Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN BIOLOGIS LIMBAH INDUSTRI TAHU

IL-4104 – Pengolahan Limbah Industri

Disusun oleh:
Anggita Larasati 15714001
Sofia Nur Fauziyah 15714002
Hendra Susanto 15714003
Muhammad Fathur Rofi 15714004
Hana Fauziyyah Amini 15714005
Virgia Rinanda 15714006
Dicky Maulana Nuryana 15714007
Mifta Khola Arofih 15714008
Brigitta Merylla Riani 15714009

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2018
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tahu merupakan salah satu makanan yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat
dikarenakan sangat mudah untuk ditemukan dan mengandung protein nabati yang diperlukan
oleh tubuh. Dalam 100 gram tahu mengandung 68 gram kalori; 7,8 gram protein, 4,6 gram
lemak, 1,6 gram hidrat arang, 124 gram kalsium, 63 mg fosfor, 0,8 mg besi, 0,06 mg vitamin
B3, dan 84,8 gram air (Partoatmojo, S. 1991). Berbagai kandungan yang terdapat dalam tahu
serta harga yang terjangkau menjadikan tahu sebagai salah satu makanan yang paling populer
di kalangan masyarakat. Banyaknya permintaan pasar menyebabkan industri tahu mengalami
peningkatan dan bersaing untuk dapat memenuhi permintaan pasar.

Dalam proses produksinya, industri tahu menghasilkan limbah padat dan cair sebagai sisa
dari proses pembuatan tahu. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan
penggumpalan, sedangkan limbah cair dihasilkan dari proses pencucian, perebusan,
pengepresan serta proses lainnya yang menggunakan air sebagai bahan produksinya.

Pada umumnya industri tahu yang telah beroperasi belum memiliki instalasi pengolahan
limbah yang dihasilkannya. Limbah yang dihasilkan akan langsung dibuang ke selokan yang
selanjutnya mengalir menuju saluran drainase yang ada. Dari proses produksi tersebut
menghasilkan limbah yang mengandung bahan pencemar, seperti BOD, COD, TSS dalam
konsentrasi tinggi. Jika limbah tersebut dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan maka akan
mencemari lingkungan.

Oleh karena itu, sebelum limbah dibuang ke lingkungan diperlukan pengolahan terlebih
dahulu untuk menurunkan bahan pencemar sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan.
Dalam percobaan ini dipilih untuk mengolah limbah dengan prinsip pengolahan secara
biologi aerobik dikarenakan limbah tahu mengandung konsentrasi zat orgnaik yang tinggi.
I.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Mengetahui kemampuan bakteri dalam mendegradasi zat organik yang terukur sebagai
nilai COD dan TSS dengan perbandingan 30% sukrosa dan 70% limbah.
2. Mengetahui kemampuan bakteri dalam mendegradasi zat organik yang terukur sebagai
nilai COD dan TSS dengan perbandingan 70% sukrosa dan 30% limbah.
3. Mengetahui kemampuan bakteri dalam mendegradasi zat organik yang terukur sebagai
nilai COD dan TSS dengan persentase 100% limbah.

I.3 Ruang Lingkup


Dalam percobaan ini ruang lingkup yang digunakan sebagai batasan yaitu perlakuan
aklimatisasi dengan 3 variasi komposisi yaitu 30% sukrosa : 70% limbah, 70% sukrosa : 30%
limbah, dan 100% limbah. Perlakuan aklimatisasi dilakukan secara berurutan dimulai dari
30%, 70%, hingga 100%. Untuk setiap perlakukan aklimatisasi dilakukan pengecekan kadar
TSS dan COD setiap 2-8 jam sekali.
BAB II

METODOLOGI

Berdasarkan karakteristik limbah industri tahu, maka tipe pengolahan yang cocok untuk
diterapkan adalah proses biologis. Proses biologis cocok diterapkan apabila konsentrasi BOD
dan CODnya tinggi. Proses pengolahan secara biologi melibatkan bakteri untuk menguraikan
senyawa organik dalam air limbah. Bakteri yang digunakan untuk menguraikan senyawa organik
dalam air limbah harus dapat menyesuaikan kondisi air limbah dan mampu mengolahnya. Pada
percobaan ini, akan dilakukan seeding dan aklimatisasi. Proses seeding dilakukan untuk
menambahkan bakteri ke dalam air limbah yang akan diolah. Proses aklimatisasi dilakukan agar
bakteri dapat beradaptasi pada kondisi lingkungan air limbah yang akan diolah. Hal ini bertujuan
agar bakteri dapat bekerja secara optimal pada kondisi optimal.

