Anda di halaman 1dari 86

BAB II

RUANG LINGKUP STUDI


2.1 Deskripsi Rencana Usaha
2.1.1 Status Studi AMDAL
Penyusunan studi AMDAL rencana kegiatan pembangunan Irigasi yang
berlokasi di Kota Pekanbaru dilaksanakan setelah kegiatan studi kelayakan
(Feasibility Study) teknis dan ekonomi oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya
Air Kota Pekanbaru. Kawasan yang akan dijadikan sebagai lokasi pembangunan
Irigasi memiliki luas wilayah kurang lebih 3.194 Ha.
Lahan rencana pembangunan Irigasi merupakan area lahan kosong dan
pemukiman penduduk dimana lahan tersebut adalah milik 533 KK setempat,
dimana luas masing masing lahan yaitu 6 Ha/KK. Hasil kajian kelayakan terhadap
aspek teknis dan ekonomi dipergunakan sebagai dasar penyusunan dokumen
AMDAL Pembangunan Irigasi yang akan diuraikan secara garis besar pada sub-
bab deskripsi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dapat digunakan sebagai
dasar untuk melakukan proses pelingkupan di dalam dokumen Kerangka Acuan
(KA).

2.2.1 Kesesuaian Rencana Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan Dengan Tata


Ruan
Lokasi tempat rencana pembangunan irigasi dilakukan adalah lahan milik
533 KK setempat, dimana luas masing masing lahan yaitu 6 Ha/KK. Daerah ini
dipilih sebagai lokasi kegiatan karena Kota Pekanbaru merupakan alternatif
wilayah pengembangan sektor pertanian di Riau. Adapun Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Riau dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Peta Administratif
Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 2.2.

2.1.2 Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Kegiatan Pembangunan Irigasi oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya
Air Kota Pekanbaru ini secara umum dibagi menjadi 2 tahap kegiatan, yaitu tahap
pra-konstruksi, dan tahap konstruksi. Pada tahap pra kontruksi selama 1.5 tahun,
dan tahap kontruksi selama 3 tahun,.
Tabel 2.1 Tahap Kegiatan Pembangunan Irigasi oleh Dinas Bina Marga dan
Sumber Daya Air Kota Pekanbaru
2019 2020 2021 2022 2023
Tahap dan Jenis Kegiatan
I II I II I II I II I II

A. TAHAP PRA-KONSTRUSI

1. Survey

2. Pembebasan Lahan

3. Sosialisasi Kegiatan
B. TAHAP KONSTRUKSI
Tahap Pekerjaan Pesiapan

1. Rekruitmen Tenaga
Kerja
2. Mobilisasi Peralatan
dan Bahan Material
3. Pekerjaan Pembersihan
(Land Clearing)
4. Pekerjaan Kupasan
Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

5. Pekerjaan Galian
6. Pembangunan Fasilitas
Utama Bendung
7. Timbunan

8. Pemadatan Tanah
9. Pemadatan Tanah
Kedap Air dan Semi
Kedap Air
10. Pekerjaan Pengeringan
Selama Pelaksanaan
11. Pekerjaan Struktur
Beton Bertulang
12. Pekerjaan Pemasangan
Lining Plat Beton Pra
Cetak
C. TAHAP PASCA KONSTRUKSI

1. Rekruitmen Karyawan
2. Pemeliharaan Jaringan
Irigasi

Keterangan :
I = Bulan Januari-Juni pada tahun tersebut
II = Bulan Juli-Desember pada tahun tersebut

2.1.3.1 Tahap Pra-Konstruksi


1. Survei
Kegiatan survei dilakukan dengan tujuan untuk menentukan dan melihat
beberapa lokasi beserta alternatifnya yang sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah untuk pembangunan Irigasi serta mengumpulkan data-data
yang dianggap perlu seperti luas lahan, kondisi disekitar lahan, kontur
tanah, kondisi sumber air irigasi, penyelidikan hidrolis model, jalur
transportasi di sekitar lahan, dan kondisi masyarakat sekitar.
2. Pembebasan Lahan
Pembebasan lahan dilakukan pemrakarsa dengan cara pembelian langsung
kepada masyarakat setempat selaku pemilik lahan secara bertahap
melibatkan Pemerintah Kota Pekanbaru. Sesuai dengan izin lokasi yang
diberikan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru, luas lokasi rencana
pembangunan irigasi sebesar 3.194 Ha.
3. Sosialisasi Kegiatan
Sosialisasi kegiatan bertujuan untuk mengetahui opini, tanggapan, dan
saran masyarakat mengenai rencana usaha dan/atau kegiatan serta
meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan Irigasi oleh
Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Pekanbaru. Selain itu,
sosialiasi kegiatan juga bertujuan untuk menurunkan tingkat keresahan
masyarakat terhadap rencana pembangunan irigasi. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan pengumuman tertulis disekitar lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan serta mengadakan konsultasi publik.

2.1.3.2 Tahap Konstruksi


A. Tahap Pekerjaan Persiapan
1. Rekruitmen Tenaga Kerja
Pada kegiatan ini dilakukan rekruitmen untuk kegiatan tahap
konstruksi. Tenaga kerja yang akan direkrut terdiri atas tenaga kerja
yang mempunyai keahlian khusus (skilled labour) dan tenaga kerja
yang tidak mempunyai keahlian khusus (unskilled labour). Dalam
perekrutan tenaga kerja memprioritaskan tenaga kerja lokal yang
memenuhi standarisasi, kualifikasi serta kebutuhan. Dalam
perekrutan tenaga kerja memprioritaskan tenaga kerja lokal yang
memenuhi standarisasi, kualifikasi serta kebutuhan. Secara
spesifikasi tenaga kerja pada tahap konstruksi dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Spesifikasi Tenaga Kerja Tahap Konstruksi
Jumlah Kualifikasi
No. Spesifikasi Pekerjaan
* Orang Pendidikan
1 TENAGA AHLI STRUKTUR 5 S1
Konsultan – Pengawas – Pelaksana
2 TENAGA SITE MANAGER 5 S1
Konsultan – Pengawas – Pelaksana
3 TENAGA AHLI K3 KONSTRUKSI 10 S1
Konsultan – Pengawas – Pelaksana
4 TENAGA AHLI PELAKSANA 20 S1
LAPANGAN
Konsultan – Pengawas – Pelaksana
5 TEKNISI PENGHITUNG 2 S1, D3
KUANTITAS PEKERJAAN SDA
Konsultan – Pengawas – Pelaksana
6 SECURITY 10 D3, SMA
7 LEGAL 2 S1
8 TENAGA PELAKSANA 50 S1, D3
Jumlah Kualifikasi
No. Spesifikasi Pekerjaan
* Orang Pendidikan
BANGUNAN IRIGASI
9 TEKNISI PENGERUKAN 20 S1,D3
10 JURU UKUR 10 S1, D3
11 JURU GAMBAR 5 S1, D3
12 MEKANIK ALAT BERAT 15 S1, D3
13 PELAKSANA PINTU AIR 10 S1, D3
14 SUPIR 20 SMA, SMP
15 ADMINISTRASI 5 SMA/SMK
Total 189
Sumber : KAK Pengawasan Konstruksi Irigasi II, Pemprov Jateng, 2015
2. Mobilisasi Peralatan dan Bahan Material
Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan material akan
dilakukan pada malam hari (jam 21.00 s.d. 04.00 WIB). Pengaturan
jadwal ini bertujuan untuk menghindari kemacetan arus lalu lintas di
sekitar lokasi proyek.Pada jalan-jalan di sekitar lokasi proyek perlu
dipasang tanda-tanda atau rambu-rambu lalu lintas yang
menerangkan bahwa ada kendaraan proyek yang keluar masuk lokasi
proyek. Pada jalan di sekitar proyek perlu pula dilengkapi dengan
alat pengendali lalu lintas berupa warning light pada masing-masing
arah dengan jarak ±50 meter dari titik lokasi proyek untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kemacetan arus lalu
lintas.Selain itu, untuk kendaraan yang melintasi sekitar wilayah
proyek dilakukan pula pengaturan batas kecepatan kendaraan dengan
maksimal 60 km/jam.
Untuk kendaraan pengangkut bahan material, harus
disesuaikan dengan kelas jalan yang dilalui. Bak muatan kendaraan
juga perlu diberi terpal penutup. Untuk mencegah ceceran
lumpur/tanah di jalan yang dilalui, di lokasi pintu masuk dan keluar
kendaraan membangun bak pencucian ban/roda kendaraan. Selain
itu, dilakukan penyiraman jalan secara berkala (pagi dan sore) serta
menyediakan ruang untuk keluar masuk kendaraan pada lokasi.
Rincian jenis dan kapasitas peralatan serta jumlahnya pada tahap
konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Jenis Peralatan Tahap Konstruksi
NAMA JENIS /
NO. JUMLAH SATUAN
PERALATAN KAPASITAS
1. Excavator 3 unit Komatsu PC.
200
2. Excavator 3 unit Kobelco PC.
200
3. Excavator 3 unit Sumitomo PC.
200
4. Excavator 3 unit PC. 35
5. Dumptruck 5 unit Hyundai
6. Dumptruck 5 unit Tronton
7. Dumptruck 5 unit Mitsubishi
8. Vibro Roller 1 unit
9. Crane 1 unit
10. Concrete Pump 2 unit
11. Vibrator 4 unit
12. Genset 1 unit 100 Kva
13. Penerangan Sesuai jumlah area kerja dan set
jenis pekerjaan
14. Tangki BBM 3 unit
15. Pompa 10 Unit
16. Alat Safety Sesuai jumlah pekerja dan set
jenis pekerjaan
17. Kendaraan Sesuai jumlah pekerja dan set
operasional jenis pekerjaan
18. Alat-alat lain Sesuai jumlah pekerja dan set
jenis pekerjaan
Sumber : KAK Pengawasan Konstruksi Irigasi II, 2019

Tabel 2.4 Jenis Bahan Bangunan Utama Untuk Kegiatan Konstruksi


Sumber/Lokasi
No. Jenis Bahan Sifat Bahan
Asal

1. Semen Tidak Berbahaya Padang

Besi Tulangan
2. Tidak Berbahaya Pekanbaru
Beton

Besi Baja Dan Besi


3. Tidak Berbahaya Pekanbaru
Profil

4. Bahan Bakar Minyak Berbahaya Pekanbaru


Sumber/Lokasi
No. Jenis Bahan Sifat Bahan
Asal

5. Oli Dan Pelumas Tidak Berbahaya Pekanbaru

6. Agregat Tidak Berbahaya Bangkinang

7. Tanah Bahan Timbun Tidak Berbahaya Bangkinang

8. Pasir Urug Tidak Berbahaya Bangkinang

9. Besi Beton Tidak Berbahaya Pekanbaru

10. Batu Kali & Batu Belah Tidak Berbahaya Bangkinang

11. Kayu Cetakan Tidak Berbahaya Bangkinang

12. Paku Tidak Berbahaya Pekanbaru

Sumber : KAK Pengawasan Konstruksi Irigasi II, 2019

3. Pekerjaan Pembersihan (Land Clearing)


Penyedia Jasa harus memulai pembersihan sebelum pekerjaan
pembangunan dimulai antara lain:
a) Pada saluran yang akan dilakukan perbaikan dipasang patok
sebagai acuan pembersihan lahan. Kemudian dilakukan
pembersihan dari kotoran seperti puingpuing, onggokan sampah,
pohon-pohon dan termasuk bangunan yang harus dibongkar.
b) Bahan-bahan hasil pembongkaran tersebut harus dibuang, kecuali
bila ada ketentuan lain yang disetujui Direksi.
c) Semua kerusakan terhadap pekerjaan dan milik umum atau
perseorangan yang diakibatkan pekerjaan pembersihan yang
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa harus diperbaiki atau diganti oleh
Penyedia Jasa.
4. Pekerjaan Kupasan
Pekerjaan kupasan dimaksudkan untuk perbaikan tanggul saluran.
a) Setelah lahan dipastikan bersih kemudian dilakukan pengupasan
permukaan tanah pada rencana perbaikan tanggul, untuk
perbaikan tanggul yang lebar dengan volume yang banyak dapat
menggunakan bulldozer sedangkan perbaikan tanggul yang
volumenya sedikit dapat menggunakan alat manual seperti
cangkul sehingga lumpur dan tanah humus terbuang.
b) Pada lokasi tanah yang normal, "kupasan" harus dikerjakan
sekurang-kurangnya sedalam 25 cm dan meliputi minimal 50 cm
di luar tapak kaki timbunan rencana, atau apabila dalam gambar
ditentukan lain.
c) Jika di lapangan dijumpai kondisi tanah yang bersifat khusus,
kedalaman kupasan ditentukan oleh Direksi secara tertulis.
d) Pekerjaan "kupasan" hanya boleh dilakukan pada lokasi yang
segera akan ditimbun.
e) Bahan hasil kupasan harus dibuang di tempat pembuangan sesuai
petunjuk Direksi. Kupasan permukaan di bawah tempat buangan
tidak diperlukan, termasuk juga tempat yang telah dibersihkan.

B. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi


1. Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian mencakup semua galian yang berhubungan dengan
pekerjaan saluran pada Daerah Irigasi Pekanbaru diantaranya dinding
saluran irigasi, gorong-gorong, bangunan-bangunan pengelak, sadap,
corongan, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang ada galiannya sesuai
gambar. Pekerjaan galian pada saluran ini dengan menggunakan peralatan
manual untuk volume galian kecil dan menggunakan alat berat jika
volume tanah besar.
a. Galian Tanah Dan Sedimentasi
Dalam setiap pekerjaan konstruksi hampir ditemui pekerjaan tanah.
Dalam hal pekerjaan ini hasil pekerjaan tanah dapat berupa tanah hasil
galian dan hasil sedimentasi. Bahan /material hasil galian tanah yang
lama digunakan kembali sebagai material urugan. Material yang
dihasilkan dari kegiatan pembersihan, pengupasan dan galian yang
tidak dapat digunakan sebagai bahan urug kembali harus dibuang ke
tempat yang aman dan tidak mengakibatkan dampak negatif bagi
lingkungan.
Lokasi tempat penimbunan material buangan dalam volume kecil
direncanakan di sisi tanggul kiri dan kanan saluran maupun bangunan.
Untuk volume sedimen yang besar dapat dibuang diluar lokasi
pekerjaan (Paling Jauh ± 5 km) di tempat yang telah ditentukan dan
mudah untuk dijangkau kendaraan seperti drum truck.
b. Rencana Pelaksanaan Galian Tanah
Metode pelaksanaan dan detail rencana produksi material, untuk
pembangunan dan operasi peralatan harus disiapkan oleh pelaksana
dan disetujui oleh Direksi. Rencana pelaksanaan dapat dikaji ulang
berdasarkan kondisi lapangan dan persetujuan dan kemudian diikuti
pada waktu pelaksanaan.
Dalam pekerjaan galian tanah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pekerjaan galian tanah secara manual (dengan tenaga manusia) dan
dengan menggunakan alat berat. Untuk pekerjaan saluran sedang dan
kecil dapat dilakukan galian dengan tenaga manusia sedangkan untuk
saluran yang besar dan pekerjaan konstruksi Bendung Karet Pekanbaru
dilakukan dengan bantuan alat berat.
c. Alat Berat Penggali Dan Pengangkut
Jenis peralatan penggali untuk dipakai antara lain: Exavator, Dump
truck dan Bulldozer. Meskipun jarang, dredging dipergunakan untuk
menggali tanah dari area basah/terendam (submerged area).
Bila scraper digunakan untuk menggali, tambahan alat angkut sudah
tidak diperlukan lagi. Bila dipergunakan alat penggali lainnya, masih
diperlukan alat angkut berapa truck atau belt conveyor.
d. Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh pengawas (inspector), kemudian
dilaporkan kepada Tenaga Ahli (Engineer). Perhatikan kedalaman
galian dan tersedianya peralatan untuk melaksanakan, yang harus
disiapkan oleh pelaksana/kontraktor. Pengawas harus lapor atas
kondisi dan perbedaan hasil pengukuran terhadap spesifikasi, dengan
demikian bila diperlukan perbaikan dapat segera dilakukan.
Perbedaan tersebut antara lain:
 Galian tidak menghasilkan sebagaimana yang diharapkan atau tipe
material yang diinginkan. Pelaksana harus melakukan uji yang
meyakinkan bahwa material sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
 Material terlalu basah atau kering untuk dapat dipadatkan dengan
baik. Selama penggalian dan proses pengambilan material,
pengawas harus melakukan observasi terhadap semua adjusment
yang dibuat terhadap kandungan air.
e. Kontrol Kandungan Air Pada Material Timbunan
Kandungan air daro borrow pit (sumber galian/lubang galian) dapat
berubah karena hujan, penguapan dan pengolahan tanah.
Bagaimanapun juga, sebelum bahan timbunan diangkut ke tempat
penimbunan, spesifikasi mengharuskan kontraktor untuk menyiapkan
material pada sumber galian, agar memiliki kandungan air sedekat
mungkin dengan kandungan air rencana, antara lain dengan cara:
 Tanah Kering
Didaerah kering rata-rata kandungan air di sumber galian secara alami
10-15% dibawah persyaratan untuk dipadatkan. Dalam keadaan
demikian, borrow area harus dibasahi sampai kedalaman 1,5 - 4,5 m
dari permukaan. Pembasahan borrow area dapat dilakukan dengan
penyiraman/mengalirkan air dengan membuat tanggul kecil atau
dengan sistem sprinkle. Apabila sumber galian tidak dapat dibasahi,
sprinkle bisa ditambahkan pada waktu pelaksanaan penggalian,
sehingga air bisa bercampur dengan tanah, melalui rippered, hauled,
dumped dan spreaded.
 Tanah Basah
Tahapan pertama untuk mengeringkan atau menjaga kandungan air
pada borrow pit adalah dengan drainase permukaan pada borrow pit
tersebut. Cara ini dilakukan dengan membuat saluran drainase dan
membuat permukaan sumber galian miring menuju saluran. Hal ini
akan mengurangi penyerapan air hujan. Tanah yang basah, dapat
dikeringkan dengan cara dibajak (ripping), sehingga mengisi tanah
dengan udara sampai kedalaman beberapa centimeter.
f. Pencampuran Material
Pencampuran dua atau lebih jenis tanah mungkin diperlukan, apabila
dijumpai adanya perbedaan lapisan tanah pada borrow area.
Pertimbangan diperlukannya pencampuran tanah adalah, sebagai
berikut:
 Untuk mendapatkan material, yang karakteristiknya bisa diterima,
sebagai bahan timbunan suatu zona.
 Agar lapisan-lapisan tanah yang beragam dapat dimanfaatkan
sebagai bahan timbunan.
 Untuk memproduksi sejumlah material yang memenuhi syarat
spesifikasi.
Apabila material yang harus dicampur berupa perlapisan horisontal.
Penggalian dengan alat power shovel pada arah vertikal akan dapat
mencampur material tersebut. Apabila dengan cara tersebut hasil
pencampurannya belum memenuhi syarat, maka pencampuran ulang
perlu dilakukan pada hasil galian.
Kontrol pelaksanaan dengan melakukan pengecekan ketebalan
pemotong lapisan, proporsi yang benar pada setiap lapisan dan
memastikan bahwa material tercampur dengan sempurna.
Pencampuran bermacam material dari bermacam sumber, dapat
dilakukan dengan membuat stock piling, satu lapis untuk setiap sumber
dan dibuat berlapis-lapis. Metode ini cukup mahal dan jarang
dilakukan.
Batu yang diperkenankan didaerah timbunan, diameternya
maksimumnya 75% dari ketebalan lapisan yang telah terpadatkan.
Material yang lebih besar ukurannya dibuang dengan menggunakan
tangan atau rake dozer, keluar dari daerah timbunan atau pada waktu
masih di borrow area. Pembuangan batu yang terlalu besar didaerah
kedap air sukar dilakukan dan cukup mahal.
g. Stock Pilling
Bila kemajuan pekerjaan galian di borrow area berjalan jauh lebih
cepat dibandingkan pemadatan didaerah timbunan atau lokasi borrow
area jauh dari tanggul maka dianjurkan untuk membuat stock pile
dekat dengan daerah timbunan tersebut. Filter/drainase material juga
sering di stock, bila material tersebut harus didatangkan dari jauh.
Harus dijaga baik-baik stock pile/drainase material, untuk menghindari
segregation/pemisahan dan pencemaran.
Pada waktu penurunan material filter, harus hati-hati. Uji gradasi
dilakukan di tempat stock pile dan juga ditempat timbunan, agar tidak
menyimpang dari spesifikasi. Untuk menghindari segregasi,
penuangan material harus cukup jauh dari material lain dan alat berat
tidak boleh melintas diatas stock pile.
Parit drainase disediakan untuk menjauhkan aliran air hujan dari
daerah stok pile. Uji gradasi harus dilakukan dari contoh yang diambil
dari beberapa lokasi di stock pile, demikian pula setelah penempatan
didaerah timbunan. Semua jenis material di stock pile harus diperiksa
kualitasnya.
h. Proses Pelaksanaan Galian Tanah
Rencana pengerukan, jenis alat, rencana lokasi buangan sedimen atau
lumpur sementara, lokasi buangan lumpur akhir harus mendapat
persetujuan Direksi sebelum pelaksanaan. Uji galian mungkin
diperlukan untuk mengetahui apakah produksi galian sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Tenaga ahli yang berpengalaman perlu ditempatkan di lokasi
pengerukan, agar mendapatkan produksi galian yang optimum.
Pelaksana harus memasang tanda-tanda pengerukan agar tidak
membahayakan lalu lintas kapal nelayan serta mengoptimalkan kerja
alat keruk dan alat bantu lainnya. Pemasangan peil schaal diperlukan
untuk mengukur kedalaman pengerukan yang telah dilaksanakan. Over
dredge pada pelaksanaan pengerukan ditambah tebal 0,5 meter dari
gambar rencana galian alur sungai dimana volume tambahan ini sudah
termasuk dalam BOQ.
Sebelum mengerjakan penggalian tanah, ada faktor-faktor yang wajib
yang perlu diperhatikan demi mendukung keselamatan dan kesehatan
kerja tersebut, antara lain:
1. Perhatikan aspek keamanan di sekitar lokasi proyek dengan
membuat pagar pelindung.
2. Para pekerja harus melakukan pekerjaan sesuai dengan
tanggungjawabnya masingmasing.
3. Pemeriksaan terhadap batas tanah wajib dilakukan secara tepat dan
akurat.
4. Perhatikan lokasi pembuangan tanah galian terutama di lokasi yang
berukuran sempit.
5. Pemeriksaan terhadap dimensi dan elevasi kedalaman galian.
6. Pengaturan metode penggalian, pembuangan, dan penumpukan
tanah.
7. Penyediaan tangga sementara untuk galian tanah yang memiliki
kedalaman lebih dari 1 meter.
8. Penyesuaian tipe galian tanah dengan kondisi tanah yang aktual.
9. Pembuatan galian sisi miring dan pelebaran lubang untuk jenis
tanah yang berlumpur.
10. Pemasangan struktur penahan tanah sesegera mungkin pada jenis
tanah runtuhan.
11. Penyediaan mesin pompa air untuk tanah yang mengandung
sumber mata air.
12. Pengecekan kembali ketepatan ukuran dan elevasi kedalaman
galian tanah.
Langkah-langkah yang harus dikerjakan untuk melakukan pekerjaan
galian tanah antara lain:
1) Membuat gambar shop drawing untuk pekerjaan galian tanah agar
pekerjaan dilapangan sesuai dengan desain yang telah
direncanakan. Kemudian ajukan gambar tersebut ke pengawas
pekerjaan untuk direalisasikan.
2) Lakukan persiapan kerja termasuk penyiapan alat-alat pembantu
pelaksanaan pekerjaan.
3) Tentukan posisi titik ukur tetap selanjutnya lakukan pengukuran
terhadap ukuran dan elevasi galian tanah.
4) Berikan tanda pada hasil pengukuran memakai patok kayu atau
sejenisnya.
5) Pelaksanaan galian tanah dilakukan menggunakan alat berat
dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhan volume tanah.
6) Memasang patok kayu dan benang sebagai acuan untuk
mendukung proses penggalian tanah.
7) Menggali tanah dengan berdasar pada patok dan benang yang
sudah dipasang sebelumnya.
8) Buang sisa galian tanah ke tempat yang tidak mengganggu
kelancaran pekerjaan. Bisa dilakukan disisi kanan dan kiri tanggul
sungai.
9) Lakukan penggalian tanah ini hingga mencapai ukuran lebar dan
kedalaman sesuai gambar perencanaan.
10) 1Periksa kedalaman galian tanah setiap ukuran tertentu
menggunakan theodolite dan alat ukur lainnya.
11) Keluarkan air yang muncul di dalam galian tanah memakai mesin
pompa supaya tidak menghambat pekerjaan.
12) Singkirkan benda-benda yang ditemukan selama penggalian
seperti sampah, potongan kayu, dan bebatuan.
13) Setelah proses penggalian tanah rampung, tahap berikutnya
adalah pekerjaan pemadatan tanah.
i. Tempat Buangan (Disposal Area)
Hasil pengerukan tanah untuk volume kecil ditempatkan di sisi kanan
dan kiri tanggul sungai. Jika jumlah galian tanah terlalu besar maka
dapat dilakukan pada disposal area diluar lokasi pekerjaan.

2. Pembangunan Fasilitas Utama Bendung


Perencanaan tapak mempertimbangkan hal–hal sebagai berikut :
1) Mempertimbangkan kondisi tapak dan ketentuan yang ada.
2) Perancangan tata letak bangunan seefektif mungkin agar tercapai efisiensi,
kenikmatan dan kenyamanan tanpa mengurangi nilai fungsional dan nilai
arsitekturnya.
3) Dilakukan pemerataan lahan dengan cara cut and fill untuk menimbun lahan
dengan elevasi lebih rendah, sehingga diperoleh lahan dengan tingkat elevasi
yang seragam.
Pekerjaan fisik bendung akan dilakukan pada tahun X. Keseluruhan
pekerjaan diperkirakan akan berakhir pada tahun X. Pekerjaan fisik bendung ini
meliputi kegiatan pemilihan as bendung, pembangunan pengambil air,
pembangunan Mercu Bendung X dan pembangunan kantong lumpur. Lebih jelas
pekerjaan fisik bendung diuraikan sebagai berikut:
 Sistem Pengambilan air untuk irigasi pada daerah Irigasi X
direncanakan menggunakan Bangunan Utama berupa Bendung Tetap di
Sungai X menggantikan bangunan Bendung lama (semi permanen)
berupa mercu bendung yang terbuat dari pasangan batu bronjong.
Bendung X direncanakan untuk mengairi areal ±6.450 Ha berupa sawah
dan ±1.000 Ha berupa tambak.
 Pemilihan lokasi as bendung direncanakan sama dengan lokasi bendung
lama yaitu pada patok S.23 dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Sungai X mengangkut sedimen halus yang berupa tanah hasil erosi,
pasir dan kerikil, sehingga penguras diletakkan pada ujung tikungan
yaitu di sisi kiri dari bendung yang berupa bongkah batu cukup besar
yang bercampur dengan tanah dan cukup stabil.
b. Penguras dapat diletakkan berdekatan dengan rencana intake
sehingga akan dapat memperlancar pengurasan sedimen yang
menumpuk di depan bangunan pengambilan dan diharapkan tidak
akan menghambat air masuk ke intake.
c. Penyesuaian letak intake dengan trase saluran yang direncanakan
dari pekerjaan Detail Desain Jaringan Irigasi DI. X yang
dilaksanakan oleh PT.X. Apabila posisi bendung digeser kearah hulu
dari posisi rencana maka letak intake akan sangat dekat dengan
tebing bukit di sebelah kirinya. Dan apabila posisi bendung digeser
ke arah hilir dari posisi rencana maka kemungkinan trase saluran
induk atau kantong lumpur yang ada sekarang akan berubah
posisinya.
d. Tebing sungai di hulu bendung pada sisi kiri berupa bukit sehingga
mengurangi biaya dari pembuatan tanggul banjir akibat aliran balik.
e. Posisi as bendung rencana akan diletakkan sesuai dengan posisi
bendung lama didasarkan atas pertimbangan apabila digeser
posisinya maka trase kantong lumpur yang ada sekarang akan
merubah posisinya.
 Tinggi muka air yang diperlukan pada Bendung X diambil dari hasil
perencanaan saluran Detail Desain Jaringan Irigasi X yakni:
a. Tinggi muka air di hulu bangunan awal
Jaringan Irigasi X (Bj.l.a) = + 41,86 m
b. Kehilangan tinggi di Saluran Induk/ Kantong Lumpur
1 x L = 0.00325 X 19.96 = 2.603 m
c. Kehilangan tinggi di bangunan X = 0.20 m
d. Kehilangan tinggi di pintu intake = 0.20 m
e. Kehilangan tinggi akibat gelombang = 0.10 m
Elevasi mercu kebutuhan = + 44,86 m
Elevasi Rencana Mercu + 44.96 dibulatkan menjadi + 45.00
Tinggi mercu bendung = + 45,00 – 42,90 m = 2,10 m, se;anjutnya
direncanakan mercu pada elevasi + 45,00 m
 Perencanaan Mercu Bendung X menggunakan bentuk mercu bulat,
dengan pertimbangan mudah dalam pelaksanaan dibandingkan dengan
mercu bentuk lainnya. Diameter mercu pelimpahan adalah 1.20 m dan
tubuh bendung bagian kemiringan 1 : 1. Sumbu Bendung terbagi rata.
 Lebar Bendung direncanakan 80,00 m dengan pintu penguras 2 x 2,50
m. Lebar Efektif Bendung 76,06 m, debit rencana Q100 th = 1290,20
m3/dt. Dan tinggi air banjir di atas pelimpahan 4.030 m. elevasi Muka
Air Banjir = +45.00 +4.030 = 49.030. Tinggi Jagaan diambil 1.00 m,
maka elevasi dekzerk = + 50.00 m.
 Jenis Material yang ada pada sungai X adalah kerikil dan pasir sehingga
perencanaan kolam olak untuk Bendung X dipakai perendam type
Bucket. Permukaan kolam olak diberi Lapisan Tahan Aus dari pasangan
beton bertulang tebal 0.50m, mutu beton dipakai mutu K 275.
 Kolam olak diperlukan untuk merendam energi dengan beda tinggi
muka air antara hulu dan hilir pelimpahan 3.721 m.
 Untuk menghindari terjadinya erosi, salah satu penanganannya adalah
dengan memperpanjang jalur rembesan, antara lain dengan pembulatan
lantai udik dari beton tumbuk sepanjang 2m, dengan ketebalan 0.050 m,
dan setiap jarak 3.00 m dibuat pasangan batu sebagai pengaku ukuran
0.30m x 1.00m.
 Bangunan Pengambilan ditempatkan pada sisi bendung sebelah kiri
(intake kiri), untuk melayani areal D.I X yang berada di sebelah kiri
sungai X dengan luas yag akan diairi 6.450 Ha rencana sawah dan
1.000 Ha rencana tambak. Pintu intake direncanakan dengan
menggunakan pintu sorong.
 Debit Rencana (Qn) untuk Saluran induk pad DI X diperoleh dari hasil
perhitungan pekerjaan Detail Desain Jaringan Irigasi X yang
dilaksanakan oleh PT.X. Qn = 10,233 m³/dt dngan adanya Kantong
Lumpur debit rencana pengambilan ditambah 20%, sehingga Debit
Rencana Pengambilan menjadi 1,2 x 10,23 = 12,28 m ³/dt.
 Kecepatan yang lewat dibawah pintu intake direncanakan 1,50 m/dt dan
beda tinggi muka air antara hulu intake dan hilir intake = 0,20 m. Maka
lebar efektif diperoleh 7,065 m sehingga dipakai pintu 3 x 2,30 m
dengan 2 pilar 0,80m.
 Bangunan penangkap sedimen direncanakan mampu mengendapkan
partikel sedimen diameter D<70µM (7,0 X 10-6m). Sedimen yang
terangkut diasumsikan sebesar 0,5% dari debit air yang masuk
kekantong lumpur dan pengurasan dilakukan sekali setiap 10 hari,
maka volume kantong lumpur yang direncanakan 5.305 m³.
 Perencanaan Kantong Lumpur dipakai dua tahapan operasi dan tahapan
pengurasan/ pembilasan. Untuk tahap operasi debit yang dipakai adalah
10,233 m3/dt dan untuk pembilasan dipakai debit 12.2769 m3/dt,
sehingga diperoleh kemiringan normal in = 0.000154 dan kemiringan
pembilasan is = 0.00325. Lebar Katong Lumpur 5,00 m dengan panjang
600m.
 Sebelum masuk Kantong Lumpur, saluran diberi Feeder sepanjang ±
200m dengan lebar 3.70m, kecepatan (V) = 3,32 m/dt dan kemiringan
(I) = 0.00544.
 Kecepatan pada saluran pembilas diambil agak besar untuk membilas
sedimen ke sungai yaitu 1,5 m/dt. Muka air keluar (outflow) rencana
dipakai Q5 tahun. Dari Kurva Q-h pada lokasi outlet saluran pembilas,
muka air tersebut adalah + 40.20 m. Panjang saluran pembilas ± 12 m.
Elevasi dasar sungai pada lokasi tersebut adalah 37.70 m.
 Perhitungan profil muka air Sungai X di hulu Bendung akibat aliran
balik diperhitungkan dengan memakai metode Tahapan Standart. Hasil
perhitungan diperoleh sampai dengan jarak 5.040m ke arah hulu
bendung masih terpengaruh aliran balik akibat adanya bendung.
Sehingga perlu direncanakan Tanggul banjir sepanjang 5.040 meter
disebelah kanan sungai, karena lokasi sebelah kanan merupakan daerah
persawahan dengan elevasi yang tidak jauh berbeda dengan sungai.
 Mercu Bendung direncanakan menggunakan Beton Bertulang dengan
karakteristik Beton K275 tebal 0,50m. Untuk perlindungn tebing hilir
bendung di pasang bronjong dan untuk perlindungan dasar sungai di
hilir kolam olak menggunakan pasangan batu kosong.
 Analisis Stabilitas Bendung X dengan memeperhatikan gaya-gaya
seperti tekanan air, reaksi pondasi, tekanan lumpur dan lain-lain yang
bekerja pada tubuh bendung sehingga akan diperoleh tubuh bendung
aman terhadap Rembesan, Geser, dan Kosong.
 Dari perhitungan analisis stabilitas bahwa rencana Bendung X aman
terhadap rembesan dengan angka 9.94 pada kondisi banjir dan 8.59
pada kondisi normal dari batas rembesan Lane untuk kondisi tanah pasir
kerikil adalah 6. Bendung juga aman terhadap geser dan guling dengan
angka keamanan 1.5 pada kondisi normal dan 1.15 pada kondisi gempa.
3. Timbunan
Untuk pekerjaan saluran irigasi dengan volume tanah relatif kecil maka
pekerjaan timbunan dilaksanakan dengan peralatan manual. Timbunan
adalah pekerjaan urugan kembali material yang di gali sebelumnya. Hasil
timbunan dirapikan dengan cangkul dan dipadatkan dengan alat yang
tersedia sesuai dengan gambar.
a) Pelaksanaan Timbunan Pada Cuaca Yang Kurang Baik
1) Musim Hujan
Pelaksanaan timbunan dimusim hujan akan menghadapi masalah,
didalam hal menjaga agar kadar air layak, tidak berlebihan.
Penimbunan material kedap air jangan sampai dilaksanakan pada
waktu hujan, meskipun dapat diteruskan diantara waktu hujan. Kadar
air pada material timbunan dapat dikurangi pada waktu tidak ada
hujan, dengan membajak dan mengaduk-adukannya sebelum
dipadatkan. Dianjurkan untuk memadatkan lapisan material secepat
mungkin setelah digelar, untuk menghindari hujan.
2) Musim Kemarau
Sebagaimana diketahui, bahwa kadar air pada material timbunan harus
didalam batas spesifikasi selama pelaksanaan penimbunan dan
seyogyanya penambahan air dihindari. Hal ini pada musim kering tak
selalu dimungkinkan. Bila material dalam kondisi kering dan waktu
pengangkutan dan penebaran atau di lapangan terlalu kering untuk
dipadatkan, maka harus ditambahkan air yang dipancarkan, setelah
material ditebar dan sebelum digilas untuk dipadatkan.
b) Uji Coba Penimbunan (Trial Embankment)
Pelaksanaan uji coba penimbunan dimaksudkan untuk mendapatkan:
1) Tipe alat pemadat yang paling efektif.
2) Ketebalan lapisan penghamparan.
3) Jumlah lintasan atau frekwensi pemadatan.
4) Besar penurunan lapisan penghamparan sebelum dan sesudah
dipadatkan.
5) Jumlah air pembasahan yang diperlukan untuk mendapatkan
kadar air secara merata pada lapisan tersebut mencapai
optimum.
6) Konfirmasi parameter desain dengan sifat-sifat fisik pada saat
pemadatan.
Pelaksanaan uji harus dilakukan dengan teliti, bila tidak hasilnya akan
diragukan. Perencanaan dan spesifikasi uji lapangan disiapkan oleh
perencana (design engineer), walaupun pelaksanaannya dilakukan oleh
kontraktor.
c) Urugan Kembali
Pekerjaan urugan kembali mencakup material-material yang
memenuhi syarat dalam spesifikasi untuk timbunan, yang harus
ditempatkan dan dipadatkan berdekatan dengan jembatan atau
bangunan-bangunan lainnya seperti ditunjukkan dalam gambar dan
sesuai petunjuk Direksi. Urugan kembali harus ditempatkan dan
dipadatkan secara lapis demi lapis memanjang dan menerus dengan
tebal lapisan yang sudah dipadatkan tidak boleh lebih dari 150 mm.
Sebelum melaksanakan pengurugan kembali kembali yang berdekatan
dengan bangunan-bangunan, lokasi yang akan diurug harus
dibersihkan dari sisa-sia bekisting dan pekerjaan sementara lainnya.
Pemadatan dilaksankan dengan alat pemadat yang sesuai dan
dioperasikan dengan tangan, sehingga mencapai kepadatan tertentu
tanpa merusak bangunan yang ada.
4. Pemadatan Tanah
a) Alat Berat Untuk Pemadatan
Macam alat berat untuk pemadatan material timbunan antara lain sheep
foot roller, vibratory steel wheel roller. Ada beberapa peralatan
pengangkut dan alat perata berfungsi pula sebagai pemadat, disamping
tugas pokoknya sebagai alat pembawa dan perata.
b) Alat Pemadat Yang Dioperasikan Dengan Tangan
Tempat yang sangat terbatas dan sempit untuk dipadatkan, seperti
halnya yang berdekatan dengan dinding beton, pipa instrumen dan
tebing tumpuan/abutment, digunakan hand operation tampers atau
vibrator plate compactors. Vibrator plate compactors hanya efektif bila
dipakai pada tanah tak berkohesi.
c) Alat Penebar Dan Pemadat
Alat penebar dan pemadat pada daerah timbunan yang dapat dipakai
antara lain:
1) Crawler dan Tire Tractors Dozers
Tractor ini digunakan untuk menyeret dan sebagai alat pemadat
dan jika dilengkapi dengan dozer blade untuk mendorong dan
menggelar material dan untuk membuang butiran material
timbunan yang lebih besar dari yang disyaratkan.
2) Disks/Cakram
Disks ditarik dengan traktor roda karet atau crawler tractor.
Disks digunakan pula untuk menggores/membuat kasar
permukaan pada lapisan terdahulu, sebelum dipadatkan.
5. Pemadatan Tanah Kedap Dan Semi Kedap Air
a) Definisi
Beberapa hal yang perlu diketahui tanah kedap dan semi kedap air
yaitu:
1) Material kedap air, termasuk lempung (CH dan CL), pasir
lempungan atau gravel (SC atau GS) dan lempungan lanau.
2) Material semi kedap air, termasuk lanau (ML) dan pasir lanau
atau gravel (SM - atau GM).
3) Lanau, lanau pasir, sering kali digunakan sebagai material
timbunan.
b) Spesifikasi Pemadatan
1) Spesifikasi pemadatan harus mencantumkan syarat-syarat penting
pemadatan seperti: batas air, ketebalan lapisan, peralatan pemadat
dan banyaknya lintasan pemadatan dan harus dicek dengan cermat,
apakah pelaksanaannya sudah selesai.
2) Spesifikasi peralatan biasanya mencantumkan tipe dan kapasitas
peralatan untuk pemadatan dan pelaksana diwajibkan untuk
menyampaikan kepada pengguna jasa, data-data mengenai pabrik
pembuat peralatan dan spesifikasi peralatannya.
3) Jadi data harus diperiksa kembali kesesuaiannya terhadap keperluan
pekerjaan di lapangan, untuk meyakinkan bahwa peralatan tersebut
dapat digunakan untuk pemadatan dengan baik.
Bila menggunakan Sheepfoot atau Tamping roller, harus dicek terlebih
dahulu beberapa hal sebagai berikut:
a) Diameter dan panjang drum
b) Berat kosong dan berat balast
c) Pengaturan kaki (panjang dan luas permukaan)
Bila mempergunakan Rubber-tired roller, harus diadakan pengecekan:
a) Tekanan ban
b) Jarak ban
c) Ballasted Wheel Load
Bila menggunakan Vibratory roller, harus diadakan pengecekan
terhadap:
a) Berat (static weight)
b) Impacted dynamic force
c) Operating frequency of vibrator
d) Diameter dan panjang drum
Spesifikasi harus jelas bila menjumpai pemadatan khusus, antara lain:
1) Alat Berat
Bila kondisi memungkinkan, alat berat digunakan untuk
memadatkan tanah yang berdekatan dengan tebing tumpuan (abutment)
atau dinding konstruksi beton, maka konstruksi permukaan timbunan
harus dimiringkan 1 : 6 (v : h), dari tebing tumpuan atau dinding
konstruksi beton, selebar 2,4 m - 3,6 m. Hal tersebut akan
memungkinkan alat berat melakukan pemadatan tanah langsung, yang
bersentuhan dengan tebing tumpuan atau konstruksi beton tersebut.
Untuk mencegah kerusakan pondasi saat penimbunan lapis pertama
material kedap air, dianjurkan untuk menggunakan pneumatic tired
roller.
2) Alat pemadat tangan (Hand Compactor)
Bila alat berat tidak dimungkinkan untuk memadatkan lapisan kedap
air yang berdekatan dengan tebing tumpuan atau dinding konstruksi
beton, maka material timbunan yang kontak langsung dengan batu atau
beton, dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat yang lebih kecil
(hand operated power tamper), dengan lapisan yang lebih tipis (10 cm).
Ketiga syarat pada waktu pemadatan yang harus terpenuhi, antara lain:
a) Bila kadar air diluar angka yang disyaratkan meskipun
persyaratan epadatan terpenuhi, tanah harus ditimbun ulang dan
dipadatkan kembali.
b) Bila minimum kepadatan tidak dapat tercapai, meskipun kadar air
memenuhi persyaratan dan sejumlah frekwensi pemadatan telah
dilaksanakan, dilakukan penelitian ulang terhadap borrow area.
c) Didalam beberapa hal, bila timbunan tidak memenuhi persyaratan
mengenai kepadatan dan kadar airnya, maka material timbunan
tersebut harus dibongkar kembali dan diganti.
c) Dasar-Dasar Pemadatan
1) Tanah dengan kadar butiran halus tertentu, dapat dipadatkan dengan
sejumlah energi tertentu untuk mendapatkan kepadatan maksimum.
Namun untuk mendapatkan kepadatan maksimum, tanah harus
mempunyai spesifikasi kadar air tertentu. Kadar air yang
menghasilkan kepadatan maksimum adalah kadar air optimum.
Kepadatan maximum dan kadar air optimum ditetapkan di
laboratorium dengan memadatkan lima atau lebih contoh tanah yang
sama jenisnya, namun dengan kadar air yang berbeda, dengan
menggunakan test prosedur yaitu "standard
2) compaction effort" (Eart Manual, USBR Des. E-10).
3) Dari variabel yang mempengaruhi kepadatan tanah, adalah
pemadatan (alat berat dengan sejumlah lintasan dan ketebalan tanah
tertentu) dan kucuran air kedalam tanah. Bila kadar air pada lapisan
tanah yang sedang dipadatkan berbeda dengan kadar air optimum,
tidak akan dihasilkan kepadatan maksimum. Pada deviasi lebih
besar, akan didapatkan kepadatan lebih rendah. Tanah dengan kadar
air dalam kondisi kering atau pada kondisi optimum, penambahan
lintasan pemadatan pada umumnya akan menambah kepadatan.
4) Tanah dengan kadar air lebih besar dari pada kadar air optimum,
penambahan pemadatan akan berakibat tanah terpotong, namun tidak
menambah kepadatan (over compaction).
Usaha pemadatan lapisan tanah akan berhasil, dengan menambah
sejumlah lintasan pemadatan atau dengan mengurangi ketebalan lapisan
dengan kadar air optimum.
d) Prosedur Kontrol Pemadatan Tanah Secara Sederhana
Kontrol secara sederhana dilakukan baik berdasarkan penglihatan
maupun pengukuran secara kasar. Ini bukan cara kontrol yang akurat,
namun harus ditindak lanjuti dengan cara yang lebih teliti lagi. Untuk
mendapatkan estimasi yang lebih teliti dan akurat, pengawas harus
waspada didalam menentukan ukuran pada semua kondisi, yang
dimungkinkan nantinya dapat menimbulkan perselisihan. Perencana
harus mengadakan uji coba dan bagian kecil suatu konstruksi, yang
merupakan awal dari pekerjaan timbunan yang besar dengan demikian
pengawas, desainer dan kontraktor dapat menjadi paham yang perilaku
dan karakteristik material timbunan dan kemampuan dari peralatan, yang
digunakan untuk pemadatan.
e) Uji Dan Pengambilan Contoh Tanah Pada Saat Pelaksanaan
Uji kepadatan lapangan (Field Density Test) dan pengambilan contoh
tanah timbunan yang telah dipadatkan dilakukan untuk dua maksud:
a) Meyakinkan apakah kualitas timbunan sudah sesuai dengan
persyaratan desain.
b) Melengkapi dokumen pelaksanaan dengan cara pengumpulan
data riil pada waktu pelaksanaan timbunan.
Uji lapangan terdiri dari data-data kadar air, kepadatan dan
pengelompokan kualifikasi tanah timbunan. Data terdiri dari contoh
tanah yang tidak rusak, pada lokasi terpilih di daerah timbunan sewaktu
pelaksanaan. Desainer harus memonitor uji lapangan tersebut, untuk
meyakinkan apakah pelaksanaan di lapangan selaras dengan perkiraan
desainer.
Uji kepadatan harus sering dilakukan pada saat awal timbunan, pada
setiap kali setelah pemadatan dan pengawas akan menjadi terbiasa
dengan perilaku material timbunan dan prosedur pemadatan yang
memenuhi syarat, sehingga banyaknya uji lapangan bisa dikurangi.
Banyak faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi uji dan jumlah
contoh tanah yang diambil. Banyaknya uji tergantung pada tipe material
dan tingkat kekritisan dari timbunan terhadap seluruh pekerjaan.
f. Pemadatan Pada Tebing Tumpuan Atau Dinding Konstruksi Beton
Pada daerah tebing tumpuan atau dinding konstruksi beton, alat berat
sering masih bisa digunakan bila ruang gerak masih memungkinkan
(smooth abutment, spillway wall, conduit barrels, control tower dan
sebagainya).
Alat pemadat tangan dapat digunakan pula pada daerah yang
berdekatan dengan konstruksi tipis, seperti halnya wing walls, guide
walls dan sebagainya, dimana bila menggunakan alat-alat berat,
mungkin merusak bangunan tersebut. Alat pemadat tangan, digunakan
pada daerah yang berdekatan dengan batuan yang kasar dan tak
beraturan, tebing tumpuan yang miring, dimana alat berat tak dapat
mendekat untuk memadatkan lapisan tanah kedalam permukaan batu
yang tak beraturan dan ruang gerak alat-alat besar tak memungkinkan.
Tebing tumpuan (abutment) biasanya dapat dibentuk dengan penggalian
atau menggunakan dental concrete untuk menghindari penggunaan alat
pemadat. Material kedap air yang ditimbun berdekatan dengan beton,
harus didahului dengan lapisan yang butirannya halus.
Tanah harus cukup plastis untuk dapat mengisi rongga bentuk yang
tidak beraturan pada permukaan tebing tumpuan dan yang dapat
melekat dengan baik pada pondasi. Kelembaban bisa naik sedikit
(optimum plus 2%) untuk menjadikan daerah tersebut lebih plastis.
6. Pekerjaan Pengeringan Selama Pelaksanaan
Gambar, metode pelaksanaan pekerjaan, pengeringan dibuat oleh
Penyedia Jasa dan dimintakan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.
Pengeringan air harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan saluran,
drainase dan bangunan atau sesuai petunjuk Direksi. Penyedia Jasa harus
memasang, memelihara semua pipa dan peralatan lain yang diperlukan
untuk pengeringan air agar lokasi pekerjaan bebas dari air sehingga
pekerjaan konstruksi dapat dilakukan sesuai dengan syarat-syarat.
Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan akibat
banjir atau kegagalan pengeringan air atau pekerjaan pengamanan.
Kisdam, semua tanggul atau pengeringan air sementara harus segera
dibongkar atau diratakan sehingga kelihatan baik dan tidak mengganggu
kelancaran aliran air setelah pekerjaan perbaikan bangunan dan saluran
selesai. Cara pengeringan air yang dilakukan oleh Penyedia Jasa harus
mendapat persetujuan Direksi, dan tidak boleh mengganggu jalannya air
yang dibutuhkan untuk pengairan pada jaringan pengairan yang ada.
Apabila pelaksanaan pekerjaan berada di bawah muka air tanah, air
tersebut supaya dipompa dahulu sebelum dilakukan penggalian.
Pengeringan air dilakukan sedemikian rupa, sehingga dapat dipelihara
kestabilan dari dasar dan sisi miring yang digali sehingga semua
pelaksanaan konstruksi dikerjakan pada keadaan kering.
7. Pekerjaan Struktur Beton Bertulang
Sebelum proses pengecoran dimulai dinding saluran dimulai, harus
dilakukan pengecekan yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Bekisting
2) Acuan Cetakan
3) Pemeriksaan Penulangan
4) Pemeriksaan Peralatan Pengecoran
5) Pengecoran Beton
6) Perawatan Beton
8. Pekerjaan Pemasangan Lining Plat Beton Pra Cetak
1) Pemesanan Dan Pengiriman Plat Beton Pra Cetak Ke Lokasi
Pekerjaan
2) Stock Plat Beton Pra Cetak Di Lokasi Proyek
3) Pembuatan Kisdam
4) Pemasangan Dan Penempatan Panel Beton Pracetak
5) Pemasangan Bahan Penutup Yang Dituang
Spesifikasi Pembangunan Fasilitas Isigasi
 Saluran Induk
Saluran induk yang akan direhabilitasi sepanjang 1,8 km dengan jumlah
bangunan sebanyak 5 unit. Sedangkan saluran induk baru yang akan
dibangun sepanjang 0,6 km dengan jumlah bangunan sebanyak 5 unit.
 Saluran sekunder
Saluran sekunder yang akan direhabilitasi sepanjang 15 km dengan
jumlah bangunan sebanyak 30 unit. Sedangkan saluran sekunder baru
yang akan dibangun sepanjang 19,3 km dengan jumlah bangunan
sebanyak 135 unit.
 Saluran Drainase
Sedangkan saluran drainase baru yang akan dibangun sepanjang 38,4
km dengan jumlah bangunan sebanyak 9 unit.

2.1.3.3 Tahap Pasca Pelaksanaan Konstruksi

1. Rekruitmen Karyawan
Rekruitmen tenaga kerja dilakukan dengan memperhatikan
kesesuaian bidang keahlian, tingkat pendidikan, dan minat. Pihak
manajemen akan menerapkan kebijakan yang lebih mengutamakan
tenaga kerja dari Kecamatan Payung Sekaki tanpa hanya melihat
ijasah tetapi juga melihat kemampuan calon karyawan. Operasional
Irigasi diprakirakan melibatkan sekitar 20 orang yang terdiri dari 6
posisi/jabatan, dimana spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Spesifikasi Tenaga Kerja
No Jabatan Jumlah Pendidikan
No Jabatan Jumlah Pendidikan

1. Manager 1 Sarjana

2. Ass. Manager 1 Sarjana

3. Teknisi 3 Sarjana

4. Supervisor 3 Diploma

5. Operator 8 SD/SLTP/SLTA

6. Keamanan 4 SD/SLTP/SLTA

Total 400

Sumber : KA-ANDAL 2016

2. Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan
mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan
baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan
kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan
dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus.
Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan meliputi :
1. Inventarisasi jaringan irigasi pada setiap daerah irigasi
2. Perencanaan pemeliharaan jaringan irigasi
3. Pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi
4. Pemantauan dan evaluasi pemeliharaan jaringan irigasi

A. Inventarisasi Jaringan Irigasi


Inventarisasi jaringan irigasi dilakukan untuk mendapatkan
data jumlah, dimensi, jenis, kondisi dan fungsi seluruh asset irigasi
serta data ketersediaan air, nilai asset jaringan irigasi dan areal
pelayanan pada setiap daerah irigasi.Inventarisasi jaringan irigasi
dilaksanakan setiap tahun mengacu pada ketentuan/pedoman yang
berlaku.
Untuk kegiatan pemeliharaan dari inventarisasi tersebut yang
sangat diperlukan adalah data kondisi jaringan irigasi yang meliputi
data kerusakan dan pengaruhnya terhadap areal pelayanan.
Pelaksanaan inventarisasi jaringan irigasi ini dilaksanakan
secara partisipatif melalui penelusuran jaringan irigasi oleh aparat
Dinas secara berjenjang bersama-sama dengan perkumpulan petani
pemakai air (P3A) dengan menggunakan Blangko Inventaris
Jaringan Irigasi (terlampir). Dari hasil inventarisasi tersebut disusun
program 5 tahunan yang akan diusulkan untuk mendapatkan biaya
pemeliharaan.

B. Perencanaan Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Perencanaan pemeliharaan dibuat oleh Dinas/pengelola
irigasi bersama perkumpulan petani pemakai air berdasarkan rencana
prioritas hasil inventarisasi jaringan irigasi.Dalam rencana
pemeliharaan terdapat pembagian tugas, antara P3A dengan
pemerintah diantaranya bagian mana bisa ditangani P3A dan bagian
mana yang ditangani pemerintah melalui Nota Kesepakatan
kerjasama O&P.
Penyusunan rencana pemeliharaan meliputi :
1) Inspeksi Rutin
2) Penelusuran Jaringan Irigasi
3) Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan
4) Pengukuran Dan Pembuatan Detail Desain Perbaikan
Jaringan Irigasi
5) Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
6) Penyusunan Program/Rencana Kerja

C. Pelaksanaan Pemeliharaan
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan berdasarkan detail
desain dan rencana kerja yang telah disusun oleh Dinas/Pengelola
irigasi bersama perkumpulan petani pemakai air. Adapun waktu
pelaksanaannya menyesuaikan dengan jadwal pengaturan air dan
masa pengeringan yang telah disepakati bersama dan ditetapkan oleh
Bupati/Walikota/Gubernur sesuai kewenangannya.

D. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan


1) Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi pada pemeliharaan jaringan irigasi
dilakukan untuk kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan sendiri
secara swakelola ataupun dikontrakkan, baik untuk jenis
pengamanan jaringan irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala dan penanggulangan/perbaikan darurat.
2) Pemantauan Dan Evaluasi Bulanan
Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara
berkala meliputi :
 Laporan bulanan
- Penggunaan bahan swakelola (Blangko 08 –P)
- Realisasi pekerjaan yang diborongkan (Blangko 09 - P)
 Laporan Tahunan (Blangko 10-P)

Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dibuat oleh


pelaksana kegiatan dan disampaikan kepada Dinas/pengelola
irigasi.
2.3 Hasil Pelibatan Masyarakat
Berdasarkan PermenLH No 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup Dan Izin
Lingkungan, Konsultasi publik merupakan sarana untuk memperoleh saran,
pendapat dan tanggapan (SPT) masyarakat tentang rencana kegiatan serta untuk
memilih dan menetapkan wakil masyarakat terkena dampak yang akan duduk
sebagai anggota komisi penilai amdal dan hasil penetapan wakil masyarakat
tersebut telah dituangkan dalam bentuk surat persetujuan/surat kuasa yang
ditandatangani oleh masyarakat yang diwakili berupa penetapan wakil masyarakat
yang akan duduk sebagai anggota komisi penilai Amdal yang akan disampaikan
kepada sekretariat komisi penilai Amdal sesuai dengan kewenangannya.
Pengumpulan SPT terhadap rencana kegiatan pembangunan Irigasi
diperoleh melalui Sosialisasi rencana kegiatan pengumuman/publikasi di media
massa (media cetak) Riau Pos.
Acara konsultasi publik (public hearing) dihadiri oleh: 1) Walikota
Pekanbaru, 2) Perwakilan Warga Kota Pekanbaru, 3) Ketua LPM Kota Pekanbaru,
4) Pejabat BLH Kota Pekanbaru, 5) Pemerhati Lingkungan (LSM), 6) Tokoh
masyarakat/ perwakilan masyarakat, dan 7)Wartawan/Pers.
Tabel 2.1 Hasil Pengelompokan Saran, Pendapat dan Tanggapan Masyarakat
No Kategori Uraian Saran, Pendapat dan Tanggapan Masyarakat Jumlah Masyarakat Penyampai Saran, Komponen Lingkungan
Pendapat dan Tanggapan Hidup Yang Terkait
S-P-T
Terkena Pemerhati Berkepentingan
Dampak

1. Aspirasi Masyarakat 1.1. Prioritas tenaga kerja lokal √ √ √ Kesempatan kerja

1.2. Program kewirausahaan masyarakat √ Peluang usaha

1.3. Peningkatan kesejahteraan √ √ √ Peluang usaha

1.4. Pelibatan tokoh/pemdes dalam setiap kegiatan √ √ √ Persepsi dan keresahan


masyarakat

2. Informasi Kondisi 2.1. Hilangnya mata pencaharian warga sekitar (berkebun) √ √ √ Keresahan masyarakat
Lingkungan
2.2. Lokasi yang di pinggir jalan √ √ √ Keresahan masyarakat

2.3. Jangan Mencemari Lingkungan Sekitar Akibat Limbah √ √ √ Keresahan masyarakat


yang dihasilkan
2.4. Peningkatan Kebisingan √ √ √ Keresahan masyarakat

3. Informasi Norma 1.1. Perhatikan adat/budaya setempat √ Persepsi masyarakat


/Kebiasaan Adat
1.2. Timbulnya prilaku buruk pendatang/pekerja(karyawan √ √ Keresahan masyarakat
yang mengontrak)

Berdasarkan tabel pengelompokan Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat yang dikategorikan sebagai aspirasi masyarakat terdapat 3 jenis, terkait dengan komponen
lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak yaitu: Kesempatan Kerja dan Peluang Usaha, Persepsi Masyarakat dan Keresahan
Masyarakat. Dominasi aspirasi masyarakat adalah prioritas tenaga kerja lokal yang terkait dengan komponen lingkungan Kesempatan
Kerja.
2. Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat yang terkait dengan kondisi lingkungan, yaitu tentang kekhawatiran lokasi yang dipinggir
jalan, pencemaran yang akan ditimbulkan dari hasil limbah, peningkatan kebisingan hingga hilangnya mata pencaharian warga sekitar
(berkebun).
3. Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat yang terkait dengan
kebiasaan/adat istiadat setempat dan perilaku buruk pendatang/pekerja.

2.4 Dampak Penting Hipotetik


Penentuan Dampak Penting Hipotetik (DPH) dilakukan melalui proses
identifikasi dan evaluasi terhadap dampak potensial yang mungkin timbul akibat
interaksi antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan. Metode yang
digunakan dalam melakukan identifikasi dampak potensial adalah metode matrik
interaksi antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan, sedangkan
evaluasi dampak potensial dilakukan melalui metoda: interaksi kelompok (rapat,
brainstorming), survei lapangan, studi literatur, kajian studi eksisting, diskusi
antar pakar dan professional judgement. Pelingkupan dengan Proses dan Metode
Pelingkupan yang mengacu kepada Permen LH No.16 Tahun 2012 (Gambar 2.7).
Khusus untuk studi AMDAL ini, Tim Penyusun mengembangkan 4 kriteria
uji (atau pertanyakan uji) yang digunakan untuk menapis atau memilah mana
diantara dampak potensial tersebut yang tergolong sebagai dampak penting
hipotetik atau tidak.

 Konsultasi Publik
 Matriks Identifikasi  Telaah Pustaka
dampak  Diskusi tenaga Ahli
 Analisis data Sekunder  Konsultasi dengan
Para Pakar
 Bagan Alir

Gambar 2.1 Proses Pelingkupan


2.4.1 Identifikasi Dampak Potensial
Identifikasi dampak potensial merupakan proses awal dalam inventarisasi
komponen lingkungan yang terkena akibat rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diprakirakan secara potensial menimbulkan dampak terhadap lingkungan, tanpa
mempedulikan bobot atau derajat dampak. Proses pelingkupan dampak dalam
studi ini diawali dengan menginteraksikan komponen rencana kegiatan dan
komponen lingkungan hidup, dengan mempertimbangkan deskripsi rencana
kegiatan, rona lingkungan awal, kegiatan lain di sekitar rencana kegiatan dan hasil
konsultasi publik serta rekapitulasi saran, tanggapan dan pendapat (SPT)
masyarakat atas rencana kegiatan pembangunan irigasi oleh Dinas Bina Marga
dan Sumber Daya Air Kota Pekanbaru.
Identifikasi dampak bertujuan untuk mengetahui semua dampak yang
mungkin ditimbulkan oleh rencana kegiatan terhadap komponen lingkungan di
wilayah studi. Identifikasi dampak dilakukan dengan membangun matrik dampak
potensial, yang merupakan kombinasi antara rincian komponen deskripsi kegiatan
yang telah dikelompokan menjadi tahap prakonstruksi, tahap konstruksi dan tahap
operasi; dengan rona lingkungan hidup berupa komponen lingkungan geo-fisik-
kimia, biologi, sosial ekonomi budaya, dan kesehatan masyarakat dapat dilihat
pada (Tabel 2.19). Pada tahapan ini hanya dilakukan inventarisasi dampak
potensial yang mungkin akan timbul tanpa mempertimbangkan besar-kecilnya
dampak, penting-tidak pentingnya dampak serta positif atau negatifnya dampak.
Tabel 2.19 Matriks Identifikasi Dampak Potensial Pembangunan Irigasi
TAHAPAN KEGIATAN
PRA
No KOMPONEN LINGKUNGAN YANG MENJADI DAMPAK POTENSIAL Pasca
KONS- KONSTRUKSI
Konstruksi
TRUKSI
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
A FISIK - KIMIA
1 Perubahan Fungsi & Tata Guna Lahan √ √ √ √ √
2 Penurunan Kualitas Udara Ambient √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Peningkatan Kebisingan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Penurunan Kualitas Air
5 Peningkatan Air Limpasan (Run off) √ √ √
6 Perubahan Jumlah Pengisian Air Tanah √ √ √
B BIOLOGI
1 Hilangnya Flora/Tumbuhan Setempat √
2 Hilangnya Tempat Tinggal Fauna Setempat √
3 Berkurangnya Populasi Plankton Pada Sungai
C SOSIAL EKONOMI BUDAYA
1 Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Terbukanya Kesempatan Bekerja dan Peluang Berusaha √ √
3 Perubahan Pendapatan Masyarakat √ √ √
4 Keresahan Masyarakat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Perubahan Sumber Mata Pencaharian √ √ √
D KESEHATAN MASYARAKAT
1 Penurunan Kesehatan Masyarakat √ √ √ √ √ √ √ √
E TRANSPORTASI
1 Penurunan Kinerja Ruas Jalan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
TAHAPAN KEGIATAN
PRA
No KOMPONEN LINGKUNGAN YANG MENJADI DAMPAK POTENSIAL Pasca
KONS- KONSTRUKSI
Konstruksi
TRUKSI
A. Pra-Konstruksi B. Konstruksi C. Operasi
1. Survei 1. Rekruitmen Tenaga Kerja 8. Pemadatan Tanah 1. Rekruitmen Karyawan
2. Pembebasan Lahan 2. Mobilisasi Peralatan dan Bahan Material 9. Pemadatan Tanah Kedap Air dan Semi Kedap Air 2. Pemeliharakan Jaringan Irigasi
3. Sosialisasi Kegiatan 3. Pekerjakan Pembersihan (Land Clearing) 10. Pekerjakan Pengeringan Selama Pelaksanakan
4. Pekerjakan Kupasan 11. Pekerjakan Struktur Beton Bertulang
5. Pekerjakan Galian 12. Pekerjakan Pemasangan Lining Beton Pra Cetak
6. Pembangunan Fasilitas Utama Bendung
7. Timbunan
2.4.2 Evaluasi Dampak Potensial
Evaluasi dampak potensial dimaksudkan untuk menghilangkan atau
mengeliminasi dampak potensial yang dianggap tidak relevan, sehingga diperoleh
daftar dampak penting hipotetik yang relevan untuk dikaji secara mendalam
dalam studi ANDAL.
Metode yang digunakan meliputi diskusi antar tim penyusun, studi literatur,
masukan dari proses konsultasi publik, survei awal ke lapangan, dan
pertimbangan kepakaran (professional judgement).
Telaahan lebih intensif terhadap tahapan kegiatan dilakukan untuk
memastikan lagi adanya sumber dampak yang muncul terhadap komponen
lingkungan yang terkena dampak dan adanya penerima (receiver) penerima
dampak. Kriteria yang dipakai dalam proses evaluasi dampak potensial ini adalah:
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?
Hal ini dapat ditentukan dari analisis data sekunder dan hasil dari kegiatan
survei awal.
2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat (keterkaitan dengan sosial
ekonomi masyarakat) dan terhadap komponen lingkungan lainnya
(keterkaitan ekologis). Hal ini bisa tampak dari hasil survei awal.
3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen
lingkungan tersebut? Hal ini bisa diidentifikasi dari hasil wawancara
(interview) singkat ketika survei awal dilakukan.
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang dilanggar oleh dampak
tersebut? Hal ini dapat ditelaah dari adanya peraturan (baku mutu) yang
terkait dengan komponen lingkungan yang terkena dampak.
Setiap komponen lingkungan yang diidentifikasi sebagai dampak potensial
ditapis dengan keempat pertanyakan tersebut. Jika salah satu pertanyakan dijawab
ya, maka dampak potensial akan berlanjut menjadi dampak penting hipotetik.
Tabel 2.20 Matriks Hasil Evaluasi Dampak Potensial Pembangunan Irigasi
TAHAPAN KEGIATAN
PRA
No KOMPONEN LINGKUNGAN YANG MENJADI DAMPAK POTENSIAL Pasca
KONS- KONSTRUKSI
Konstruksi
TRUKSI
1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
A FISIK - KIMIA
1 Perubahan Fungsi & Tata Guna Lahan √ √ √
2 Penurunan Kualitas Udara Ambient
3 Peningkatan Kebisingan √ √ √ √ √ √ √
4 Penurunan Kualitas Air
5 Peningkatan Air Limpasan (Run off)
6 Perubahan Jumlah Pengisian Air Tanah
B BIOLOGI
1 Terganggunya Biota Lingkungan
a.Hilangnya Flora/Tumbuhan Setempat
b.Hilangnya Tempat Tinggal Fauna Setempat
c.Berkurangnya Populasi Plankton Pada Sungai
C SOSIAL EKONOMI BUDAYA
1 Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat
2 Terbukanya Kesempatan Bekerja dan Peluang Berusaha
3 Perubahan Pendapatan Masyarakat
4 Keresahan Masyarakat
5 Perubahan Sumber Mata Pencaharian
D KESEHATAN MASYARAKAT
1 Penurunan Kesehatan Masyarakat
E TRANSPORTASI
1 Penurunan Kinerja Ruas Jalan √ √ √ √
TAHAPAN KEGIATAN
PRA
No KOMPONEN LINGKUNGAN YANG MENJADI DAMPAK POTENSIAL Pasca
KONS- KONSTRUKSI
Konstruksi
TRUKSI
B. Pra-Konstruksi B. Konstruksi C. Operasi
1. Survei 1. Rekruitmen Tenaga Kerja 1. Rekruitmen Karyawan
2. Mobilisasi Peralatan dan Bahan Material 8. Pemadatan Tanah 2. Pemeliharakan Jaringan Irigasi
2. Pembebasan Lahan
3. Pekerjakan Pembersihan (Land Clearing) 9. Pemadatan Tanah Kedap Air dan Semi Kedap Air
3. Sosialisasi Kegiatan 10. Pekerjakan Pengeringan Selama Pelaksanakan
4. Peerjakan Kupasan
5. Pekerjakan Galian 11. Pekerjakan Struktur Beton Bertulang
6. Pembangunan Fasilitas Utama Bendung 12. Pekerjakan Pemasangan Lining Beton Pra Cetak
7. Timbunan
Tabel 2.21 Evaluasi Dampak Potensial Kegiatan Pembangunan
Irigasi
Dikaji
Komponen Lingkungan Terkena dalam
Kriteria
Sumber Dampak AND
No AL?
Dampak
Komponen
Deskripsi Dampak 1 2 3 4
Penerima

Tahap Pra-Konstruksi

Perubahan Sikap dan


Masyarakat tidak Ya tidak tidak -
1. Survei Persepsi Masyarakat

Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak tidak tidak tidak -

Perubahan Sikap dan


Masyarakat tidak ya tidak tidak -
Persepsi Masyarakat

Perubahan Pendapatan
Pembebasan Masyarakat tidak ya ya tidak -
2. Masyarakat
Lahan
Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak tidak tidak tidak -

Perubahan Sumber Mata


Masyarakat tidak ya tidak tidak -
Pencaharian

Sosialisasi Perubahan Sikap dan


3. Masyarakat tidak tidak tidak tidak -
Kegiatan Persepsi Masyarakat

Tahap Konstruksi

Perubahan Sikap dan


Masyarakat tidak ya tidak tidak -
Persepsi Masyarakat

Terbukanya Kesempatan
Masyarakat Bekerja dan Peluang tidak ya tidak tidak -
Rekruitmen Berusaha
1.
Tenaga Kerja
Perubahan Pendapatan
Masyarakat tidak ya tidak tidak -
Masyarakat

Perubahan Sumber Mata


Masyarakat tidak ya tidak tidak -
Pencaharian

Mobilisasi Udara Menurunnya Kualitas


2. tidak tidak tidak tidak -
Peralatan dan Ambien Udara
Dikaji
Komponen Lingkungan Terkena dalam
Kriteria
Sumber Dampak AND
No AL?
Dampak
Komponen
Deskripsi Dampak 1 2 3 4
Penerima

Bahan Masyarakat Peningkatan Kebisingan Ya ya Ya tidak Ya


Material
Perubahan Sikap dan
Masyarakat tidak tidak Ya tidak -
Persepsi Masyarakat

Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak tidak tidak tidak -

Penurunan Kesehatan
Masyarakat tidak tidak Ya tidak -
Masyarakat

Penurunan Kinerja Ruas


Transportasi Ya ya ya tidak Ya
Jalan

Perubahan Fungsi dan


Lahan tidak tidak ya ya -
Tata Guna Lahan

Udara Perubahan Kualitas


tidak tidak ya ya -
Ambient Udara Ambient

Masyarakat Peningkatan Kebisingan tidak tidak ya ya -

Pekerjakan Hilangnya Flora /


Biota ya tidak ya tidak -
Pembersihan Tumbuhan Setempat
3.
(Land Hilangnya Tempat
Clearing) Biota ya tidak tidak tidak -
Tinggal Fauna Setempat

Perubahan Sikap dan


Masyarakat tidak ya Ya tidak -
Persepsi Masyarakat

Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak ya Ya tidak -

Penurunan Kinerja Ruas


Transportasi tidak tidak tidak tidak -
Jalan

Perubahan Fungsi dan


Lahan Ya ya Ya Ya Ya
Tata Guna Lahan
Pekerjakan
4. Udara Penurunan Kualitas
Kupasan tidak tidak ya ya -
Ambient Udara Ambient

Masyarakat Peningkatan Kebisingan tidak ya Ya tidak Ya


Dikaji
Komponen Lingkungan Terkena dalam
Kriteria
Sumber Dampak AND
No AL?
Dampak
Komponen
Deskripsi Dampak 1 2 3 4
Penerima

Perubahan Sikap dan


Masyarakat tidak tidak tidak tidak -
Presepsi Masyarakat

Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak ya ya tidak -

Penurunan Kesehatan
Masyarakat tidak tidak ya tidak -
Masyarkat

Penurunan Kinerja Ruas


Transportasi Ya Ya Ya tidak Ya
Jalan

Perubahan Fungsi dan


Lahan Ya Ya Ya tidak Ya
Tata Guna Lahan

Udara Penurunan Kualitas


tidak tidak ya ya -
Ambient Udara Ambient

Masyarakat Peningkatan Kebisingan tidak ya Ya tidak Ya

Pekerjakan Perubahan Sikap dan


5. Masyarakat tidak tidak tidak tidak -
Galian Presepsi Masyarakat

Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak ya tidak tidak -

Penurunan Kesehatan
Masyarakat tidak tidak Ya tidak -
Masyarakat

Penurunan Kinerja Ruas


Transportasi ya tidak ya tidak -
Jalan

Perubahan Fungsi dan


Lahan Ya Ya Ya tidak Ya
Tata Guna Lahan

Udara Menurunnya Kualitas


Pembangunan tidak ya Ya tidak -
Ambien Udara
Fasilitas
6.
Utama Masyarakat Peningkatan Kebisingan tidak tidak Ya tidak -
Bendung
Perubahan Sikap dan
Masyarakat tidak tidak Ya tidak -
Presepsi Masyarakat

Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak tidak Ya tidak -


Dikaji
Komponen Lingkungan Terkena dalam
Kriteria
Sumber Dampak AND
No AL?
Dampak
Komponen
Deskripsi Dampak 1 2 3 4
Penerima

Penurunan Kesehatan
Masyarakat tidak ya tidak tidak -
Masyarakat

Perubahan Fungsi dan


Lahan tidak tidak ya tidak -
Tata Guna Lahan

Udara Menurunnya Kualitas


tidak tidak ya ya -
Ambien Udara

Masyarakat Peningkatan Kebisingan tidak tidak ya ya -


7 Perubahan Sikap dan
Timbunan Masyarakat tidak tidak Ya tidak -
. Presepsi Masyarakat

Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak ya tidak tidak -

Penurunan Kesehatan
Masyarakat tidak tidak ya tidak -
Masyarakat

Penurunan Kinerja Ruas


Transportasi tidak tidak tidak tidak -
Jalan

Udara Menurunnya Kualitas


tidak tidak ya ya -
Ambien Udara

Masyarakat Peningkatan Kebisingan ya ya Ya tidak Ya

Perubahan Sikap dan


Masyarakat tidak ya Ya tidak -
Pemadatan Presepsi Masyarakat
8
Tanah Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak ya Ya tidak -

Penurunan Kesehatan
Masyarakat ya tidak Ya tidak -
Masyarakat

Penurunan Kinerja Ruas


Transportasi tidak tidak tidak tidak -
Jalan

Udara Menurunnya Kualitas


Pemadatan tidak tidak ya ya -
9 Ambien Udara
Tanah Kedap
Air dan Semi Masyarakat Peningkatan Kebisingan tidak ya Ya tidak Ya
Dikaji
Komponen Lingkungan Terkena dalam
Kriteria
Sumber Dampak AND
No AL?
Dampak
Komponen
Deskripsi Dampak 1 2 3 4
Penerima

Kedap Air Peningkatan Air


Tanah tidak ya tidak tidak -
Limpasan (Run Off)

Penurunan Jumlah
Tanah tidak ya tidak tidak -
Pengisian Air Tanah

Perubahan Sikap dan


Masyarakat tidak ya Ya tidak -
Presepsi Masyarakat

Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak ya Ya tidak -

Penurunan Kesehatan
Masyarakat ya tidak Ya tidak -
Masyarakat

Penurunan Kinerja Ruas


Transportasi tidak tidak tidak tidak -
Jalan

Masyarakat Peningkatan Kebisingan Ya ya Ya tidak Ya


Pekerjakan
Pengeringan Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak ya Ya tidak -
10
Selama
Pelaksanakan Penurunan Kinerja Ruas
Transportasi tidak tidak tidak tidak -
Jalan

Udara Menurunnya Kualitas


tidak tidak ya ya -
Ambien Udara

Masyarakat Peningkatan Kebisingan Ya ya Ya tidak Ya

Peningkatan Air
Tanah tidak ya Ya tidak -
Limpasan (Run Off)
Pekerjakan
Struktur Penurunan Jumlah
11 Tanah tidak ya tidak tidak -
Beton Pengisian Air Tanah
Bertulang
Perubahan Sikap dan
Masyarakat tidak ya tidak tidak -
Presepsi Masyarakat

Masyarakat Keresahan Masyarakat tidak ya Ya tidak -

Penurunan Kesehatan
Masyarakat ya tidak Ya tidak -
Masyarakat
Dikaji
Komponen Lingkungan Terkena dalam
Kriteria
Sumber Dampak AND
No AL?
Dampak
Komponen
Deskripsi Dampak 1 2 3 4
Penerima

Penurunan Kinerja Ruas


Transportasi Ya Ya Ya tidak Ya
Jalan

Pekerjakan Perubahan Sikap dan


Masyarakat tidak ya tidak tidak -
Pemasangan Presepsi Masyarakat
12
Lining Beton Penurunan Kinerja Ruas
Pra Cetak Transportasi Ya Ya Ya tidak Ya
Jalan

Pasca Konstuksi

Perubahan Sikap dan


Masyarakat tidak tidak tidak tidak -
Persepsi Masyarakat

Terbukanya
Masyarakat Kesempatan Bekerja tidak tidak tidak tidak -
Rekruitmen dan Peluang Berusaha
1.
Karyawan
Perubahan Pendapatan
Masyarakat tidak tidak tidak tidak -
Masyarakat

Perubahan Sumber
Masyarakat tidak tidak tidak tidak -
Mata Pencarian

Peningkatan Air
Pemeliharaka Tanah tidak ya tidak tidak -
Limpasan (Run Off)
2. n Jaringan
Irigasi Penurunan Jumlah
Air tidak tidak tidak tidak -
Pengisian Air Tanah
Tabel 2.22 Ringkasan Pelingkupan

Deskripsi Pelingkupan
Rencana Pengelolakan Komponen
Kegiatan yang Lingkungan yang Lingkungan Batas Waktu
Wilayah Studi
Berpotensi Sudah Terkena Dampak Penting Kajian
Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Menimbulkan Direncanakan Dampak Hipotetik

Dampak

Tahap Prakontruksi

Survei lahan Akan memenuhi Perubahan Sikap Timbulnya persepsi Pihak perusahakan melakukan Disimpulkan tidak Kecamatan 6 bulan
kebutuhan dan Persepsi masyarakat survei yang tidak menganggu menjadi DPH. Payung Sekaki akibat
pembangun dalam Masyarakat masyarakat. Oleh karena itu adanya izin-
merancang kegiatan ini dinilai dampak tidak izin yang
pembangunan penting. akan diurus
irigasi kemudian

Keresahan Timbulnya keresahan Pihak perusahakan melakukan Disimpulkan tidak Kecamatan 6 bulan
Masyarakat masyarakat survei melakukan prosedur yang menjadi DPH. Payung Sekaki akibat
tepat dan tidak mengganggu adanya izin-
masyarakat. Oleh karena itu izin yang
kegiatan ini dinilai dampak tidak akan diurus
penting. kemudian
Pembebasan Untuk memenuhi Perubahan Sikap Timbulnya persepsi Pembangunan irigasi menjadi Disimpulkan tidak Kecamatan 12 bulan
Lahan kebutuhan lahan dan Persepsi masyarakat sebuah bahan pemikiran menjadi DPH Payung Sekaki mengingat
dalam Masyarakat masyarakat yang akan mengingat
pembangunan berpengaruh terhadap aktivitas diharapkan
irigasi masyarakat didepannya. durasi
pembebasan
lahan
berlangsung
dalam waktu
12 bulan

Perubahan Terjadinya perubahan Berdampak pada terbukannya Disimpulkan menjadi Kecamatan 12 bulan
Pendapatan pendapatan masyarakat lowongan kerja bagi penduduk tidak DPH Payung Sekaki mengingat
Masyarakat local yang dapat mempengaruhi mengingat
pendapatan masyarakat. Sehingga diharapkan
kegiatan ini dikategorikan sebagai durasi
dampak tidak penting. pembebasan
lahan
berlangsung
dalam waktu
12 bulan

Keresahan Timbulnya keresahan Terdapat peluang yang cukup Disimpulkan tidak Kecamatan 12 bulan
Masyarakat masyarakat besar akan terjadinya keresahan menjadi DPH Payung Sekaki mengingat
masyarakat yang diakibatkan oleh mengingat
kegiatan pembebasan lahan diharapkan
dengan untuk pembangunan di durasi
lahan yang luasnya mencapai pembebasan
3.194 Ha. Ketidakpuasan lahan
masyarakat pemilik lahan yang berlangsung
dibebaskan mengenai ganti rugi dalam waktu
adalah beberapa faktor penyebab 12 bulan
yang dapat menimbulkan dampak
ini. Namun, perusahakan melalui
kenijakannya dapat mengatasi.

