I. Kapasitas Sistem Transmisi Eksisting
Sistem transmisi Cisangkuy Baru mengalirkan air baku dari Cikalong ke Badak Singa, sepanjang
31.250 m dengan kapasitas disain maksimum ±750 L/dt. Sistem ini menggunakan pipa steel
diameter 850 mm.
Sistem pengaliran Transmisi Cisangkuy Baru menggunakan sistem gravitasi, dimana beda
tinggi antara Prasedimentasi Cikalong dan Instalasi Pengolahan Air Minum di Badak Singa
sebesar 96 m. Sepanjang jalur transmisi terdapat beberapa asesoris perpipaan seperti wash
out dan air valve
II. Analisa Aspek Hidrolis Sistem Transmisi Eksisting
Untuk mengevaluasi aspek hidrolis pipa transmisi Cisangkuy Baru dilakukan studi komparatif
antara hasil pengukuran eksisting dengan kondisi teoritis dengan menggunakan software
EPANET.
III. Kondisi Tekanan Eksisting
Tabel 1 di bawah ini adalah kondisi tekanan eksisting berdasarkan hasil pengukuran di segmen
asesories perpipaan. Tidak ada informasi/ data mengenai debit aktual pada saat dilakukan
pengukuran tersebut.
Tabel 1. Tekanan Eksisting Jalur Pipa Transmisi Cisangkut Baru
No Titik Pengukuran Tekanan (Kg/cm2)
1 AV‐01 2.8
2 AV‐02 3.2
3 AV‐03 4.5
4 AV‐TM2 5.2
5 AV‐04 3.7
6 AV‐05 8.8
7 AV‐06 9.2
8 AV‐07 13.6
9 AV‐TM7 17.0
10 AV‐09 16.8
11 AV‐TM8 15.0
12 AV‐10 15.0
13 AV‐12 15.0
14 AV‐14 15.0
15 AV‐TM17 14.6
16 AV‐15 14.2
17 AV‐17 14.0
18 AV‐19 13.9
19 AV‐20 12.6
20 AV‐21 12.2
21 AV‐TM23 9.7
22 AV‐23 9.5
23 AV‐24 8.7
24 AV‐TM25 6.8
25 AV‐25 2.0
26 AV‐26 1.8
IV. Analisa Tekanan berdasarkan EPANET
Dari hasil operasi EPANET didapat gambaran kondisi tekanan yang ada di sepanjang jalur pipa
transmisi Cisangkuy Baru. Input data untuk analisa ini adalah elevasi dan panjang pipa. Pada
analisa ini dilakukan beberapa simulasi dengan asumsi debit yang berbeda‐beda sehingga
dapat diketahui kapasitas maksimum desain pipa transmisi yang memenuhi kriteria disain.
Adapun data tekanan hasil simulasi EPANET disajikan pada tabel 2,3,4 dan 5 berikut ini.
Tabel 2. Gambaran tekanan pada pada saat debit 600 L/dt
Tabel 3. Gambaran tekanan pada pada saat debit 650 L/dt
Tabel 4. Gambaran tekanan pada pada saat debit 700 L/dt
Tabel 5. Gambaran tekanan pada pada saat debit maksimum 744 L/dt
V. Komparasi data eksisting dan hasi EPANET
Karena tidak semua data eksisting disetiap segment asesoris dilengkapi data actual tekanan maka
komparasi hanya dilakukan terhadap titik yang terdapat tekanannya. Tabel 6 dibawah ini dapat
dilihat komparasi antara data hasil pengukuran eksisting dengan hasil perhitungan secara teoritis
dengan menggunakan EPANET. Data hasil simulasi EPANET yang dipakai adalah data dengan
asumsi debit maksimum dalam pipa yaitu sebesar 744 L/dt
Tabel 6. Komparasi tekanan antara pengukuran eksisting dan epanet
Aktual EPANET
Titik
No Tekanan Eksisting Tekanan Teoritis
Pengukuran
(Kg/cm2) (Kg/cm2)
1 AV‐01 2.8 2.2
2 AV‐02 3.2 2.8
3 AV‐03 4.5 4.2
4 AV‐TM2 5.2 4.3
5 AV‐04 3.7 3.0
6 AV‐05 8.8 8.6
7 AV‐06 9.2 8.2
8 AV‐07 13.6 12.6
9 AV‐TM7 17.0 16.0
10 AV‐09 16.8 15.6
11 AV‐TM8 15.0 15.2
12 AV‐10 15.0 14.95
13 AV‐12 15.0 14.85
14 AV‐14 15.0 14.78
15 AV‐TM17 14.6 14.2
16 AV‐15 14.2 13.99
17 AV‐17 14.0 13.3
18 AV‐19 13.9 13.15
19 AV‐20 12.6 11.37
20 AV‐21 12.2 11.47
21 AV‐TM23 9.7 9.67
22 AV‐23 9.5 9.02
23 AV‐24 8.7 8.27
24 AV‐TM25 6.8 6.34
25 AV‐25 2.0 1.63
26 AV‐26 1.8 1.312
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil pengkuran tekanan secara eksisting umumnya lebih besar
dari pada hasil perhitungan dengan epanet. Selisih berkisar antara 0,2 sampai dengan 1,2 Kg/cm2.
