Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan, yang telah memberikan berkah dan karunianya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini berisi mengenai PD
dan PD Eksak.
Akhirnya kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami mohon perkenan para pembaca dan rekan
guru untuk memberikan saran atau kritik membangun demi perbaikan makalah ini. Untuk itu
kami mengucapkan terimakasih.

Tondano, September 2016

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB 1 PEMBAHASAN
A. Persamaan Differensial .......................................................................................... 1
B. Solusi Persamaan Differensial ............................................................................... 3
C. Persamaan Diferensial Eksak ...................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PEMBAHASAN

A. Persamaan diferensial
Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan satu atau beberapa fungsi yang
tidak diketahui. Jika fungsi yang tidak diketahui mengandung satu variabel bebas maka turunan fungsi itu
dinamakan turunan biasa dan persamaan diferensialnya disebut persamaan diferensial biasa. Jika fungsi
yang tak diketahui mengandung dua atau lebih variabel bebas maka turunannya akan berupa turunan
parsial dan persamaan diferensialnya dinamakan persamaan persamaan diferensial parsial.
Orde atatu tingkat dari suatu persamaan diferensial adalah turunan yang tertinggi dalam
persamaan diferensial itu . derajat atau pangkat dari suatu persamaan diferensial adalah derajat tertinggi
dari turunan yang tertinggi dalam persamaan diferensial tersebut.
Dari beberapa tipe persamaan diferensial orde satu yang mudah di selesaikan ada dua yang perlu
mendapat perhatian : persamaan diferensial peubah terpisah yaitu persamaan yang dapat ditulis dalam
bentuk

𝑃(π‘₯)
y’ = 𝑄(𝑦) π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ p(x) dx = Q(y) dy

Dan persamaan diferensial linier, adalah persamaan yang dapat di tulis dalam bentuk
: y’ + a(x)y = b(x)
Keduanya sering muncul dalam penerapan, dan banyak tipe persamaan diferensial yang lain
yang dapat direduksi menjadi salah satu dari kedua tipe itu. Dengan menggunakan pemetaan
yang sederhana. Jika ruas kanan pada persamaan diferensial linier di atas sama dengan nol
(b(x)=0), maka disebut persamaan diferensial homogen, dan jika tidak maka disebut persamaan
diferensial tak homogen.
Contoh :
1. y’ + xy = 3 adalah persamaan diferensial biasa orde 1, linier, tak homoge.
2. y’’ + 5y’+6y = 0 adalah persamaan diferensial biasa ordo 2, linier, homogen.
πœ•π‘’ πœ•π‘’
3. πœ•π‘ 
+ πœ•π‘‘
= 2, adala persamaan diferensial parsial orde 1, linier, tak homogen.
Proses pembentukan persamaan diferensial
Persamaan diferensial (PD) dalam prakteknya dapat dibentuk dari suatu pertimbangan
masalah fisis. Secara matematis, persaman-persamaan diferensial dapat muncul melalui langka-
langkah berikut :
1. Tentukan banyaknya konstanta sembarang
2. Turunkan persamaan sebanyak konstanta sembarang
3. Apabila konstanta sembarangnya sudah lenyap maka, itu pesamaan diferensialnya.

Berikut ini adalah beberapa contoh :


Contoh 1 :
Tinjau y = A sin x + B cos x dimana ada 2 konstanta sebarang yaitu A dan B, sehingga
persamaan tersebut di turunkan sebanyak dua kali yaitu
πœ•π‘¦
= 𝐴 cos π‘₯ βˆ’ 𝐡 𝑠𝑖𝑛 π‘₯ dan
πœ•π‘₯
πœ•2 π‘₯
= βˆ’π΄π‘ π‘–π‘›π‘₯ βˆ’ π΅π‘π‘œπ‘ π‘₯ = βˆ’(𝐴𝑠𝑖𝑛π‘₯ + π΅π‘π‘œπ‘ π‘₯) = βˆ’π‘¦
πœ•π‘₯ 2
πœ•2 π‘₯
Atau + y = 0 ⇔ y’’ + y = 0
πœ•π‘₯ 2

Dari contoh di atas dapat pula diketahui bahwa suatu persamaan dengan dua konstanta
sembarang akan membentuk persamaan diferensial orde dua.
Contoh 2 :
𝐴
Bentuklah sebuah persamaan diferensial dari fungsi y = x + , diketahui bahwa ada satu
π‘₯

konstanta sembarang, karena turunan dari persamaan tersebut tidak identik dengan persamaan
awalnya, maka langkah selanjutnya adalah mencari berapa nilai A.
𝐴
Daripersamaan awal : y = x + kita dapatkan :
π‘₯
𝐴
= y – x β‡’ A = x(y – x)
π‘₯

Jika persamaan awalnya diturunkan maka,


y = x +Ax-1
𝐴
y’ = 1 – Ax-2 β‡’ 1 - π‘₯ 2

Subtitusi nilai A = x(y- x) ke persamaan turunan sehingga diperoleh :


