Anda di halaman 1dari 8

Kimia Dari Inhibitor Korosi

INDRA SURYA DALIMUNTHE

Progran Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Secara umum suatu inhibitor dalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia. Sedangkan inhibitor korosi adalah suatu zat
kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju
penyerangan korosi lingkungan itu terhadap suatu logam. Mekanisma
penghambatannya terkadang lebih dari satu jenis.

Sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui cara adsorpsi untuk membentuk


suatu lapisan tipis yang tidak nampak dengan ketebalan beberapa molekul saja,
ada pula yang karena pengaruh lingkungan membentuk endapan yang nampak
dan melindungi logam dari serangan yang mengkorosi logamnya dan
menghasilkan produk yang membentuk lapisan pasif, dan ada pula yang
menghilangkan konstituen yang agresif.

Dewasa ini terdapat 6 jenis inhibitor, yaitu inhibitor yang memberikan pasivasi
anodik, pasivasi katodik, inhibitor ohmik, inhibitor organik, inhibitor
pengendapan, dan inhibitor fasa uap.

Pembahasan mengenai kimia dari inhibitor korosi dapat menyangkut sifat dari
inhibitor, interaksi inhibitor dengan berbagai lingkungan yang agresif serta
pengaruhnya terhadap proses korosi.

BAB - I
PENDAHULUAN

Secara umum korosi dapat digolongkan berdasarkan rupanya, keseragaman atau


keserbanekaannya, baik secara mikroskopis maupun makroskopis.

Dua jenis mekanisma utama dari korosi adalah berdasarkan reaksi kimia secara
langsung, dan reaksi elektrokimia. Korosoi dapat terjadi didalam medium kering
dan juga medium basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung didalam
medium kering adalah penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh
gas belerang dioksida (S02).

Didalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara
terlokalisasi. Contoh korosi seragam didalam medium basah adalah apabila besi
terendam didalam larutan asam klorida (HCl). Korosi didalam medium basah
yang terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan rupa makroskopis,
misalnya peristiwa korosi galvani sistim besi - seng, korosi erosi, korosi retakan,
korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi pelumeran, sedangkan rupa
yang mikroskopis dihasilkan misalnya oleh korosi tegangan, korosi patahan, dan
korosi antar butir.

Dengan demikian, apabila didalam usaha pencegahan korosi dilakukan melalui


penggunaan inhibitor korosi, maka mekanisma dari jenis-jenis korosi diatas
sangatlah penting artinya.

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 1


Walaupun demikian sebagian korosi logam khususnya besi, terkorosi di alam
melalui cara elektrokimia yang banyak menyangkut fenomena antar muka. Hal
inilah yang banyak dijadikan dasar utama pembahasan mengenai peran inhibitor
korosi.

BAB - II
MEKANISE KERJA INHIBITOR KOROSI

Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan
suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat
menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam.

Pada prakteknya, jumlah yang di tambahkan adalah sedikit, baik secara kontinu
maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu.

Adapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :


(1) Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu lapisan
tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat
dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat penyerangan lingkungan
terhadap logamnya.
(2) Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat
mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta
melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak,
sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata.
(3) Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat
kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi tersebut
membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.
(4) Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.

Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat


mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi dapat
dianggap terdiri dari empat komponen yaitu: anoda, katoda, elektrolit dan
penghantar elektronik, maka inhibitor korosi memberikan kemungkinan
Omenaikkan polarisasi anodik, atau menaikkan polasisasi katodik atau menaikkan
tahanan listrik dari rangkaian melalui pembentukan endapan tipis pada
permukaan logam. Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu kurva polarisasi
yang diperoleh secara eksperimentil.

B A B - III
JENIS INHIBITOR DAN MEKANISME KERJANYA

III.1. Inhibitor memasifkan anoda.

Salah satu contoh inhibitor yang memasifkan anoda adalah senyawa-senyawa


kromat, misalnya Na2C2O4 =. Salah satu reaksi redoks yang terjadi dengan logam
besi adalah:

