Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PETA DI DUNIA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Survei dan pemetaan

Dosen Pembimbing:

Ir. Tarso Suhendar

Disusun Oleh:

Aip Hidayattuloh 2112181187

UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP

(YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKN1K

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat, hidayah dan kehendak-

Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, lancar dan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “SURVEY dan PEMETAAN”

dengan judul “Sejarah Perkembangan Peta di Dunia” Jurusan Teknik Sipil Universitas Sangga Buana

YPKP Bandung.

Terimakasih juga saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat baik bagi saya sebagai penulis

maupun pembaca.

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran

yang membangun senantiasa saya harapkan demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandung, November 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH..................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................... 1

C. TUJUAN............................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2

A. PENGERTIAN PETA.......................................................................................... 2

B. PERKEMBANGAN PETA.................................................................................. 3

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Peta adalah gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam bidang datar

dengan skala tertentu. Kartografi merupakan ilmu yang khusus mempelajari segala sesuatu

tentang peta. Peta bukan hanya berguna dalam menentukan lokasi namun juga dalam berbagai

bidang. Pembuatan Peta mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan manusia,

Adapun penggunaan yang paling utama adalah untuk mengetahui tempat-tempat di permukaan

bumi, pada proses perencanaan wilayah peta sangat diperlukan untuk survei lapangan, sebagai

alat penentu desain perencanaan, dan sebagai alat untuk melakukan analisis secara keruangan.

Dalam proses pemetaan harus melalui beberapa tahapan mulai dari penyusunan ide

hingga peta siap digunakan. Semua itu harus dilakukan dengan penuh hati-hati dan ketelitian

agar diperoleh peta yang baik dan benar serta memiliki nilai artistik atau seni sehingga

pengguna mampu menggunakan peta dengan maksimal dan pembuat dapat menghasilkan peta

yang baik sehingga terjadi timbal balik antar pengguna dengan pembuat peta. Sekarang

pembuatan peta sudah mulai berkembang dengan pesat, seiring dengan kemajuan teknologi

pembuatan petapun sudah menggunakan teknologi salah satunya pembuatan peta digital dengan

menggunakan sistem informasi geografi (SIG).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu PETA?

2. Bagaimana sejarah perkembangan PETA?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu PETA

2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan PETA

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian PETA

Suatu Peta merupakan penggambaran secara grafis atau bentuk skala (perbandingan) dari

konsep mengenai bumi. Hal ini berarti bahwa peta merupakan alat untuk menyampaikan informasi

mengenai ilmu bumi. Peta merupakan media yang universal untuk komunikasi sehingga dapat

mudah dipahami dan dimengerti oleh setiap orang dengan mengabaikan budaya dan bahasa. Sebuah

peta merupakan kumpulan gagasan, penggambaran tunggal, konsep-konsep mengenai ilmu bumi

yang secara terus menerus mengalami perubahan (Merriam, 1996). Seperti apa peta dahulu

diketahui, pengetahuan dasar mengenai peta sama seperti halnya filosofi. Yang mana sering terdapat

perbedaan dengan pemetaan modern. Peta adalah alat yang digunakan oleh ilmuwan mencurahkan

ide-ide dan menyampaikannya untuk generasi masa depan.

6
B. Perkembangan Peta

1. Periode Awal

Pemetaan (Kartografi) merupakan ilmu dan seni dalam pembuatan peta. Pertama kali, peta

dibuat oleh bangsa Babilonia berupa lempengan berbentuk tablet dari tanah liat sekitar 2300 S.M.

Pemetaan dijaman Yunani Kuno sangat maju pesat. Pada saat itu, Konsep dari Aristoteles bahwa

bumi berbentuk bola bundar telah dikenal oleh para ahli filsafat (sekitar 350 S.M.) dan mendapat

kesepakatan dari semua ahli bumi. Pemetaan di Yunani dan Roma mencapai kejayaannya oleh

KKPtolemaeus (Ptolemy, sekitar 85 – 165 M). Peta dunia yang dihasilkannya menggambarkan

dunia lama dengan pembagian Garis Lintang (Latitude) sekitar 60° Lintang Utara (N) sampai

dengan 30° Lintang Selatan (S). Dia menulis sebuah karya besar Guide to Geography

(Geographike Hyphygesis). Dengan meninggalkan karangan yang dijadikan sebagai acuan ilmu

Geografi yang mendunia sejak jaman kebangkitannya.

7
2. Periode Pertengahan

Sepanjang periode pertengahan, Peta-peta wilayah

Eropa didominasi dengan cara pandang agama, yang

dikenal dengan peta T-O. Pada bentuk beta seperti ini,

Jerusalem dilukiskan di tengah-tengah sebelah timur yang

diorientasikan menuju bagian atas peta. Penjelajahan

Bangsa Viking pada abad 12 di Utara Atlantic, secara

perlahan menyatukan pemahaman mengenai bumi.

Sementara itu, ilmu kartografi terus berkembang dengan

lebih praktis dan realistic di wilayah Arab, termasuk

daerah Mediterania. Tentu saja, cara pembuatan peta masih

dilukis dengan tangan, dimana penyebarannya masih

sangat dibatasi.

3. Periode Kejayaan

Penemuan alat cetak pembuat peta semakin banyak tersedia pada abad 15. Peta pada mulanya

dicetak menggunakan papan kayu yang sudah diukir berupa peta. Percetakan dengan menggunakan

lempeng tembaga yang diukir muncul pada abad 16 dan tetap menjadi standar pembuatan peta

hingga teknik fotografis dikembangkan. Kemajuan utama dalam pembuatan peta mendapat

perhatian sepanjang masa eksplorasi pada abad 15 dan 16. Para Pembuat peta mendapat jawaban

dari Navigation Chart yang menyajikan garis pantai, pulau, sungai, pelabuhan dan simbol-simbol

pelayaran. Termasuk garis-garis kompas dan paduan navigasi lainnya. Peta-peta ini membutuhkan

biaya yang cukup tinggi, digunakan untuk tujuan militer dan diplomatic hanya dimiliki oleh

pemerintah sebagai dokumen rahasia negara. Pertama kali Peta Dunia disajikan secara utuh pada

awal abad 16, meneruskan pelayaran dari Colombus dan yang lainnya untuk mencari dunia baru.
8
Gerardus Mercator dari Flandes (Belgia) menjadi ahli pembuat peta terkenal pada pertengahan

abad 16. Ia mengembangkan proyeksi silindris yang semakin luas digunakan untuk Navigation

Chart dan Peta Global.Berdasarkan pada proyeksi ini ia menerbitkan sebuah peta pada tahun 1569.

banyak proyeksi peta lain yang kemudian dikembangkan.

4. Periode Modern

Peta terus berkembang pada abad 17, 18 dan 19 secara lebih akurat dan nyata dengan

menggunakan metode-metode yang ilmiah. Banyak Negara melakukan pemetaan sebagai program

nasional. Meskipun demikian, sebagian belahan dunia banyak yang tidak diketahui walaupun

menggunakan potret udara dengan melajutkan perjalanan Perang Dunia II. Pemetaan Modern

diiringi dengan penginderaan jauh (Remote Sensing) dan Geographic Information Systems (GIS)

Atau Sistem Informasi Geografis (SIG) Sebagai Partner Yang Digunakan Dalam Pembuatan Peta.

Geographic Information Systems (GIS) muncul pada periode 1970-80-an. GIS menggeser

paradigma pembuatan peta. Pemetaan secara tradisional (Berupa Kertas) menuju pemetaan yang

menampilkan gambar dan database secara bersamaan dengan menggunakan Informasi geografi.

Pada GIS, database, analisa dan tampilan secara fisik dan konseptual dipisahkan dengan

penanganan data geografinya. Sistem Informasi Geografis meliputi perangkat keras computer

(Hardware), perangkat lunak (Software), data digital, Pengguna, sistem kerja, dan instansi

pengumpul data, menyimpan, menganalisa dan menampilkan informasi georeferensi mengenai

bumi (Nyerges 1993).

9
Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information System disingkat GIS adalah sistem

informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau

dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,

menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang

diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang

membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.

Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan

sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa

membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam,

atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari

polusi.

a. Sejarah perkembangan Sistem Informasi Geografis (GIS)

35000 tahun yang lalu, di dinding gua Lascaux, Perancis, para pemburu Cro-Magnon

menggambar hewan mangsa mereka, dan juga garis yang dipercaya sebagai rute migrasi hewan-

hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan dua elemen struktur pada sistem informasi
10
gegrafis modern sekarang ini, arsip grafis yang terhubung ke database atribut. Pada tahun 1700-an

teknik survey modern untuk pemetaan topografis diterapkan, termasuk juga versi awal pemetaan

tematis, misalnya untuk keilmuan atau data sensus.