π‘₯(π‘¦βˆ’π‘₯) π‘¦βˆ’π‘₯ π‘₯βˆ’π‘¦+π‘₯ 2π‘₯βˆ’π‘¦
y’ = 1 – = 1- = =
π‘₯2 π‘₯ π‘₯ π‘₯
xy’ = 2x – y ⇔ xy’ +y = 2x
B. Solusi Persamaan Differensial

Kajian terhadap persamaan differensial memiliki dua tujuan utama, yaitu :


1. Menemukan persamaan differensial yang dapat menjelaskan keadaan atau fenomena nyata
tertentu.
2. Menemukan solusi yang sesuai dengan persamaan differensial tersebut.
Solusi dari persamaan defferensial adalah bentuk fungsi yang jika disubstitusikan ke fungsi yang
tidak diketahui dalam persamaan tersebut akan memberikan suatu kesamaan.
Perhatikan bentuk y’ = F(x,y), atau dapat pula ditulis dlam bentuk lain, yaitu :
𝑑𝑦 𝑑𝑦
y’ = οƒž = F(x,y) atau dy = F(x,y)dx
𝑑π‘₯ 𝑑π‘₯

kaidah ini dapat dipergunakan dalam penyederhanaan persamaan differensial.

Contoh 1 :
Buktikan bahwa y = ex adalah solusi dari persamaan differensial y” – y = 0.
Bukti :
y = ex, turunan pertama yaitu y’ = ex
turunan keduanya yaitu y” = ex
jika disubstitusikan kepersamaan differensial akan menghasilkan :
y” – y = ex - ex = 0.
Sehingga terbukti bahwa y = ex adalah solusi dari y” – y = 0.

Contoh 2 :
Buktikan y = sin2x adalah solusi dari persamaan differensial y” + 4y = 0.
Bukti :
y = sin2x, turunan pertamanya diperoleh y’ = 2 cos2x,
turunan keduanya yaitu y” = -4 sin2x = -4y,
sehingga didapat kesamaan yaitu y” + 4y = 0
jadi, terbukti bahwa y = sin2x adalah solusi dari y” + 4y = 0.

Terdapat beberapa metode yang bias digunakan untuk mencari solusi persamaan
differensial. Pada dasarnya, untuk memperoleh solusi dari suatu persamaan differensial
digunakan tekhnik pengintegralkan secara langsung dan mungkin pula terlebih dahulu melalui
metode pemisahan baru kemudian diintegralkan.

C. Persamaan Diferensial Eksak

Suatu Persamaan Diferensial : 𝑀(π‘₯, 𝑦) 𝑑π‘₯ + 𝑁(π‘₯, 𝑦) 𝑑𝑦 = 0 dikatakan Persamaan Diferensial


Eksak jika ada suatu fungsi 𝐹(π‘₯, 𝑦) sehinga :
𝑑𝐹 = 𝑀 (π‘₯, 𝑦) 𝑑π‘₯ + 𝑁(π‘₯, 𝑦) 𝑑𝑦 ……….. (1)
Rumus diferensial :
πœ•πΉ πœ•πΉ
𝑑𝐹 = 𝑑π‘₯ + 𝑑𝑦 ……………. (2)
πœ•π‘₯ πœ•π‘¦

Maka dari (1) dan (2) didapat :


πœ•πΉ
= 𝑀(π‘₯, 𝑦) …………………… (3)
πœ•π‘₯
πœ•πΉ
= 𝑁(π‘₯, 𝑦) …………………… (4)
πœ•π‘¦

Untuk memeriksa apakah suatu Persamaan Diferensial Eksak adalah :


πœ•π‘€ πœ•π‘
=
πœ•π‘¦ πœ•π‘₯

Mencari solusi dari Persamaan Diferensial Eksak dapat melalui persamaan (3) atau persamaan
(4)
πœ•πΉ
= 𝑀(π‘₯, 𝑦) ⟹ 𝐹(π‘₯, 𝑦) = ∫ 𝑀(π‘₯, 𝑦)𝑑π‘₯ = 𝐴(π‘₯, 𝑦) + 𝑐(𝑦)
πœ•π‘₯
Untuk mencari 𝑐(𝑦) sebagai berikut :
πœ•πΉ πœ•π΄
= + 𝑐 β€² (𝑦) = 𝑁(π‘₯, 𝑦)
πœ•π‘¦ πœ•π‘¦
πœ•π΄ πœ•π΄
𝑐 β€² (𝑦) = 𝑁(π‘₯, 𝑦) βˆ’ πœ•π‘¦ ⟹ 𝑐(𝑦) = ∫ (𝑁(π‘₯, 𝑦) βˆ’ πœ•π‘¦ ) 𝑑𝑦 + 𝑐

Dari persamaan (4) :


