambu penyusunan RPP yang baik dan benar dengan baik. Adapun penyebab yang meng-
dari Kemendikbud, yang digunakan guru akibatkan guru belum mampu melakukan
sebagai pedoman mengajar merupakan RPP, pembelajaran dengan baik, dikarenakan guru
sehingga guru kurang memahami bagaimana bulum terbiasa menggunakan model pem-
penyusunan yang sesuai dengan karakteristik belajaran berdasarkan sintak tertentu, sehingga
siswa yang hadapi. Tindakan yang dilakukan guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan-
supervisor untuk mengatasi masalah tersebut nya. Treatmen yang diberikan kepala sekolah
adalah dengan memberikan penjelasan dan selaku supervisor kepada guru untuk memecah-
bimbingan mengenai cara menyusun RPP dengan kan masalah tersebut adalah memberikan
baik dan benar sesuai dengan karakteristik siswa bimbingan/tutor sejawat sesuai kebutuhan
yang dihadapi. masing-masing guru.
Pada Siklus I diperoleh skor kompetensi Pada Siklus I diperoleh skor kompetensi
guru dalam menyusun rencana pembelajaran guru dalam melaksanakan pembelajaran
bergerak antara 69,1 sampai 80 dengan rerata bergerak antara 74 sampai 80 dengan rerata
sebesar 74,27. Rerata ini berada pada rentang sebesar 76,75. Rerata ini berada pada rentang
skor60 – 79, berarti berada pada kategori baik skor60 – 79, berarti berada pada kategori baik
(B). Pada Siklus II diperoleh skor kompetensi (B). Pada Siklus II diperoleh skor kompetensi
guru dalam menyusun rencana pembelajaran guru dalam melaksanakan pembelajaran
bergerak antara 90 sampai 95 dengan rerata bergerak antara 95 sampai 98 dengan rerata
sebesar 93,25. Rerata ini berada pada rentang sebesar 96,25. Rerata ini berada pada rentang
skore  80, berarti berada pada kategori sangat skor  80, berarti berada pada kategori sangat
baik (SB). baik (SB). Komparasi rerata kompetensi guru
Temuan yang kedua, pada kondisi awal secara visual dapat dilihat pada gambar 1.
diperoleh skor kompetensi guru dalam Berdasarkan paparan data tersebut di
melaksanakan pembelajaran bergerak antara atas, nampak bahwa terjadi peningkatan per-
57,5 sampai 68,3, dengan rerata sebesar 58,3, sentase skor kompetensi guru dalam menyusun
berada pada rentang skor 40 – 59, berarti berada RPP sebesar 25% pada Siklus I dan 26% pada
pada kategori kurang baik (KB). Hal ini Siklus II. Demikian juga terjadi peningkatan
disebabkan karena guru belum mampu persentase skor kemampuan guru dalam
melaksanakan sintak model pembelajaran melaksanakan pembelajaran sebesar 26% pada

98
Peningkatan Kompetensi Guru SD Dalam Menyusun RPP dan Melaksanakan Pembelajaran ...(Hanifah Kusumawati)

96,25

76,75

60,8 PELAKSANAAN
93,25
PERENCANAAN
74,275
59,375

KONDISI AWAL SIKLUS1 SIKLUS2

Gambar 1 Grafik visualisasi komparasi skor rerata kompetensi


guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran

Siklus I dan 25% pada Siklus II.Temuan data Tabel 2 Komparasi Distribusi Frekuensi Skor
Kemampuan Guru dalam menyusun RPP
hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan
kriteria keberhasilan PTS, nampak bahwa Kelas Kondisi
Silus1 Siklus2
Interval Awal
tindakan pada Siklus I belum berhasil (persentase
< 20 0 0 0
peningkatan baru mencapai 25%, padahal 20 – 39 0 0 0
kriteria keberhasilannya adalah 30%).Kegagalan 40 – 59 1 0 0
tindakan pada Siklus I ini menjadi bahan refleksi 60 – 79 1 3 0
kepala sekolah sebagai supervisor untuk mem-  80= 80 2 1 4
perbaiki tindakan Siklus II dengan meng-
intensifkan peran teman sejawat sebagai tutor, Komparasi Distribusi Frekuensi Skor
melalui contoh-contoh konkrit dan peer Kemampuan Guru dalam melaksanakan
teaching.Perbaikan tindakan ini menampakkan pembelajaran
hasil, terbukti pada Siklus II persentase
Sama seperti halnya komparasi distribusi
peningkatan kompetensi guru dalam menyusun
RPP dan melaksanakan pembelajaran mencapai frekuensi kemampuan guru dalam menyusun
kriteria keberhasilan. Terlihat bahwa persentase RPP, peningkatan kemampuan guru dalam
kenaikan skor kompetensi menyusun RPP melaksanakan pembelajaran dapat dikom-
mencapai 26% (lebih tinggi dari kriteria parasikan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus
keberhasilan 25%). Demikian juga dengan II. Data komparasi dapat dilihat pada Tabel 3.
capaian persentase kenaikan skor kemampuan Tabel 3 Komparasi Distribusi Frekuensi Skor
melaksanakan pembelajaran mencapai 25% Kemampuan Guru Dalam melaksanakan
pembelajaran
(sama dengan kriteria keberhasilan 25%).
Kelas Kondisi
Komparasi Distribusi Frekuensi Skor Siklus1 Siklus2
Interval Awal
Kemampuan Guru dalam menyusun RPP < 20 0 0 0
Peningkatan kemampuan guru dalam 20 – 39 0 0 0
40 – 59 1 0 0
menyusun RPP dapat dikomparasikan dari
60 – 79 1 3 0
kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Data
 80 2 1 4
komparasi dapat dilihat pada Tabel 2.
= 80