Perubahan Timbulnya perubahan Dikarenakan peruntukan ruang di Disimpulkan tidak Kecamatan 12 bulan
Sumber Mata sumber mata pencaharian Kec. Payung Sekaki menjadi menjadi DPH Payung Sekaki mengingat
Pencaharian kawasan pertanian dan perikanan mengingat
tambak, maka diyakini adanya diharapkan
perubahan mata pencaharian. durasi
pembebasan
lahan
berlangsung
dalam waktu
12 bulan
Sosialisasi Sosialisasi Perubahan Sikap Timbulnya persepsi Sosialisasi rencana kegiatan Disimpulkan tidak Kecamatan Selama 6
kegiatan melalui surat dan Persepsi masyarakat pembangunan irigasi dilakukan menjadi DPH. Payung Sekaki bulan atau
kabar, Masyarakat melalui pengumuman dan selama
pengumuman di konsultasi publik. Pada proses penyusunan
tempat umum dan tersebut jumlah masyarakat yang KA-ANDAL
konsultasi dengan mengikuti kurang lebih 200
masyarakat secara orang. Masyarakat sekitar
langsung umumnya tidak terlalu peduli
dengan adanya pembangunan
irigasi. Sehingga proses
sosialisasi menimbulkan sikap
dan persepsi masyarakat. Oleh
karena itu, kegiatan ini
dikategorikan dan dinilai sebagai
dampak tidak penting.

Tahap Kontruksi

Rekruitmen Undang-undang Perubahan Timbulnya persepsi Dampak terhadap persepsi positif Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Tenaga Kerja RI Nomor 13 Sikap dan masyarakat masyarakat tidak besar dan menjadi DPH. Payung Sekaki selama 6
Persepsi
Tahun 2003 dianggap tidak berdampak penting. bulan sejak
Masyarakat
tentang survey dan
Ketenagakerjakan sosialisasi
kegiatan.
Terbukanya Terbukanya lapangan kerja Tenaga kerja dibutuhkan pada Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kesempatan meski berlangsung tahap kontruksi sebanyak 189 menjadi DPH. Payung Sekaki selama 6
Bekerja dan
sementara orang dengan mengutamakan bulan sejak
Peluang
Berusaha masyarakat lokal tetapi hanya survey dan
berlangsung pada saat proyek sosialisasi
berlangsung (sementara). Karena kegiatan.
pada tahap ini hanya berlangsung
sementara, sehingga kegiatan ini
dikategorikan sebagai dampak
tidak penting.

Perubahan Perubahan Pendapatan Berdampak pada terbukannya Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Pendapatan Masyarakat lowongan kerja bagi penduduk menjadi DPH. Payung Sekaki selama 6
Masyarakat
local yang dapat mempengaruhi bulan sejak
pendapatan masyarakat. Sehingga survey dan
kegiatan ini dikategorikan sebagai sosialisasi
dampak tidak penting. kegiatan.

Perubahan Perubahan Sumber Mata Berdampak pada terbukannya Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Sumber Mata Pencaharian lowongan kerja bagi penduduk menjadi DPH. Payung Sekaki selama 6
Pencaharian
local yang dapat mengubah atau bulan sejak
menmbah pekerjakan survey dan
masyarakat. Sehingga kegiatan ini sosialisasi
dikategorikan sebagai dampak kegiatan.
tidak penting.

Mobilisasi a.Peraturan Menurunnya Penurunan kualitas udara, Mobilisasi seluruh alat berat dan Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Peralatan dan Pemerintah RI Kualitas Udara terjadi peningkatan jumlah material menggunakan jalur menjadi DPH. Payung Sekaki selama 6
Bahan Nomor 8 Tahun partikel debu dari kegiatan. transportasi darat. Dampak dari bulan secara
Material 2011 tentang mobilisasi terhadap kualitas udara bertahap
Angkutan yakni dengan meningkatnya setelah
Multimoda. konsentrasi COx, NOx, SOx, HC, dilakukan
b.Peraturan setelah diperkirakan peningkatan pembebasan
Pemerintah RI menjadi CO 2200 Nm3, NO2 90 lahan.
Nomor 55 Nm3, SO2 200 Nm3, HC 80 Nm3
Tahun 2012 dan partikulat pada udara ambien,
tentang Nilai kualitas udara berdasarkan
Kendarakan. rona lingkungan dilokasi rencana
usaha dan/ kegiatan untuk COx,
NOx, SOx, HC, CO yaitu 2000
Nm3, NO2 80 Nm3, SO2 180
3 3
Nm , HC 65 Nm dan baku mutu
yang ditetapkan untuk COx, NOx,
SOx, HC, CO 10.000 Nm3, NO2
150 Nm3, SO2 365 Nm3, HC 160
Nm3 dan oleh karena itu
penurunan kuliatas udara tidak
melebihi baku mutu lingkungan
dan peningkatan tidak terlalu jauh
dari rona lingkungan dan karena
kegiatan ini hanya berlangsung
sementara sehingga tidak
menimbulkan perubahan kualitas
udara secara signifikan, dan
dampak yang dihasilkan tidak
berdampak penting.

Peningkatan Peningkatan Kebisingan Kebisingan hanya berlangsung Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Kebisingan yang ditimbulkan sebesar 60 sementara sehingga peningkatan DPH. Payung Sekaki selama 6
dBA selama 12 jam kerja. kebisingan tidak terjadi secara bulan secara
drastic. Berdasarkan data rona bertahap
lingkungan kebisingan 80 dBA setelah
dan baku mutu yang ditetapkan 70 dilakukan
dBA, berdasarkan data tersebut pembebasan
peningkatan kebisingan dari rona lahan.
lingkungan melebihi baku mutu
yang ditetapkan. Oleh karena itu
dampak yang dihasilkan dinilai
penting.
Perubahan Munculnya persepsi negatif Persepsi negative diakibatkan Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Sikap dan masyarakat jumlah kendarakan yang berlalu- menjadi DPH. Payung Sekaki selama 6
Persepsi
lalang sehingga selain bulan secara
Masyarakat
menurunkan kualitas udara tetapi bertahap
dapat juga mempercepat setelah
kerusakan jalanan. Tetapi, dilakukan
perusahakan melalui pembebasan
kebijakannya memberikan lahan.
dispensasi untuk perbaikan jalan
setelah kegiatan usai dilakukan.

Keresahan Timbulnya Keresahan Meningkatnya getaran karena Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Masyarakat Masyarakat pengggunakan alat berat dengan menjadi DPH. Payung Sekaki selama 6
frekuensi 4 Hz dengan tingkat bulan secara
getaran 82 dalam mikron. bertahap
Kegiatan ini tidak berlangsung setelah
lama sehingga getaran yang dilakukan
dihasilkan dari alat berat tidak pembebasan
meningkatkan getaran di sekitar lahan.
lokasi kegiatan, karena getaran
meningkat akibat pengoperasian
alat berat diperkirakan kecil,
berdasarkan rona lingkungan nilai
getaran yaitu 4 Hz dengan tingkat
getaran 60 dalam mikron dan
baku mutu yaitu 4 Hz dengan
tingkat getaran 100 dalam mikron,
berdasekan data tidak terlalu jauh
dengan rona lingkungan dan tidak
melebihi baku mutu yang
ditetapkan sehingga dampak
dianggap tidak penting

Penurunan Terjadinya Penurunan Kualitas udara, tingkat kebisingan Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kesehatan Kesehatan Masyarakat yang ada diperkirakan akan menjadi DPH. Payung Sekaki selama 6
Masyarakat
menurunan kualitas kesehatan bulan secara
masyarakat. Namun, setelah bertahap
dilakukan evaluasi menghasilkan setelah
data yang masih berada dibawah dilakukan
baku mutu dan diaterorikan aman. pembebasan
Jadi ini menjadi dampak tidak lahan.
penting.

Penurunan Timbulnya Penurunan Penurunan kinerja jalan Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Kinerja Ruas Kinerja Ruas Jalan. diperkirakan karena akan DPH. Payung Sekaki selama 6
Jalan
memburuknya kualitas jalan, dan bulan secara
meningkatnya jumlah kendarakan bertahap
yang bisa mengakibatkan setelah
dilakukan
kemacetan. pembebasan
lahan.

Pekerjakan Perubahan Terjadinya perubahan fungsi Pekerjaan pembersihan ini Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Pembersihan Fungsi dan Tata dan tata guna lahan dilakukan untuk menyiapkan tidak DPH Payung Sekaki selama 12
Guna Lahan
(Land lahan agar siap dibangun untuk bulan setelah
Clearing) irigasi, dimana objek yang proses
melalui rencana jalur irigasi akan mobilisasi
dibersihkan. Pekerjaan ini tidak material.
mengubah tata guna lahan karena
tidak banyak yang objek yang
dibersihkan. Maka tidak menjadi
Pekerjakan
dilakukan sesuai dampak penting.
perencanakan
perusahakan. Perubahan Penurunan kualitas udara, Pekerjaan pembersihaan ini tidak Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Kualitas Udara terjadi peningkatan jumlah mengakibatkan penurunan tidak DPH Payung Sekaki selama 12
Ambient
partikel debu dari kegiatan. kualitas yang signifikan. Sehingga bulan setelah
dikategorikan menjadi tidak proses
dampak penting. mobilisasi
material.

Peningkatan Timbulnya peningkatan Pekerjaan pembersihan ini tidak Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Kebisingan kebisingan. menimbulkan suara kebisingan tidak DPH Payung Sekaki selama 12
dan hanya dalam waktu tertentu bulan setelah
sedikit bising. . Sehingga proses
dikategorikan menjadi tidak mobilisasi
dampak penting. material.

Hilangnya Flora Hilangnya Flora / Pekerjaan pembersihan ini tidak Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
/ Tumbuhan Tumbuhan Setempat banya melakukan penebangan tidak DPH Payung Sekaki selama 12
Setempat
pohon atau karena pada umumnya bulan setelah
hanya melewati tanah kosong proses
dipinggir jalan. . Sehingga mobilisasi
dikategorikan menjadi tidak material.
dampak penting.

Hilangnya Hilangnya Tempat Tinggal Pekerjaan pembersihaan ini tidak Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Tempat Tinggal Fauna Setempat mengurangi habitat fauna, karena tidak DPH Payung Sekaki selama 12
Fauna Setempat
pada umumnya hanya melewati bulan setelah
tanah kosong dipinggir jalan. . proses
Sehingga dikategorikan menjadi mobilisasi
tidak dampak penting. material.

Perubahan Timbulnya persepsi Persepsi negatif masyarakat yaitu Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Sikap dan masyarakat kegiatan ini sedikit mengganggu menjadi DPH. Payung Sekaki selama 12
Persepsi
masyarakat akibat dari suara bulan setelah
Masyarakat
peralatan, material hasil proses
pembersihan dsb. Namun, tidak mobilisasi
semua kegiatan dilakukan dengan
peralatan mesin yang material.
menghasilkan suara bising, serta
material yang dihasilkan akan
diangkut dan dibawa ketempat
yang sudah ditentukan. Sehingga,
kegiatan ini dikategorikan
dampak tidak penting,

Keresahan Timbulnya keresahan Keresahan masyarakat diperkira- Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Masyarakat masyarakat kan timbul akibat kegiatan ini menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
meningkatkan intesitas bunyi bulan setelah
pada saat kegiatan, serta pada saat proses
mobilitas material kegiatan mobilisasi
pembersihan juga membuat lalu material.
lintas menjadi ramai. Namun,
kegiatan ini tidak menghasilkan
bunyi yang melebihi baku mutu,
dan pengangkutan material juga
terjadi hanya sesekali seiring
pekerjakan perwilayah yang
dikerjakan. Sehingga, dampak
kegiatan ini dikategorikan sebagai
dampak tidak penting.
Penurunan Penurunan Kinerja Ruas Pekerjakan pembersihan ini Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kinerja Ruas jalanan. diperkirakan menghasilkan menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Jalan
material yang diperkirakat bulan setelah
mengganggu aktifitas di pinggir proses
jalan. Hal ini diakibatkan karena mobilisasi
pembersihan ini paling umum material.
dilakukan dipinggi jalan karena
diperiapkan menjadi irigasi.
Namun, pada ini sudah
diantisipasi dengan pengumpulan
material per titik lokasi kerja dan
juga penjadwalan pengangkutan.
Sehingga tidak mempengaruhi
penurunan kinerja ruas jalan. Oleh
karena itu, dampak pekerjakan ini
dikategorikan menjadi dampak
tidak penting.

Pekerjakan Pekerjakan Perubahan Terjadinya perubahan fungsi Pekerjakan pengupasan ini Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlansung
Kupasan kupasan hanya Fungsi dan Tata dan tata guna lahan bertujuan untuk membentuk DPH. Payung Sekaki selama 6
Guna Lahan
boleh dilakukan jaringan irigasi dengan total 19.9 bulan atau
pada lokasi yang km, drainase baru sepanjang 38.8 setelah 50%
segera akan km disertai dengan rehabilitasi pekerjakan
ditimbun. Bahan jaringan irigasi dan fasilitas utama pembersihan.
hasil kupasan bendung. Sehingga, ini manjadi
harus dibuang di dampak penting.
tempat
pembuangan Penurunan Penurunan kualitas udara, Peerjaan pengupasan ini tidak Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlansung
sesuai petunjuk Kualitas Udara terjadi peningkatan jumlah menimbulkan polusi karena masih tidak DPH Payung Sekaki selama 6
Direksi. Kupasan Ambient
partikel debu dari kegiatan. belum memenuhi standar baku bulan atau
permukakan di mutu. Sehingga penurunan setelah 50%
bawah tempat kualitas udara tidak terjadi, jadi pekerjakan
buangan tidak ini menjadi dampak tidak penting. pembersihan.
diperlukan,
termasuk juga Peningkatan Timbulnya peningkatan Peningkatan kebisingan terjadi Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlansung
Kebisingan kebisingan. akibat pada kegiatan ini DPH. Payung Sekaki selama 6
tempat yang telah
dibersihkan. menggunakan alat-alat berat bulan atau
dalam pengerjakannya. Sehingga, setelah 50%
ini manjadi dampak penting. pekerjakan
pembersihan.