πœ•πΉ
= 𝑁(π‘₯, 𝑦) ⟹ 𝐹(π‘₯, 𝑦) = ∫ 𝑁(π‘₯, 𝑦)𝑑𝑦 = 𝐡(π‘₯, 𝑦) + 𝑐(π‘₯)
πœ•π‘¦
Untuk mencari 𝑐(π‘₯) sebagai berikut :
πœ•πΉ πœ•π΅
= + 𝑐 β€² (π‘₯) = 𝑀(π‘₯, 𝑦)
πœ•π‘₯ πœ•π‘₯
πœ•π΅ πœ•π΅
𝑐 β€² (π‘₯) = 𝑀(π‘₯, 𝑦) βˆ’ πœ•π‘₯ ⟹ 𝑐(π‘₯) = ∫ (𝑀(π‘₯, 𝑦) βˆ’ πœ•π‘₯ ) 𝑑π‘₯ + 𝑐
Contoh 1 :
(π‘₯ 2 βˆ’ 𝑦) 𝑑π‘₯ βˆ’ π‘₯ 𝑑𝑦 = 0
Penyelesaian :
πœ•π‘€
𝑀(π‘₯, 𝑦) = π‘₯ 2 βˆ’ 𝑦 ⟹ = βˆ’1
πœ•π‘¦
πœ•π‘
𝑁(π‘₯, 𝑦) = βˆ’π‘₯ ⟹ = βˆ’1
πœ•π‘₯
πœ•πΉ
= 𝑁(π‘₯, 𝑦) ⟹ 𝐹(π‘₯, 𝑦) = ∫ 𝑁(π‘₯, 𝑦) 𝑑𝑦 = ∫ βˆ’π‘₯ 𝑑𝑦 = βˆ’π‘₯𝑦 + 𝑐(π‘₯)
πœ•π‘¦
Mencari (π‘₯) :
πœ•πΉ
= βˆ’π‘¦ + 𝑐 β€² (π‘₯) = 𝑀(π‘₯, 𝑦) = π‘₯ 2 βˆ’ 𝑦
πœ•π‘¦
1
𝑐 β€² (π‘₯) = π‘₯ 2 ⟹ 𝑐(π‘₯) ∫ π‘₯ 2 𝑑π‘₯ = π‘₯ 3 + 𝑐
3
1
Jadi, 𝐹(π‘₯, 𝑦) = βˆ’π‘₯𝑦 + 3 π‘₯ 3 + 𝑐

Contoh 2 :
(4π‘₯ + 2𝑦) + (2π‘₯ βˆ’ 2𝑦) = 0
Penyelesaian :
𝑀(π‘₯, 𝑦) = (4π‘₯ + 2𝑦)
𝑀𝑦 = 2
𝑁(π‘₯, 𝑦) = (2π‘₯ βˆ’ 2𝑦)
𝑁π‘₯ = 2
Jadi 𝑀𝑦 = 𝑁π‘₯ dapat dikatakan Persamaan Diferensial tersebut Eksak.
Selanjutnya integralkan persamaan pertama terhadap variabel π‘₯ dan akan diperoleh :

π‘ˆ = ∫(𝑀 𝑑π‘₯) + π‘˜(𝑦)

= ∫(4π‘₯ + 2𝑦)𝑑π‘₯ + π‘˜(𝑦)


= 2π‘₯ 2 + 2𝑦π‘₯ + π‘˜(𝑦)
π‘˜(𝑦) adalah suatu konstanta sebarang terhadap variabel π‘₯ yang dapat tergantung pada variabel 𝑦
(fungsi dari variabel 𝑦). Substitusikan π‘ˆ ke dalam persamaan ke dua dan kita akan dapatkan :
πœ•π‘˜
π‘ˆπ‘¦ = 2π‘₯ + πœ•π‘¦

π‘ˆπ‘¦ = 𝑁
πœ•π‘˜
2π‘₯ + πœ•π‘¦ = 2π‘₯ βˆ’ 2𝑦
πœ•π‘˜
= βˆ’2𝑦
πœ•π‘¦

Kemudian diintegralkan dan akan menghasilkan :


∫ π‘‘π‘˜ = ∫ βˆ’2𝑦 𝑑𝑦
π‘˜(𝑦) = βˆ’π‘¦ 2 + 𝑐
Jadi, penyelesaian dari Persamaan Diferensial Eksak di atas adalah :
π‘ˆ = 2π‘₯ 2 + 2π‘₯𝑦 + π‘˜(𝑦)
π‘ˆ = 2π‘₯ 2 + 2π‘₯𝑦 βˆ’ 𝑦 2 + 𝑐
DAFTAR PUSTAKA

Edward, C.H. & penney, David E,; 1993; Elementary differensial Equations with Boundary
Value Problems; 3rd sedition; prentice-hall international.

Finizio, Ladas, Widiarti Santoso; 1998 ; Persamaan differensial Biasa dengan Penerapan
Modern ; Jakarta : Erlangga

Herdiana, Heris, Sukasno dan Kusman Engkus,; 2002; Persamaan Differensial; Bamdung:
Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai