Anda di halaman 1dari 3

C.

Kondilomata Akuminata

1. Definisi

Kondilomata Akuminata (KA) adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
Human Papiloma Virus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit
dan mukosa. Penyakit ini juga biasa disebut genital warts, kutil kelamin, dan penyakit jengger
ayam.

2. Etiologi

HPV adalah virus DNA yang merupakan virus epiteliotropik (menginfeksi epitel) dan
tergolong famili Papovaviridae. Dengan menggunakan cara hibridasi DNA, sampai saat ini lebih
dari 100 tipe HPV, namun yang dapat menimbulkan KA sekitar 23 tipe.

Telah diketahui bahwa ada hubungan antara infeksi HPV tipe tertentu pada genital
dengan terjadinya karsinoma serviks. Berdasarkan terjadinya displasia epitel dan keganasannya,
HPV dibagi menjadi 2 yaitu HPV low risk dan HPV high risk. HPV tipe 6 dan tipe 11 paling sering
ditemukan pada KA yang eksofitik dan low risk. Sedangkan HPV tipe 16 dan 18 sering ditemukan
pada displasia high risk.

3. Patogenesis dan patologi

Penularan infeksi virus terjadi melalui kontak erat. Partikel virus dilepaskan dari
permukaan lesi papilomatosa. Papilomavirus menyebabkan infeksi pada kulit dan mukosa,
sesekali menimbulkan kutil.

Infeksi HPV di genital ditularkan secara seksual dan merupakan penyakit seksual
menular paling banyak di Amerika Serikat. Infeksi HPV ini juga bisa menjadi sumber dari penyakit
kanker serviks. Berdasarkan penemuan relatif DNA virus dalam kanker tertentu, HPV tipe 16 dan
18 diperkirakan berisiko tinggi menyebabkan kanker.

4. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi KA berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). VPH masuk ke
dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, sehingga KA sering timbul did daerah yang udah
mengalami trauma pada saat hubungan seksual. P

Pada pria tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum,
dan batang penis, sedangkan pada wanita adalah fourschette posterior, vestibulum.

Untuk kepentingan klinis maka dibagi 3 bentuk, yaitu :

a. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai seperti
jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti
kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus
dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.
b. Bentuk papul
Sering dijumpai di batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal, dan perineum.
Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara
diskret.
c. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama tidak tampak dengan
mata telanjang .

Selain ketiga bentuk klinis diatas, dijumpai pula bentuk linis yang berhubungan dengan
keganasan :

a. Giant condyloma Buschke-Lowenstein


Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa drngan keganasan derajat
rendah. Hubungan antara KA dengan Giant condyloma diketahui dengan ditemukannya
HPV tipe 6 dan tipe 11. Lokasi esi yang paling sering adalah pada penis dan kadang-
kadang vulva dan anus.
b. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna colat kemerahan dan dapat berkonfluens
menjadi plakat. Berbedan dengan KA, permukaan lesi papulosis bowenoid biasanya
halus dan hanya sedikit papilomatosa.

5. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pada lesi yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang dengan:

a. Tes asam asetat : bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam
beberapa menit daerah lesi yang dicurigai akan berubah warna menjadi putih.
b. Kolposkopi : merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan, namun belum
digunakan secara luas di bagian penyakit kulit.
c. Pemeriksaan hispatologi : pada KA yang eksofotik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan
memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal,
parakerotasis dan vakuolisasi.

6. Penatalaksanaan
Ada beberapa cara pengobatan KA
a. Kemoterapi
1) Tinktura podofilin 15-20%
Setelah melindungi kulit di sekitar lesi dengan lotion, oleskan tinktura podofilin pada lesi
dan biarkan selama 4-6 jam, kemudian bilas. Pemberian obat dilakukan seminggu dua
kali sampai lesi hilang.
2) Podofilotoksin 0,5%
Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam podofilin. Setelah pemakaian
podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi
pada pemakaian podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan
reaksi sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ii dapat dioleskan sendiri oeh penderita
sebanyak dua kali selama tiga hari berurut-turut.
3) Asam trikloroasetat 50%
Pemberiannya adalah seminggu sekali dan harus hati-hati karena dapat menimbulkan
ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.
4) Krim 5-fuorourasil 1-5%
Obat ini diberikan pada lesi KA yang terletak diatas meatus uretra. Pemberiannya setiap
hari sampai lesi hilang.
b. Tindakan Bedah
1) Bedah Skalpel
2) Bedah Listrik
3) Bedah Beku
4) Bedah Laser
c. Interferon
Pemberiannya dalam bentuk suntikan (intramuskular atau intralesi) atau bentuk krim, dan
dapat diberikan bersama pengobatan yang lain. Secara klinis terbukti bahwa interferon alfa-
,beta-, dan gama- bermanfaat dalam pengobatan infeksi HPV. Dosis interferon alfa yang
diberikan adalah 4-6 kali mega IU intramuskular, 3 kali seminggu salama 6 minggu.
Interferon beta diberikan dengan dosis 2 kali 10 mega IU intramuskular selama 10 hari
berturut-turut.
d. Immunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat diberikan
pengobatan bersama imunomodulator. Salah satu obat yang saat ini sering dipakai adalah
Imiquimod. Imiquimod dalam bentuk krem, dioleskan 3x seminggu, paling lama 16 minggu.
Dicuci setelah 6-8 jam pemakaian.

Anda mungkin juga menyukai