Anda di halaman 1dari 5

BAB III.

Perkembangan Struktur Kelembagaan Akuntansi Keuangan


Oleh : Lushintya Ayu A.P (16/393238/EK/20782)

Pada tahun 1930, Amerika Serikat belum memiliki aturan khusus yang mengatur
tentang akuntansi. Praktik dan prosedur akuntansi yang dilakukan pada perusahaan di Amerika
Serikat pada saat itu merupakan bagian rahasia dari sebuah unit bisnis. Oleh karena itu, terdapat
keterbatasan pengetahuan tentang praktik akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan sehingga
terdapat kemungkinan misinterpretation dalam laporan keuangannya. Kondisi ini sangat
merugikan bagi stakeholder, seperti bank, kreditur, investor.
Pada tahun 1880, Akuntasi merupaka instrumen penting di dalam dunia bisnis Amerika
Serikat. American Association of Public Accountant merupakan organisasi akuntansi yang
didirikan pertama kali pada tahun 1886. Saat itu, organisasi ini memiliki anggota sebanyak 10
anggota. Setelah satu dasawarsa, organisasi ini mulai menjalin kerja sama dengan the Institute
of Bookepers and Accountant. Kerja sama ini meghasilkan sebuah profesional yang disebut
dengan “Certified Public Accountant” di New York. Lima tahun setelah itu, AAPA berhasil
menerbitkan publikasi pertamanya yang berjudul The Journal Accountancy. Jurnal ini masih
terbit dan digunakan untuk praktik akuntansi hinggga saat ini. Pada tahun 1913, sebanyak 31
negara telah menyutujui adanya sertifikat preofesi “Certified Public Accountants”. Namun,
pada praktiknya terdapat perbedaan dalam persyaratannya. Selain itu, 31 negara itu juga telah
melakukan kongres yang menghasilkan Income Tax Law. Istilah-istilah yang digunakan di
dalam dunia akuntansi pertama kali dirumuskan pada tahun 1915 oleh Komite Khsus AAPA.
Hal itu merupakan adopsi dari The Journal of Accountancy yang kemudian hasilnya
dipublikasikan dalam sebuah buku.
Dalam mengatasi permasalahan perbedaan kualifikasi dalam sertifikasi akuntan, AAPA
membentuk sebuah badan khusus yang dikenal dengan The American Institute of Accountant
(AIA). Pendirian organisasi ini bukan untuk menggantikan organisasi di negara bagian,
melainkan sebagai negara organisasi akuntan tingkat nasional.Kemudian, organisasi ini
berubah nama menjadi AICPA pada tahun 1957. Pada tahun 1918, AIA bekerja sama dengan
Federal Trade Commision untuk menerbitkan “Approved Methods for the Preparation of
Balance Statement”. Dokumen ini dignakan sebagai standar minimum dalam melakukan audit
terhadap neraca. Selain itu, dokumen ini juga dipublikasikan dalam Federal Reserve Bulletin.
Tak lama setelah itu, tepatnya pada tahun 1921, Amerika Serikat mendirikan sebuah organisasi
yang diberi nama The American Society of Certified Public Accountants. Fokus dari organisasi
ini ialah pada konsolidasi negara-negara bagian. Hal ini berbeda dengann AIA yang hanya
berfokus pada penyatuan pandangan nasional untuk ujian dan kualifikasi. Meskipun masing-
masing memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, persaingan antara ASCPA dan AIA
tidak dapat dipungkiri. Menanggapi permasalah tersebut AIA lebih mengutamakan materi
peraturan teknis dalam mengatur praktik akuntansi. Pada tahun 1929, Federal Reserve Board
melakukan revisi terhadap “Approved Methods for The Preparation of Balance Statement”.
Perubahan dokumen tersebut lebih berfokus pada subtansi prosedur audit. Namun, dokumen
tersebut tidak mengabaikan aspek akuntansi keuangan. Permintaan terhadap peraturan
prosedur audit dilatarbelakangi oleh beberapa fenomen diantaranya adanya Great Depression
pada tahun 1929 dan terpilihnya Franklin sebagai presiden pada 1932. Hal itu juga telah
diundangkan dalam New Deal Legislation.Atas desakan New York State Society, AIA dan
ASCPA bergabung di dalam naungan AIA pada tahun 1936.
Periode 1930 hingga 1946 merupakan periode yang paling berpengaruh dalam praktik
akuntansi di Amerika Serikat. Periode ini banyak dikenal sebagai periode pertumbuhan
(formative years). Pada awal tahun 1930, AICPA memulai kerja sama dengan New York Stock
Exchange (NYSE) untuk mempersiapkan penyusunan dokumen dalam pengembangan prinsip
akuntansi yang sahamnya terdasftar di NYSE. Hal ini dilakukan karena banyak perusahaan
yang tidak mengungkapkan praktik akuntansi sehingga laporan keuangannya tidak dapat
digunakan secara baik oleh para shareholders. Pada awalnya, AICPA mengusulkan 2
pendekatan yaitu pendidikan bagi pemakai yang dikaitkan dengan keterbatasan laporan
keuangan dan perbaikan laporan keuangan agar lebih informatif. Akan tetapi, hal tersebut
menuai banyak pro dan kontra. Oleh karena itu, AICPA akhirnya memutuskan untuk
memberikan otonomi kepada masing-masing perusahaa untuk memilij metode akuntansi yang
akan digunakannya dengan batasan luas. Namun, pemilihan metode yang digunakannya harus
diungkapkan secara transparan kepada publik. Perusahaan juga harus menjalankan metode
yang telah dipilihnya secara konsisten dari tahun ke tahun. Hal ini ditujukan untuk memberikan
informasi yang berkualitas kepada pengguna laporan keuangan. Pada 22 September 1932,
NYSE menyetujui draft “Five Board Accounting Principles” yang telah disusun oleh AICPA.
Draft ini merupakan bagian usaha formal pertama untuk mengembangkan “General Accepted
Accounting Principles”. Prinsip akuntansi yang dimaksudkan di dalam draft tersebut adalah
cost principles, matching principles, full disclosure principles, materiality principles, going
concern principles. Selanjutnya, lima prinsip pertama Accepted Principles of Accounting
dimuat dalam Chapter I Accounting Research Bulletin (ARB) 43. Peristiwa ini lebih dikenal
dengan nama NYSE/AICPA Agreement.
Kongres pada tahun 1934 mendirika Securities and Exchange Commision (SEC).
Komisi ini bertujuan untuk mengelola Securities Act of 1933 dan Securities and Exchange Act
of 1934. Dua aturan tersebut diatur dalam undang-undang sekuritas nasional pertama di
Amerika Serikat. Securities Act of 1933 merupakan sebuah peraturan yang mengatur
penerbitan sura berharga di pasar modal sedangkan Securities and Exchange Act of 1934 lebih
perfokus pada pengaturan perdagangan bursa efek. Oleh karena itu, sejak tahun 1933 kedua
aturan tersebut diberikan kewenangan penuh kepada SEC untuk mengantur seluruh informasi
keuangan yang terdapat di bursa efek. Pada awal pendiriannya, SEC diberikan kewenangan
untuk mengatur prinsip akuntansi supaya tidak ada intervensi dari pihal lain. Hal ini ditujukan
untuk alasan independensi. Akan tetapi, pernyataan yang dibuat oleh SEC pada tahun 1937 dan
1938 tidak relevan dengan dengan profesi akuntansi. Komisoner SEC, Robert Halley, menegur
the American Accounting Association dan menyatakan bahwa SEC sebagai badan yang
memiliki otoritas memperbaiki dan menjaga standar akuntansi. . Pada tanggal 25 April 1938,
SEC menerbitkan Accounting Series Release (ASR) 4. Dalam beberapa kasus, laporan
keuangan yang disiapkan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang ditetapkan tidak berarti
telah memberikan informasi yang berkualitas. Hal ini dikarenakan perlu adanya otoritas yang
penting dalam mengakui keabsahan laporan keuangan tersebut. Pengungkapan akan diterima
sebagai pengganti koreksi LK akuntansi jika permasalahannya berhubungan dengan adanya
dukungan otoritas yang penting untuk oraktik yang diikuti oleh komisi sebelumnya.
