Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KELOMPOK SYARIAH

“ VAKSINASI ”

Disusun Oleh :

Kelompok 4

11020170004 Alfiyana Alimin 11020170104 Nurul Muqarribah P

11020170014 Rahmi Hidayanti Pelu 11020170114 Saniska Ayu Kartiniva

11120170024 Rahmi Utami 11020170124 Novia Damayanti K

11020170034 Fadhilah Norman 11020170134 Indah Setiyani Ulum

11020170044 Ari Savira Alda 11020170144 Febriyanti

11020170054 Muh. Rifky Mapallawa 11020170154 Nur Azizah

11020170074 Anisa Suryani 11020170164 Nita Ramdhani

11020170084 Nurul Fitriana Ibrahim 11020170174 Nur Khairunnisa

11020170094 Melinia Fajri Ramadhani

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam sangat memperhatikan kesucian dan kehalalan. Agar manusia sehat dan
cerdas secara emosional, intelektual dan spiritual maka semua yang dikonsumsi
haruslah memenuhi kriteria suci dan halal. Kesucian dan kehalalan inilah yang menjadi
kunci diterimanya ibadah seseorang dan menjadi pembuka pintu rahmat dan ridla-Nya.1
Untuk itulah dalam rangka menjaga, memelihara dan mensyukurinya, Islam
menetapkan sekian hukum agar nyawa tersebut dapat terjaga eksistensinya. Islam
mewajibkan untuk mengkonsumsi yang halal dan baik, melarang yang haram dan
membahayakan kesehatan. Islam mewajibkan muslim menjaga kesucian dan
memelihara kesehatan, serta berobat ketika sedang sakit. Melakukan pencegahan,
imunisasi, pemberantasan penyakit, bahkan sangat menganjurkan kaum muslimin
agar melakukan penelitian untuk menemukan obat atau vaksin yang tepat dalam
rangka pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.1
Betapa pentingnya kesehatan menurut Islam, bahkan Islam memberikandispensasi
(rukhshah) dalam pelaksanaan ibadah apabila seseorang sedang sakit. Bagi yang sehat
wajib mengerjakan shalat dengan berdiri. Bagi yang sakit boleh salat dengan duduk,
berbaring, terlentang, berisyarat dengan kelopak matanya sesuai dengan kondisi dan
kemampuannya. Orang yang sakit boleh tidak berpuasa Ramadhan dengan
kewajiban mengganti di bulan dan hari yang lain. Ibadah haji juga tidak wajib bagi
mereka yang sakit kendati perbekalannya cukup.1
Untuk itulah Islam memberikan tuntunan bagi yang sakit agar berobat. Tentudengan
yang halal dan suci dengan cara yang benar. Islam menegaskan penyakit itu datangnya
dari Allah Swt dan Allah jualah yang menyembuhkanya. Jadi obatnyapun dari Allah.
Setiap penyakit pasti ada obatnya, untuk itu harus dicari,kecuali pikun yang
memangtidak ada obatnya,atau sudah saatnya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.1
Berobat tentu kepada dokter yang ahli di bidangnya. Berobat hukumnya wajib
sebagai ihtiar manusia untuk mencari kesembuhan. Beberapa Hadis Nabi di bawah
ini memberi tuntunan agar berobat dalam upaya mencari kesembuhan ketika sedang
dilanda sakit,diantaranya:1

1.Hadis riwayat Imam Ahmad, Ashab Sunan dan Turmuzi:

َّ ‫تداوواَّفانَّالل َّهتعالىَّل َّميضعَّدا َّءاالَّوضعَّل َّهدوا َّء‬


‫غيردا َّءواحدَّالهرم‬

Artinya :”Berobatlah, karena Allah tidak membuat penyakit kecuali membuat obatnya,
kecuali satu penyakit yaitu pikun”.

2.Hadis riwayat Imam Nasai, Ibn Majah dan Hakim :

‫انَّالل َّهل َّمينزلَّدا َّءاالَّانزلَّل َّهشفا َّءفتداووا‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali menurunkan obatnya.