Oksidasi : 2 Fe + 2 H2O ----------- Fe2O3 + 6 H+ + 6e


=
Reduksi : 2 CrO4 + 10 H+ + 6e -------- Cr2O3 + 5 H2O

red-oks : 1 Fe + 2 CrO4= + 2 H+ ------- Fe2O3 + Cr2O3 + 3 H2O

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 2


Padatan atau endapan Fe2O3 dan Cr203 inilah yang kemudian bertindak sebagai
pelindung bagi logamnya. Lapisan endapan tipis saja, namun cukup efektif untuk
melindungi permukaan logam yang lemah dari serangan zat-zat agresif. Untuk ini
diperlukan kontinuitas pembentukan lapisan endapan mengingat lapisan tersebut
bisa lepas yang disebabkan oleh adanya arus larutan. Berbagai data penelitian
dengan berbagai kondisi percobaan menganggap bahwa Cr(III) nampak dominan
pada spesimen yang didukung oleh pembentukan lapisan udara, sementara itu
Cr(IV) teramati di daerah luar dari spesimen pengamatan yang didukung oleh
suatu lapisan pelindung yang mengandung Cr(III). Ini menunjukkan bahwa
terjadinya reduksi Cr(IV) menjadi Cr(III) pada permukaan spesimen. Secara
keseluruhan tebal lapisan yang terdiri dari spesimen kromium dan aluminium
memperlihatkan lapisan dalam bentuk Cr(IV) memiliki ketebalan sekitar satu per-
enam dari tebal lapisan keseluruhan.

Hasil penelitian dengan menggunakan teknik pendar fluor dari adsorpsi sinar x
memperlihatkan disagregasi lapisan yang mengandung Cr(IV) sebanding dengan
pertumbuhan Cr203 yang mengisi celah-celah lapisan anodik (dalam hal ini Al203)
diatas permukaan logam Al.

Cara yang sudah lazim tentang studi pembentukan lqpisan pasif pada permukaan
logam akibat reaksi antar muka logam dengan inhibitor dapat menggunakan
diagram potensial - pH dan secara kinetik dengan menggunakan kurva polarisasi.

Inhibitor jenis Cr04 = dan N02- cukup banyak digunakan untuk perlindungan
logam besi dam aluminium terhadap berbagai medium korosif. Namun dari studi
teoritis maupun eksperimentil, kedua jenis inhibitir tersebut kurang baik
digunakan dalam medium yang mengandung H2S dan Cl-.

Dengan adanya H2S, sebagian dari Cr04= bereaksi dengan H2S yang
menghasilkan belerang. Nampaknya Cr203 yang terbentuk tidak dapat terikat
kuat pada logamnya. Sedangkan pada medium Cl-, terjadi kompetisi reaksi
dengan logamnya.

Misalnya ion klorida dapat membentuk kompleks terlarut dengan senyawa Fe


(III) yang ada pada permukaan logam besi, sehingga lapisan pelindung Cr2O3 -
Fe203 sukar dipertahankan keberadaannya.

Tabel 1 berikut ini merupakan rangkuman tentang penggunaan inhibitor kromat


untuk melindungi beberapa jenis logam dalam berbagai lingkungan korosif.

Tabel 1. (dari berbagai Iiteratur).


Konsentrasi efektif dari inhibitir kromat.
LOGAM LINGKUNGAN INHIBITOR
Al HNO3 10% alkali, kromat 0,1%
H3PO4 alkali, kromat 0,1%
H2PO 20% Na2CrO4 0,5%
H3PO4 pekat Na2CrO4 5%
Etanol panas K2Cr2O7
NaCl 3-5% Na2CrO4 1%
Na-trikloroasetat 50% Na2Cr2O7 0,5%
Tetrahidrofuran, alk Na2CrO4 0,3%
Cu Tetrahidrofuran, alk Na2CrO4 0,3%
Baja Na – trikloroasetat 50% Na2Cr2O7 0,5%
Tetrahidrofuran, alk Na2CrO4 0,3%

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 3


Tabel 2 memperlihatkan konsentrasi kritis dari NaCl dan Na2SO4 selaku
depasivator pada penggunaan Na2CrO4 dan NaNO3 selaku inhibitor korosi logam
besi.

Tabel 2. Konsentrasi kritis NaCl dan Na2SO4 selaku depasivator pada inhibitor
Na2CrO4 dan NaNO2 bagi logam besi

Inhibitor Konsentrasi Konsentrasi kritis (ppm)


(ppm) NaCl Na2SO4
Na2CrO4 200 12 55
500 30 120
NaNO2 50 210 20
100 460 55
500 200 450

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apabila konsentrasi inhibitor jenis ini tidak
mencukupi, malahan dapat menyebabkan peningkatan kecepatan korosi logam.
Bila lapisan pasif yang terbentuk tidak mencukupi untuk menutupi permukaan
logam, maka bagian yang tidak tertutupi akan terkorosi dengan cepat. Akibatnya
akan terbentuk permukaan anoda yang sempit dan permukaan katoda yang jauh
lebih luas, sehingga terjadilah korosi setempat dengan bentuk sumuran-sumuran.

Contoh senyawa lain dari inhibitor pasivasi anodik adalah phosfat (PO4-3),
tungstat (Wo4-2) dan molibdat (MoO4-2), yang oleh karena tidak bersifat
oksidator maka reaksinya dengan logamnya memerlukan kehadiran oksigen.

III.2. Inhibitor memasifkan katoda.

Dua reaksi uatama yang umum terjadi pada katoda diadalam medium air, yaitu
reaksi pembentukan hidrogen dari proton:

2 H+ + 2 e ---------- H2

dan reaksi reduksi gas oksigen dalam suasana asam

O2 + 4 H+ + 4 e ----- 2 H2O

Karena bagi suatu sal korosi, reaksi reduksi oksidasi terbentuk oleh pasangan
reaksi reduksi dan reaksi oksidasi dengan kecepatan yang sama, maka apabila
reaksi reduksi (pada katoda) dihambat akan menghambat pula reaksi oksidasi
(pada anoda). Inilah yang menjadi pedoman pertama di dalam usaha
menghambat korosi logam dalam medium air atau medium asam.

Hal yang kedua adalah melalui penutupan permukaan katoda oleh suatu senyawa
kimia tertentu baik yang dihasilkan oleh suatu reaksi kimia atau melalui
pengaturan kondisi larutan,misalnya pH.

Secara umum terdapat 3 jenis inhibutor yang mempasifkan katoda, yaitu jenis
racun katoda, jenis inhibutor mengendap pada katoda dan jenis penangkap
oksigen. Inhibutor racun katoda pada dasarnya berperan mengganggu rekasi
pada katoda. Pada kasus pembentukan gas hidrogen, reaksi diawali yang
teradsorpsi pada permukaan katota.

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 4


H+ + e H (ads)
Atau
H3O+ + e H (ads) + H2O
Selanjutnya
2H (ads) H2 (g)

Inhibitor harus berperan menghambat kedua tahap reaksi diatas terutama reaksi
yang pertama, misaInya berdasarkan diagram arus –potensial (voltamogram)
reaksi pembentukan hidrogen dari asamnya, maka untuk memperkecil arus
katodik dapat dengan menurunkan tegangan lebih katodiknya. Yang patut
dipertimbangkan adalah bila inhibutor hanya menghambat reaksi kedua saja,
maka akan terjadi penumpukan atom hidrogen pads permukaan katoda. Atom-
atom tersebut dapat terpenetrasi ke dalam kisi logam – dan mengakibatkan
timbulnya kerapuhan akibat hidrogen.

Senyawa sulfida (S=) dan selenida (Se=) mungkin dapat digunakan, karena dapat
terserap pada permukaan katoda. Namun sayang sekali pada umumnya
senyawa-senyawa itu mempunyai kelarutan yang rendah di dalam air atau
suasana asam. Selain itu dapat pula mengendapkan berbagai logam, disamping
sifat racunnya.

Senyawa arsenat, bismutat dan antimonat dapat pula digunakan, yang melalui
suatu reaksi tertentu (misal reaksi kondensasi) dapat tereduksi menghasilkan
produk yang mengendap pada katoda. Biasanya reaksi tersebut berlangsung
pada pH relatif rendah. Inhibutor jenis kedua adalah yang dapat diendapkan pada
katoda. Cukup banyak senyawa-senyawa yang dengan pengaturan pH larutan
dapat membentuk suatu endapan, misalnya garam-garam logam transisi akan
mengendap sebagai hidroksidanya pada pH tinggi yang lazim digunakan adalah
ZnSO4 yang terhidrolisis

ZnSO + 2 H2O Zn(OH)2(S) + H2S04

pH larutan harus tetap tinggi mengingat harus menetralisir asam yang berbentuk.
Cara sederhana lainnya adalah pembentukan karbonat dari logam

alkali tanah (CaC03' Bac03' atau MgC03) melalui reaksi Ca(HC03)2 + Ca(OH)2 -
2 cac03(S) + 2 H2O atau apabila diperkirakan sudah ada senyawa sebagai alkali
tanah (CaCo3, BaCO3, atau MgCO3) melalui reaksi

Ca (HCO3)2 + Ca (OH)2 2 CaCO3 (s) + 2 H2O

Atau apablia diperkirakan sudah ada senyawa sebagai bikarbonatnya, dapat


melalui pemasan

Ca (HCO3)2 pemanasan CaCO3 (s) + H2O + CO2 (g)

Perhitungan yang teliti dapat dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang baik
berdasarkan data Ksp' tetapan keasaman, dan tetapan kestabilan dari berbagai
spesi yang ada dalam sistem itu. Jenis inhibutor yang mempasifisi katodik lainnya
adalah didasarkan pada kerjanya yang mengikat oksigen terlarut (oxygen
scavenger) .
Hidrasin (H2H4) merupakan senyawa yang paling banyak digunakan, yang
reaksinya dengan oksigen adalah

N2H4 + O2(g) N2(g) + 2 H2O

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 5


Sayang sekali reaksi ini sangat lambat, walaupun pada pemanasan sampai suhu
60°C.
Untuk mempercepat reaksi, diperlukan katalisator, misalnya garam garam dari
Co(II), Mn(II) atau Cu(II), dan pada akhir-akhir ini banyak digunakan senyawa-
senyawa organologam. Organologam dihasilkan akibat reaksi pembentukan
senyawa khelat antara ion logam dengan suatu ligan tertentu, misal senyawa
Co(3,4 - toluen diamine)2Cl2.
Tabel 3 berikut ini menunjukkan peningkatan lajut ikat dari hidrasin terhadap
oksigen dengan adanya katalis tersebut.
Tabel 3 pengaruh katalis Co (3,4-Toluen diamine) 2Cl2 terhadap laju reaksi
pengikatan O2 oleh hidrasin

Waktu
0 3 5 7 10
Hidrasin dengan katalis Co
(3,4-Toluen diamine) 2Cl2 7,4 4,6 2,4 0,7 0,3
Hidrasin tanpa katalis 8,7 7,4 6,8 6,4 6

Angka banding jumlah senyawa kompleks terhadap senyawa hidrasin adalah


antara 0,002 - 0,04 bagian senyawa kompleks terhadap 1 bagian senyawa
hidrasin.
Di samping katalis garam-garam logam transisi atau senyawa kompleks
organologam, dapat pula digunakan senyawa senyawa organik jenis aryl amina.
Tabel 4 di bawah ini menunjukkan efektifitas beberapa jenis senyawa aryl amina
sebagai katalis bagi hidrazin selaku oxygen scavenger. Studi dilakukan dalam
kondisi 150 ppm hidrasin, pH = 10, pada suhu 25°C, sebagai oxygen scavenger
dalam air untuk keperluan boiler.

Tabel 4 penggunaan katalis senyawa aryl amina selaku katalis bagi hidrasin
sebagai oxygen scavenger bagi air untuk boiler

Senyawa aryl amina 3 ppm % O2 yang hilang


5 menit 10 menit
o-phenylen diamina 44 82
p-phenylen diamina 84 95
2,3 –Toluen diamine 55 92
2,6 – Toluen diamine 75 95
n-animo benzoteifluorida 62 95
1-animo-2 napthol-4 sulfanic acid 65 95
hidrasin tanpa katalis 25 50
(sebagai control)

Di samping hidrasin masih banyak lagi senyawa-senyawa yang dapat digunakan


sebagai oxygen scavenger, misalnya Na2S03, hidroksil amin HCl, N,N-diethyl
hydroxylamin, gas S02, dan sebagainya.

III. (3) Inhibutor Ohmik dan Inhibutor Pengendapan


Sebagai akibat lain daripada penggunaan inhibitor pembentuk lapisan pada
katoda maupun anoda adalah semakin bertambahnya tahanan daripada
rangkaian elektrolit. Lapisan yang dianggap memberikan kenaikan tahanan yang
memadai biasanya mencapai ketebalan beberapa mikroinchi. Bila lapisan terjadi
secara selektif pada daerah anoda, maka potensial korosi akan bergeser kearah
harga yang lebih positif, dan sebaliknya potensial korosi akan bergeser ke arah
yang lebih negatif bilamana lapisan terjadi pada daerah katoda. Jenis inhibutor
pengendapan yang banyak digunakan adalah natrium silikat dan berbagai
senyawa fosfat yang pada umumnya baik digunakan untuk melindungi baja

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 6


keduanya cukup efektif bila kondisi pH mendekati 7 dengan kadar Cl- yang
rendah. E.F. Duffek dan D.S.Mc.Kinney telah melakukan studi tentang
penggunaan natrium silikat sebagai inhibitor korosi bagi logam besi. Dalam hal ini
natrium silikat bertindak sebagai inhibitor mempasifkan anoda.

