PENDAHULUAN
mempengaruhi persepsi risiko dan solvabilitas. Meskipun aset adalah subyek dari beberapa
standar akuntansi dan sejumlah referensi yang dibuat dalam hukum perusahaan, hal tersebut
tidak sampai pengembangan kerangka kerja konseptual pada tahun 1980-an yang mana definisi
Banyaknya perusahaan yang masih sukar dalam mengklasifikasikan barang dalam aset
keuangan. Contohnya ialah tanah, kita akan berpikir jika tanah adalah bagian dari aset. Namun
tidak akan ada yang bisa memastikan, jika tanah tidak akan terkontaminasi dengan zat
radioaktif untuk beberapa ribu tahun mendatang. Aphakah tanah akan lebih cocok
pekerjaan restorasi atas tanah dan dalam proses pengembangan teknologi yang memiliki
potensi untuk penjualan global yang sangat menguntungkan? Apakah akan menimbulkan biaya
atau sekedar pengembangan aset? Dalam chapter ini kita akan membahas bagaimana aset di
3. Bagaima informasi tentang nilai aset bersejarah pada studi kasus 7.1?
1.3 Tujuan dan Manfaat Pembahasan
Tujuan khusus kami untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi, Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Indonesia Banking School. Serta dengan penulisan makalah ini diharapkan
bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang teori akuntansi khusnya mengenai
aset baik bagi penulis maupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Case Study 7.1 Aset Bersejarah
Pada tahun 2006, Dewan Standar Akuntansi Inggris mengusulkan agar aset bersejarah seperti
koleksi seni dan bangunan bersejarah ditampilkan di neraca lembaga yang menampungnya. Barker
(2006) menjelaskan bahwa aset bersejarah didefinisikan sebagai aset dengan kualitas historis, artistik,
ilmiah, teknologi, geofisika atau lingkungan yang dipegang dan dikelola terutama untuk kontribusinya
terhadap pengetahuan dan budaya ketika tujuan ini merupakan pusat tujuan entitas pelapor. Barker
menambahkan karena kebanyakan aset bersejarah tidak sering bergerak di pasaran, maka itu adalah
masalah dalam menilai aset bersejarah. Draft paparan Inggris mengusulkan bahwa aset bersejarah
dapat dikapitalisasi jika dapat dipraktikan untu memperoleh penilaian yang memberikan informasi
1. Dalam hal apa aset bersejarah mirip dengan aset entitas nirlaba dan dalam hal apa mereka
berbeda?
2. Apakah pantas untuk mengakuii aset bersejarah dalam laporan keuangan entitas yang memiliki
Jawaban
1. Adapun kesamaan antara aset bersejarah dan aset nirlaba sebagai berikut :
Berwujud.
Berharga atau bernilai.
Keduanya memiliki manfaat ekonomik atau potensi jaya.
Timbul atas kejadian masa lalu.
Dikuasai atau dikendalikan entitas.
2. Jika aset bersejarah memenuhi kriteria pengakuan dan suatu entitas dapat mengukur aset tersebut
dengan handal, aset tersebut harus dicatat dalam laporan keuangan. Mereka dilindungi oleh standar
yang sama dengan item-item lain seperti properti , pabrik dan peralatan dan karenanya memiliki
persyaratan pengukuran dan pengungkapan yang sama. Untuk entitas yang diharuskan menyusun
laporan keuangan tujuan umum dan memiliki hak dan tanggung jawab atas pengungkapan aset
bersejarah diperlukan. Alasan kebijakan dibalik ini adalah bahwa aset bersejarah biasanya merupakan
bagian penting dari aset yang berada dibawah kendali entitas. Karenanya untuk menghilangkan
sepenuhnya dari laporan keuangan entitas menjadikan ini gambaran yang tidak lengkap dan tidak
nyata dari entitas. Ada manfaat lain dari mengenali secara tepat koleksi aset bersejarah dalam laporan
keuangan. Pembaca laporan keuangan juga mungkin tertarik pada ruang lingkup dan skala aset yang
dikendalikan oleh entitas. Entah itu bangunan bersejarah, koleksi artefak budaya atau sejenisnya.
Menggunakan laporan keuangan untuk mengkomunikasikan hal ini dengan jelas dan sepenuhnya
kepada para pemangku kepentingan yang dapat menghasilkan dukungan yang lebih baik karena
visibilitas yang ditingkatkan dari signifikansi aset dibawah kendali entitas. Seringkali fokusnya pada
persyaratan pelaporan keuangan juga menimbulkan peningkatan fokus pada pencatatan detail
pengumpulan. Ini dapat bermanfaat untuk tujuan lain, seperti memastikan bahwa perlindungan
asuransi yang sesuai sudah ada dan berpotensi mengungkap aset yang bernilai. Hal ini juga dapat
menunjukan langkah menuju entitas yang lebih fokus pada penilaian aset mereka. Pelaporan aset
bersejarah yang tepat akan memastikan bahwa laporan sejalan dengan tren sektor ke arah penyertaan
aset tersebut.
3. Ada, seperti yang telah diketahui dari poin 2 pengguna laporan keuangan mungkin tertarik pada
ruang lingkup dan skala aset yang dikendalikan oleh entitas, entah itu bangunan bersejarah, koleksi
artefak budaya atau sejenisnya. Peningkatan visibilitas dari signifikansi aset yang dikendalikan entitas
kepada para pemangku kepentingan dapat menghasilkan dukungan yang lebih baik.
4. Nilai finansial dapat diberkan pada aset bersejarah , nilai aset bersejarah tersebut biasanya akan
dicatat dengan mengacu pada pasar aktif. Walaupun mungkin hanya ada pasar lokal yang sangat kecil
untuk banyak aset bersejarah, seringkali akan ada pasar internasional yang dapat digunakan untuk
memperoleh nilai. Aset yang dibeli akan dicatat pada nilai yang dibayarkan. Jika aset disumbangkan,
nilai ini harus dinilai pada saat sumbangan yang biasanya akan membutuhkan penilai spesialis untuk
digunakan. Jika memungkinkan, ini haruslah orang yang independen, namun dalam keadaan tertentu
satu-satunya, atau sejauh ini, spesialis dengan kualifikasi terbaik mungkin ada di dalam organisasi.
Selanjutnya revaluasi dapat dilakukan dengan persyaratan yang sama seperti untuk kategori lain dari
properti, pabril, peralatan, atau aset dapat terus dicatat dengan biaya. Biasanya aset bersejarah tidak
akan terdepresiasi, atau masa manfaatnya akan sangat panjang dan sulit untuk dinilai sehingga
perhitungan penyusutan yang andal tidak mungkin dilakukan. Paling umum, aset bersejarah tidak akan
didepresiasi dan disimpan dalam laporan keuangan dengan biaya, tetap diuji setiap tahun untuk
penurunan atau penaikan nilai. Pengungkapan yang tepat atas perlakuan yang digunakan dengan
catatan akan penting untuk membantu pemahaman pembaca tentang metode yang digunakan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Dari beberapa penjelasan yang telah teruai diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan
bahwasanya
DAFTAR PUSAKA
1. Harahap, Sofyan Syafri, Teori Akuntansi. (Jakarta : Rajawali Press, cet.3, 1993).
2. Harahap, Sofyan Syafri, Teori Akuntansi Laporan Keuangan. (Jakarta : Bumi Aksara,
cet.3, 2002)
Company, 1994)