Maka hendaklah kamu berobat.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang didapatkan dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan vaksinasi ?
2. Apa hukum vaksinasi menurut syariah islam ?
3. Bagaimana prosedur dan efek dari vaksinasi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari vaksinasi ?
2. Untuk mengetahui hukum vaksinasi menurut syariah islam ?
3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur dari vaksinasi ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN

2.1 Pengertian Vaksinasi

Istilah vaksin berasal dari Edward Jenner 1796 yang berasal dari bahasa
latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan antigenik yang
digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga
dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau
liar.Vaksin cacar ditemukan oleh Edward Jenner (1749-1823). Jenner menyusun
tulisan ilmiahnya tentang kekebalan terhadap cacar pada manusia yang pernah
tertular cacar sapi. Sesudah penemuan Jenner diuji coba dan dikonfirmasi banyak
ilmuwan vaksinasi cacar mulai meluas di London kemudian menyebar di Inggris,
seluruh Eropa, dan dunia.2
Vaksinasi adalah tindakan pemberian vaksin (antigen) yang dapat
merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun dalam tubuh
manusia.(2) Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin
tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika
tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka
antibodi akan tercipta lebih cepat dan banyak walaupun antigen bersifat lebih kuat
dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya.(3) Vaksin dengan segala
kemampuannya untuk mencegah morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit infeksi
merupakan pencapaian terbesar di bidang kesehatan masyarakat.(4) Sejarah
imunisasi pada balita di Indonesia sudah ada sejak tahun 1956 sampai sekarang.
Kewajiban imunisasi telah diatur didalam Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun
2009 bagi yang melanggar maka akan dikenakan saksi. Mengenai vaksin imunisasi
terdapat pro dan kontra, dalam penggunaannya.(3) Sebagian setuju dengan
pemberian vaksin karena vaksin diyakini dapat mencegah terjadinya penyakit
berbahaya yang ditimbulkan akibat virus sebagai tindakan preventif. Sebagian tidak
setuju karena tubuh manusia sudah alamiah memiliki kekebalan tubuh yang didapat
dari lahir sehingga tidak perlu adanya tambahan vaksin dari luar, terlebih vaksin
terbuat dari virus dan bakteri yang justru membahayakan tubuh.2