Perubahan Timbulnya persepsi Persepsi masyarakat yang timbul Disimpulkan tidak Kecamatan Berlansung
Sikap dan masyarakat disebabkan oleh pengupasan menjadi DPH Payung Sekaki selama 6
Presepsi
lahan ini selama pengerjakan bisa bulan atau
Masyarakat
berdampak buruk bagi bangunan setelah 50%
sekitar akibat kegiatan pekerjakan
pengupasan lahan. Namun, pembersihan.
kegiatan ini hanya dilakukan pada
daerah-daerah yang dilalui irigasi
dan drainase dan tidak
mengganggu bangunan sekitar.
Sehingga, ini manjadi dampak
tidak penting.

Keresahan Timbulnya keresahan Pekerjaaan pengupasan ini Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlansung
Masyarakat masyarakat dilakukan untuk memperbaiki tidak DPH Payung Sekaki selama 6
darainase yang lama dengan bulan atau
mengganti yang baru dengan setelah 50%
menhancurkan yang lama. pekerjakan
Sehingga persepsi masyarakat pembersihan.
tidak buruk. Maka, ini menjadi
dampak tidak penting.

Penurunan Terjadinya Penurunan Pekerjaan ini tidak menimbulkan Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlansung
Kesehatan Kesehatan Masyarakat polusi udara yang tidak DPH Payung Sekaki selama 6
Masyarkat
membahasyakan kesehatan bulan atau
masyarakat. Sehingga, ini manjadi setelah 50%
dampak tidak penting. pekerjakan
pembersihan.
Penurunan Penurunan Kinerja Ruas Pekerjakan pengupasan ini Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlansung
Kinerja Ruas jalanan. dilakuan pada area drainase yang DPH. Payung Sekaki selama 6
Jalan
berada pada umumnya di sisi bulan atau
jalan dan ini mempengaruhi setelah 50%
kinerja ruas jalan. Sehingga, ini pekerjakan
manjadi dampak penting. pembersihan.

Pekerjakan Terdapat SOP Perubahan Terjadinya perubahan fungsi Pekerjakan galian ini bertujuan Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Galian pekerjakan dan Fungsi dan Tata dan tata guna lahan untuk membuat jaringan irigasi DPH Payung Sekaki selama 12
Guna Lahan
Disposal Area dengan total 19.9 km, drainase bulan setelah
untuk tempat baru sepanjang 38.8 km disertai pekerjakan
pengumpulan dengan rehabilitasi jaringan pengupasan
material galian. irigasi dan fasilitas utama usai.
bendung. Sehingga, ini manjadi
dampak penting.

Penurunan Penurunan kualitas udara, Pekerjaan galian ini dilakukan Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Kualitas Udara terjadi peningkatan jumlah dengan menggunakan alat dan tidak DPH Payung Sekaki selama 12
Ambient
partikel debu dari kegiatan. polusi udara yang terjadi masih bulan setelah
dibawah standar baku mutu. pekerjakan
Sehingga, ini manjadi dampak pengupasan
tidak penting. usai.

Peningkatan Timbulnya peningkatan Peningkatan kebisingan terjadi Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Kebisingan akibat pada kegiatan ini selama 12
kebisingan. menggunakan alat-alat berat DPH. Payung Sekaki bulan setelah
dalam pengerjakannya. Sehingga, pekerjakan
ini manjadi dampak penting. pengupasan
usai.

Perubahan Timbulnya persepsi Persepsi masyarakat yang timbul Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Sikap dan masyarakat disebabkan oleh kegiatan menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Presepsi
penggalian lahan ini selama bulan setelah
Masyarakat
pengerjakan bisa berdampak pekerjakan
buruk bagi bangunan sekitar pengupasan
akibat kegiatan galian tanah. usai.
Namun, kegiatan ini hanya
dilakukan pada daerah-daerah
yang dilalui irigasi dan drainase
dan tidak mengganggu bangunan
sekitar. Sehingga, ini manjadi
dampak tidak penting.

Keresahan Timbulnya keresahan Keresahan masyarakat diperkira- Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Masyarakat masyarakat kan terjadi karena kegiatan galian menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
ini membat tanah menjadi tidak bulan setelah
stabil ketika adanya hujan datang pekerjakan
yang bisa mengakibatkantanah pengupasan
longsor. Namun, penggalian ini usai.
dilakukan hanya disepanjang area
drainase Sehingga, dampak dari
kegiatan dikategorikan menjadi
dampak tidak penting.

Penurunan Timbulnya keresahan Kualitas udara, yang ada Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kesehatan masyarakat diperkirakan akan menurunkan menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Masyarakat
kualitas kesehatan masyarakat. bulan setelah
Namun, setelah dilakukan pekerjakan
evaluasi menghasilkan data yang pengupasan
masih berada dibawah baku mutu usai.
dan dikategorikan aman. Jadi ini
menjadi dampak tidak penting.

Penurunan Penurunan Kinerja Ruas Peerjaan galian ini dilakukan di Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Kinerja Ruas jalanan. lebih banyak di lokasi galian, dan tidak DPH Payung Sekaki selama 12
Jalan
secara periodic untuk mengangkut bulan setelah
bahan hasil galian dan cukup pekerjakan
tidak mengganggu lalu lintas dan pengupasan
kinerja jalan. Sehingga, ini usai.
manjadi dampak tidak penting.

Pembangunan Pembangunan Perubahan Terjadinya perubahan fungsi Pekerjakan ini bertujuan untuk Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Fasilitas bending ini telah Fungsi dan Tata dan tata guna lahan membuat fasilitas utama bendung. DPH. Payung Sekaki selama 12
Guna Lahan
Utama dilakuan Sehingga, ini manjadi dampak bulan setelah
pengujian dan pekerjakan
Bendung penguuran untuk penting. galian irigasi
proses telah
konstruksinya. rampung.

Menurunnya Penurunan kualitas udara, Pembangunan bendung ini Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kualitas Udara terjadi peningkatan jumlah memang menghasilan partikel menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
partikel debu dari kegiatan debu tetapi kegiatan ini jauh dari bulan setelah
permukiman dan lokasi kegiatan pekerjakan
tidak terbuka untuk umum. galian irigasi
Sehingga kegiatan ini telah
dikategorikan menjadi dampak rampung.
tidak penting.

Peningkatan Timbulnya peningkatan Pembangunan bendung ini Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kebisingan kebisingan. memang menghasilan suara bising menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
tetapi kegiatan ini jauh dari bulan setelah
permukiman dan lokasi kegiatan pekerjakan
tidak terbuka untuk umum. galian irigasi
Sehingga kegiatan ini telah
dikategorikan menjadi dampak rampung.
tidak penting.

Perubahan Timbulnya persepsi Persepsi masyarakat terhadap Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Sikap dan masyarakat pembangunan bendung ini akan menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Presepsi
mengganggu aktivitas sehari-hari bulan setelah
Masyarakat tetapi kegiatan ini jauh dari pekerjakan
permukiman dan lokasi kegiatan galian irigasi
tidak terbuka untuk umum. telah
Sehingga kegiatan ini rampung.
dikategorikan menjadi dampak
tidak penting.

Keresahan Timbulnya keresahan Keresahan masyarakat akan Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Masyarakat masyarakat pembangunan bendung selain menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
disebabkan proses konstruksi juga bulan setelah
keberadakan bendung ditakutkan pekerjakan
akan menyebabkan keringnya galian irigasi
mata air sumur bor. Padahal, telah
kedalaman total bendung ini rampung.
berkisar ± 45 𝑚, sedangkan
kedalam sumur bor masyarakat
rata-rata mencapai 80 m.
Sehingga, menjai dampak tidak
penting.

Penurunan Terjadinya Penurunan Pembangunan bendung ini Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kesehatan Kesehatan Masyarakat memang menghasilan partikel menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Masyarakat
debu, suara bising dsb, tetapi bulan setelah
kegiatan ini jauh dari permukiman pekerjakan
dan lokasi kegiatan tidak terbuka galian irigasi
untuk umum. Sehingga kegiatan telah
ini dikategorikan menjadi dampak rampung.
tidak penting.

Timbunan Untuk pekerjakan Perubahan Terjadinya perubahan fungsi Peerjaan timbunan in dilakukan Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
saluran irigasi Fungsi dan Tata dan tata guna lahan untuk mengolah bahan galian menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Guna Lahan
dengan volume yang diangkut ke tempat yang bulan
tanah relatif kecil direncanakan ketika volume bersamakan
maka pekerjakan dalam jumlah cukup besar. dengan
timbunan Pekerjaan ini tida mengubah tata pekerjakan
dilaksanakan guna lahan dan fungsinya. pembanguna
dengan peralatan Sehingga, ini manjadi dampak n bendung.
manual. tidak penting.
Timbunan adalah
Menurunnya Penurunan kualitas udara, Pekerjakan ini tidak menghasilkan Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
pekerjakan urugan
Kualitas Udara terjadi peningkatan jumlah polusi udara karena emisi dari alat menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
kembali material
partikel debu dari kegiatan masih dibawah standar baku bulan
yang di gali
mutu. Sehingga, ini manjadi bersamakan
sebelumnya.
dampak tidak penting. dengan
pekerjakan
pembanguna
n bendung.

Peningkatan Timbulnya peningkatan Peerjakan ini tidak menghasilkan Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Kebisingan polusi suara karena emisi dari alat selama 12
kebisingan. masih dibawah standar baku tidak DPH Payung Sekaki bulan
mutu. Sehingga, ini manjadi bersamakan
dampak tidak penting. dengan
pekerjakan
pembanguna
n bendung.

Perubahan Timbulnya persepsi Persepsi masyarakat yang Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Sikap dan masyarakat diperkirakan timbul disebabkan tidak DPH Payung Sekaki selama 12
Presepsi
oleh kegiatan timbunan ini bulan
Masyarakat
selama pengerjakan bisa bersamakan
mengganggu aktivitas sehari-hari. dengan
Namun, kegiatan ini hanya pekerjakan
dilakukan dengan tangan maka pembanguna
tidak mengganggu bangunan n bendung.
sekitar. Sehingga, ini manjadi
dampak tidak penting.

Keresahan Timbulnya keresahan Keresahan masyarakat yang Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Masyarakat masyarakat diperkirakan timbul disebabkan menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
oleh kegiatan timbunan ini bulan
selama pengerjakan bisa bersamakan
menggangu aktivitas sehari-hari. dengan
Namun, kegiatan ini hanya pekerjakan
dilakukan dengan tangan maka pembanguna
tidak mengganggu bangunan n bendung.
sekitar. Sehingga, ini manjadi
dampak tidak penting.

Penurunan Terjadinya Penurunan Pekerjaan ini tidak menghasilkan Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kesehatan Kesehatan Masyarakat polusi suara dan udara, jadi menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Masyarakat
kesehatan menjadi tidak bulan
terganggu. Sehingga, ini manjadi bersamakan
dampak tidak penting. dengan
pekerjakan
pembanguna
n bendung.

Penurunan Penurunan Kinerja Ruas Penurunan kinerja ruas jalanan Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kinerja Ruas jalanan. yang diperkirakan timbul menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Jalan
disebabkan oleh kegiatan bulan
timbunan ini selama pengerjakan bersamakan
bisa menggangu kinerja. Namun, dengan
kegiatan ini hanya dilakukan pada pekerjakan
daerah yang telah digali tetapi pembanguna
dengan skala kecil maka tidak n bendung.
mengganggu bangunan sekitar.
Sehingga, ini manjadi dampak
tidak penting.
Pemadatan Pemadatan Menurunnya Penurunan kualitas udara, Pekerjakan ini tidak menghasilkan Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Tanah dilakukan sesuai Kualitas Udara terjadi peningkatan jumlah polusi udara karena emisi dari alat tidak DPH Payung Sekaki selama 6
kapasitas yang partikel debu dari kegiatan masih dibawah standar baku bulan atau
akan dipadatkan, mutu. Sehingga, ini manjadi dengan 50%
bisa dilakukan dampak tidak penting. pekerjakan
dengan mesin dan timbunan.
juga dengan
Peningkatan Timbulnya peningkatan Peningkatan kebisingan terjadi Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
tenaga tangan.
Kebisingan kebisingan. akibat pada kegiatan ini DPH. Payung Sekaki selama 6
menggunakan alat-alat berat bulan atau
dalam pengerjakannya. Sehingga, dengan 50%
ini manjadi dampak penting. pekerjakan
timbunan.

Perubahan Timbulnya persepsi Persepsi masyarakat yang Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Sikap dan masyarakat diperkirakan timbul disebabkan menjadi DPH Payung Sekaki selama 6
Presepsi
oleh kegiatan pemadatan ini bulan atau
Masyarakat
selama pengerjakan bisa dengan 50%
menggangu aktivitas sehari-hari. pekerjakan
Namun, kegiatan ini hanya timbunan.
dilakukan didaerah pembangunan
irigasi maka tidak mengganggu
aktivitas masyaraat sehari-hari.
Sehingga, ini manjadi dampak
tidak penting.

Keresahan Timbulnya keresahan Keresahan masyarakat yang Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Masyarakat masyarakat diperkirakan timbul disebabkan menjadi DPH Payung Sekaki selama 6
oleh kegiatan pemadatan ini bulan atau
selama pengerjakan bisa dengan 50%
menggangu aktivitas sehari-hari. pekerjakan
Namun, kegiatan ini hanya timbunan.
dilakukan pada area rencana
irigasi maka tidak mengganggu
bangunan sekitar. Sehingga, ini
manjadi dampak tidak penting.

Penurunan Terjadinya Penurunan Kualitas udara, yang ada Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kesehatan Kesehatan Masyarakat diperkirakan akan menurunkan menjadi DPH Payung Sekaki selama 6
Masyarakat
kualitas kesehatan masyarakat. bulan atau
Namun, setelah dilakukan dengan 50%
evaluasi menghasilkan data yang pekerjakan
masih berada dibawah baku mutu timbunan.
dan dikategorikan aman. Jadi ini
menjadi dampak tidak penting.

Penurunan Penurunan Kinerja Ruas Pekerjakan pemadatan tanah ini Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kinerja Ruas jalanan. dilakuan pada area drainase dan menjadi DPH Payung Sekaki selama 6
Jalan
ini tidak mempengaruhi kinerja bulan atau
ruas jalan karena material juga dengan 50%
tidak ada dihasilkan. Sehingga, ini pekerjakan
manjadi dampak tidak penting. timbunan.

Pemadatan Spesifikasi Menurunnya Penurunan kualitas udara, Pekerjakan ini tidak menghasilkan Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Tanah Kedap pemadatan harus Kualitas Udara terjadi peningkatan jumlah polusi udara karena emisi dari alat tidak DPH Payung Sekaki selama 6
Air dan Semi mencantumkan partikel debu dari kegiatan masih dibawah standar baku bulan
Kedap Air syarat-syarat mutu. Sehingga, ini manjadi bersamakan
penting dampak tidak penting. dengan
pemadatan pekerjakan
seperti: batas air, pemadatan
ketebalan lapisan, tanah.
peralatan pemadat
Peningkatan Timbulnya peningkatan Peningkatan kebisingan terjadi Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
dan banyaknya
Kebisingan kebisingan. akibat pada kegiatan ini DPH. Payung Sekaki selama 6
lintasan
menggunakan alat-alat berat bulan
pemadatan dan
dalam pengerjakannya. Sehingga, bersamakan
harus dicek
ini manjadi dampak penting. dengan
dengan cermat,
pekerjakan
apakah
pemadatan
pelaksanakannya
tanah.
sudah selesai.

Peningkatan Air Peningkatan Air Limpasan Pemadatan tanah bertujuan adar Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Limpasan (Run (Run Off) tanah stabil ketika dibangun tidak DPH Payung Sekaki selama 6
Off)
beton. Peningatan air limpasan ini bulan
memang akar terjadi sebagaimana bersamakan
mestinya fungsi irigasi. Namun dengan
dampah negatif terhadap pekerjakan
lingungan tidaklah akan pemadatan
signifikan. Pekerjakan ini tidak tanah.
menghasilkan polusi udara karena
emisi dari alat masih dibawah
standar baku mutu. Sehingga, ini
manjadi dampak tidak penting.

