Dokumen - Tips - Makalah Bea Materai
Dokumen - Tips - Makalah Bea Materai
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
pada mata kuliah Bea Materai dengan judul Sanksi Penggunaan Bea Materai
Ditinjau dari KUHP. Makalah ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan
studi pada pada Mata Kuliah Bea Mataeri.
Makalah ini dapat diselesaikan, atas dorongan dan bimbingan serta
petunjuk dari berbagai pihak, baik materi maupun teknik penyusunannya. Terima
kasih yang tak terhingga kepada Bapak Sulistiyo, SH, S.pN., sebagai pemangku
Mata Kuliah Bea Materai.
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik maupun saran dari semua
pihak akan penulis terima dengan senang hati.
Akhir kata, semoga apa yang telah diberikan kepada penulis dan segala
bantuan serta jasa, akan mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segenap warga negara berperan dalam menghimpun dana
Pembangunan Nasional. Salah satu caranya adalah dengan memenuhi
kewajiban pembayaran atas pengenaan Bea Materai terhadap dokumen-
dokumen tertentu yang digunakan oleh masyarakat dalam lalu lintas hukum.
Bea Materai yang selama ini dipungut berdasarkan Aturan Bea Materai 1921
(Zegelverordening 1921) sebagaimana diubah beberapa kali, terakhir dengan
UU No. 13 Tahun 1985. Bea Materai adalah pajak atas dokumen seperti yang
telah disebutkan dalam Undang-undang Bea Materai. Benda materai adalah
materai tempel dan kertsa materai yang dikelarkan oleh pemerintah republik
Indonesia.
Banyak masyarakat yang belum mengerti benar akan maksud dari
penggunaan Bea Materai, sehingga menimbulkan pelanggaran dalam
pengenaan Bea Materai. Sehubungan dengan hal itu, perlu diadakan
pengaturan kembali tantang Bea Materai yang lebih bersifat sederhana dan
mudah dilaksanakan oleh masyarakat.
Yang menjadi objek Bea Materai adalah dokumen. Dokumen adalah
kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang:
perbuatan, keadaan/kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak yang
berkepentingan. Tidak semua dokumen dikenakan Bea Materai, adapun
dokumen yang tidak dikenakan bea materai adalah dokumen yang berupa
surat penyimpanan barang, konosemen, surat angkutan penumpang dan
barang, keterangan pemindahan yang ditulis diatas dokumen surat
penyimpanan barang, konosemen dan surat angkutan penumpang dan barang,
bukti untuk pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim, surat
pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim, surat-surat lainnya
yang dapat disamakan dengan surat-surat di atas dan segala bentuk ijazah.
Selain itu yang tidak dikenakan bea materai adalah tanda terima gaji,
uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya yang ada
kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk
mendapatkan pembayaran itu, tanda bukti penerimaan uang negara dari kas
negara, kas pemerintah daerah dan bank, kuitansi untuk semua jenis pajak dan
untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu ke kas negara, kas
pememerintah daerah dan bank, tanda penerimaan uang yang dibuat untuk
keperluan intern organisasi, dokumen yang menyebutkan tabungan,
pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-
badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut, surat gadai yang diberikan
oleh Perum Pegadaian, tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek,
dengan nama dan bentuk apapun.
Walaupun di dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1983 yang
operasionalnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000
tentang tarif bea materai telah menjelaskan secara rinci tentang dokumen yang
wajib atau tidak wajib diberi materai, namun masih saja terdapat pelanggaran
dalam penggunaan Bea Materai. Pelanggaran Bea Materai ringan seperti
kurang materai tempel dapat dilakukan dengan pemetraian kemudian. Namun
pemalsuan atau perbuatan dengan sengaja membuat atau meniru Bea Materai
merupakan tindakan melanggar hukum yang dapat dituntut secara pidana.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba untuk membahas
permasalahan “Bagaimanakah pengenaan sanksi pelanggaran Bea Materai
menurut UU No. 13 Tahun 1985 dan menurut Kitap UU Hukum Pidana”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik
kesimpulan :
1. Bea materai merupakan pajak atas dokumen seperti yang telah disebutkan
dalam Undang-undang Bea Materai. Benda materai adalah materai tempel
dan kertsa materai yang dikelarkan oleh pemerintah republik Indonesia.
2. Pelanggaran Sanksi Tidak atau Kurang Melunasi Bea Meterai
Dokumen yang terutang/dikenakan Bea Meterai yang tidak atau kurang
dilunasi sebagaimana mestinya menurut Undang-undang Bea Materai
Nomor 13 Tahun 1985 dikenakan denda administrasi sebesar 200% (dua
ratus persen) dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dibayar. Pemegang
dokumen atas dokumen yang tidak atau kurang dibayar Bea Meterainya
harus melunasi Bea Meterai yang terutang berikut dendanya dengan cara
pemeteraian kemudian.
3. Pelanggaran Bea Materai ditinjau dari UU KUHP adalah terlihat dalam
Buku Kedua Tentang Kejahatan, Bab XI Kejahatan Pemalsuan Materai
dan Merek. Menurut KUHP Pasal 253, diancam dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun. Selanjutnya, hal ini diatur juga dalam Pasal 255
diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun, pasal 257 dan,
pada pasal 260.
B. Saran
Dalam pembahasan ini, penulis menyarankan :
1. Agar pemerintah selalu mensosialisasikan tentang manfaat pajak bagi
pembangunan negeri ini.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang
berada di pedalaman tentang bagaimana penggunaan bea metarai dan
dampak dari penyalahgunaan bea materai tersebut.
3. Agar diberikan hukuman yang setimpal supaya dapat menimbulkan efek
jera pada penyalahgunaan/penyimpangan bea materai sepeti pemalsuan
dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA