Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat, hidayah dan kehendak-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, lancar dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “SURVEY dan PEMETAAN”
dengan judul “Sejarah Perkembangan Peta di Dunia” Jurusan Teknik Sipil Universitas Sangga Buana
YPKP Bandung.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat baik bagi saya sebagai penulis
maupun pembaca.
Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran
yang membangun senantiasa saya harapkan demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................... 1
C. TUJUAN............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
A. PENGERTIAN PETA.......................................................................................... 2
B. PERKEMBANGAN PETA.................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
Peta adalah gambaran permukaan bumi yang diproyeksikan ke dalam bidang datar
dengan skala tertentu. Kartografi merupakan ilmu yang khusus mempelajari segala sesuatu
tentang peta. Peta bukan hanya berguna dalam menentukan lokasi namun juga dalam berbagai
bidang. Pembuatan Peta mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan manusia,
Adapun penggunaan yang paling utama adalah untuk mengetahui tempat-tempat di permukaan
bumi, pada proses perencanaan wilayah peta sangat diperlukan untuk survei lapangan, sebagai
alat penentu desain perencanaan, dan sebagai alat untuk melakukan analisis secara keruangan.
Dalam proses pemetaan harus melalui beberapa tahapan mulai dari penyusunan ide
hingga peta siap digunakan. Semua itu harus dilakukan dengan penuh hati-hati dan ketelitian
agar diperoleh peta yang baik dan benar serta memiliki nilai artistik atau seni sehingga
pengguna mampu menggunakan peta dengan maksimal dan pembuat dapat menghasilkan peta
yang baik sehingga terjadi timbal balik antar pengguna dengan pembuat peta. Sekarang
pembuatan peta sudah mulai berkembang dengan pesat, seiring dengan kemajuan teknologi
pembuatan petapun sudah menggunakan teknologi salah satunya pembuatan peta digital dengan
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PETA
Suatu Peta merupakan penggambaran secara grafis atau bentuk skala (perbandingan) dari
konsep mengenai bumi. Hal ini berarti bahwa peta merupakan alat untuk menyampaikan informasi
mengenai ilmu bumi. Peta merupakan media yang universal untuk komunikasi sehingga dapat
mudah dipahami dan dimengerti oleh setiap orang dengan mengabaikan budaya dan bahasa. Sebuah
peta merupakan kumpulan gagasan, penggambaran tunggal, konsep-konsep mengenai ilmu bumi
yang secara terus menerus mengalami perubahan (Merriam, 1996). Seperti apa peta dahulu
diketahui, pengetahuan dasar mengenai peta sama seperti halnya filosofi. Yang mana sering terdapat
perbedaan dengan pemetaan modern. Peta adalah alat yang digunakan oleh ilmuwan mencurahkan
6
B. Perkembangan Peta
1. Periode Awal
Pemetaan (Kartografi) merupakan ilmu dan seni dalam pembuatan peta. Pertama kali, peta
dibuat oleh bangsa Babilonia berupa lempengan berbentuk tablet dari tanah liat sekitar 2300 S.M.
Pemetaan dijaman Yunani Kuno sangat maju pesat. Pada saat itu, Konsep dari Aristoteles bahwa
bumi berbentuk bola bundar telah dikenal oleh para ahli filsafat (sekitar 350 S.M.) dan mendapat
kesepakatan dari semua ahli bumi. Pemetaan di Yunani dan Roma mencapai kejayaannya oleh
KKPtolemaeus (Ptolemy, sekitar 85 – 165 M). Peta dunia yang dihasilkannya menggambarkan
dunia lama dengan pembagian Garis Lintang (Latitude) sekitar 60° Lintang Utara (N) sampai
dengan 30° Lintang Selatan (S). Dia menulis sebuah karya besar Guide to Geography
(Geographike Hyphygesis). Dengan meninggalkan karangan yang dijadikan sebagai acuan ilmu
7
2. Periode Pertengahan
sangat dibatasi.
