Anda di halaman 1dari 9

Catatan Ekonomi KD 5

Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal

Aan Ibadurrahman

XI MIA 1

SMA Negeri 10 Padang

2017
Kebijakan Moneter

A. Pengertian Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah
negara untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya seperti menahan inflasi, dan
mendorong usaha pembangunan nasional.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Kebijakan moneter dapat dilakukan oleh pemerintah dan Bank Sentral
dengan cara langsung atau tidak langsung.
 Kebijakan moneter langsung yaitu pemerintah langsung campur tangan
dalam hal peredaran uang atau kredit perbankan.
 Kebijakan moneter tidak langsung dilakukan oleh Bank sentral dengan
cara mempengaruhi kemampuan bank-bank umum dalam memberikan
kredit.

B. Tujuan Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter dilakukan pemerintah dengan tujuan sebagai berikut:
a. Menjaga Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi akan terganggu jika jumlah uang yang beredar di
masyarakat melebihi jumlah barang dan jasa yang tersedia sehingga
menyebabkan terjadinya inflasi (harga barang dan jasa naik tinggi). Stabilitas
ekonomi juga akan terganggu jika jumlah uang yang beredar kurang dari
jumlah barang dan jasa sehingga menyebabkan terjadinya deflasi (kelesuan
ekonomi). Oleh karena itu, kebijakan moneter sangat diperlukan untuk
menjaga stabilitas ekonomi yang selalu mengupayakan jumlah uang yang
beredar seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia.
b. Menjaga Stabilitas Harga
Tinggi rendahnya harga sangat memengaruhi jalannya perekonomian.
Harga-harga yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan turunnya permintaan.
Turunnya permintaan dapat pula menurunkan produktivitas dunia usaha.
Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas harga, pemerintah dapat
menggunakan kebijakan moneter. Caranya, jika harga terlalu tinggi,
pemerintah harus mengurangi jumlah uang yang beredar. Dan, jika harga
terlalu rendah, pemerintah harus menambah jumlah uang yang beredar.
c. Meningkatkan Kesempatan Kerja
Dengan mengatur jumlah uang yang beredar, perekonomian akan stabil.
Jika perekonomian stabil, para pengusaha atau investor akan menambah
investasi baru. Investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga
kesempatan kerja dapat ditingkatkan.
d. Memperbaiki Posisi Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran
Kebijakan moneter dapat memperbaiki posisi neraca perdagangan dan
neraca pembayaran. Salah satunya dengan melakukan devaluasi
(menurunkan nilai mata uang negara sendiri terhadap mata uang asing).
Dengan devaluasi, harga barang-barang dalam negeri menjadi lebih murah,
bila dibeli dengan mata uang asing.
Akibatnya, akan meningkatkan jumlah ekspor. Jika ekspor terus
meningkat, posisi neraca perdagangan sekaligus neraca pembayaran dapat
diperbaiki, paling tidak defisit dapat dikurangi atau kalau bisa seimbang, atau
bahkan surplus.

C. Macam-macam Kebijakan Moneter


a. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary expansive policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi
pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan moneter ekspansif juga disebut dengan kebijakan moneter longgar
(easy money policy).
b. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy)
Kebijakan moneter kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat
perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan moneter kontraktif disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

D. Instrumen Kebijakan Moneter


Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentra menggunakan
instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti berikut.

Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)


Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank
sentral untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini
dilakukan dengan cara menjual sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli
surat berharga di pasar modal.

Kebijakan Diskonto (Discount Policy)


Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang
beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral
memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala
inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga.
Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk
menabung.

Kebijakan Cadangan Kas


Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan atau
menurunkan cadangan kas (cas ratio). Bank umum, menerima uang dari
nasabah dalam bentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, dan jenis
tabungan lainnya. Ada persentase tertentu dari uang yang disetorkan nasabah
yang tidak boleh dipinjamkan.

Kebijakan Kredit Ketat


Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus benar-
benar didasarkan pada syarat 5C, yaitu Character, Capability, Collateral,
Capital, dan Condition of Economy. Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah
uang yang beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada
saat ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.

Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion)


Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan
berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum
dan pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato dan edaran dapat
berupa ajakan atau larangan untuk menahan pinjaman tabungan ataupun
melepaskan pinjaman

Kebijakan Devaluasi dan Revaluasi


Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai mata
uang dalam negeri (rupiah) terhadap mata uang asing. Kebijakan ini dilakukan
dengan tujuan memperbaiki neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
Dengan devaluasi, harga barang-barang dalam negeri menjadi lebih murah
jika dibeli dengan mata uang asing, sehingga barang-barang dalam negeri bisa
bersaing dengan barang-barang luar negeri, dan bisa meningkatkan jumlah
ekspor. Jika ekspor meningkat, posisi neraca perdagangan dan neraca
pembayaran dapat diperbaiki.
Kebijakan revaluasi adalah kebijakan bank sentral menaikkan nilai mata
uang dalam negeri (rupiah) terhadap mata uang asing. Revaluasi dilakukan
bank sentral jika keadaan ekonomi sudah meningkat dalam arti barangbarang
dalam negeri sudah mampu bersaing dengan barang-barang luar negeri.

E. Peran dan Fungsi Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter berperan dalam menciptakan kondisi perekonomian
di antaranya sebagai berikut.
1) Mempertahankan iklim investasi
Dengan tingkat inflasi yang rendah, maka iklim investasi akan tetap
hidup. Jika inflasi rendah, suku bunga bank juga cenderung rendah.
Rendahnya suku bunga bank akan mendorong orang untuk melakukan
investasi atau usaha baru.

2) Memperluas kesempatan kerja


Kebijakan moneter dapat menciptakan iklim kondusif bagi
berlangsungnya berbagai kegiatan ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi
membutuhkan tenaga kerja. Adanya kegiatan ekonomi berarti pula
memperluas kesempatan kerja.

3) Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi


Adanya kestabilan nilai kurs mata uang serta kestabilan harga barang dan
jasa sangat dibutuhkan para investor atau pengusaha dalam menjalankan
kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang berjalan baik menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

4) Memperbaiki kondisi neraca pembayaran


Kebijakan moneter dapat mempertahankan stabilitas kurs maupun
menurunkan ke tingkat yang diinginkan. Dengan suatu tingkat kurs tertentu,
diharapkan barang-barang produksi dalam negeri akan bisa lebih murah
dibanding produk dari negara lain. Kondisi ini meningkatkan daya saing
produk dalam negeri sehingga pada akhirnya akan memperbesar volume
ekspor (menciptakan neraca pembayaran yang surplus).

5) Menjaga kestabilan nilai kurs mata uang


Untuk menjaga agar nilai kurs mata uang stabil sesuai yang diharapkan,
maka Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter berupa operasi pasar
terbuka. Dalam keadaan apabila nilai kurs mata uang rupiah merosot tajam
dibanding dollar Amerika Serikat, maka Bank Indonesia melakukan intervensi
pasar dengan menjual dollar.

6) Menurunkan laju inflasi


Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat melakukan
kebijakan moneter untuk menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB).
Untuk menurunkan jumlah uang yang beredar, kebijakan moneter yang
diambil dapat berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) atau pun dengan kebijakan moneter lainnya
yaitu reserve requirements. Untuk menurunkan laju inflasi berarti jumlah uang
yang beredar harus dikurangi. Untuk itu, dengan kebijakan reserve
requirements, Bank Indonesia menetapkan kenaikan cadangan minimum dari
bank-bank umum.
Fungsi Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter berfungsi sebagai instrumen/cara untuk
mempengaruhi perekonomian. Kebijakan moneter sebagai sebuah cara,
dipergunakan untuk mencapai tujuan/sasaran ekonomi yang diharapkan, di
antaranya adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengatasi
pengangguran, memperbaiki neraca pembayaran yang defisit, dan menjaga
stabilitas nilai uang.

