Anda di halaman 1dari 19

REUMATHOID ARTHRITIS

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit


autoimun sistemik (Symmons, 2006). RA merupakan salah satu kelainan
multisistem yang etiologinya belum diketahui secara pasti dan dikarateristikkan
dengan destruksi sinovitis (Helmick, 2008). Penyakit ini merupakan peradangan
sistemik yang paling umum ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris
(Dipiro, 2008). Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang
menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari
lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).

B. Etiologi
1. Usia dan Jenis Kelamin
Risiko rheumatoid arthritis lebih besar dua hingga tiga kali lipat pada
wanita dibandingkan pria serta ditemukan pada usia lanjut dengan rata-rata
usia awal 40-60 tahun. Keadaan ini berhubungan dengan kondisi hormonal
seperti titer dehidroepoandrosteron, estradiol, dan testosteron.
2. Genetik
Kerentanan terhadap rheumatoid arthritis berkaitan dengan
hipervariabilitas alel DRβ1, yang dikenal sebagai kerentanan epitope.
Selain itu, 70% pasien memiliki korelasi genetika pada HLADR4
dibandingkan kelompok kontrol dengan peningkatan risiko rheumatoid
arthritis sebesar 4 hingga 5 kali lipat. Gen lain yang terlibat dalam
perjalanan penyakit ini adalah protein tyrosine phosphatase 22 (PTPN 22)
lokus TRAF1/C5, 6q23, 4q27, CD40, dan CCL21 pada populasi Kaukasia,
serta peptidyl arginasedeiminase (PADI-4), FCRL3, dan SLC22A4 yang
meningkatkan risiko timbulnya rheumatoid arthritis dua kali lipat terutama
pada populasi Asia.
3. Infeksi
Agen infeksius seperti virus Epstein-Barr, sitomegalovirus, Proteus sp.,
dan Escherichia coli berkaitan dengan risiko timbulnya rheumatoid
arthritis secara langsung serta melalui produknya seperti heat-shock
proteins. Salah satu mekanisme yang diduga terlibat adalah terjadinya
induksi faktor rheumatoid, yang merupakan autoantibodi berafinitas tinggi
yang melawan Fc pada imunoglobulin.

Secara khusus, rheumatoid arthritis berhubungan dengan penyakit


periodontal melalui ekspresi PADI-4 oleh Porphyromonas gingivalis yang
dapat memicu sitrulinisasi protein.
4. Autoimun
Semua elemen imunologi utama memainkan peran penting dalam
propagasi, inisiasi dan pemeliharaan dari proses autoimun AR. Peristiwa
seluler dan sitokin yang mengakibatkan konsekuensi patologis kompleks,
seperti proliferasi sinovia dan kerusakan sendi berikutnya. Keterlibatan
limfosit T dan B, antigen-presenting sel (misalnya sel B, makrofag, dan sel
dendritic), serta banyak sitokin. Penyimpangan produksi dan regulasi dari
kedua sitokin proinflamasi dan antiinflamasi dan jalur sitokin ditemukan di
AR. Sel T CD4 diasumsikan memainkan peran penting dalam inisiasi AR.
Sel-sel kemudian dapat mengaktifkan makrofag dan populasi sel lainnya,
termasuk fibroblas synovia. Makrofag dan synovia fibroblas menjadi
produsen utama dari sitokin proinflamasi TNF-alfa dan IL-1. Hiperaktivasi
dari membrane synovia membentuk jaringan pannus dan menyerang tulang
sehingga mengalami degradasi oleh aktivasi osteoklas.
5. Obesitas
Obesitas juga meningkatkan kerusakan struktural sendi pada pasien dengan
rheumatoid arthritis, naiknya berat badan juga memaksa lutut untuk bekerja
lebih ekstra dalam menopang berat bada akibat tumpukan lemak serta
menurunkan respon terapi dengan agen anti-TNF.