3. Periode Kejayaan
Penemuan alat cetak pembuat peta semakin banyak tersedia pada abad 15. Peta pada mulanya
dicetak menggunakan papan kayu yang sudah diukir berupa peta. Percetakan dengan menggunakan
lempeng tembaga yang diukir muncul pada abad 16 dan tetap menjadi standar pembuatan peta
hingga teknik fotografis dikembangkan. Kemajuan utama dalam pembuatan peta mendapat
perhatian sepanjang masa eksplorasi pada abad 15 dan 16. Para Pembuat peta mendapat jawaban
dari Navigation Chart yang menyajikan garis pantai, pulau, sungai, pelabuhan dan simbol-simbol
pelayaran. Termasuk garis-garis kompas dan paduan navigasi lainnya. Peta-peta ini membutuhkan
biaya yang cukup tinggi, digunakan untuk tujuan militer dan diplomatic hanya dimiliki oleh
pemerintah sebagai dokumen rahasia negara. Pertama kali Peta Dunia disajikan secara utuh pada
awal abad 16, meneruskan pelayaran dari Colombus dan yang lainnya untuk mencari dunia baru.
8
Gerardus Mercator dari Flandes (Belgia) menjadi ahli pembuat peta terkenal pada pertengahan
abad 16. Ia mengembangkan proyeksi silindris yang semakin luas digunakan untuk Navigation
Chart dan Peta Global.Berdasarkan pada proyeksi ini ia menerbitkan sebuah peta pada tahun 1569.
4. Periode Modern
Peta terus berkembang pada abad 17, 18 dan 19 secara lebih akurat dan nyata dengan
menggunakan metode-metode yang ilmiah. Banyak Negara melakukan pemetaan sebagai program
nasional. Meskipun demikian, sebagian belahan dunia banyak yang tidak diketahui walaupun
menggunakan potret udara dengan melajutkan perjalanan Perang Dunia II. Pemetaan Modern
diiringi dengan penginderaan jauh (Remote Sensing) dan Geographic Information Systems (GIS)
Atau Sistem Informasi Geografis (SIG) Sebagai Partner Yang Digunakan Dalam Pembuatan Peta.
Geographic Information Systems (GIS) muncul pada periode 1970-80-an. GIS menggeser
paradigma pembuatan peta. Pemetaan secara tradisional (Berupa Kertas) menuju pemetaan yang
menampilkan gambar dan database secara bersamaan dengan menggunakan Informasi geografi.
Pada GIS, database, analisa dan tampilan secara fisik dan konseptual dipisahkan dengan
penanganan data geografinya. Sistem Informasi Geografis meliputi perangkat keras computer
(Hardware), perangkat lunak (Software), data digital, Pengguna, sistem kerja, dan instansi
9
Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information System disingkat GIS adalah sistem
informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau
dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang
diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang
membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.
Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan
sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa
membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam,
atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari
polusi.
35000 tahun yang lalu, di dinding gua Lascaux, Perancis, para pemburu Cro-Magnon
menggambar hewan mangsa mereka, dan juga garis yang dipercaya sebagai rute migrasi hewan-
hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan dua elemen struktur pada sistem informasi
10
gegrafis modern sekarang ini, arsip grafis yang terhubung ke database atribut. Pada tahun 1700-an
teknik survey modern untuk pemetaan topografis diterapkan, termasuk juga versi awal pemetaan
Awal abad ke-20 memperlihatkan pengembangan "litografi foto" dimana peta dipisahkan
menjadi beberapa lapisan. Perkembangan perangkat keras komputer yang dipacu oleh penelitian
senjata nuklir membawa aplikasi pemetaan menjadi multifungsi pada awal tahun 1960-an. Tahun
1967 merupakan awal pengembangan SIG yang bisa diterapkan di Ottawa, Ontario oleh
Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang
kemudian disebut CGIS (Canadian GIS - SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan,
menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah Kanada (CLI -
Canadian land Inventory) - sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah
pedesaan Kanada dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam
bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Faktor pemeringkatan klasifikasi juga
GIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang
informasi lokasional pada berkas terpisah. Pengembangya, seorang geografer bernama Roger
CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk penyempurnaan setelah
pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga aplikasi pemetaan komersil yang dikeluarkan
beberapa vendor seperti Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro komputer memacu
vendor lain seperti ESRI, CARIS, MapInfo dan berhasil membuat banyak fitur SIG, menggabung
pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan atributnya, dengan pendekatan
generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi struktur database. Perkembangan industri pada
tahun 1980-an dan 1990-an memacu lagi pertumbuhan SIG pada workstation UNIX dan komputer
pribadi. Pada akhir abad ke-20, pertumbuhan yang cepat di berbagai sistem dikonsolidasikan dan
distandarisasikan menjadi platform lebih sedikit, dan para pengguna mulai mengekspor
menampilkan data SIG lewat internet, yang membutuhkan standar pada format data dan transfer.