Proses seeding dilakukan dengan memasukkan seeding awal berupa bakteri yang berasal dari
limbah rumah sakit. Ditambahkan bakteri sebanyak 400 ml dan akuades sebanyak 600 ml
sehingga volume air total adalah 1 liter. Proses seeding dilakukan secara aerob yaitu digunakan
aerator untuk memasukkan oksigen ke dalam air limbah. Kemudian diukur TSS untuk seeding
awal dan diberikan sumber karbon dari sukrosa (gula pasir) dan nutrien dari NPK. Selama 5 hari,
ukur TSS dan COD setiap 6 jam untuk mengetahui apabila nilai TSS dan COD rendah, maka
seeding awal perlu diberikan sumber karbon dan nutrien. Setiap pengukuran harus ditambahkan
hingga volume 1 liter karena pada proses aerasi akan membuat volume air berkurang. Proses
seeding berakhir jika nilai TSS sudah mencapai 800 mg/L.

Proses aklimatisasi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu aklimatisasi 30%, 70%, dan 100%.
Proses aklimatisasi dimulai dengan mengukur pH, TSS, dan COD. Ketika COD sudah mencapai
batas minimum, masukkan air limbah sebagai sumber karbon sampai konsentrasi CODnya
mencapai 240 mg/L (untuk aklimatisasi 30%) dan 560 mg/L (untuk aklimatisasi 70%).
Kemudian ukur pH, TSS, dan COD setiap 20 menit selama 4 jam pertama. Setelah itu, untuk
aklimatisasi 30%, ukur kembali pH, TSS, dan COD setiap 1 jam selama 4 jam selanjutnya dan
ukur setiap 6 jam pada hari-hari selanjutnya sampai COD tidak mengalami penurunan lagi.
Untuk aklimatisasi 70%, ukur pH, TSS, CODnya setiap 1 jam sekali dalam 8 jam selanjutnya
dan ukur 1 kali dalam 1 hari pada jam yang sama dengan aklimatisasi awal. Untuk aklimatisasi
100%, ukur pH, TSS, dan COD setiap 1 jam selama 4 jam selanjutnya dan 1 kali dalam 1 hari
pada jam yang sama dengan aklimatisasi awal.

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat pHmeter. Elektroda pada pHmeter


dicelupkan pada sampel air limbah yang sudah diambil, dan pH yang terukur akan tertera di layar
pHmeter.

Pengukuran TSS dilakukan dengan mengambil 25 ml sampel air limbah kemudian disaring
oleh kertas saring yang bebas dari zat organik. Kertas saring tersebut dipanaskan dalam oven
selama 1 jam dengan suhu 105oC. Kertas saring yang sudah dipanaskan dimasukkan dalam
desikator selama 30 menit dan diukur dengan timbangan.

Pengukuran COD diwakili dengan mengukur angka permanganat. Pengukuran angka


permanganat dilakukan dengan menggunakan sampel air yang telah disaring sebanyak 25 ml.
Sampel air yang sudah dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer diberi larutan asam H 2SO4
sebanyak 2,5 ml dan KMnO4 bebas beberapa tetes sampai larutan berwarna merah muda.
Kemudian sampel air dipanaskan diatas hotplate sampai mendidih dan ditambahkan kembali
larutan KMnO4 sebanyak 5 ml. Apabila pada tahapan pemanasan, larutan berubah warna menjadi
bening, perlu ditambahkan larutan KMnO4 lagi sampai larutan berwarna merah muda kembali.
Sebelum dilakukan titrasi dengan larutan KMnO4 sampai larutan berwarna tepat pink, larutan
ditambahkan asam oksalat sebanyak 5 ml.
BAB III

PENGOLAHAN DATA

Anda mungkin juga menyukai