C. Klasifikasi
Klasifikasi rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe yaitu:
1. Rheumatoid Arthritis Klasik
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid Arthritis Defisit
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Rheumatoid Arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Rheumatoid Arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

D. Manifestasi Klinis
Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam beberapa minggu atau bulan.
Sering pada keadaan awal tidak menunjukan tanda yang jelas. Keluhan tersebut
dapat berupa keluhan umum, keluhan pada sendi dan keluhan diluar sendi (Putra
dkk, 2013).
1. Keluhan Umum
Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan menurun,
peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan berat badan.
2. Kelainan Sendi
Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi pergelangan
tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat terkena
seperti sendi siku, bahu stemo-klavikula, punggul, pergelangan kaki.
Kelainan tulang belakang terbatas pada pembengkakan dan nyeri sendi.
3. Kelainan diluar Sendi
a. Kulit : Nodul subukutan (nodul rematoid)
b. Paru: Kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan
kelainan pleura (efusi pleura, nodul subpleura).
c. Saraf: Berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang sering
terjadi berupa keluhan kehilangan rasa sensoris di ekstremitas
dengan gejala foot or wrist drop.
d. Mata: Terjadi sindrom sjogren (ketatokonjungtivis sika) berupa
kekeringan mata, skleritis atau eriskleritis dan skleromalase
perforans.
e. Kelenjar Limfe: Sindrom Felty adalah RA dengan speenomegali,
limpadenopati, anemia, trombositopeni, dan neutropeni.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Serologi
a. Sedimentasi eritrosit meningkat
b. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
2. Pemeriksaan Radiologi
c. Periarticular osteoporosis, permulaan persendian erosi.
d. Kelanjutan penyakit : ruang sendi menyempit, sup luksasi dan
ankilosis
3. Aspirasi Sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari
sendi di kultur dan bisa diperiksa secara makroplastik.
F. Penatalaksanaan
1. Terapi farmakologi :
a. Analgetik dapat berupa paracetamol dan obat anti inflamasi non
steroid seperti ibuprofen. Dapat juga diberikan agen cyclo-
oxygenase-2 (COX2) inhibitor seperti celecoxib.
1) Paracetamol dosis : 3 x 500 mg digunakan bila perlu
2) Celecoxib dosis : 2 x 100 – 200 mg digunakan bila perlu
3) Ibuprofen dosis : 3- 4 x 400 – 800 mg, maksimal 3.2 gram per
hari, digunakan bila perlu
b. Disease Modifying Anti-rheumatic Drugs (DMARDs)
Merupakan agen yang menghambat umpan balik positif pemberian
sinyal inflamasi pada keadaan rheumatoid arthritis. Preparat yang
sering digunakan adalah:
1) Azathioprine : 1 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 1-2 dosis
selama 6 – 8 minggu, dapat dinaikkan 0.5 mg/kgBB/hari setiap
4 minggu, maksimal 2.5 mg/kgBB/hari.
2) Siklosporin (cyclosporine A) : 2.5 mg/kgBB/hari dibagi
menjadi 2 dosis selama 6-8 minggu, dapat ditingkatkan hingga
4 mg/kgBB/hari secara bertahap.
3) D-penicillamine : digunakan pada kasus aktif yang berat
dengan dosis 125-250 mg per hari selama 1 bulan. Dapat
ditingkatkan dengan jumlah dosis yang sama setiap 4 – 12
minggu hingga remisi. Hentikan penggunakan obat ini apabila
tidak ada respon dengan pengobatan adekuat selama 12 bulan.
4) Hydroxychloroquine : dosis inisial 400 mg per hari dibagi
menjadi 1-2 dosis. Dosis rumatan 200-400 mg per hari sesuai
respon terhadap pengobatan.
5) Leflunomide : dosis inisial 100 mg satu kali per hari selama 3
hari. Dilanjutkan dosis rumatan 10 – 20 mg satu kali per hari.
6) Methotrexate (MTX) : diberikan 7.5 mg per minggu. Dosis
dapat dinaikkan sesuai respon terhadap pengobatan, hingga
maksimal 20 mg/ minggu.
7) Sulfasalazine (SSZ) : dosis awal 500 mg per hari selama 1
minggu pertama, dilanjutkan sesuai respon pengobatan. Dapat
ditingkatkan 500 mg setiap minggu, hingga maksimal 3 gram
per hari dibagi dalam 3-4 dosis.
c. Agen Biologik
Agen Biologik, merupakan golongan obat yang menghambat reaksi
inflamasi pada beberapa tahapan imunologi seperti antagonis faktor
nekrosis tumor (TNFAs) dan inhibitor sitokin. Dapat digunakan
sebagai monoterapi atau kombinasi dengan DMARDs, seperti
methotrexate. Preparat yang paling umum digunakan adalah:
1) Tumour necrosis factor alpha (TNFα) blockers:
2) Adalimumab : dosis 40 mg sebagai dosis tunggal setiap minggu
berselang
3) Etanercept : dosis 25 mg dua kali per minggu dengan jarak
antar dosis 3-4 hari atau 50 mg satu kali per minggu.
Pengobatan dihentikan apabila tidak ada respon terapi dalam 6
bulan.
d. Monoclonal antibodies against B cells:
1) Rituximab : diberikan sebagai dua kali dosis 1 gram infus
intravena dengan jarak anatar dosis 2 minggu. Digunakan
sebagai terapi kombinasi dengan MTX.
e. Interleukin 1 (IL-1) blockers:
1) Anakinra : dosis 100 mg per hari, sebaiknya diberikan di waktu
yang sama setiap hari. Dapat digunakan sebagai terapi
kombinasi dengan MTX.
f. Steroid
Karena adanya dugaan keterlibatan sistem imun, steroid juga diduga
bermanfaat dalam penatalaksanaan rheumatoid arthritis. Dapat
diberikan prednisone 5-10 mg per hari sebagai terapi kombinasi
dengan regimen terapi lainnya.
2. Non-farmakologi
a. Edukasi atau penerangan
Langkah pertama adalah memberikan edukasi pada pasien tentang
penyakit, prognosis, dan pendekatan manajemennya. Selain itu
diperlukan konseling diet untuk pasien osteoarthritis yang
mempunyai kelebihan berat badan.
b. Terapi fisik dan rehabiltasi
Terapi fisik dapat dilakukan dengan pengobatan panas atau dingin
dan program olahraga bagi membanti untuk menjaga dan
mengembalikan rentang pergerakan sendi dan mengurangi rasa sakit
serta spasmus otot. Program olahraga dengan menggunakan teknik
isometric didisain untuk menguatkan otot, memperbaiki fungsi sendi
dan pergerakan serta menurunkan ketidakmampuan, rasa sakit dan
kebutuhan akan penggunaan analgesik.
c. Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan, alat
bantu gerak, heel cups, dan insole dapat digunakan selama olahraga
atau aktivitas harian. Pasien osteoarthritis lutut yang memakai sepatu
dengan sol tambahan yang empuk yang bertujuan untuk meratakan
pembagian tekanan akibat berat, dengan demikian akan mengurangi
tekanan di lutut.
d. Kompres hangat atau dingin serta olahraga dapat dilakukan untuk
memelihara sendi, mengurangi nyeri, dan menghindari terjadinya
kekakuan (Priyono, 2008). Kompres hangat dan dingin dilakukan
pada bagian sendi yang mengalami nyeri.
e. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan dapat diteapkan dengan mempunyai gaya
hidup sehat. Penurunan berat badan dapat membanti mengurangi
beban atau mengurangi gejala pada bagian yang mengalami penyakit
osteoarthritis terutamannya pada lutut dan pinggul (Felson, 2008).
f. Istirahat
Istirahat yang cukup dapat mengurangi kesakitan pada sendi. Selain
itu juga istirahat dapat menghindari taruma pada persendian secara
berulang (Priyono, 2008).
g. Pembedahan
Terapi pembedahan dapat dilakukan pada pasien dengan rasa sakit
parah yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau
rasa sakit yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional
substansial dan mempengaruhi gaya hidupn (Elin dkk, 2008).