Pada tahun 1933, AICPA membentuk Panitia Khusus Pengembangan Akuntansi
Prinsip. Namun, kinerja panitia ini tidak bertahan lama hingga akhirnya diganti nama menjadi
Komite Prosedur Akuntansi (KPA) pada tahun 1936. Komite ini menjalankan tugasnya selama
2 tahun, yakni tahun 1936 hingga 1938. Berdasarkan ASR 4, keanggotaan KPA terdiri dari 21
orang yang sebelumnya berjumlah 7 orang. Penambahn jumlah anggota bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dalam menjalankan tugasnya. Di awal pembentukkannya, KPA ingin
mengembangkan pernyataan komprehensif prinsip akuntansi yang akan berfungsi sebagai
panduan umum dalam pemecahan masalah praktik tertentu. Pihak SEC menganggap usulan
tersebut sebagai investasi panjang yang setidaknya memerlukan waktu sekitar 5 tahun untuk
mengembangkannya. Maka dari itu, usulan tersebut ditolak oleh SEC sehingga KPA hanya
dapat melakukan adopsi kebijakan untuk mengatasi permasalahan spesifik dan
merekomendasikan metode akuntansi sewaktu-waktu. Menanggapi ASR 4, KPA
mengeluarkan pertanyaan akuntansi yang memiliki “Substantive Authoritative Support”.
Selama dua tahun operasinya, KPA telah berhasil mengeluarkan 12 Accounting Research
Bulletin (ARB) dan berhasil membuat keseragaman yang cukup signifikan. Dalam
mengembangkan aturan akuntansi KPA lebih berfokus pada pendekatan induktif. Hal ini
berbeda dengan AAA yang lebih menggunakan pendekatan deduktif.
Berdasarkan kejadian-kejadian yang terjadi pada tahun 1930-1946 dapat dikatakan
bahwa periode pertumbuhan tidak menghasilkan sekumpulan prinsip akuntansi yang
komprehensif. Meskipun demikian, periode memiliki kontribusi utama yaitu memperbaiki
secara signifikan perbedaaan persyaratan dalam sertiikasi profesi akuntansi. Selain itu, periode
ini sudah memanfaatkan keterlibatan sektor swasta sebagai sumber pembuatan kebijakan
akuntansi di AS.
Selama Perang Dunia II, KPA membahas secara khusus masalah akuntansi yang
melibatkan tansaksi perang. Selama Januari 1942 hingga September 1946, telah dikeluarkan
13 ARB yang terdiri dari 7 ARB yang berhungan dengan perang dan sisanya membahas tentang
terminologi. Pada tahun 1946 hingga 1959, perkembangan lembaga akuntansi memasuki
periode baru, yakni periode pasca perang. Pada tahun 1940 – 1946, terjadi peningkatan
pemegang saham yang cukup signifikan. Apabila dihitung menggunakan geometric mean, rata-
rata pertumbuhan pemegang saham saat itu berkisar di angka 110%. Akan tetapi, praktiknya
pemerintah AS belum dapat mengatasi permasalahan keseragaman laporan earning antar
perusahaan. Hal ini sangat berbahaya mengingat banyaknya pemegang saham yang
berinvestasi di bursa efek.
Selama 1946 – 1953, KPA berhasil menerbitkan 18 ARB. Meskipun demikian,KPA
gagal memberikan rekomendasi yang positig untuk pratik akuntansi secara umum Sebagai
akbatnya, banyak praktik akuntansi alternatif yang dilakukan. Salah satu alasannya ialah belum
adanya teori akuntansi pokok. Permasalahan memicu adanya konflik antara KPA dan SEC,
khsusnya berkaitan dengan masalah “All Inclusive Income Statement vs Current Operating”.
Menurut KPA, pemakaian current operating akan meningkatkan comparability dalam
beberapa tahun. Di dalam ARB 32 dijelaskan bahwa extraordinary gains and losses bukan
merupakan bagian net income dalam konsep current operating performance. Permasalahan ini
menuntut dilakukannnya amandemen regulasi S-X yang menggunakan all inclusive concept
pada tahun 1950. Setelah itu, terjadi kompromi anatara SEC dan KPA berkaitan dengan ARB
3 dengan meletakkan extraordinary items (special items) menjadi item terakhir dalam laporan
keuangan.