Kebijakan Fiskal

A. Pengertian Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal merupakan merupakan nama lain dari kebijakan
anggaran. Kebijakan fiskal merupakan sebuah kebijakan atau aturan yang
diambil pemerintah dalam hal pengeluaran dan pendapatan negara untuk
memperbaiki kondisi terutama kondisi ekonomi. Kebijakan fiskal merujuk pada
kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara
melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.
Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah dengan mendesain anggaran
negara (APBN) dan mengubah angka-angka agar diperoleh keadaan seperti yang
ada pada tujuan penyusunan APBN. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah
pajak dan pengeluaran.
B. Peran dan Fungsi Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk mempengaruhi
alannya perekonomian dengan sasaran untuk:

1. Meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi,


2. Memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran,
3. Menstabilkan harga-harga barang, khususnya mengatasi inflasi.

Ketiga tujuan tersebut dicapai dengan cara memperbesar dan


memperkecil pengeluaran konsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemeirntah
(Tr) dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja
(N).

1. Kebijakan fiskal bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi


secara optimal.
Kebijakan fiskal berpengaruh besar dengan pemasukan atau pendapatan
negara yang meliputi: bea dan cukai, pajak bumi dan bangunan, pajak
penghasilan, devisa negara, impor, pariwisata dan yang lainnya.
Disamping itu untuk pengeluaran negara contohnya: pembangunan
sarana dan prasarana umum, belanja persenjataan, proyek pemerintah,
pesawat dan program lain untuk kesejahteraan masyarakat. Sehingga
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter sangat berperan penting menentukan
pertumbuhan ekonomi suatu negara.

2. Kebijakan fiskal bertujuan untuk memperluas lapangan kerja dan


mengurangi pengangguran
Pengangguran adalah masalah yang cukup besar pada suatu negara,
pelaksanaan kebijakan fiskal akan diaplikasikan dan di prioritaskan untuk
upaya pencegahan timbulnya pengangguran.
Tidak tercapainya tingkat pendapatan nasional dan laju pertumbuhan
ekonomi yang maksimal menjadi kegagalan dalam mencapai kesempatan
kerja penuh sehingga berakibat pada bertambahnya orang yang menganggur.
Kesempatan kerja penuh (full employment) adalah keadaan dimana
semua pemilik faktor produksi bisa memperkerjakan seseorang pada tingkat
dan harga (upah) yang berlaku dapat mendapatkan pekerjaan bagi faktor-
faktor produksi tersebut. Konsep kesempatan kerja biasanya dihubungkan
dengan kesempatan kerja manusia, sebabnya pengangguran tenaga kerja
mempunyai pengaruh sosial yang luas.

3. Kebijakan fiskal bertujuan untuk mempertahankan kestabilan harga


umum pada tingkat yang layak.
Hilangnya harapan mendapatkan keuntungan bisa dialami perusahaan
sektor swasta jika terjadi penurunan harga-harga umum yang tajam.
Sebaliknya, harga yang terus meningkat juga akan mengakibatkan inflasi. Di
sisi lain, inflasi dapat memberikan keuntungan pada beberapa kelompok
orang dan menciptakan kesempatan kerja penuh, namun juga berdampak
negatif pada orang-orang yang berpenghasilan rendah atau tetap.
Inflasi yang deras akan mendorong lemahnya sektor swasta,
penyebabnya karena investor akan cenderung berinvestasi untuk barang
tahan lama,contohnya rumah dan tanah. Masalah inflasi yang tidak kunjung
stabil akan membuat kurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Fungsi Kebijakan fiskal :


1. Fungsi alokasi. Adalah fungsi penyediaan barang publik atau umum yang
diharapkan menghasilkan eksternalitas yang menguntungkan. Sumber
pembiayaan bangunan yang dialokasikan sesuai program pemerintah adalah
dari penarikan pajak setiap individu
2. Fungsi distribusi. Fungsi APBN dalam rangka memperbaiki distribusi
pendapatan. Untuk instrumen yang digunakan adalah pajak dan subsidi yang
dapat mempengaruhi atau mengarahkan keinginan kerja dan konsumsi
masyarakat bisa dalam bentuk subsidi dan dana pensiun
3. Fungsi Stabilitas. Fungsi APBN yang anti siklis guna menjaga kondisi
keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Dalam
kondisi Resesi digunakan politik anggaran defisit untuk menstimulus
permintaan sedangkan dalam kondisi ekonomi membaik ditempuh anggaran
surplus untuk menekan laju inflasi.