Beberapa sendi, terutama sendi pinggul dan lutut, dapat diganti
dengan sendi bantuan. Biasanya dengan pembedahan dapat
memperbaiki fungsi dan pergerakan sendi serta mengurangi nyeri.
Terdapat bebrapa jenis pembedahan yang dapat dilakukan. Antara
pembedahan yang dapat dilakukan jika terapi pengobatan tidak dapat
berespon dengan baik atau tidak efektif pada pasien adalah
Arthroscopy, Osteotomy, Arthroplasty dan Fusion.

G. Komplikasi
1. Neuropati perifer mempengaruhi saraf yang paling sering terjadi di tangan
dan kaki, hal ini dapat mengakibatkan kesemutan, mati rasa, atau rasa
terbakar.
2. Cervical myelopathy. Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis
menyerang sendi tulang leher dan mengganggu saraf tulang belakang
3. Skleritis, adalah suatu peradangan pada pembuluh darah di mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan kornea, skleromalasia dan dalam kasus yang
parah skleritis modular atau perforasi.
4. Infeksi
5. Masalah Gastrointestinal
6. Osteoporosis. Kondisi ini terjadi karena efek samping pengobatan, yang
dapat membuat tulang menjadi rapuh dan rentan patah
7. Penyakit paru.
8. Penyakit jantung. Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh
menimbulkan peradangan di pembuluh darah jantung
9. Sindrom Sjogren, yaitu gangguan sistem kekebalan tubuh yang ditandai
dengan mata kering dan mulut kering. Gangguan ini bisa menyebabkan
sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat sendiri yang memproduksi
air liur dan air mata.
10. Sindrom Felty (radang limpa). Komplikasi ini terjadi oleh kehadira 3
patologi stimultan, yaitu rheumatoid arthritis, pembesaran limpa dan
leukopenia (sel darah putih rendah)
11. Sindrom aktivasi makrofag, merupakan komplikasi parah, berpotensi
mengancam jiwa, beberapa penyakit rematik kronis pada masa kanak-
kanak.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesahatan
a. Ds : Pasien mengatakan memiliki riwayat merokok dan minum
alcohol
Pasien mengatakan bekerja sebagai kuli panggul
Pasien mengatakan dulu sering mengonsusmsi obat prenisilon
b. Do : Hasil foto rotgen : terdapat osteofit
Hasil laboratorium WBC : 17.000/m
LED : 40 m/h
2. Pola aktivitas dan latihan
a. Ds : Pasien mengatakan sering kaku pada pagi hari
Pasien mengatakan cepat capek
Pasien mengatakan bengkak pada kedua ekstremitas
b. Do : Pasien tampak sakit
Pasien tampak kaku pada pagi hari (pada kaki)
3. Pola presepsi kognitif
a. Ds : Pasien mengatakan bengkak,dan rasa sakit pada ibu jari
Pasien mengatakannyeri pada sendi kalau digerakan
Pasien mengatakan nyeri pada punggung
b. Do : Pasien tampak perubahan pada postur tubuh ,kemerahan pada
sendi disertai nyeri
4. Pola tidur dan istirahat
a. Ds : Pasien mengatakan demam
b. Do : Pasien tampak teraba panas dengan suhu 38C
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agens cedera biologis batasi aktivitas
2. Gangguan citra tubuh b/d penyakit
3. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan musculoskeletal
C. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Manajemen nyeri


agens cedera tindakan keperawatan a. Lakukan
biologis selama 3x24 jam pengkajian nyeri
kompeherensif
diharapkan, Nyeri akut
a. DS yang meliputi
berhubungan dengan lokasi,
 Pasien agens cedera biologis. karateristik,onset/
mengatakan Dapat teratasi dengan durasi,frekuensi,k
kriteria hasil: ualitas,intensitas,
bengkak,dan atau beratnya
rasa sakit pada 1. Kontrol nyeri nyeri dan faktor
a. Mengenali pencetus
ibu jari kapan nyeri b. Observasi adanya
 Pasien terjadi petunjuk
dipertahanka nonverbal
mengatakan n pada skala mengenai
nyeri pada sendi 4 ketidaknyamanan
ditingkatkan terutama mereka
kalau digerakan pada skala 5 yang tidak dapat
b. Menggamba berkomunikasi
 Pasien
rkan faktor secara efektif
mengatakan penyebab c. Pertimbangkan
dipertahanka tipe dan sumber
nyeri pada
n pada skala nyeri ketika
punggung 3 memilih strategi
ditingkatkan penurunan nyeri
2. DO
pada skala 5 d. Ajarkan teknik
 Pasien tampak c. Menggunak nonfarnakologi
an tindakan e. Evaluasi
perubahan pada
pencegahan, keefektifan dari
postur tubuh, dipertahanka tindakan
n pada skala pengontrol nyeri
kemerahan pada
4 yang dipakai
sendi disertai ditingkatkan selama pengkajian
pada skala 5 nyeri dilakukan
nyeri
d. Menggunak f. Beri tahu dokter
an tindakan jika tindakan tidak
pengurangan berhasil atau jika
(nyeri) tanpa keluhan pasien
analgesic saat ini berubah
dipertahanka signifikan dari
n pada skala pengalaman nyeri
4 sebelumnya.
ditingkatkan 2. Pemberian analgesik
pada skala 5 a. Tentukan lokasi,
e. Menggunak karakteristik,
an analgesik kualitas, dan
yang keparahan nyeri
direkomend sebelum
asikan, mengobati pasien
dipertahanka b. Cek perintah
n pada skala pengobatan
4 meliputi obat,
ditingkatkan dosis, dan
frekuensi obat
pada skala 5
analgesik yang di
f. Melaporkan
resepkan
perubahan c. Cek adanya
terhadap riwayat alergi obat
gejala nyeri d. Pilih analgesik
pada atau kombinasi
professional analgesic yang
kesehatan, sesuai ketika lebih
dipertahanka dari satu diberikan
n pada skala e. Tentukan pilihan
4 obat analgesik ,
ditingkatkan berdasarkan tipe
pada skala 5 dan keparahan
g. Mengenali nyeri
apa yang f. Tentukan
terkait analgesik
dengan sebelumnya, rute
gejala nyeri, pemberian, dan
dipertahanka dosis untuk
n pada skala mencapai hasil
4 pengurangan nyeri
ditingkatkan yang optimal
pada skala 5 g. Berikan analgesic
sesuai waktu
h. Melaporkan
parunya, terutama
nyeri yang
terkontrol, pada nyeri yang
dipertahanka berat
n pada skala h. Evaluasi
4 keefektifan
ditingkatkan analgesik dengan
pada skala 5 interval yang
2. Tingkat nyeri teratur pada setiap
a. Nyeri yang setelah pemberian
dilaporkan khususnya setelah
di pemberian
pertama kali , juga
pertahankan
observasi adanya
pada skala 4
tanda dan gejala
ditingkatkan efek samping.
