Pak Isman Makalah1
Pak Isman Makalah1
PENDAHULUAN
Jika ada pertanyaan tentang apa yang kita teliti, maka jawabannya berkenaan dengan
variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu atribut atau sifat
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel ini menjadi sangat penting karena tidak mungkin peneliti melakukan
penelitian tanpa adanya variabel. Namun terkadang banyak hal juga yang menyebabkan kita
lupa mengenai apa dan seperti apa variabel serta apa saja jenis variabel dalam penelitian itu.
Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya mengupas dengan benar variabel
akan menjadi suatu hal yang sangat penting.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
ordinal, jarak dalam variabel ordinal tidak jelas. Jarak kepandaian antara Ani
dan Siti tidak dapat diukur.
c. Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dalam hubungan
antar-sesamanya merupakan "sekian kali".
Contoh:
Berat Pak Karto 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg. Maka Pak Karto beratnya
dua kali berat anaknya.
Kembali kepada variabel diskrit, variabel diskrit bukan hanya hasil hitungan, tetap
juga penomoran. Nomor telepon misalnya, dapat digolongkan dalam variabel diskrit.
Tinjauannya adalah karena nomor telepon tidak menunjukkan "lebih-kurang", "jarak", atau
"sekian kali". Jika nomor telepon Pak Sosro 8000 dan nomor telepon Pak Noto 4000, tidak
dapat diartikan:
a) Nomor telepon pak Sosro lebih banyak daripada nomor telepon pak Noto.
b) Nomor telepon pak Sosro berjarak 4000 dari nomor telepon pak Noto.
c) Nomor telepon pak Sosro dua kali nomor telepon pak Noto.
Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk mudahnya mengingat-ingat:
- Variabel diskrit diberi simbol laki-laki perempuan dan gambar telepon
- Variabel ordinal diberi simbol gambar 3 orang yang berbeda tingginya.
- Variabel interval diberi simbol gambar termometer.
- Variabel rationdiberi simbol gambar kayu penggaris.
Jika kita menghendaki, variabel kontinum dapat diubah menjadi variabel diskrit dengan cara
mengklasifikasikannya menjadi "ya" dan "tidak".
Cara:
1. Menentukan batas misalnya nilai rata-rata, maka angka di atas rata- rata: diberi
"ya", rata-rata ke bawah diberi "tidak".
2. Mengambil satu nilai diberi "ya", dan selain nilai itu diberi "tidak". Contoh : Nilai
Bahasa Indonesia berjarak antara 3 dan 9 (variabel interval), variabel ini dapat
dibuat diskrit dengan mengambil misalnya nilai 7 sebaga "ya", dan selain nilai itu
(di atas atau di bawahnya) diberi "tidak".
3
- Data dari variabel kontinum disebut data kontinum, berupa tingkatan, angka
berjarak atau ukuran.
Bagi peneliti yang menginginkan mengolah data dengan metode statistik, maka datanya harus
berupa data kuantitatif, yaitu berupa angka-angka.
Contoh :
Apabila datanya merupakan data kualitatif, misalnya: sangat bagus, bagus, cukup, jelek, jelek
sekali, maka data tersebut diberi simbol angka misalnya: sangat bagus 5, bagus 4, cukup 3,
jelek 2, dan jelek sekali 1. Tetapi ingat, 5, 4, 3, 2, 1hanya simbol yang menunjukkan urutan
tingkatan karena datanya berupa data ordinal.
Demikian juga jika ingin mengubah data tersebut menjadi data diskrit karena akan diolah
dengan teknik tertentu, maka hanya diberi 2 macam simbol. Misalnya "sangat bagus" diberi
simbol 1, yang lain (tidak perlu ditingkatannya) diberi simbol 0 atau angka lain. Boleh saja
kita memberi simbol 2 untuk "sangat bagus" dan simbol 1 untuk yang lain, tetapi tidak berarti
bahwa 2 adalah dua kali 1. Angka- angka tersebut hanya simbol untuk memisahkan menjadi
dua bagi data yang ada.
2.4 Pentingnya memahami variabel
Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasikan setiap
variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap
peneliti. Memang mengidentifikasikan variabel dan sub-variabel ini tidak mudah, karenanya
membutuhkan kejelian dan kelincahan berpikir pelakunya.
Memecah-mecah variabel menjadi sub-variabel ini juga disebut kategorisasi yakni
memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti.
Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variabel. Dalam contoh kesadaran
bermasyarakat, jika akan mengukur apakah seseorang cukup besar atau tidak kesadaran
bermasyarakatnya, maka perlu dicari tanda-tandanya, indikatornya, bukti- buktinya.
Kategori, indikator, sub-variabel ini akan dijadikan pedoman dalam merumuskan
hipotesis minor, menyusun instrumen, mengumpul-kan data dan kelanjutan langkah
penelitian yang lain. Sedikitnya sub-variabel atau kategori, akan menghasilkan kesimpulan
yang besar (jika variabelnya terlalu luas) dan sempit (jika variabelnya sedikit tetapi kecil-
kecil).
Ada kalanya, peneliti memilih sedikit variabel tetapi besar-besar. Ini berarti bahwa
peneliti hanya menghendaki data kasar. Tentu saja semakin terperinci cara
pengkategorisasian variabel, datanya semakin luas dan dambaran hasil penelitian semakin
menjadi teliti. Berhubung pentingnya kategorisasi variabel penelitian, maka berikut ini
disajikan contoh penjabaran variabel dan dilengkapi dengan cara memperoleh datanya.
Contoh :
Sebuah penelitian dengan judul :
Pengaruh kualitas guru terhadap prestasi belajar murid.
4
Yang ditulis dalam tanda kurung adalah cara atau metode bagaimana data diperoleh.
Pada waktu menentukan sub-variabel ini peneliti harus selalu sambil berpikir,
bagaimana cara mengumpulkan datanya. Apabila hal ini tidak diperhatikan maka dapat
terjadi diketemukan variabelnya, kelihatannya menarik, tetapi mungkin tidak ada datanya.
Misalnya:
Perlakuan guru-gurunya, dalam tinjauan guru tersebut pada waktu ia sekolah.
5
Kesalahan yang sering terjadi pada waktu mengidentifikasikan sub- variabel adalah
disebutnya sub-variabel akibat dari variabel terikat, misalinya: naik kelas; disebutnya
penyebab variabel bebas. Misalnya cita-cita orang tua, sang guru (yang berpengaruh terhadap
minat si guru menjadi guru).
Ada lagi kesalahan, yaitu variabel lain yang juga merupakan penyebab
terpengaruhinya variabel terikat. Misalnya IQ siswa, lingkungan belajar, dan sebagainya.
Variabel ini bukan variabel bagian dari guru tetapi mempengaruhi timbulnya kejadian pada
variabel terikat. Variabel-variabel semacam ini disebut interveningvariable, atau lebih
gampangnya dipahami disebut variabel pengganggu, karena mengotori pengaruh guru
terhadap prestasi belajar.
Tujuan kategorisasi variabel ini adalah agar peneliti memahami dengan jelas
permasalahan yang sedang diteliti. Kerlingert dalam hal ini menjelaskan pendapatnya sebagai
berikut:
The must define the variables they use in hyphothesis so that the hyphotesis can be tested.
Thay do this by using are as known as operasional definition.
Sudah disebutkan dalam bab terdahulu bahwa makin terperinci kita memahami
permasalahan kita, maka makin bermutu pemecahannya. Oleh karena itu, hipotesis mayor
dapat dipecah menjadi hipotesis minor sesuai dengan penjabaran variabelnya.
6
dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik dalam menciptakan
iklim belajar.
d. Variabel intervening: dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan “An intervening
variable is that factor that theoretically affect the observed phenomenon but cannot
be seen, or manipulate". Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini
merupakan variabel Penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan
dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya
atau timbulnya variabel dependen.
e. Variabel kontrol: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel indepeden terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Pada kenyataannya, gejala-gejala sosial itu meliputi berbagai macam variabel saling
terkait secara simultan baik variabel inde- penden, dependen, moderator, dan intervening,
sehingga penelitian yang baik akan mengamati semua variabel tersebut. Tetapi karena adanya
7
keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya memfokuskan pada beberapa
variabel penelitian saja, yaitu pada variabel independen dan dependen. Dalam penelitian
kualitatif hubu- ngan antara semua variabel tersebut akan diamati, karena penelitian kualitatif
berasumsi bahwa gejala itu tidak dapat diklasifikasikan, tetapi merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan (holistic).
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Variabel penelitian adalah atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain
maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi
variabel independen, variabel dependen, variabel moderator, variabel intervening, variabel ko
ntrol.
Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasikan setiap
variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap
peneliti.
9
DAFTAR PUSTAKA
10