Akhir tahun 1953, terjadi perubahan tren dalam dunia akuntansi. Kondisi perubahan
tingkat harga merupakan hal yang menyita perhatian akuntan pada saat itu. Diskusi megenai
hubungan tingkat harga dengan beban depresiasi banyak dilakukan. Beban depresiasi
didasarkan pada biaya historis dinilai tidak akurat dalam mengukur pengurangan nilai aktiva
tetap pada saat penjualan. Hal ini berdampak pada net income yang overstatement. Diskusi
memerlukan waktu yang cukup lama sehingga perhatian akuntan harus segera diarahkan untuk
pengembangan Standar Akuntansi Keuangan.
Tahun 1957 – 1959 merupakan masa transisi pengembangan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) di AS. Hal ini ditandai dengan adanya banyak kritikan terhadap KPA, seperti
pendapatan UKM tidak terakomodasi dalam ARB dan keterlamabatan KPA dalam
menekankan isu yang kontroversial. Di tahun yang sama, AAA menerbitkan pernyataan,
konsep, dan definisi dengan pendekatan deduktif. Saat itu, panitia hanya dapat membuat aturan
tanpa pengembangan yang fundamental pada prinsip-prinsip akuntansi keuangan. Alvin R.
Jenning, presiden AICPA, mengusulkan percepatan pengembangan prinsip akuntansi dengan
cara reorganisasi AICPA. Selain itu, Alvin juga mengusulkan peningkatan peran riset.
Menanggapi usulan tersebut, AICPA membentuk Special Committee on Research Programme
(SCRP). Laporan SCRP menjadi “Articles of Incorporation” untuk Accounting Principles
Board (APB) dan Accounting Research Division.
Pada periode modern yang dimulai sejak tahun 1959, hasil dari Divisi Riset
dipublikasikan dalam Accounting Research Studies (ARS). Dua publikasi pertama berisi dali-
dalil dasar akuntansi dan kumpulan prinsip akuntansi yang lebih baik. APB terdiri dari 21
anggota AICPA yang mewakoli kantor akuntan, akademisi, dan industri. Pendapat dari APB
diharapkan selalu berpedoman pada hsil studi divisi riset. Perkembangan APB terbagi menjadi
beberpa beberapa fase sebagai sebagai berikut :
1. Early Years of the APB
Fase ini ditandai dengan kegagalan dan keraguan. Studi riset tidak diterima oleh profesi
dan menuai kontroversi pajak investasi.
2. ARS 1 dan 3
ARS 1 tentang “The Basic Postulates of Accounting” diplubikasikan tahun 1961.Hal
ini tidak mendapatkan respon yang positif, baik dari APB amupun profesi secara umum.
ARS 3 tentang “A Tentative Set of Broad Accounting Principles for Business
Enterprises” juga mendapatkan banyak kritika.
3. Komentar APB dalam APB Statement 1
Dewan meyakini bahwa ARS 1 dan 3 merupakan kontribusi yang bernilai bagi
pemikiran akuntansi.
4. Kredit Pajak Investasi
Pada November 1962 dikeluarkan APB Opinion 2 yang menjelaskan secara terinci
mengenai pajak investasi. Terdapat dua perhitungan yang dignakan untuk menilai
kredit pajak investasi. Peratama, metode flow through yang mengakui pajak pada tahun
penerimaannya. Kedua, metode deferral yang mengakui keuntungan pajak sepanjang
umur aktiva terkait. APB Opinion 2 memilih untuk menggunakan metode defferal.
Akan tetapi, penggunaan metode flow through juga diperbolehkan untuk digunakan
sesuai dengan ASR 96.
Berdasarkan APB Opinion 6, APB opinion harus dicantumkan di dalam laporan
keuangan yang diaudit oleh anggota AICPA. Apabila akuntan independen menyimpulkan
bahwa metode yang digunakan mempunyai pendukung otoritas yang substantif, ,meskipun
tidak mengandung prinsip akuntansi tertentu, harus dilaporkan dalam catatan atas laporan
keuangan. Selain itu, auditor juga disarankan untuk mengungkapkan dampak dari kebiasaaan
tersebut. Apabila hal tersebut tidak dipenuhi, auditor behak memberikan opini adverse atau
disclaimer.