Awal abad ke-20 memperlihatkan pengembangan "litografi foto" dimana peta dipisahkan

menjadi beberapa lapisan. Perkembangan perangkat keras komputer yang dipacu oleh penelitian

senjata nuklir membawa aplikasi pemetaan menjadi multifungsi pada awal tahun 1960-an. Tahun

1967 merupakan awal pengembangan SIG yang bisa diterapkan di Ottawa, Ontario oleh

Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang

kemudian disebut CGIS (Canadian GIS - SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan,

menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah Kanada (CLI -

Canadian land Inventory) - sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah

pedesaan Kanada dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam

bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Faktor pemeringkatan klasifikasi juga

diterapkan untuk keperluan analisis.

b. GIS dengan gvSIG.

GIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang

memiliki kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan, pendijitalan/pemindaian

(digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat national yang membentang di atas benua


11
Amerika , memasukkan garis sebagai arc yang memiliki topologi dan menyimpan atribut dan

informasi lokasional pada berkas terpisah. Pengembangya, seorang geografer bernama Roger

Tomlinson kemudian disebut "Bapak SIG".

CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk penyempurnaan setelah

pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga aplikasi pemetaan komersil yang dikeluarkan

beberapa vendor seperti Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro komputer memacu

vendor lain seperti ESRI, CARIS, MapInfo dan berhasil membuat banyak fitur SIG, menggabung

pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan atributnya, dengan pendekatan

generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi struktur database. Perkembangan industri pada

tahun 1980-an dan 1990-an memacu lagi pertumbuhan SIG pada workstation UNIX dan komputer

pribadi. Pada akhir abad ke-20, pertumbuhan yang cepat di berbagai sistem dikonsolidasikan dan

distandarisasikan menjadi platform lebih sedikit, dan para pengguna mulai mengekspor

menampilkan data SIG lewat internet, yang membutuhkan standar pada format data dan transfer.

Indonesia sudah mengadopsi sistem ini sejak Pelita ke-2 ketika LIPI mengundang UNESCO

dalam menyusun "Kebijakan dan Program Pembangunan Lima Tahun Tahap Kedua (1974-1979)"

dalam pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi dan riset. Jenjang pendidikan SMU/senior high

school melalui kurikulum pendidikan geografi SIG dan penginderaan jauh telah diperkenalkan

sejak dini. Universitas di Indonesia yang membuka program Diploma SIG ini adalah D3

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada,

tahun 1999. Sedangkan jenjang S1 dan S2 telah ada sejak 1991 dalam Jurusan Kartografi dan

Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Penekanan pengajaran pada

analisis spasial sebagai ciri geografi. Sejauh ini SIG sudah dikembangkan hampir di semua

universitas di Indonesia melalui laboratorium-laboratorium, kelompok studi/diskusi maupun mata

pelajaran.

12
c. Komponen Sistem Informasi Geografis (GIS)

Komponen-komponen pendukung SIG terdiri dari lima komponen yang bekerja secara

terintegrasi yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), data, manusia, dan

metode yang dapat diuraikan sebagai berikut:

 Perangkat Keras (hardware)

Perangkat keras SIG adalah perangkat-perangkat fisik yang merupakan bagian dari

sistem komputer yang mendukung analisis goegrafi dan pemetaan. Perangkat keras SIG

mempunyai kemampuan untuk menyajikan citra dengan resolusi dan kecepatan yang tinggi

serta mendukung operasioperasi basis data dengan volume data yang besar secara cepat.

Perangkat keras SIG terdiri dari beberapa bagian untuk menginput data, mengolah data, dan

mencetak hasil proses. Berikut ini pembagian berdasarkan proses :

 Input data: mouse, digitizer, scanner

 Olah data: harddisk, processor, RAM, VGA Card

 Output data: plotter, printer, screening.

 Perangkat Lunak (software)

Perangkat lunak digunakan untuk melakukan proses menyimpan, menganalisa,

memvisualkan data-data baik data spasial maupun non-spasial. Perangkat lunak yang harus

terdapat dalam komponen software SIG adalah:

 Alat untuk memasukkan dan memanipulasi data SIG

 Data Base Management System (DBMS)

 Alat untuk menganalisa data-data

 Alat untuk menampilkan data dan hasil analisa

 Data : Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung SIG yaitu :

 Data Spasial

13
Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi.

Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, gambar dengan format digital dan

disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang

memiliki nilai tertentu.

 Data Non Spasial (Atribut)

Data non spasial adalah data berbentuk tabel dimana tabel tersebut berisi informasi-

informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data tersebut berbentuk data

tabular yang saling terintegrasi dengan data spasial yang ada.

 Manusia

Manusia merupakan inti elemen dari SIG karena manusia adalah perencana dan

pengguna dari SIG. Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti pada sistem informasi

lainnya, dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan mengelola sistem sampai pada

pengguna yang menggunakan SIG untuk membantu pekerjaannya sehari-hari.

 Metode

Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap permasalahan. SIG yang

baik tergantung pada aspek desain dan aspek realnya.

d. Ruang Lingkup Sistem Informasi Geografis (GIS)

Pada dasarnya pada SIG terdapat lima (5) proses yaitu:

 Input Data

Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan data non-spasial. Data spasial

biasanya berupa peta analog. Untuk SIG harus menggunakan peta digital sehingga peta analog

tersebut harus dikonversi ke dalam bentuk peta digital dengan menggunakan alat digitizer.

Selain proses digitasi dapat juga dilakukan proses overlay dengan melakukan proses scanning

pada peta analog.

14
 Manipulasi Data

Tipe data yang diperlukan oleh suatu bagian SIG mungkin perlu dimanipulasi agar sesuai

dengan sistem yang dipergunakan. Oleh karena itu SIG mampu melakukan fungsi edit baik

untuk data spasial maupun non-spasial.

 Manajemen Data

Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah pengolahan data non-spasial.

Pengolaha data non-spasial meliputi penggunaan DBMS untuk menyimpan data yang memiliki

ukuran besar.

 Query dan Analisis

Query adalah proses analisis yang dilakukan secara tabular. Secara fundamental SIG dapat

melakukan dua jenis analisis, yaitu:

i. Analisis Proximity

Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis pada jarak antar layer.

ii. Analisis Overlay

Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara

sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer

untuk digabungkan secara fisik.

 Visualisasi

Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam peta atau grafik.

Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan informasi geografis.

15
 Manfaat Sistem Informasi Geografis (GIS) di berbagai bidang

Manajemen tata guna lahan : Pemanfaatan dan penggunaan lahan merupakan bagian kajian

geografi yang perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai segi. Tujuannya adalah

untuk menentukan zonafikasi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan yang ada. Misalnya,

wilayah pemanfaatan lahan di kota biasanya dibagi menjadi daerah pemukiman, industri,

perdagangan, perkantoran, fasilitas umum,dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan

perencanaan masing-masing wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk

pembangunanutilitas-utilitas yang diperlukan. Lokasi dari utilitas-utilitas yang akan dibangun di

daerah perkotaan (urban) perlu dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar kriteria-kriteria

tertentuyang bisa menyebabkan ketidakselarasan. Contohnya, pembangunan tempat sampah.

Kriteria-kriteria yang bisa dijadikan parameter antara lain: di luar area pemukiman, berada dalam

radius 10 meter dari genangan air, berjarak 5 meter dari jalan raya, dan sebagainya. Dengan

kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria-

kriteria ini nanti digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai, agak sesuai,

dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria. Di daerah pedesaan (rural) manajemen tata guna lahan

lebih banyak mengarah ke sektor pertanian. Dengan terpetakannya curah hujan, iklim,

kondisitanah, ketinggian, dan keadaan alam, akan membantu penentuan lokasi tanaman, pupuk

yang dipakai, dan bagaimana proses pengolahan lahannya. Pembangunan saluran irigasi agar dapat

merata dan minimal biayanya dapat dibantu dengan peta sawah ladang, peta pemukiman

penduduk, ketinggian masing-masing tempat dan peta kondisi tanah. Penentuan lokasi gudang dan

pemasaran hasil pertanian dapat terbantu dengan memanfaatkan peta produksi pangan,

penyebarankonsumen, dan peta jaringan transportasi. Selain untuk manajemen pemanfaatan lahan,

SIG juga dapat membantu dalam hal penataan ruang. Tujuannya adalah agar penentuan pola

16
pemanfaatan ruang disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial yang ada, sehingga lebih efektif

dan efisien.