Indonesia sudah mengadopsi sistem ini sejak Pelita ke-2 ketika LIPI mengundang UNESCO
dalam menyusun "Kebijakan dan Program Pembangunan Lima Tahun Tahap Kedua (1974-1979)"
dalam pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi dan riset. Jenjang pendidikan SMU/senior high
school melalui kurikulum pendidikan geografi SIG dan penginderaan jauh telah diperkenalkan
sejak dini. Universitas di Indonesia yang membuka program Diploma SIG ini adalah D3
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada,
tahun 1999. Sedangkan jenjang S1 dan S2 telah ada sejak 1991 dalam Jurusan Kartografi dan
Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Penekanan pengajaran pada
analisis spasial sebagai ciri geografi. Sejauh ini SIG sudah dikembangkan hampir di semua
pelajaran.
12
c. Komponen Sistem Informasi Geografis (GIS)
Komponen-komponen pendukung SIG terdiri dari lima komponen yang bekerja secara
terintegrasi yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), data, manusia, dan
Perangkat keras SIG adalah perangkat-perangkat fisik yang merupakan bagian dari
sistem komputer yang mendukung analisis goegrafi dan pemetaan. Perangkat keras SIG
mempunyai kemampuan untuk menyajikan citra dengan resolusi dan kecepatan yang tinggi
serta mendukung operasioperasi basis data dengan volume data yang besar secara cepat.
Perangkat keras SIG terdiri dari beberapa bagian untuk menginput data, mengolah data, dan
memvisualkan data-data baik data spasial maupun non-spasial. Perangkat lunak yang harus
Data : Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung SIG yaitu :
Data Spasial
13
Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi.
Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, gambar dengan format digital dan
disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang
Data non spasial adalah data berbentuk tabel dimana tabel tersebut berisi informasi-
informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data tersebut berbentuk data
Manusia
Manusia merupakan inti elemen dari SIG karena manusia adalah perencana dan
pengguna dari SIG. Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti pada sistem informasi
lainnya, dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan mengelola sistem sampai pada
Metode
Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap permasalahan. SIG yang
Input Data
Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan data non-spasial. Data spasial
biasanya berupa peta analog. Untuk SIG harus menggunakan peta digital sehingga peta analog
tersebut harus dikonversi ke dalam bentuk peta digital dengan menggunakan alat digitizer.
Selain proses digitasi dapat juga dilakukan proses overlay dengan melakukan proses scanning
14
Manipulasi Data
Tipe data yang diperlukan oleh suatu bagian SIG mungkin perlu dimanipulasi agar sesuai
dengan sistem yang dipergunakan. Oleh karena itu SIG mampu melakukan fungsi edit baik
Manajemen Data
Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah pengolahan data non-spasial.
Pengolaha data non-spasial meliputi penggunaan DBMS untuk menyimpan data yang memiliki
ukuran besar.
Query adalah proses analisis yang dilakukan secara tabular. Secara fundamental SIG dapat
i. Analisis Proximity
Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis pada jarak antar layer.
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara
sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer
Visualisasi
Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam peta atau grafik.