pada skala 5
b. Panjangnya
episode
nyeri
dipertahanka
n pada skala
4
ditingkatkan
pada skala 5
c. Tidak bisa
berisitirahat
dipertahanka
n pada skala
4
ditingkatkan
pada skala 5
d. Ekpresi
nyeri wajah
dipertahanka
n pada skala
4
ditingkatkan
pada skala 5
e. Ketegangan
otot di
pertahankan
pada skala 4
ditingkatkan
pada skala 5
2. Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Peningkatan citra
tubuh b/d penyakit tindakan keperawatan tubuh
selama 3x24 jam a. Tentukan harapan
b. DS citra diri pasien di
diharapkan, Gangguan
dasarkan pada
 Pasien citra tubuh tahap
mengatakan berhubungan dengan perkembangan
penyakit, dapat teratasi b. Tentukan jika
bengkak,dan terdapat perasaan
dengan kriteria hasil:
rasa sakit pada tidak suka
1. Citra tubuh terhadap
ibu jari a. Kesesuaian karateristik fisik
 Pasien antara realitas khusus yang
tubuh dan ideal menciptakan
mengatakan tubuh dengan disfungsi paralisis
nyeri pada sendi penampilan social untuk
tubuh, remaja dan
kalau digerakan dipertahankan kelompok dengan
 Pasien pada skala 4 resiko tinggi lain
ditingkatkan c. Tentukan
mengatakan pada skala 5 perubahan fisik
nyeri pada b. Deskripsi saat ini apakah
bagian tubuh berkontribusi pada
punggung yang citra diri pasien
3. DO terkena[dampa d. Identifikasi
k], dampak dari
 Pasien tampak dipertahankan budaya
perubahan pada pada skala 4 pasien,agama,ras
ditingkatkan ,jenis kelamin,
postur tubuh, pada skala 5 dan usia terkait
kemerahan pada c. Sikap terhadap dengan citra diri
menyentuh e. Monitor frekuensi
sendi disertai bagian tubuh dari pernyataan
nyeri yang terkena mengkritisi diri
[dampak], di f. Monitor apakah
pertahankan pasien bisa
pada skala 4 melihat bagian
ditingkatkan tubuh mana yang
pada skala 5 berubah
d. Kepuasan g. Bantu pasien
dengan untuk
penampilan mengidentifikasi
tubuh, di
pertahankan tindakan-tindakan
pada skala 4 yang akan
ditingkatkan meningkatkan
pada skala 5 penampilan
e. Penyesuaian h. Identifikasi
tehadap kelompok
perubahan pendukung yang
fungsi tubuh di tersedia bagi
pertahankan pasien
pada skala 4 2. Peningkatan harga
ditingkatkan diri
pada skala 5 a. Monitor
2. Harga diri pernyataan pasien
a. Verbalisasi mengenai garga
penerimaan diri
diri, b. Dukung pasien
dipertahankan untuk bisa
pada skala 4 mengidentifikasi
ditingkatkan kekuatan
pada skala 5 c. Dukung
b. Penerimaan [melakuan]
terhadap kontak mata pada
keterbatasan saat
diri, berkomunikasi
dipertahankan dengan orang lain
pada skala 4 d. Bantu pasien
ditingkatkan untuk menerima
pada skala 5 ketergantungan
c. Gambaran terhadap orang
tentang lain,dengan tepat
bangga pada e. Dukung pasien
diri endiri di untuk menerima
pertahankan tantangan baru
pada skala 4 f. Fasilitsi
ditigkatkan lingkungan dan
pada skala 5 aktivitas-aktivitas
d. Perasaan yang akan
tentang nilai meningkatkan
diri harga diri
dipertahankan g. Monitor tingkat
pada skala 4 harga diri dari
ditingkatkan waktu ke waktu,
pada skala 5 dengan tepat
3. Hambatan Setelah dilakukan 1. Terapi Latihan:
mobilitas fisik b/d tindakan keperawatan Ambulasi
gangguan selama 3x24 jam a. Bantu pasien
menggunakan alas
musculoskeletal diharapkan, Hambatan
kaki yang
mobilitas fisik memfasilitasi
a. DS berhubungan dengan pasien untuk
 Pasien gangguan berjalan dan
mengatakan muskuloskeletal , mencegah cedera
dapat teratasi dengan b. Sediakan tempat
sering kaku tidur
kriteria hasil :
pada pagi hari berketinggian