2.2 Macam-macam Vaksinasi

Vaksin yang digunakan pada program imunisasi di Indonesia saat ini


berjumlah delapan jenis, yaitu vaksin BCG, vaksin DPT, vaksin TT, vaksin Polio
(Oral PolioVaccine), vaksin Campak, vaksin Hepatitis B, dan vaksin DPT-HB.3
1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Vaksin BCG adalah vaksin bentuk kering yang mengandung
mycobacterium bovis yang sudah dilemahkan dari strain Paris no.1173.P2. Vaksin
BCG digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
Kemasan dalam vial, beku kering, 1 box berisi 10 vial vaksin. Setiap vial vaksin
dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9% = 80 dosis, namun efektivitas
pemakaian di lapangan 2-3 dosis . Setiap satu vial dilarutkan dalam 1 ml pelarut
sama dengan 10 dosis (1 dosis = 0,1 ml) untuk orang dewasa atau anak-anak usia
12 bulan dan lebih dari 12 bulan atau 20 dosis ( 1 dosis = 0,05 ml) untuk bayi dan
anak-anak usia dibawah 12 bulan. Vaksin yang sudah dilarutkan harus dibuang
setelah 4-6 jam.
2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
Vaksin jerap DPT adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus
yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi dan teradsorbsi ke
dalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Vaksin DPT digunakan untuk memberikan
kekebalan secara simultan terhadap difteri, tetanus, dan batuk rejan. Vaksin
berrbentuk cairan dalam kemasan vial. Satu buah vial berisi 10 dosis.
3. Vaksin TT (Tetanus Toxoid)
Vaksin jerap TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus ang telah
dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Vaksin TT
dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan
tetanus pada ibu bayi. Vaksin berbentuk cairan.
4. Vaksin DT (Difteri Tetanus)
Vaksin jerap DT adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan
tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml alumunium
fosfat. Vaksin DT digunakan untuk memberikan kekebalan simultan terhadap
difteri dan tetanus. Vaksin DT berbentuk cairan dengan setiap vial berisi 10 dosis
.
5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine = OPV)
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari
suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3. Vaksin polio digunakan untuk
memberikan kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.
6. Vaksin Campak
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin
Campak digunakan untuk memberikan kekebalan secara aktif terhadap penyakit
campak. Vaksin berbentuk beku kering dengan setiap vial berisi 10 dosis.
7. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah
diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan
dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan DNA rekombinan. Vaksin
Hepatitis B digunakan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan oleh virus Hepatitis B, tapi tidak dapat mencegah infeksi virus lain
seperti virus Hepatitis A atau C yang diketahui dapat menginfeksi hati.
8. Vaksin DPT-HB
Vaksin mengandung DPT-HB berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus
yang dimurnikan dan pertusis yang inaktif serta vaksin hepatitis B yang
merupakan subunit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non
infectious.Vaksin DPT-HB digunakan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan Hepatitis B. Warna vaksin putih
keruh seperti vaksin DPT.
Vaksin-vaksin lain diluar program imunisasi adalah vaksin
Meningokokus, vaksin Japanese Enchephalitis (JE), vaksin Haemofilus
Influenzae (Hib), dan vaksin Anti Rabies (VAR)/Serum Anti Rabies (SAR).
2.3 Prosedur Vaksinasi

Prosedur vaksinasi5
2.4 Peraturan Perundang-undang Tentang Vaksinasi

BAB II VAKSINASI
Pasal 2
1. Setiap orang yang akan melakukan perjalanan internasional dari dan ke negara
terjangkit dan/atau endemis penyakit menular tertentu dan/atau atas permintaan
negara tujuan wajib diberikan Vaksinasi tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Vaksinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Klinik KKP, Klinik,
atau Rumah Sakit yang memenuhi persyaratan.
3. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Vaksinasi untuk
Jemaah Haji dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 3
Persyaratan bagi Klinik KKP, Klinik, atau Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) sebagai berikut:
a. memiliki tenaga kesehatan pelaksana Vaksinasi.
b. memiliki fasilitas manajemen rantai dingin (cold chain) sesuai standar.
c. memiliki izin operasional fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. memiliki sarana dan prasarana sistem manajemen teknologi informasi
yang terhubung secara daring.

Pasal 4
1. Vaksinasi dilakukan oleh dokter yang telah memiliki surat izin praktik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Vaksinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan standar
profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
1. Pada saat Vaksinasi ditemukan adanya kontra indikasi terhadap Vaksin yang akan
diberikan, setiap orang yang akan melakukan perjalanan internasional tersebut
diberikan Profilaksis.
2. Pemberian Profilaksis juga dapat dilakukan untuk melindungi masyarakat
terhadap penyakit menular yang belum ada Vaksinnya.
3. Pemberian Profilaksis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan berdasarkan standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 7
Dalam hal Vaksinasi berdampak terjadinya gangguan kesehatan yang merupakan
kejadian ikutan pasca imunisasi berdasarkan hasil investigasi dan kajian kasus,
terhadap pasien diberikan pengobatan dan perawatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB III
PENGADAAN VAKSIN
Pasal 8
1. Pengadaan Vaksin untuk Vaksinasi yang dilakukan oleh Klinik KKP, Klinik,
2. atau Rumah Sakit dilaksanakan oleh KKP, Klinik, atau Rumah Sakit yang
bersangkutan.
3. KKP, Klinik, atau Rumah Sakit melaksanakan pengadaan Vaksin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui e-purchasing berdasarkan katalog
elektronik (e-catalogue) atau mekanisme lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Pengadaan Vaksin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai rencana
kebutuhan yang sudah disampaikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berikutnya
melalui aplikasi e-monev katalog obat pada tahun sebelumnya yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pengadaan Vaksin untuk Vaksinasi bagi Jemaah Haji dilakukan oleh direktorat
jenderal pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.5