C. Instrumen Kebijakan Fiskal


1. Penerimaan (Pendapatan) Negara
Pendapatan negara adalah penambahan nilai kekayaan bersih dalam
sebuah negara. Beberapa sumber pendapatan negara antara lain :

a. Penerimaan Pajak, meliputi :


 Pendapatan Pajak Dalam Negeri
 Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), meliputi :

 Penerimaan Sumber Daya Alam


 Pendapatan Laba BUMN
 Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya

2. Pengeluaran (Belanja) Negara


` Belanja Negara adalah pengurangan nilai kekayaan bersih dari suatu
negara oleh pemerintahan dalam periode tertentu. Beberapa belanja negara
antara lain :

 Belanja Pegawai
 Belanja Barang
 Belanja Modal
 Belanja Bunga dan Pinjaman
 Subsidi (Energi dan Non Energi)
 Belanja Hibah
 Belanja Bantuan Sosial

D. Jenis-jenis Kebijakan Fiskal


1. Kebijakan Anggaran Seimbang
Kebijakan anggaran seimbang adalah kebijakan yang disusun dengan
tujuan jumlah penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja) negara
sama besar. Kebijakan ini sering digunakan untuk menjaga kestabilan
ekonomi negara.
2. Kebijakan Anggaran Surplus
Kebijakan anggaran surplus adalah kebijakan yang disusun dengan tujuan
jumlah penerimaan (pendapatan) negara lebih besar daripada pengeluaran
(belanja) negara. Kebijakan ini sering digunakan untuk menekan laju inflasi.
3. Kebijakan Anggaran Defisit
Kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan yang disusun dimana jumlah
penerimaan (pendapatan) negara lebih kecil daripada pengeluaran (belanja)
negara. Biasanya kebijakan ini dilakukan ketika sebuah negara sedang berada
dalam keadaan ekonomi lesu dan dilakukan untuk membangun kembali
pertumbuhan ekonominya.
4. Kebijakan Anggaran Dinamis
Kebijakan anggaran dinamis adalah kebijakan yang disusun dimana
jumlah penerimaan (pendapatan) negara dan pengeluaran (belanja) negara
sama besar, tetapi lama kelamaan jumlahnya dapat berubah. Kebijakan ini
sering digunakan untuk mengatasi kebutuhan masyarakat yang terus
bertambah.

Dampak Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan
dan pengeluaran negara yang dapat dilihat dari selisih antara penerimaan dan
pengeluaran maupun jenis sumber penerimaan negara dan bentuk kegiatan yang
dibiayai oleh pengeluaran negara. Pada dasarnya sumber – sumber penerimaan
negara berasal dari pajak – pajak dan berbagai pungutan yang dipungut
pemerintah dari perekonomian dalam negeri. Sedangkan pengeluaran negara
adalah semua pengeluaran untuk operasi pemerintah dan pembiayaan berbagai
proyek di sektor negara ataupun badan usaha miliki negara.
Dari perhitungan penerimaan dan pengeluaran negara akan diperoleh
surplus atau defisit APBN. Dimana apabila hasil yang diperoleh surplus dalam
APBN, maka terjadi efek kontraksi dalam perekonomian yang besarnya
tergantung pada efek surplus tersebut. Surplus tersebut akan digunakan untuk
membayar hutang pemerintah. Sedangkan bila yang terjadi adalah defisit, maka
defisit tersebut dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri atau dengan
pinjaman dalam negeri. Simber – sumber pinjaman dalam negeri diperoleh
dalam bentuk pinjaman perbankan dan non perbankan yang mencakup
peneribitan obligasi negara dan privatisasi. Dalam hal defisit dibiayai oleh
pinjaman luar negeri akan menimbulkan tekanan inflasi, apabila pinjaman luar
negeri dipergunakan untuk membeli barang dan jasa di dalam negeri sedangkan
jika dipergunakan untuk membeli barang – barang impor tidak akan
menimbulkan tekanan inflasi.

Anda mungkin juga menyukai