1. Ambulasi rendah,yang
 Pasien a. Berjalan sesuai
dengan c. Bantu pasien
mengatakan
langkah yang untuk duduk disisi
cepat capek efektif di tempat tidur untuk
pertahankan memfasilitasi
 Pasien
pada skala 4 penyesuaian sikap
mengatakan ditingkatkan tubuh
pada skala 5 d. Konsultasikan
bengkak pada
b. Berjalan pada ahli terapi
kedua dengan pelan fisik mengenai
di pertahankan rencana ambulasi,
ekstremitas
pada skala 4 sesuai kebutuhan
2. DO ditingkatkan e. Sediakan alat
pada skala 5 bantu
 Pasien tampak (tongkat,walker,
c. Berjalan
sakit dengan atau kursi roda)
kecepatan untuk ambulasi
 Pasien tampak jika pasien tidak
sedang di
kaku pada pagi pertahankan stabil
pada skala 4 f. Intruksikan
hari (pada kaki) pasien/caregiver
ditingkatkan
pada skala 5 mengenai
d. Berjalan pemindahan dan
dengan cepat teknik ambulansi
di pertahankan yang aman
pada skala 4 2. Peningkatan latihan
ditingkatkan a. Gali hambatan
pada skala 5 untuk melakukan
e. Berjalan latihan
menaiki tangga b. Libatkan
di pertahankan keluarga/orang
pada skala 4 yang memberi
ditingkatkan perawatan dalam
pada skala 5 merencanakan dan
f. Berjalan meningkatkan
menuruni program latihan
tangga c. Intruksikan
dipertahankan individu terkait
pada skala 4 dengan tipe
ditingkatkan aktivitas fisik
pada skala 5 yang sesuai
g. Berjalan dalam dengan derajat
jarak yang jauh kesehatannya,
(5 blok atau kolaborasikan
lebih) di dengan dokter
pertahankan atau ahli terapi
pada skala 4 fisik
ditingkatkan d. Intruksikan
pada skala 5 individu terkait
2. Pergerakan frekuensi, durasi
a. Keseimbangan, dan intensitas
di pertahankan program latihan
pada skala 4 yang di inginkan
ditingkatkan
pada skala 5
b. Gerakan otot,
di pertahankan
pada skala 4
ditingkatkan
pada skala 5
c. Gerakan sendi,
di pertahankan
pada skala 4
ditingkatkan
pada skala 5
d. Bergerak
dengan mudah,
di pertahankan
pada skala 4
ditingkatkan
pada skala 5
4. hipertermi b/d Setelah diberikan Perawatan Hipertermi
penyakit tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan 3. monitorta tanda-
a. Ds : Pasien dengan kriteria hasil: tanda vital
4. longarkan atau
mengatakan
1. dehidrasi leaskan pakaian
demam dipertahankan 5. berikan obat anti
pada skala 2 mengigil sesuai
b. Do : Pasien
dipertahankan kebutuhan
tampak teraba pada skala 4 6. pasang akses IV
2. mengigil saat 7. instruksikan pasien
panas dengan
dingin mengenai tindakan-

suhu 38 C dipertahankan tindakan untuk
pada skala 2 mencegah kondisi
dan sakit yabg
ditingkatkan berhubungan
pada skala 4 dengan panas
3. melaporkan (misalnya,
kenyamanan mencegah terpapar
suhu sinar matahari yang
dipertahakan berlebihan, asupan
pada skala 2 nutrisi dan cairan
dan yang adekuat
ditingkatkan sebelum,selama,dan
pada skala 4 setelah aktivitas
4. denyut jantung fisik, cari tempat
apikal dimana tersedia AC
dipertahankan dan pakai pakaian
ada skala 2 dan yang tidak ketat,
ditingkatkan warna terang dan
pada skala 4 ringan)

D. Discharge Planning
1. Anjurkan pasien untuk latihan fisik/olahraga teratur
2. Edukasi pasien untuk mengurangi pekerjaan yang berat
3. Edukasi pasien untuk mengurangi makanan yang mencetuskan rematik,
misal: kacang panjang, melinjo, ikan teri, emping, dan jeroan
4. Anjurkan pasien untuk minum air putih 10 gelas per hari untuk mendukung
kelancaran metabolisme tubuh menghindari gejala rematik yang cukup
mengganggu kesehatan

Anda mungkin juga menyukai