Rekomendasi kawasan peruntukan permukiman pada permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Magelang
Latar belakang dan Rumusan Masalah
Penyakit perkotaan yang dianggap sering muncul di negara-negara berkembang yaitu permukiman kumuh. Permukiman ini biasanya terjadi di daerah yang mempunyai pertumbuhan penduduk yang tinggi, lalu kondisi sosial ekonomi penduduk yang akan menghasilkan kualitas permukimannya. Di daerah perkotaan, permukiman kumuh biasanya didominasi oleh masyarakat miskin dan kebutuhan akan fasilitas rumah dan pemukiman tidak terpenuhi dengan baik. Penggusuran mungkin menjadi salah satu solusi untuk mengurangi titik-titik permukiman kumuh. Namun seperti gali lubang tutup lubang, permukiman kumuh akan hilang di lokasi itu dan akan menggorogoti tanah terbuka lainnya sehingga tumbuh permukiman kumuh yang baru lagi. Maka dari itu, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum turun tangan untuk menangani kawasan kumuh dengan melakukan penataan lingkungan maupun penyediaan rumah layak huni dan berkelanjutan. Ada dua program yang akan dilakukan oleh pemerintah yaitu program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) dan PLPBK (Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas). Program PLPBK memberikan penekanan khusus terhadap perubahan perilaku masyarakat yang sejalan dengan menciptakan lingkungan hunian yang kondusif. Sementara program KOTAKU terfokus pada peningkatan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar di permukiman kumuh. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Magelang No.188.45/498/KEP/25/2014, lokasi-lokasi yang ditetapkan menjadi kawasan kumuh di Kabupaten Magelang yaitu Kecamatan Mertoyudan, Borobudur, Muntilan, dan Secang. Namun pada pelaksanaanya sampai sekarang, hanya kecamatan Mertoyudan dan Muntilan yang baru akan melaksanakan kedua program ini. Oleh karena itu, perlu adanya rekomendasi penggunaan lahan sebagai keluaran pengembangan kawasan peruntukan permukiman untuk mewujudkan kualitas pemukiman yang terjangkau dan layak huni didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.