Penurunan Penurunan Jumlah Pengisian Pekerjaan ini memang Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Jumlah Air Tanah meningkatan air limpasan dan tidak DPH Payung Sekaki selama 6
Pengisian Air
menurunkan jumlah air yang bulan
Tanah
meresap ke tanah, namun jumlah bersamakan
ini sangat kecil karena hanya dengan
terjadi didekat irigasi saja. pekerjakan
Pekerjakan ini tidak menghasilkan pemadatan
polusi udara karena emisi dari alat tanah.
masih dibawah standar baku
mutu. Sehingga, ini manjadi
dampak tidak penting.

Perubahan Timbulnya persepsi Persepsi masyarakat yang Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Sikap dan masyarakat diperkirakan timbul disebabkan menjadi DPH Payung Sekaki selama 6
Presepsi
oleh kegiatan pemadatan ini bulan
Masyarakat selama pengerjakan bisa bersamakan
menggangu aktivitas sehari-hari. dengan
Namun, kegiatan ini hanya pekerjakan
dilakukan didaerah pembangunan pemadatan
irigasi maka tidak mengganggu tanah.
aktivitas masyaraat sehari-hari.
Sehingga, ini manjadi dampak
tidak penting.

Keresahan Timbulnya keresahan Kualitas udara, yang ada Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Masyarakat masyarakat diperkirakan akan menurunkan menjadi DPH Payung Sekaki selama 6
kualitas kesehatan masyarakat. bulan
Namun, setelah dilakukan bersamakan
evaluasi menghasilkan data yang dengan
masih berada dibawah baku mutu pekerjakan
dan dikategorikan aman. Jadi ini pemadatan
menjadi dampak tidak penting. tanah.

Penurunan Terjadinya Penurunan Kualitas udara, yang ada Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kesehatan Kesehatan Masyarakat diperkirakan akan menurunkan menjadi DPH Payung Sekaki selama 6
Masyarakat
kualitas kesehatan masyarakat. bulan
Namun, setelah dilakukan bersamakan
evaluasi menghasilkan data yang dengan
masih berada dibawah baku mutu pekerjakan
dan dikategorikan aman. Jadi ini pemadatan
menjadi dampak tidak penting. tanah.

Penurunan Penurunan Kinerja Ruas Pekerjakan pemadatan tanah ini Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Kinerja Ruas jalanan. dilakuan dengan alat-alat dan tidak DPH. Payung Sekaki selama 6
Jalan
dilokasi pemadatan sehingga tidak bulan
signifikan mempengaruhi kinerja bersamakan
ruas jalan karena material yang dengan
dikeringkan dapat berbeda-beda pekerjakan
jenis. Sehingga, ini manjadi pemadatan
dampak tidak penting. tanah.

Pekerjakan Pengeringan air Peningkatan Timbulnya peningkatan Peningkatan kebisingan terjadi Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Pengeringan harus dilakukan Kebisingan kebisingan. akibat pada kegiatan ini DPH Payung Sekaki selama 6
Selama selama menggunakan alat-alat berat bulan
Pelaksanakan pelaksanakan dalam pengerjakannya. Sehingga, bersamakan
pekerjakan ini manjadi dampak penting. dengan
saluran, drainase pekerjakan
dan bangunan pemadatan
atau sesuai tanah kedap
petunjuk Direksi. air dan semi
Penyedia Jasa kedap air.
harus memasang,
Keresahan Timbulnya keresahan Peningkatan air limpasan ini Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
memelihara
Masyarakat masyarakat diperkirakan akan mempengaruhi menjadi DPH Payung Sekaki selama 6
semua pipa dan
kondisi sekitar masyarakat atau bulan
peralatan lain bisa menyebabkan banjir. Namun, bersamakan
yang diperlukan air tidak dibuang begitu saya dengan
untuk namun dilakukan penyedotan. pekerjakan
pengeringan air Sehingga dampak ini pemadatan
agar lokasi dikategorikan menjadi dampak tanah kedap
pekerjakan bebas tidak penting. air dan semi
dari air sehingga kedap air.
pekerjakan
Penurunan Penurunan Kinerja Ruas Pekerjakan pengeringan tanah ini Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
konstruksi dapat
Kinerja Ruas jalanan. dilakuan dengan pengadakan menjadi DPH. Payung Sekaki selama 6
dilakukan sesuai Jalan
mobil tanki sedot secara periodik bulan
dengan syarat-
sehingga tidak signifikan bersamakan
syarat.
mempengaruhi kinerja ruas jalan dengan
karena truk berada disisi jalan. pekerjakan
Sehingga, ini manjadi dampak pemadatan
tidak penting. tanah kedap
air dan semi
kedap air.

Pekerjakan Pekerjakan ini Menurunnya Penurunan kualitas udara, Pengerjaan struktur beton ini Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Struktur Beton harus mematuhi Kualitas Udara terjadi peningkatan jumlah untuk membentuk struktur beton tidak DPH Payung Sekaki selama 12
Bertulang SOP dan Sistem partikel debu dari kegiatan pada irigasi. Sehingga dampak ini bulan
Manajemen K3. dikategorikan menjadi dampak bersamakan
tidak penting. mulai dengan
pekerjakan
pengeringan.

Peningkatan Timbulnya peningkatan Peningkatan kebisingan terjadi Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Kebisingan kebisingan. akibat pada kegiatan ini DPH. Payung Sekaki selama 12
menggunakan alat-alat berat bulan
dalam pengerjakannya. Sehingga, bersamakan
ini manjadi dampak penting. mulai dengan
pekerjakan
pengeringan.

Peningkatan Air Terjadi peningkatan air Peningkatan air limpasan ini Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Limpasan (Run limpasan diperkirakan akan mempengaruhi menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Off)
kondisi sekitar masyarakat atau bulan
bisa menyebabkan banjir. Namun, bersamakan
irigasi memiliki sirkulasi air yang mulai dengan
berarti memungkinkan tidak pekerjakan
banjir kecuali dengan beberapa pengeringan.
hal. Sehingga dampak ini
dikategorikan menjadi dampak
tidak penting.

Penurunan Penurunan Jumlah Pengisian Pekerjaan ini memang Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Jumlah Air Tanah meningkatan air limpasan dan tidak DPH Payung Sekaki selama 12
Pengisian Air
menurunkan jumlah air yang bulan
Tanah
meresap ke tanah, namun jumlah bersamakan
ini sangat kecil karena hanya mulai dengan
terjadi didekat irigasi saja. pekerjakan
Pekerjakan ini tidak menghasilkan pengeringan.
polusi udara karena emisi dari alat
masih dibawah standar baku
mutu. Sehingga, ini manjadi
dampak tidak penting.

Perubahan Timbulnya persepsi Persepsi masyarakat yang Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Sikap dan masyarakat diperkirakan timbul disebabkan menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Presepsi
oleh pekerjakan struktur beton ini bulan
Masyarakat
selama pengerjakan bisa bersamakan
mengganggu aktivitas sehari-hari. mulai dengan
Namun, kegiatan ini hanya pekerjakan
dilakukan didaerah pembangunan pengeringan.
irigasi maka tidak mengganggu
aktivitas masyaraat sehari-hari.
Sehingga, ini manjadi dampak
tidak penting.

Keresahan Timbulnya keresahan Keresahan masyarakat diperkira- Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Masyarakat masyarakat kan terjadi pekerjakan struktur menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
beton membuat tanah menjadi bulan
tidak stabil ketika adanya hujan bersamakan
datang yang bisa mengakibatkan mulai dengan
tanah longsor. Namun, pekerjakan pekerjakan
struktur beton ini dilakukan hanya pengeringan.
disepanjang area drainase
Sehingga, dampak dari kegiatan
dikategorikan menjadi dampak
tidak penting.

Penurunan Terjadinya Penurunan Kegiatan ini tidak penurunan Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Kesehatan Kesehatan Masyarakat kualitas udara. Sehingga dampak menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Masyarakat
ini dikategorikan menjadi dampak bulan
tidak penting. bersamakan
mulai dengan
pekerjakan
pengeringan.

Penurunan Penurunan Kinerja Ruas Pekerjakan struktur beton ini Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Kinerja Ruas jalanan. dilakuan dengan pengadakan DPH Payung Sekaki selama 12
Jalan
mobil molent sehingga bulan
mempengaruhi mempengaruhi bersamakan
kinerja ruas jalan karena truk mulai dengan
berada disisi jalan. Sehingga, ini pekerjakan
manjadi dampak penting. pengeringan.

Pekerjakan Pemasangan Perubahan Timbulnya persepsi Persepsi masyarakat yang Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Pemasangan Lining ini Sikap dan diperkirakan timbul disebabkan selama 12
Presepsi
Lining Beton dilakukan Masyarakat masyarakat oleh pekerjakan pemasangan menjadi DPH. Payung Sekaki bulan
Pra Cetak berdasarkan SOP lining beton ini selama bersamakan
dan mematuhi K3. pengerjakan bisa mengganggu mulai dengan
aktivitas sehari-hari. Namun, pekerjakan
kegiatan ini hanya dilakukan pengerjakan
didaerah pembangunan irigasi struktur
maka tidak mengganggu aktivitas beton
masyaraat sehari-hari. Sehingga, bertulang.
ini manjadi dampak tidak penting.

Penurunan Penurunan Kinerja Ruas Pekerjakan Pemasangan Lining Di simpulkan Kecamatan Berlangsung
Kinerja Ruas jalanan. Beton Pra Cetak terdiri dari menjadi DPH Payung Sekaki selama 12
Jalan
mobilisasi material dan bulan
pemasangan dengan menggunaan bersamakan
alat bantu yang pada saat mulai dengan
pengerjaan dapat menggganggu pekerjakan
inerja lalu lintas. Sehingga, ini pengerjakan
manjadi dampak penting. struktur
beton
bertulang.

Tahap Operasi
Rekruitmen Rekruitmen Perubahan Dampak terhadap persepsi positif Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
Karyawan tenaga kerja Sikap dan masyarakat tidak besar dan menjadi DPH Payung selama 6
dilakukan dengan Persepsi dianggap tidak berdampak Sekaki bulan
memperhatikan Masyarakat penting. bersamakan
kesesuaian bidang Terjadinya Perubahan Sikap mulai dengan
keahlian, tingkat dan Persepsi Masyarakat pekerjakan
pendidikan, dan pengerjakan
minat. Pihak pemasangan
manajemen akan lining beton
menerapkan pra cetak.
kebijakan yang
Terbukanya Operasional Irigasi diprakirakan Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
lebih
Kesempatan melibatkan sekitar 20 orang yang menjadi DPH Payung selama 6
mengutamakan
Bekerja dan terdiri dari 6 posisi/ jabatan. Sekaki bulan
tenaga kerja dari
Peluang bersamakan
Kecamatan Terbukanya Kesempatan
Berusaha mulai dengan
Payung Sekaki Bekerja dan Peluang
Berusaha pekerjakan
tanpa hanya
pengerjakan
melihat ijasah
pemasangan
tetapi juga
lining beton
melihat
pra cetak.
kemampuan calon Perubahan Berdampak pada terbukannya Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
karyawan. Pendapatan lowongan kerja bagi penduduk menjadi DPH Payung selama 6
Masyarakat local yang dapat mempengaruhi Sekaki bulan
pendapatan masyarakat. bersamakan
Perubahan Pendapatan Sehingga kegiatan ini mulai dengan
Masyarakat dikategorikan sebagai dampak pekerjakan
tidak penting. pengerjakan
pemasangan
lining beton
pra cetak.
Perubahan Reruitmen karyawan ini memang Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Sumber Mata membawa sedikit perubahan tidak DPH Payung selama 6
Pencarian dalam mata pencaarian Sekaki bulan
masyarakat. Untuk itu, bersamakan
Terjadinya Perubahan perubahan ini tidak menjadi mulai dengan
Sumber Mata Pencarian dampak penting. pekerjakan
pengerjakan
pemasangan
lining beton
pra cetak.
Pemeliharakan Pemeliharakan Peningkatan Air Peningkatan air limpasan ini Disimpulkan menjadi Kecamatan Berlangsung
Jaringan jaringan irigasi Limpasan (Run diperkirakan akan mempengaruhi tidak DPH Payung selama 6
Irigasi adalah upaya Off) kondisi sekitar masyarakat atau Sekaki bulan hingga
menjaga dan bisa menyebabkan banjir. seterusnya
mengamankan Peningkatan Air Limpasan Namun, irigasi memiliki sirkulasi bersamakan
jaringan irigasi (Run Off) air yang berarti memungkinkan mulai dengan
agar selalu dapat tidak banjir kecuali dengan pekerjakan
berfungsi dengan beberapa hal. Sehingga dampak rekruitmen
baik guna ini dikategorikan menjadi karyawan.
memperlancar dampak tidak penting.
pelaksanakan
Penurunan Penurunan jumlah pengisian air Disimpulkan tidak Kecamatan Berlangsung
operasi dan
Jumlah tanah diperkirakan terjadi akibat menjadi DPH Payung selama 6
mempertahankan
Pengisian Air emungkinan air limpasan dan Sekaki bulan hingga
kelestariannya
Tanah masuk ke dalam jaringan seterusnya
melalui kegiatan
drainase dan irigasi. Namun hal bersamakan
perawatan,
Penurunan Jumlah Pengisian tersebut tidak terbukti jika mulai dengan
perbaikan,
Air Tanah
jumlah tanah resapan masih pekerjakan
pencegahan dan
mencukupi. Sehingga kegiatan rekruitmen
pengamanan yang
ini dikategorikan sebagai karyawan.
harus dilakukan
dampak tidak penting.
secara terus
menerus.
KEGIATAN LAIN DISEKITARNYA

DAMPAK PENTING HIPOTETIK

DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN


A. Pra-Konstruksi
A. Pra Konstruksi -
1. Survei
2. Pembebasan Lahan
DAMPAK POTENSIAL
3. Sosialisasi Kegiatan B. Konstruksi
B. Konstruksi 1. Perubahan Fungsi & Tata
1. Rekruitmen Tenaga Kerja
A. Pra-Konstruksi
2. Mobilisasi dan Peralatan dan Bahan 1. Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat Guna Lahan
Material 2. Keresahan Masyarakat 2. Peningkatan Kebisingan
3. Pekerjakan Pembersihan (Land Clearing) 3. Perubahakan Sumber Mata Pencaharian
4. Pekerjakan Kupasan 3. Penurunan Kinerja Ruas Jalan
5. Pekerjakan Galian
6. Pembangunan Fasilitas Utama Bendung B. Konstruksi
7. Timbunan 1. Perubahan Fungsi & Tata Guna Lahan C. Pasca Konstruksi
8. Pemadatan Tanah
9. Pemadatan Tanah Kedap Air dan Semi 2. Penurunan Kualitas Udara Ambien -
Kedap Air 3. Penigkatan Kebisingan EVALUASI
10. Pekerjakan Pengeringan Selama 4. Peningkatan Air Limpasan (Run Off) DAMPAK
Pelaksanakan
5. Perubahan Jumlah Pengisian Air Tanah POTENSIAL
11. Pekerjakan Struktur Beton Bertulang
12. Pekerjakan Lining Beton Pra Cetak 6. Terganggunya Biota Lingkungan
C. Operasi 7. Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat
1. Rekruitmen Karyawan 8. Terbentuknya Kesempatan Bekerja dan
2. Pemeliharakan Jaringan Irigasi
Peluang Berusaha
9. Perubahan Pendapatan Masyarakat
IDENTIFIKASI
DAMPAK
10.Keresahan Masyarajat
POTENSIAL 11.Penurunan Kinerja Ruas Jalan
DESKRIPSIll 12.Penurunan Kesehatan Masyarakat
RONA LINGKUNGAN
AWAL C. Pasca Konstruksi
- Komponen Fisik-Kimia 1. Penurunan Jumlah Pengisian Air Tanah
- Komponen Biologi
- Komponen Sosekbud
2. Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat
- Komponen Kesehatan 3. Terbukanya Kesempatan Bekerja dan
Masyarakat Peluang Berusaha EVALUASI DAMPAK, melalui :
- Komponen Transportasi 4. Perubahan Pendapatan Masyarakat Diskusi Antarpakar

METODE IDENTIFIKASI : Studi Literatur


SARAN, PENDAPAT
 Diskusi Antarpakar Survei Lapangan
&TANGGAPAN MASYARAKAT  Matriks Interaksi
 Studi literatur Konsultasi Publik

Gambar 2.6 Diagram Alir Proses Pelingkupan Dampak

Anda mungkin juga menyukai