Hal ini dimungkinkan karena adanya perbedaan debit pada pipa transmisi serta faktor‐faktor
lainnya seperti kekasaran pipa dan, kebocoran.
Untuk melihat hubungan antara hasil perhitungan tekanan teoritis (menggunakan epanet) dan
perhitungan tekanan eksisting, maka dibuat regresi antara keduanya. Persamaan garis yang
dihasilkan dapat dijadikan acuan untuk memperkirakan hasil perhitungan eksisting pada titik‐titik
lain yang tidak diukur. Gambar 1 menjelaskan hubungan antara tekanan teoritis (dengan epanet)
dan perhitungan tekanan eksisting.
Hubungan Pengukuran Eksisting dan Perhitungan Epanet
Tekanan Eksisting(Kg/Cm2)
y = 0.999x + 0.5404
R² = 0.9944
Tekanan Teoritis (Kg/Cm2)
Gambar 1. Hubungan Pengukuran Eksisting dan Perhitungan EPANET
2
Dari gambar diatas dapat dilihat dengan R sebesar 0.994 yang sangat mendekati 1, maka
hubungan yang dihasilkan antara hasil pengukuran teoritis dan lapangan sangatlah kuat.
Hubungan tersebut dinyatakan dengan persamaan:
Y = 0.999 X + 0.540
Dimana:
Y= Tekanan Eksisting (Kg/cm2)
X= Tekanan Teoritis (Kg/cm2)
Dari hasil perhitungan EPANET diketahui terdapat titik kritis dimana tekanan melebihi 10 (Kg/cm2).
Titik kritis tersebut harus diperhatikan karena berpotensi terjadinya kebocoran pada titik
tersebut.
VI. Analisa Aliran dan Kehilangan Tekan Pada Pipa berdasarkan EPANET
Dengan menggunakan hasil perhitungan dengan EPANET, maka data kecepatan aliran dalam pipa
dan kehilangan tekan dalam pipa dapat dilihat pada tabel‐tabel dibawah ini sesuai dengan debit
pengalirannya
Tabel 7. Jarak, Debit dan Kecepatan dan Head Loss Pada Pipa pada saat debit 600 L/dt
Tabel 8. Jarak, Debit dan Kecepatan dan Head Loss Pada Pipa pada saat debit 650 L/dt
Tabel 9. Jarak, Debit dan Kecepatan dan Head Loss Pada Pipa pada saat debit 700 L/dt
Tabel 10. Jarak, Debit dan Kecepatan dan Head Loss Pada Pipa pada saat debit maksimum 750 L/dt
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kecepatan pipa pada sistem sebesar 1,4 m/dt, dengan unit
head loss pada pipa sebesar 3,07 m/km. Nilai tersebut konstan karena sistem menggunakan
diameter pipa yang sama (sistem perpipaan ekivalen). Nilai kecepatan pipa dan unit head loss
pada sistem masih dalam range yang dianjurkan oleh Ditjen Cipta Karya yaitu :
Kecepatan air dalam pipa antara 0,3‐ 2 m/dt
Unit head loss dalam pipa dibawah 10 m/km
I. Kesimpulan
Disain terpasang pipa transimisi Cisangkuy Baru adalah bisa mengalirkan air maksimum
sekitar 744 L/dt.
Dibeberapa segmen jalur pipa, terdapat titik‐titik kritis yaitu yang mempunyai tekanan >12,0
kg/cm2 (Bar). Dalam hal ini, segmen‐segmen tersebut rawan terhadap timbulnya kebocoran
baik pada asesoris pipa seperti air valve dan wash out atau pun pada sambungan pipa. Untuk
itu diperlukan perhatian dan perawatan lebih spesifik pada segmen‐segmen tersebut.
Adapun titik‐titik kritis tersebut adalah dari AV.7 sampai dengan WO.14.
Simulasi hidrolis secara teoritis (EPANET), dalam hal ini perlu dilakukan baik pada perpipaan
transmisi lainnya atau pun pada jaringan distribusi untuk mengetahui gambaran tekanan
yang ada di jaringan pipa yang tidak dapat diukur secara actual.
Hasil dari simulasi hidolis atau pun aktual tidak terlalu berbeda jauh sehingga hasil simulasi
ini bisa dijadikan acuan untuk pengembangan jaringan pipa transmisi Cisangkuy baru.
Gambar 2. Jalur pipa Transmisi Cisangkuy Baru