15
Manfaat Sistem Informasi Geografis (GIS) di berbagai bidang
Manajemen tata guna lahan : Pemanfaatan dan penggunaan lahan merupakan bagian kajian
geografi yang perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai segi. Tujuannya adalah
untuk menentukan zonafikasi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan yang ada. Misalnya,
wilayah pemanfaatan lahan di kota biasanya dibagi menjadi daerah pemukiman, industri,
perdagangan, perkantoran, fasilitas umum,dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan
perencanaan masing-masing wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk
daerah perkotaan (urban) perlu dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar kriteria-kriteria
Kriteria-kriteria yang bisa dijadikan parameter antara lain: di luar area pemukiman, berada dalam
radius 10 meter dari genangan air, berjarak 5 meter dari jalan raya, dan sebagainya. Dengan
kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria-
kriteria ini nanti digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai, agak sesuai,
dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria. Di daerah pedesaan (rural) manajemen tata guna lahan
lebih banyak mengarah ke sektor pertanian. Dengan terpetakannya curah hujan, iklim,
kondisitanah, ketinggian, dan keadaan alam, akan membantu penentuan lokasi tanaman, pupuk
yang dipakai, dan bagaimana proses pengolahan lahannya. Pembangunan saluran irigasi agar dapat
merata dan minimal biayanya dapat dibantu dengan peta sawah ladang, peta pemukiman
penduduk, ketinggian masing-masing tempat dan peta kondisi tanah. Penentuan lokasi gudang dan
pemasaran hasil pertanian dapat terbantu dengan memanfaatkan peta produksi pangan,
penyebarankonsumen, dan peta jaringan transportasi. Selain untuk manajemen pemanfaatan lahan,
SIG juga dapat membantu dalam hal penataan ruang. Tujuannya adalah agar penentuan pola
16
pemanfaatan ruang disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial yang ada, sehingga lebih efektif
dan efisien.
Inventarisasi sumber daya alam : Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber
Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara,
Untuk pengawasan daerah bencana alam : Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana
alam, misalnya: Memantau luas wilayah bencana alam; Pencegahan terjadinya bencana alam pada
masa datang; Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana; Penentuan
tingkat bahaya erosi; Prediksi ketinggian banjir; dan Prediksi tingkat kekeringan.
Untuk bidang sumber daya, seperti kesesuaian lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, tata
guna lahan, pertambangan dan energi, analisis daerah rawan bencana.
Untuk bidang perencanaan ruang, seperti perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kawasan
industri, pasar, kawasan permukiman, penataan sistem dan status pertahanan.
Untuk bidang manajemen atau sarana-prasarana suatu wilayah, seperti manajemen sistem
informasi jaringan air bersih, perencanaan dan perluasan jaringan listrik.
Untuk bidang pariwisata, seperti inventarisasi pariwisata dan analisis potensi pariwisata suatu
daerah.
Untuk bidang transportasi, seperti inventarisasi jaringan transportasi publik, kesesuaian rute
alternatif, perencanaan perluasan sistem jaringan jalan, analisis kawasan rawan kemacetan dan
kecelakaaan.
17
Untuk bidang sosial dan budaya, seperti untuk mengetahui luas dan persebaran penduduk suatu
wilayah, mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya,
pendataan dan pengembangan pemukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit,
sarana hiburan dan perkantoran.
BAB III
KESIMPULAN
Apakah peta merupakan penggambaran bumi secara sebenarnya? Bukan! Kesalahan pengukuran
lapangan mempengaruhi ketelitian dan ketepatan. Citra satelit dan potret udara hanya menggambarkan
bagian tertentu dari gelombang elektromagnetik tampak, karena pengaruh penghalang atmosfer dan alat
pendeteksinya. Tidak semua peta dapat menggambarkan kondisi fisik, jasad hidup, dan bentuk
Suatu peta hanya dapat menyajikan beberapa informasi yang terpilih, yang ditampilkan umumnya
secara simbol-simbol berdasarkan beberapa kriteria penggolongannya. Dengan cara ini, semua peta
merupakan penafsiran, penilaian dan penyamarataan (Generalization) mengenai kondisi bumi yang
sebenarnya. Semua peta dibuat menurut dasar asumsi tertentu, sebagai contoh datum permukaan laut,
tidak selalu benar atau teruji. Sehingga peta apapun dan objek lain buatan manusia tanpa disadari
terdapat penyimpangan, kesalahan penyajian, bias, atau samasekali salah dan menipu. Walaupun
memiliki keterbasatan seperti ini, peta terbukti sangat bermanfaat dan dapat menyesuaikan hingga
beberapa millennium pada peradaban manusia. Peta dengan segala bentuknya sangat penting bagi
18
DAFTAR PUSTAKA
Merriam, D. F. 1996. Kansas 19th Century Geologic Maps. Kansas Academy of Science,
Transactions 99:95-114.
Nyerges, T.L. 1993. Understanding the scope of GIS: Its Relationship to Environmental
Modeling. In Goodchild, M.F., Parks, B.O. and Steyaert, L.T. (eds.), Environmental Modeling
Whitfield, P. 1994. The Image Of The World: 20 Centuries Of World Maps. Pomegranate
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis
19
20