Selama tahun 1965-1967, APB sudah mengeluarkan 7 opini yang terdiri dari ARS 8,
APB Opinion 8, APB Opinion 9, ARS 9, ARS 7 & APB Statement 4, ARS 1 &3. Namun, pada
kenyataannya APB gagal dalam tanggung jawabnya untuk menyusun keempat postulat dan
prinsip akuntansi yang lebih luas. Saat itu, terdapat beberapa kritikan terhadap penyusunan
standar yakni opini yanng telalu terbatas, proses lambat, keterlambatan penanganan
penggabungan badan usaha. Isu opini yang terbatas dan keterlambatan proses ditanggapi
dengan membentuk Financial Accounting Standard Board (FASB) pada tahun 1971. Berkaitan
dengan penggabungan usaha, AICPA merespon dengan cara membentuk dua kelompok yaitu
Kelompok Wheat (studi prinsip akuntansi) dan Kelompok Trueblood (studi tujuan laporan
keuangan). Laporan kelompok Wheat menyarankan beberapa hal di bawah ini :
1. Pendirian Financial Accounting Foundation yang bertugas memilih anggota FASB dan
mengumpulkan dana operasional
2. Pendirian FASB yang bertugas menetapkan standar laporan keuangan.
3. Pendirian Financial Accounting Standard Advisory Council yang bertugas sebagai
konsultan FASB.
Laporan Kelompok Trueblood behasil mengidentifikasi beberapa tujuan, tetapi tidak membuat
usulan implementasi. Hasil tersebut akan digunakan FASB sebagai pertimbanagan dalam
menysun Conceptual Framework.
FASB merupakan bentuk nyata dari studi yang diakukan oleh dua kelompok besar
AICPA. Organisasi ini memiliki divisi riset yang menetapkan dan melaporkan SAK dengan
efisien dan lengkap. Akan tetapi, FASB tdak diharuskan menetapkan prostulat dan prinsip
akuntansi sebagai prinsip dasar. Selain itu, FASB juga memeiliki tugas untuk membentuk
conceptual framework sebagai konstitusi dalam penyusunan standar. Tahapan dalam
penyusunan standar yang dilakukan oleh FASB sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah.
2. Public hearing.
3. Mengeluarkan draft awal dan meminta komentar tertulis.
4. Penetapa draft akhir.
Namun, penetapan standar menemui beberapa hambatan. Menurut Johnson &
Sweringa, tiga masalah utama penetapan standar adalah prosedur akuntansi untuk surta
berharga, ruang lingkuup surat berharga, partisipasi lembaga keuangan dalam mengikuti
standar. Memasuki era 1990, proses yang dikembangkan FASB sudah tidak relevan mengingat
lingkungan bisnis yang semakin kompleks. Oleh karena itu, Dewan Perwakilan FAF membuat
beberpa kritikan mengenai kinerja FASB sebagai berikut :
1. Proses penetapan standar akuntansi yang baru membutuhkan pertimbangan mendalam
dari keseluruhan pemakai.
2. Proses membutuhkan penilaian untuk memperkirakan dampak yang mungkin timbul
dari standar yang diusulkan.
3. Keberhasilan sebuah standar tidak ditentukan oleh penyusun, tetapi harus
dikombinasikan dengan pemakai.
4. Proses asimilasi membutuhkan pendidikan untuk memperlihatkan nilai-nilai dalam
standar yang diajukan.
Kritik tersebut akhirnya direalisasikan melalui 135 PSAK yang dikeluarkan oleh FASB
yang disebut sebagai Gerakan Pembersihan Neraca. Tujuan dari gerakan ini adalah
menghasilkan neraca yang lebih konservatif. Pada periode yang sama, FASB mengeluarkan 6
Pernyataan Konsep Akuntansi Keuangan Guna memperlancar koordinasi antara AICPA
dengan FASB, pada tahun 1972 dibentuk Accounting Standards Executive Committee
(AcSEC). Tugas dari lembaga ini adalah merespon nota diskusi, meminta komentar, dan
membuat usulan draft awal untuk FASB. Publiksi yang dilakukan diantaranya Statement of
Position (SOP) dan Industry Accounting Guides (guides). Selain itu, pada tahun 1984 juga
dibentuk Emerging Issues Task Force yang berfokus pada persoalan teknis instrumen
keuangan serta persoalan khusus institusi keuangan.

Anda mungkin juga menyukai