2.5 Manfaat Vaksinasi

Menurut Proverawati dan Andhini (2010) manfaat vaksinasi tidak hanya


dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi, tetapi juga dirasakan oleh:6
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga
yang terencana, agar sehat dan berkualitas.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

2.6 Efek Samping Vaksinasi

Vaksinasi dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti obat lain.


Sebagian besar hanya merupakan reaksi “lokal” tingkat ringan seperti rasa nyeri,
kemerah-merahan atau bengkak di tempat suntikan , atau demam ringan. Reaksi
ini dialami hingga 1 diantara 4 anak dalam hampir semua vaksinasi semasa
kanak-kanak. Reaksi ini muncul tidak lama setelah diberi suntikan dan akan
hilang dalam satu dua hari. Salah satu reaksi paling serius terhadap vaksinasi
adalah reaksi alergi yang parah terhadap zat dalam suatu vaksinasi. Reaksi ini
sangat jarang terjadi, tidak sampai satu kali dalam satu juta suntikan. Reaksi
tersebut biasanya terjadi tidak lama setelah suntikan diberikan. Resiko dari
vaksinasi apapun yang dapat mendatangkan bahaya atau kematian adalah amat
sangat kecil. Terkena penyakit adalah lebih membahayakan anak-anak dibanding
mendapat vaksinasi.
Reaksi Lain.
Kondisi di bawah ini dihubungkan dengan vaksinasi semasa kanak-kanak
yang rutin diberikan. Yang dimaksudkan dengan “dihubungkan” adalah bahwa
reaksi tersebut lebih sering terjadi pada anak-anak yang baru-baru ini divaksinasi
dibanding mereka yang belum divaksinasi. Adanya hubungan tidak lantas
membuktikan bahwa suatu vaksinasi menimbulkan reaksi, tapi artinya tidak
mustahil.7
 Vaksin BCG
Efek samping: Jarang dijumpai, bisa terjadi pembengkakan kelenjar
getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh
sendiri walaupun lambat.
 Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
Efek samping: Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas,
demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat efek
samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang
biasanya disebabkan unsur pertusisnya.
 Vaksin Campak
Efek samping: Sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan
tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi
radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat
rendah.
 Vaksin Hepatitis B
Efek samping: Selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang
berarti.
2.7 Vaksinasi Yang Kandungannya Halal

Vaksin yang memiliki sertifikasi halal MUI saat ini ada tiga yaitu Menveo
Meningococcal dan Mevac ACYW135 sebagai vaksin meningitis untuk radang
selaput otak. Biasanya diberikan kepada orang yang mau berangkat haji dan
umroh. Selain itu, vaksin BCG juga tahun ini mendapatkan sertifikasi halal.
BCG adalah singkatan dari Bacille Calmette-Guerin (BCG) yang merupakan
vaksin untuk tuberkulosis (TBC). Vaksin dibuat dari baksil Mycobacterium bovis
yang telah dilemahkan. Vaksin BCG mampu mencegah penyakit selama 15
tahun dengan tingkat efektivitas 80 persen.8
Anggota komisi fatwa MUI, Dr Hamdan Rasyid, MA, menuturkan
pemberian sertifikasi halal bagi vaksin yang masih sangat sedikit bukan karena
MUI tidak ingin memberikan, tetapi harus ada kajian yang lebih mendalam
tentang obat atau vaksin tersebut.9

2.8 Vaksinasi Yang Kandungannya Haram

Salah satunya adalah adanya pro dan kontra pengunaan vaksin MR


(Measles Rubella), yaitu vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit
Campak dan Rubella. Kedua penyakit ini digolongkan penyakit yang mudah
menular dan berbahaya, karena bisa menyebabkan cacat permanen dan
kematian.Campak dan rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui
saluran nafas yang disebabkan oleh virus.10
Berdasarkan kajian oleh LPPOM MUI menurut dokumen yang diberikan
oleh SII (Serum Institute of India) sebagai produsen vaksin MR, mencatat bahwa
di dalam produksinya vaksin MR dalam pembuatannya menggunakan bahan
yang berasal dari babi, yaitu gelatin yang berasal dari kulit babi dan trypsin yang
berasal dari pangkreas babi. Terdapat bahan yang berpeluang besar bersentuhan
dengan babi dalam proses produksinya, yaitu laktalbumin hydrolysate. Dan
bahan yang bersal dari tubuh manusia yaitu human diploid cell.11
2.9 Pendapat Yang Pro Terhadap Vaksinasi

Vaksin meningitis berasal dari bakteri atau kuman yang diambil dari
penderita penyakit meningitis. Bakteri itu diisolasi dan dikembangbiakkan oleh
lembaga lembaga riset tertentu. Sesuai dengan teknologi yang ada pada waktu
itu, pada media pengembangbiakkan bibit bakteri, selalu mempergunakan enzim
babi. Enzim babi itu berfungsi sebagai pisau pemotong/pelembut nutrisi makanan
bakteri tersebut. Enzim babi ini tidak bercampur (ihthilath) dengan bakteri tadi.
Ia hanya bersinggungan (mulaqah) dengan bakteri tadi, bisa langsung atau tidak
langsung.
Dalam perjalanan selanjutnya kemudian ada yang mengganti dengan yang
halal dari selain babi dan hewani. Ada juga yang melibatkan bulu bebek, darah
kambing segar, kaldu sapi dan rambut manusia. Dalam proses selanjutnya,
semuanya tidak pernah lepas dari keterlibatan alkohol, selanjutnya yang diambil
untuk vaksin bukan bakterinya, tetapi polisakarida yang diambil dari dinding
bakteri bagian dalam. Itupun ukurannya amat sangat sedikit, hanya sekian mikro
mili gram. Jadi bukan mili gram apa lagi gram. Dalam proses pembuatan vaksin
ada pencucian 3x, penyaringan 3x, dan penjernihan. Dan perlu dicatat pada
produk akhir vaksin ini semua unsur yang najis dan haram tersebut sudah tidak
terdeteksi. Berdasarkan hal tersebut, bagimanakah hukum vaksin tersebut kalau
dikaji dalam ilmu fiqh melalui teori pencucian najis seperti telah diuraikan
diatas? dalam artikel ini terjawab bahwa hukumnya adalah suci yang oleh
karenanya halal diinjeksikan kepada calon jamaah haji dan umrah.
Bagaimana caranya,yakni dengan memilih salah satu alternatif pintu fiqh
antara lain: Pertama, mengikuti pendapat yang menyatakan bahwa cara
pencucian najis babi sama dengan najis biasa, tidak perlu dicampur dengan tanah
(fiqh Hanafi dan qaul qadim mazhab Syafi‟i yang dipandang kuat oleh Imam
Nawawi). Dalam proses ada cukup banyak air dalam tangki-tangkinya. Jelas di
sini telah terjadi proses tathhir syar‟an.Airnya jauh lebih banyak kurang lebih
90%. Dengan demikian tidak disyaratkan warid (mengalir atau dituangkan)
sebagaimana disebutkan dalam buku-buku fiqh. Kedua, mengikuti pandangan
Imam Nawawi mujtahid mazhab Syafi‟i yang menyatakan bahwa selain tanah
dapat berfungsi seperti tanah dalam pencucian najisnya babi. Bukankan bakteri
itu telah dicuci tiga kali, disaring tiga kali dan dijernihkan dengan zat-zat tertentu
pada setiap tahapan.
Ketiga, mengikuti pendapat yang menyatakan bahwa benda suci baik
padat maupun cair dapat mensucikan najis,fiqh Hanafi yang dinilai rajih/kuat
oleh Syekh Abdul Majid Mahmud Shalahin. Keempat, mengikuti pandangan fiqh
Hanafi dan Maliki yang menyatakan tidak ada najis hukmi (artinya setelah
produk akhir, najis itu tidak terdeteksi maka la hukma lah, tidak dapat diterapkan
hukum najis padanya. Berarti vaksin itu dihukumi suci.Kelima, mengkuti
pandangan Hanafi, Maliki dan Dhahiri tentang istihalah yang dapat mengubah
najis (mutanajjis)menjadi suci. Proses pembuatan vaksin telah memenuhi teori
istihalah secara sempurna.
Argumentasi inilah yang dipedomani oleh para ulama Islam di negara-
negara Islam yang lain, termasuk di Timur Tengah, sehingga tidak pernah
mempersoalkannya, karena mengikuti fiqh Hanafi yang menyatakan pemanasan
dan penguapan dapat mensucikan najis. Pembuatan vaksin telah memenuhi
proses pemanasan sekian drajat berkali-kali dan penguapan, mengikuti pendapat
yang menyatakan boleh berobat dengan najis (mutanajjis) (Mazhab Hanafi dan
Dhahiri), tidak harus menunggu darurat,dan berpedoman dengan Nadhariyyah al-
Ma‟fuat (teori pemaafan), di mana najis yang sedikit termasuk mughalladhah
sekalipun (mughalladhah ala fiqh Syafi‟i) dimaafkan (dima‟fu), dalam hal ini
fuqaha‟ telah konsensus. Vaksin yang diinjeksikan itu hanya sekian mikro mili
gram, jadi amat sedikit.
Jelas bahwa dalam proses tersebut telah memenuhi kriteria istihalah secara
sempurna yang karenanya vaksin itu dihukumi suci, sehingga mubah
dipergunakan. Istihalahadalah perubahan yang terjadi pada sesuatu, sehingga
sesuatu itu berubah sifat dan hakikatnya sebagai wujud benda yang lain (inqilab
asy-saii min haqiqatin au sifatin ila uhkra).Dalam fiqh Hanafi, Maliki dan
Dhahiri, istihalah dapat mengubah sesuatu yang najis menjadi suci.Dengan
mengikuti uraian di atas maka dapat mengambil kesimpulan bahwa vaksin
tersebut jelas suci dan halal.

2.10 Pendapat Yang Kontra Terhadap vaksinasi

Vaksin haram karena menggunakan media ginjal kera, babi, aborsi bayi,
darah orang yang tertular penyakit infeksi yang notabene pengguna alkohol, obat
bius, dan lain-lain. Ini semua haram dipakai secara syari’at. Efek samping yang
membahayakan karena mengandung mercuri, thimerosal, aluminium,
benzetonium klorida, dan zat-zat berbahaya lainnya yg akan memicu autisme,
cacat otak, dan lain-lain. Lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya, banyak
efek sampingnya.Kekebalan tubuh sebenarnya sudah ada pada setiap orang.
Sekarang tinggal bagaimana menjaganya dan bergaya hidup sehat.13
Konspirasi dan akal-akalan negara barat untuk memperbodoh dan
meracuni negara berkembang dan negara muslim dengan menghancurkan
generasi muda mereka. Bisnis besar di balik program imunisasi bagi mereka
yang berkepentingan. Mengambil uang orang-orang muslim. Menyingkirkan
metode pengobatan dan pencegahan dari negara-negara berkembang dan negara
muslim seperti minum madu, minyak zaitun, kurma, dan habbatussauda. Adanya
ilmuwan yang menentang teori imunisasi dan vaksinasi. Adanya beberapa
laporan bahwa anak mereka yang tidak di-imunisasi masih tetap sehat, dan justru
lebih sehat dari anak yang di-imunisasi.13