99
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 92 - 102

Uji Perbedaan Kemampuan Guru dalam II terlihat dari t hitung sebesar 8,124 dengan
Menyusun RPP dan Melaksanakan probabilitas sebesar 0,000. Oleh karena
Pembelajaran probabilitas lebih kecil dari  (0,05), maka
perbedaan ini signifikan.
Perbedaan kemampuan guru dalam
Temuan penelitian ini sejalan dengan
menyusun RPP dan dalam melaksanakan
pembelajaran telah dijelaskan secara deskriptif penelitian terkini yang dilakukan oleh Amani dkk
pada bagian sebelumnya, namun belum bisa (2013), Sulthoni Akhmad dkk (2014), Karniti
diketahui apakah signifikan atau tidak. Untuk (2014) yang menyatakan bahwa kegiatan
mengetahui signifikan tidaknya perbedaan supervisi klinis mampu meningkatkan kemam-
tersebut maka dilakukan uji statistik meng- puan guru dalam menyusun RPP dan melak-
gunakan uji t untuk melihat perbedaan skor sanakan pembelajaran. Penelitian senada
kemampuan guru pada siklus I dan siklus II. dilakukan oleh I Wayan Korma (2012), bahwa
Data hasil uji perbedaan menggunakan uji t terdapat pengaruh yang signifikan implementasi
dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. pendekatan supervisi klinis secara simultan
Dari Tabel 4, tampak bahwa perbedaan terhadap wawasan kompetensi pedagogik dan
kemampuan guru dalam menyusun RPP pada kualitas guru dalam pengelolaan pembelajaran.
kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 terlihat dari t Penelitian Sri Hidayati (2012) menunjukkan
hitung sebesar 8,124 dengan probabilitas adanya pengaruh positif dan signifikan pelaksanaan
sebesar 0,000. Oleh karena probabilitas lebih supervisi klinis kunjungan kelas terhadap
kecil dari (0,05), maka perbedaan ini signifikan. kompetensi profesional guru mata pelajaran UN.
Dari Tabel 5, tampak bahwa perbedaan Keberhasilan tindakan ini terlihat
kemampuan guru dalam melaksanakan bahwa setelah guru diberikan bantuan berupa
pembelajaran kondisi awal, siklus I, dan siklus bimbingan/tutor sejawat melalui supervisi klinis,

Tabel 4 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP


One-Sample Test
Test Value = 0
Sig. 95% Confidence Interval
Mean
t df (2-tailed) Difference of the Difference
Lower Upper
8,124 11 ,000 2,000 1,46 2,54
_rpp
skor 17,560 11 ,000 79,850 69,84 89,86

Tabel 5 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran


One-Sample Test
Test Value = 0
Sig. 95% Confidence Interval
Mean
t df (2-tailed) Difference of the Difference
Lower Upper
8,124 11 ,000 2,000 1,46 2,54
_
skor 17,951 11 ,000 81,917 71,87 91,96