Percobaan dilakukan terhadap elektroda baja yang diperlakukan selama 24 - 28


jam dalam larutan natrium silikat (dengan kadar SiO2 antara 3 - 500 ppm), dan
dialiri udara. Selanjutnya hasilnya dibandingkan dengan perlakuan baja larutan
natrium hidroksida pada pH yang sama. Korosi tidak terjadi walaupun dalam
medium yang mengandung 15 ppm SiO2, sedangkan pada larutan natrium
hidroksida menunjukkan adanya korosi. .

Konsentrasi minimum dari inhibitor tergantung pada impuritis ada air, karena
adakalanya suatu impuritis membantu melindungi anoda melalui pembentukan
lapisan, dan di lain pihak ada impuritis yang dapat mempeptisasikan atau malah
melarutkan lapisan pelindungnya. Reaksi yang diperkirakan terjadi adalah

Na2SiO2 + H+ 2 Na+ + H2SiO3


(natrium silikat) (asam silikat)

H2SiO3 SiO2. H20

Asam silikat akan nampak sebagai larutan keloid. Pengendapan SiO2 sangat
tergantung pada pH dan konsentrasi natrium silikat di dalam larutannya.

Pada umumnya larutan natrium silikat yang digunakan mempunyai komposisi.


8,76% Na20, 28, 38% SiO2 dan selebihnya pengotorpengotor, diantaranya Fe203
dan Al203.
Kehadiran pengotor senyawa besi dan aluminium dianggap menguntungkan
karena menambah endapan yang terbentuk. Konsentrasi natrium silikat yang
digunakan bervariasi dari 2 - 10 ppm yang tergantung dari jenis air yang akan
dilindungi. Gangguan dapat terjadi apabila terdapat ion Ca(II) dan Mg(II) dalam
jumlah yang tinggi.

Rumitnya fenomena kimia yang terjadi pada penggunaan inhibutor jenis silikat
atau fosfat adalah adanya kemungkinan terbentuknya senyawa polisilikat atau
polifosfat, yang dalam hal ini memerlukan kehadiran oksigen. Pada prakteknya
pun formulasi dari inhibutor jenis silikat dan fosfat adalah dengan mencampurkan
atau mevariasikan komposisi berbagai senyawa polisilikat atau polifosfat.
Perhitungan mengenai kondisi larutan (pH) dan konsentrasi inhibutor sangat
diperlukan sekali.

III.(4) Inhibutor Organik

Dewasa ini sudah berpuluh bahkan mungkin ratusan jenis inhibitor organik yang
digunakan. Studi mengenai mekanisme pembentukan lapisan lindung atau
penghilangan konstituen agresif telah banyak dilakukan baik dengan cara-cara
yang umum maupun dengan cara-cara baru dengan peralatan modern.

Pada umumnya senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan adalah


senyawa-senyawa yang mampu membentuk senyawa kompleks baik kompleks
yang terlarut maupun kompleks yang mengendap. Untuk itu diperlukan adanya
gugus gugus fungsi yang mengandung atom atom yang mampu membentuk
ikatan kovalen terkoordinasi, misalnya atom nitrogen, belerang, pada suatu
senyawa tertentu.

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 7


Ikatan antara logan dengan ion logam yang cukup kuat terjadi pada beberapa
jenis senyawa kompleks khelat (kompleks sepit). Suatu contoh adalah studi yang
dilakukan oleh D.J. Gardiner (Corros.Sci., 25 (1985) p. (1019) mengenai
inhibutor yang membehtuk kompleks pada permukaan tembaga diamati
dengan mikroskop Raman.

BAB IV
KESIMPULAN

Inhibitor korosi adalah suatu senyawa yang berperan melindungi logam dari
korosi dengan melalui berbagai cara. Untuk itu diperlukan analisis dan
perhitungan yang matang pada praktek penggunaannya agar didapat hasil yang
efektif.

DAFTAR PUSTAKA

H.M. Uhlig, Corrosion & corrosion Control, John Wiley & Sons, Inc., N.Y., 1963.

I. S. Van Delinder, Corrosion basics An Introduction, National Associate of


Corrosion Engineers, 1984.

J.S. Robinson, Corrosion Inhibitors Recent Developments, Noyes Data Corp.,


USA, 1979.

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 8

Anda mungkin juga menyukai