2.11 Fawa MUI Tentang Hukum Vaksinasi

Pertama : Ketentuan Umum


Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan :14
1. Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan
tutbuh terhadap penyakit tertentu dengan cara memasukkan vaksin.
2. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme
yang sudah mati atau masih hidup tetapi dilemahkan, masih utuh atau
bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi
toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lain, yang
bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit tertentu.
3. Al-Dlarurat adalah kondisi keterpaksaan yang apabila tidak diimunisasi
dapat mengancam jiwa manusia.
4. Al-Hajat adalah kondisi keterdesakan yang apabila tidak diimunisasi maka
akan dapat menyebabkan penyakit berat atau kecacatan pada seseorang.

Kedua : Ketentuan Hukum

1. Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk


mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu
penyakit tertentu.
2. Vaksin untuk imunisasi wajib menggunakan vaksin yang halal dan suci.
3. Penggunaan vaksin imunisasi yang berbahan haram dan/atau najis
hukumnya haram.
4. Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan
kecuali:
a. Digunakan pada kondisi al-dlarurat atau al-hajat
b. Belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci
c. Adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan terpercayabahwa
tidak ada vaksin yang halal.
5. Dalam haljika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan
kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa,
berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan terpercaya, maka
imunisasi hukumnya wajib.
6. Imunisasi tidak boleh dilakukan jika berdasarkan pertimbangan ahli yang
kompeten dan dipercaya, menimbulkan dampak yang membahayakan
(dlarar).
Ketiga : Rekomendasi

1. Pemerintah wajib menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat, baik


melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.
2. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan vaksin halal untuk kepentingan
imunisasi bagi masyarakat.
3. Pemerintah wajib segera mengimplementasikan keharusan sertifikasi halal
seluruh vaksin, termasuk meminta produsen untuk segera mengajukan
sertifikasi produk vaksin.
4. Produsen vaksin wajib mengupayakan produksi vaksin yang halal
5. Produsen vaksin wajib mensertifikasi halal produk vaksin sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
6. Pemerintah bersama tokoh agama dan masyarakat wajib melakukan
sosialisasi pelaksanaan imunisasi.
7. Orang tua dan masyarakat wajib berpartisipasi menjaga kesehatan,
termasuk dengan memberikan dukungan pelaksanaan imunisasi.

Keempat : Ketentuan Penutup

1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlukan dapat mengetahui,
menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan fatwa ini.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari seutuhnya masih banyak
kekurangan yang ada dalam makalah ini, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-
teman sekalian, penulis juda berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Hadi, Abu Sari' Muhammad, al-Ath'imah wa az-Zabaih fi al-Fiqh al-


Islami, Dar al-I'tisham, t.th.
2. Fajar N W. Vaksinasi (Imunisasi) Dalam Pandangan Hukum Islam. J
Perkolasi. 2018;II(1):1–10.
3. Markum, A.H. 1997. Imunisasi, Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
4. Susanto, C.E. 2007. Lima Persen Kasus Kematian Balita Karena penyakit.
yang Bisa di Cegah. http//www.media indonesia.com. Diakses 11 Februari 07
5. Martita.2018.Prosedur Vaksinisasi.FK UNHAS.
6. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 23 2018. Pelayanan
dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional.
7. Referensi ; Proverawati, A dan Andhini C.S.D. 2010. Imunisasi dan
Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Offset.
8. Departemen Kesehatan 2006
9. https://www.halalmui.org/mui14/
10. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4524162/alhamdulillah-vaksin-
bcg-bio-farma-dapat-sertifikat-halal-mui diakses tanggal 10 November ; 10.40
11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Kampanye Imunisasi
Campak & Rubella (MR) Untuk Guru dan Kader (t.k.: t.p., t.t.), hlm.1.
12. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 33..., hlm. 9.
13. Indah
14. https://muslim.or.id/7073-pro-kontra-hukum-imunisasi-danvaksinasi-ht.

Anda mungkin juga menyukai