100
Peningkatan Kompetensi Guru SD Dalam Menyusun RPP dan Melaksanakan Pembelajaran ...(Hanifah Kusumawati)

guru mampu menyusun rencana pelaksanaan DAFTAR PUSTAKA


pembelajaran dengan tepat sesuai dengan
Ahmad Yusuf Sobri. 2013. Pembinaan
karakteristik siswa yang dihadapi. Hal ini sesuai
Profesionalisme Guru Dalam Meningkat-
dengan amanat Permendiknas No. 41 Tahun
kan Kualitas Pembelajaran. Jurnal
2007 tentang standar proses, bahwa pelaksana-
Manajemen Pendidikan Universitas
an proses pembelajaran harus direncanakan,
Negeri Malang 23 (1): 15 - 28.
dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar pem-
belajaran berlangsung dengan efektif dan efisien. I Wayan Korna. 2012. Pengaruh Implementasi
Bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada Pendekatan Supervisi Klinis Terhadap
guru disesuaikan dengan kebutuhan guru yang Wawasan Kompetensi Pedagogik dan
berhubungan dengan tugasnya yaitu mengajar. Kualitas Pengelolaan Pembelajaran para
Hal ini sesuai dengan prinsip supervisi klinis yaitu Guru di Gugus IV SD Kecamatan Den-
pengkajian objek berdasarkan pada kebutuhan pasar Selatan. Jurnal Penelitian Pasca-
profesional guru secara nyata/ yang dialami sarjana UNDIKSHA. Vol. 2 (2): 1-12
(Mukhtar, 2009: 62). K Ahmad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Jurnal Pendidikan Penabur 8 (12): 53-
SIMPULAN DAN SARAN
65.
Simpulan Karniti. 2014.Supervisi Klinis dengan
Berdasarkan hasil analisis data dan Pendekatan “PIS” sebagai Upaya Pe-
pembahasan, dapat ditarik dua simpulan yaitu ningkatan Kualitas Pembelajaran Guru.
supervisi klinis mampu meningkatkan kemam- Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan
puan guru dalam menyusun rencana pem- Kepengawasan. 1 (2): 1-7.
belajaran di SDIT Al-Fallah, Kecamatan Simo, Kirbani, Budiyono, dan Sutanto. 2013. Pengem-
Kabupaten Boyolali sebesar 26%. Simpulan bangan Model Assessment For Learning
selanjutnya bahwa supervisi klinis mampu me- (Afl) Melalui Penilaian Teman Sejawat
ningkatkan kemampuan guru dalam melaksana- Untuk Pembelajaran Matematika pada
kan pembelajaran di SDITAl-Fallah, Kecamatan Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus
Simo, Kabupaten Boyolali sebesar 25 %. di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesan-
tren Modern Islam Assalaam Sukoharjo.
Saran
eprints.uns.ac.id (2): 131-143.
Mengacu pada simpulan PTS ini penulis
menyaranlan hendaknya kepala sekolah Kompri. 2015. Manajemen Sekolah Orientasi
melakukan supervisi klinis terhadap guru-guru Kemandirian Kepala Sekolah. Jogya-
secara kontinyu, sehingga dapat memperbaiki karta: Pustaka Pelajar.
kelemahan-kelemahan guru dalam mengajar Luh Amani, Nyoman Dantes, Wayan Lasmawan.
bahkan meningkatkan kualitas pembelajaran. 2013. Implementasi Supervisi Klinis dalam
Saran berikutnya hendaknya guru selalu Rangka Meningkatkan Kemampuan
bersikap proaktif terhadap treatment kepala Guru Mengelola Proses Pembelajaran
sekolah yang bertujuan untuk memperbaiki pada Guru SD se-Gugus VII Kecamatan
kualitas pembelajaran. Sawan. e-Journal Program Pasca-
sarjana Universitas Pendidikan

101
Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 92 - 102

Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar. Slamet Lestasi, Nurtanio Agus, & Lia Yuliana.
3 (1): 12-23 2009. Pelatihan Supervisi Klinis Bagi
Mukhtar dan Iskandar. 2009. Orientasi Baru Kepala Sekolah Dasar Di Lingkungan
Supervisi Pendidikan. Jakarta: GP Press. Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan
Pleret Kabupaten Bantul. Yogyakarta:
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Fakultas Ilmu Pendidikan – Universitas
Standar Proses. Negeri Yogyakarta.
Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Sri Hudayati. 2012. Keikutsertaan dalam
Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta. Kegiatan MGMP, Supervisi Klinis
Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi dan Kunjungan Kelas, In-Service Training,
Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja dan Kompetensi Profesional Guru SMP
Rosdakarya. Negeri Sub Rayon 04 Jakenan Pati.
Jurnal Manajemen Pendidikan. 7 (1):
Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran
73-82
dalam Profesi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta. Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Manajemen.
Yogyakarta: Alfabeta.
Sanjaya. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Kencana. Sulthoni, Akhmad dkk. 2014. Pengembangan
Model Supervisi Klinis dengan
Sartiti, Kendarti. 2014. Peningkatan Kemam-
Pendekatan Lesson Study untuk
puan Guru Mipa dalam Mengembangkan
Meningkatkan Kompetensi Profesional
Instrumen Penilaian Kelas Melalui
Guru Bahasa Inggris SMA Negeri di
Supervisi Klinis di Sekolah Binaan.Jurnal
Kabupaten Cilacap. e-Journal of
Ilmiah Guru “COPE”, 1 (18):11-18.
Educational Research and Evaluation.
3 (1): 8-17

102

Anda mungkin juga menyukai