Inventarisasi sumber daya alam : Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber

daya alamialah sebagai berikut:

 Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara,

emas, besi dan barang tambang lainnya.

 Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:


1. Kawasan lahan potensial dan lahan kritis;
2. Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak;
3. Kawasan lahan pertanian dan perkebunan;
4. Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan;
5. Rehabilitasi dan konservasi lahan.

Untuk pengawasan daerah bencana alam : Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana
alam, misalnya: Memantau luas wilayah bencana alam; Pencegahan terjadinya bencana alam pada
masa datang; Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana; Penentuan
tingkat bahaya erosi; Prediksi ketinggian banjir; dan Prediksi tingkat kekeringan.

Bagi perencanaan Wilayah dan Kota

 Untuk bidang sumber daya, seperti kesesuaian lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, tata
guna lahan, pertambangan dan energi, analisis daerah rawan bencana.
 Untuk bidang perencanaan ruang, seperti perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kawasan
industri, pasar, kawasan permukiman, penataan sistem dan status pertahanan.
 Untuk bidang manajemen atau sarana-prasarana suatu wilayah, seperti manajemen sistem
informasi jaringan air bersih, perencanaan dan perluasan jaringan listrik.
 Untuk bidang pariwisata, seperti inventarisasi pariwisata dan analisis potensi pariwisata suatu
daerah.
 Untuk bidang transportasi, seperti inventarisasi jaringan transportasi publik, kesesuaian rute
alternatif, perencanaan perluasan sistem jaringan jalan, analisis kawasan rawan kemacetan dan
kecelakaaan.

17
 Untuk bidang sosial dan budaya, seperti untuk mengetahui luas dan persebaran penduduk suatu
wilayah, mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya,
pendataan dan pengembangan pemukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit,
sarana hiburan dan perkantoran.
BAB III

KESIMPULAN

Apakah peta merupakan penggambaran bumi secara sebenarnya? Bukan! Kesalahan pengukuran

lapangan mempengaruhi ketelitian dan ketepatan. Citra satelit dan potret udara hanya menggambarkan

bagian tertentu dari gelombang elektromagnetik tampak, karena pengaruh penghalang atmosfer dan alat

pendeteksinya. Tidak semua peta dapat menggambarkan kondisi fisik, jasad hidup, dan bentuk

kebudayaan pada wilayah yang lebih kecil.

Suatu peta hanya dapat menyajikan beberapa informasi yang terpilih, yang ditampilkan umumnya

secara simbol-simbol berdasarkan beberapa kriteria penggolongannya. Dengan cara ini, semua peta

merupakan penafsiran, penilaian dan penyamarataan (Generalization) mengenai kondisi bumi yang

sebenarnya. Semua peta dibuat menurut dasar asumsi tertentu, sebagai contoh datum permukaan laut,

tidak selalu benar atau teruji. Sehingga peta apapun dan objek lain buatan manusia tanpa disadari

terdapat penyimpangan, kesalahan penyajian, bias, atau samasekali salah dan menipu. Walaupun

memiliki keterbasatan seperti ini, peta terbukti sangat bermanfaat dan dapat menyesuaikan hingga

beberapa millennium pada peradaban manusia. Peta dengan segala bentuknya sangat penting bagi

perkembangan masyarakat yang modern.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Aber. J. S. 2004. Brief History of Maps and Cartography, www.henry-davis.com/maps.html.

 Merriam, D. F. 1996. Kansas 19th Century Geologic Maps. Kansas Academy of Science,

Transactions 99:95-114.

 Nyerges, T.L. 1993. Understanding the scope of GIS: Its Relationship to Environmental

Modeling. In Goodchild, M.F., Parks, B.O. and Steyaert, L.T. (eds.), Environmental Modeling

With GIS, p. 75-93. Oxford Univ. Press, 488 p.

 Whitfield, P. 1994. The Image Of The World: 20 Centuries Of World Maps. Pomegranate

Artbooks, San Francisco, 144 p.

 http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis

19
20

Anda mungkin juga menyukai